MODUL 1
KATA PENGANTAR
Penulis
2l 58
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pembelajaran ..........
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Diharapkan agar peserta kursus dapat memahami secara
umum Peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan
kerja
2. Tujuan Pembelajaran Khusus .............
Diharapkan agar peserta kursus dapat memahamitentang :
li58
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
BAB. 1.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diseluruh dunia ribuan kecelakaan terjadi dalam perusahaan setiap hari,
khususnya perusahaan industri. Dari kecelakaan yang terjadi tersebut ada yang
mengakibatkan kematian, cacat permanen atau mengakibatkan pekerja tidak mampu
melakukan pekerjaannya untuk sementara waktu. Setiap kecelakaan tersebut
menyebabkan penderitaan bagikorban maupun bagi keluarganya. Apabila kecelakaan
tersebut mengakibatkan kemalian atau cacat permanen, maka keluarganya akan
mengalami penderitaan yang nnkin berkepaniangan.
Pengertian kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dari semula
dan tidak dikehendaki yang nrcngganggu suatu proses dari aktivitas yang telah
ditentukan dari semula dan dapat mengakibatkan kerugianbaik korban manusia
maupun harta benda.
Sedangkan pengertian keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala daya
upaya atau pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempumaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga
kerja menuju masyarakat adildan makmur.
Norma adalah kaidahl<aidah yang rnemuat aturan dan berlaku serta ditaati
masyarakat baik tertulis maupun tidak. Dengan demikian pengertian norma
keselamatan dan kesehatan kerja adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja yang ditujukan untuk nelindungi tenaga kerja dari
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kerugian akibat kecelakaan dalam bentuk material dapat berupa uang,
kerusakan harta benda maupun kehilangan waktu keda. Dilihat dari sisi perusahaan
hal tersebut merupakan pemborosan ekonomi perusahaan. Oleh karena itu
pencegahan kecelakaan di tempat kerja adalah merupakan tugas yang penting, baik
dilihat dari segi ekonomi maupun dari segi kemanusiaan.
Setiap orang pada dasamya tidak ada yang ingin rnemperoleh kecelakaan
terhadap dirinya maupun terhadap segala harta benda yang dimilikinya. Keinginan
untuk mendapatkan jaminan keamanan terhadap dirinya, tidak adanya gangguan atdu
kerusakan terhadap harta benda miliknya merupakan naluri setiap orang dimanapun di
dunia. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah
halyang universaldan merupakan naluri setiap onang pada umumnya.
Semua kecelakaan ke$a, baik langsung maupun tidak langsung dianggap
berasal dari kegagalan manusia. Karena manusia bukan mesin, maka tindakan
manusia tidak sepenuhnya dapat diramalkan. Manusia dalam melakukan perbuatan
kadang-kadang membuat kesalahan-kesalahan. Kesalahan dapat dilakukan pada saat
perencanaan pabrik, pengadaan bahan atau alat, pembelian maupun pemasangan
suatu mesin atau instalasi, penempatan seseorang dalam jabatan, pemberian instruksi
atau penugasan, perawatan maupun pengawasan.
Banyak pemikiran yang dicurahkan untuk menyelidiki sebab-sebab
kecelakaan, namun demikian terdapat banyak perbedaan mengenai cara
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
B. Tujuan Pembelaiaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Diharapkan agar peserta pelatihan dapat mengerti secara umum Peraturan
Perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja di lndonesia.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Diharapkan agar perserta pelatihan memahami dan mampu menjelaskan
tentang:
K3 Konstruksi Bangunan
K3 lnstalasi Listrik,.Lift dan Petir
K3 Penanggulangan Kebakaran
K3 Mekanik
K3 Pesaurat UaP dan bejana tekan
K3 Kesehatan Kerja
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
BAB.2.
PERATURAN DAN
PERUNDANG-UNDANGAN K3
A. Pengertian
Usaha penanganan masalah keselamatan kerja di Indonesia dimulai pada tahun
1847, sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri oleh Femerintah
Hindia Belanda. Penanganan keselamatan kerja pada waktu itu pada dasarnya adalah bukan
untgk pengawasan tsrhadap pemakaian pesawat-pesawat uap tetapi untuk mencegah terjadinya
kebakararr yang ditimbulkan akibat pengguunn psawat uap. Pelalsanaan terhadap
pengawasannya pada waktu itu diserahkan kepada instansi Dienst Van het Stoomwezen.
b""g* berdirinya Dinas Stoomwezen, maka untuk pertama kalinya di Indonesia pemerintah
.""aru nyata mengadakan usaha perlindungan tenaga kerja dari bahaya kecelakaan.
pengertian perlindungan tenaga kerja pada saat itu adalah tenaga kerja
Belanda yang bekerja di perusahaan-perusahaan di wilayah jajahan Belanda.,Pada
waktu itu pJrtinOungan tenaga kerja yang berasal dari orang-omng yang dijajah
dianggap bukan sebagai suatu kepentingan masyarakat oleh pihak pemerintah yang
menjajah.
Untuk rnembantu kepentingan pengawasan pesawat.uap, dirasakan perlunya
suatu unit penyelklikan bahan atau laboratorium yang merupakan bagian dari dinas
Stoomwezen. Laboratorium tersebut diserahkan kepada Sekolah Teknik Tinggi di
Bandung pada tahun 1912, untuk keperluan pendidikan. Laboratorium penyelidikan
bahan terdebut kini menjadi bagian dari Departemen Perindustrian dengan nama Balai
Penelitian Bahan (B4T).
Pada akhir abad 19 pemakaian pesawat uap meningkat dengan pesat'dan
disusul dengan pernakaian rnesin-mesin diesel dan listrik di pabrik-pabrik. Hal tersebut
rnenyebabkin iinbulnya sumber-sumber bahaya baru bagi Para pekeda dan
keceiakaan kerja bertahbah sering tedadi. Pada tahun 1905, akhimya pemerintah
mengeluarkan StaatsUlad No. 521 yaitu peraturan tentang keselamatan keria yang
disebut dengan nama Veiligheids Reglement yang disingkat VR, dan kemudian
diperbaharui pada tahun 1910 dengan Staatsblad No. 406 pengawasannya dilakukan
oleh Dinas Stoornwezen.
Sesudah perang dunia kesatu proses mekanisasi dan elektrifikasi di
perusahaan industri berjalan lebih pesat. Mesin-mesin diesel dan listrik memegang
peranan di pabrik-pabrik, jumlah kecelakaan meningkat sehingga pengawasan
ierhadap pabrik-pabrik dan bengkel-bengkel ditingkatkan. Pada tahun 1925 nama
Dienst Van het Stoomwezen diganti dengan nama yang lebih sesuai yaitu Dienst Van
het Veiligheidstoezight, disingkat VT atau Pengawasan Keselamatan Kerja.
Dengan berkembangnya model dan tipe pesawat uap yang didatangkan ke
lndonesia dimana tekanannya juga semakin tinggi, maka pada tahun 1930 pemerintah
mengeluarkan Stoomordinate dan Stoom Verordening dengan Staatsblad No. 225 dan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
No. 339. Kemudian secara berturut-turut tugas VT clitamban sesuai dengan unqang-
undang yang dikeluarkan, yaitu pada :
Tahun 1931 :
pengawasan terhadap bahan-bahan yang mengandung cun di perusahaan
(pabrik cat, accu, percetakan, dll.)dengan Loodwit Ordonantie, Staatsblad No.
509
Tahun 1932 dan 1933 :
pengawasan terhadap pabrik petasan dengan Undang-undang dan Peraturan
Petasan (Vuurwerk Odonantie dan Vuurwerk Verordening Staatsblad No. 143
dan No. 10).
Tahun 1938 dan 1939 :
pengawasan terhadap jalan rel kereta api loko dan gerbongnya yang
digunakan sebagai alat pengangkutan di perusahaan pertanian, kehutanan,
pertambangan dan sebagainya selain darijalan kereta api PJKA, yaitu melalui
lndustriebaan Ordonantie dan lndustriebaan Verordening Staatsblad nomor :
595 dan nomor: 29.
Tahun 1940:
untuk pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pengawasan Keselamatan
Kerja, pae pengusaha ditarik biaya retribusi melalui Retibutie Ordonantie dan
Retributie Verordening, Staatsblad nomor424 dan nomor : 425.
a. Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali
jikalau pekerjaan itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya dijalankan
oleh seorang wanita. Demikian pula apabila pekerjaan itu tidak dapat
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
5. Undang-undang Rel lndusti (lndustrie Baan Ordonantie, STBL No. 595 Tahun
1 ss])
Undang-undang ini mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-
jalan rel guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan,
kerajinan dan perdagangan. Materi yang diatur termasuk ganti rugi guna
pemakaian bidanq tanah dan ialan-ialan raya, pemakaian jalan rel industri untuk
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4{ndonesia)
pihak lain, pengangkutan lewat jalan rel industri, persilangan dan persinggungan,
perubahan pada jalan raya, pengawasan,
7. Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Higiene dalam Pemiagaan dan Kantor*antor.
Konvensiini berlaku bagi :
a. Badan-badan perniagaan
b. Badan, lembaga dan kantor pemberi jasa dimana pekerja-pekerjanya
terutama melakukan pekerjaan kantor.
c. Setiap bagian dari badan, lembaga atau kantor pemberi jasa dimana
pekerjanya terutama melakukan pekerjaan dagang-atau kantor, sejauh
mereka tidak tunduk pada undang-undang atrau peraturan atau ketentuan-
ketentuan lain yang bersifat nasional tentang higiene dalam industri,
pertambangan, pengangkutan atau pertanian.
Materi yang diatur dalam Konvensi ini meliputi kebersihan, ventilasi, suhu,
penemngan, ergonomi, persediaan air minum, tempat cucidan sanitair, tempat
mengganti dan menyimpan pakaian, penggunaan alat perlindungan diri,
kebisingan serta getaran dan sebagainya.
jenis penyaKfi
selain dari itu di dahm pasal 11 menyebutkan bahwa, daftar
yang timbul karena hubungan kerja serta perubahannya. ditetapkan dengan
dapat dijelaskan
k"p"utui"n presiden. Tentan-g jaminin pemeliharaan kesehatan
bahwa:
pemdiharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
dan merupakan
tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya
,payi fesenatan--Oi niOang penyembuhan (kuratif). . Oleh karena upaya
yang tidak sedikit dan memberatkan jika
pbnyemOunan memerlukan dana
bi6eOanXan kepada peforangan, maka sudahp1m selayaknya diupayakan
penangguf angan' kemampuan mlsyarakat melalui prog iaminan sosial tenaga
kerja.
pemeliharaan
Disanping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan
pencega.han
kesehatan tenagJ roii i"ig metiputi upaya peningkatan..fn1.gmotir1,
'peinuiihan
(rehablitatif). Den-gan.demikian
iJr*"ntiO, p*i"rnOifian (riratiq,'iesenatan
Oan
tenaga keria yang optima! sebagai
lii1,"r3piin'ercapainya oliraiat
p"t"ndi yang produriit oagi pembangunan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
ielain uniutcienagakerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya.
PemerintahNo.2gtahunlg36tentangAnalisaDaTP{Lingkungan.seDagal
p"r"tut"n penfsanaan Undang-undang No'4 tahun 1982' maka pembuangan
proses
masalah atau
bahan beracun dan berbahaya rirenjadi makin penting ka.lena
y"n' terjadi di dalam p-erusafr-aan..akan nremberikan dampak di dalam
dapat menimbulkan pencemarln
Varig kemungkinan
b"rir"nil"n limbahp6Lti,t"n instansi
tingkungan. oari seli peruidangan sebetulnya sudah banyak
yang berbahaya dan beracun di
teknis yang mengaiii p"nrng"nan Oanan-6ahan
dalam Perusahaan/industri -
l0.PeratunnPemerintahNo.TTahunlg13tentangPengawasanatas
P e re d aran, P e n yi mp an a n da n P e n g g u n aa n Pesfisida'
peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan untuk melindungi keselamatan
alami serta untuk
manusia, sumber-sumber kekayaan perairan, fauna dan flora
men ghindari kontami nasi lingkung an oleh pestisida'
menyangkut
Hal-hal yang secara langsung ma!P.u! - tid.ak .langsung
Menteri Kesehatan dan Menteri
keselamatan dan feienatan manulia dlatur oleh
masing-masing (pasal 10)'
Tenaga Xe6a sesuai O"ngin bidang dan wewenang
13. Peratunn Pemeintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada
Pemumian Dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
Dalam peraturan ini diatur tentang tata usaha dan pengawasan
keselamatan kerja atas pekerjaan serta pelaksanaan pemumian dan pengolahan
minyak dan gas bumi. Peraturan ini merupakan pelaksanaan daripada Undang-
undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 dan PP. No. 19 Tahun 1973.
15. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang limbul Karena
Hubungan Kerja.
Di dalam peraturan ini tercantum daftar berbagai jenis penyakit yang ada
kaitannya dengan hubungan kerja.
seluruh wilayah hukum Republik lndonesia dan merupakan induk dari segala
peraturan febtamatan kerja yang berada di bawahnya. Meskipun judulnya disebut
dengan Undang+rdang Keselamatan Ke{a sesuai bunyi pasal 18 namun materi
yang diatur tennasuk masalah kesehatan kerja.
4. Gangguan psikologis ;
5. Pengaruh sosial-psikologis.
Faktor bioloqis :
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
* Ruang Lingkup
Undang-undang Keselamatan Kerja ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang
didalamnya terdapat tiga unsur, yaitu :
1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha sosial,
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus menerus maupun
hanya sewaktu-waktu;
3. Adanya sumberbahaYa.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
b. tempat rekreasi ;
c. rumah sakit;
d. tempat ibadah ;
e. tempat berbelanja ;
f. pusat hiburan.
Tenaga kerja yang bekerja disana, diartikan sebagai pekerja maupun tidak
tetap atau yang bekerja pada waktu-waktu tertentu, misalnya : rumah pompa, gardu
transformator dan sebagainya yang tenaga kerjanya rnemasuki ruangan tersebut
hanya sementara untuk mengadakan pengendalian, rnengoperasikan instahsi,
menyetel, dan lain sebagainya maupun yang bekerja seclra terus-menerus.
Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang ditetapkan secara terperinci ddam
Bab ll
pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang benruenang. Perincian
sumber bahaya dikaitkan dengan :
a. keadaan perlengkapan dan peralatan ;
b. lingkungan kerja ;
c. sifat i:ekerjaan ;
d. cara kerja ;
e. proses produksi.
Materi keselamatan dan kesehatan keda yang diatur dalam ruang lingkup UU
No. 1 tahun 1970 adalah keselamatan dan kesehatan kerja yang bertalian dengan
mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada
su mber-sumber prod uksi seh in gga men in gkatkan efi siensi dan prod u ktivitas.
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam pasal 3 dan 4
mulai dari tahap perencanaan, perbuatan dan pemakaian terhadap barang, produk
teknis dan aparat prcduksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya ;
e. Memberi oertolonoan oada kecelakaan :
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
* Pengawasan
Untuk mendapatkan tenaga yang demikian tidaklah mudah dan sangat sulit
apabila hanya mengandallGn dari Departemen Tenaga Kerja sendiri.
Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi oleh pegawai
teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri, maka Menteri Tenaga Kerja dapat
mengangkat tenaga-tenaga ahli dari luar Departemen Tenaga Kerja maupun swasta
sebagai ahli K3 sepertidimaksud dalam pasal 1 ayat (6) UU No. tahun 1970.
Dengan sistem ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja tetapi kebijaksanaan nasional tetap berada, dan
menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin pelaksanaan
Undang-undang Keselamatan Kerja dapat be$alan secara serasi dan merata di
seluruh wilayah hukum lndonesia.
Dalam pasal 6 diatur tentang tiata cara banding yang dapat ditempuh apabila
terdapat pihak-pihak yang merasa dirugikan atau tidak dapat menerima putusan
Direktur dalam hal keselamatan dan kesehatan keda. Panitia banding adalah panitia
teknis yang anggotanya terdiri dari ahli-ahli dalam bidang yang diperlukan. Tata cara,
susunan anggOta, tugas dan lain-lain ditentukan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Untuk pengawasan yang dilakukan oleh petugas Departernen Tenaga Ke$a
dalam hal inl Pengawas Ketenagakerjaan maka pengusaha harus membayar retribusi
sepertiyang diatur dalam pasal 7.
Agar setiap tenaga kerja rnendapatkan jaminan terhadap kesehatannya yang
mungkin dapat diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan kerja yang bertalian
dengan jabatannya dan untuk tetap menjaga efisiensi dan produKivitas kerja, maka
OiwajiOt<in untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap setiap tenaga kerja baik
secara awal maupun berkala.
6. Mernenuhi dan mentaatisemua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dan
tempat kerja Yang dijalankannYa.
pada
7. Melaporkan tiap kecelakan yang terft{i di tenpat. kerja yang dipimpinnya
peiatiat yang ditunjuk oleh Menleri Tenaga K"q3, sesuai dengan tata cara
yang telah ditentukan.
ieiaporan Oan pemeriksaan kecelakaan
g. secara tertutis menempatkan dalam tempat kerja yang dipirpinnya, semua syarat
keselamatan, kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang keselamatan kerja
-petafsbnaannya yang
dan semua perd'turin berlaku bagi tempat kerja yang
besangkutan, pada tempat-tempat yang rnudah dilihat dan terbaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahlikeselarnatan kerja'
9. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinannya, semua gAmbar pada
keselamatan
tempat-tempat
kerja. yang diwajibkan dan, semua bahan pembinaan lainnya,
yarig rnuO-an Oiiinat terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
10. Menyediakan secara curna-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
bagi
-yangberada di batnah pimpinannya. Dan menyediakan
paOa tenaga kerja yang
setiap oring tain memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petinjuk Ving diperlukan menurut pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
* Sangsi
ancaman
'kurungan UU No. 1 Tahun 1970 merupakan
Ancaman hukuman dari pada pelanggaran
pidana dengan hukuman selama-lamanya bulan atau 3denda
setinggi-tingginya Rp. 1 00.000,-
3. Peraturan Pelaksanaan
peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan VR 1910 tetap berlaku
berdasarkan pasal 17 sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang
Keselamatan Kerja.
Peraturan tersebut berupa Peraturan Khusus sebagai berikut:
Peraturan Khusus AA : Untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Peraturan Khusus BB : Tentang lnstalasi-instalasi Listrik (dicabut)
Peraturan Khusus CC : Keselamatan kerja di Pabrik Gula Putih.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
Dasar Hukum
1. Keselamatan dan Kesehatan Keria (K3) Konstruksi Bangunan
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Undang-undang No. 111970 tentarg Keselamatan Keda
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi
Bangunan.
Terdiri dari ; 19 Bab, 106 Pasal
1) Bab I Ketentuan Umum
2l Bab ll Tempat Ke{a dan alat-alat kerja
3) Bab lll Perancah
4) Bab lV Tangga dan tangga rumah
5) BabV Alat-alat angkat
6) BabVl Kabel baja, tarnbang, rantai dan peralatan bantu
7l Bab Vll Mesin-mesin
8) Bab Vlll Peralatan Konstruksi Bangunan
9) Bab lX Konstruksi di bawah tanah
10) Bab X Penggalian
1 1) Bab Xl Pekerjaan mernncang
12) Bab Xll Pekerjaan beton
13) Bab Xlll Penggalian
14) Bab XIV Pekerjaan mernancang
15) Bab XV Pekerjaan beton
16) Bab )O/l Pekerjaan lainnya
17) Bab XVll Pembongkaran
1B) Bab XVlll Penggunaan perlengkapan Penyelamatan dan
Perlindungan diri
19) Bab XIX Ketentuan peralihan
20) Bab XX Ketentuan lain-lain
21) BabXXl Ketentuan hukuman
22) Bab XXll Penutup.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
6. Kesehatan Kerja
Undang-Undang
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 hntang Keselamatan Kerja
Syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan Bab lll pasal 3 dalam
peraturan perundangan ini menunjukkan bahwa 50o/o dari syarat-syarat
tersebut adalah syarat-syarat kesehatan kerja, yaitu:
* memberi pertolongan pada kecelakaan;
* memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
.i. mencegah dan mengendalikan timbul atiau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
* mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik rnrupun psykis, pecunan, infeksidan penulanan;
* memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
* menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
* menyelenggarakan penyegamn udara yang cukup;
. * memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
PERATURAN MENTERI
1. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 tahun 19M tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
Di dalam Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan antara lain tentang :
.1. Menghindarkan bahaya keracunan,
..1. Penularan penyakit, atau timbulnya penyakit,
.1. Memajukan kebersihan dan ketertiban,
. Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup,
.!. Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang lidak
menyenangkan,
{. Penanggulangan sampah,
.1. Persyaratan kakus WC),
.t Kebutuhan locker (tempat penyimpanan pakaian),
* Dil.
KEPUTUSAN MENTERI
1. Keputusan Menbri Tenaga Kerja Nomor 33 Tahun 1989 Tentang
Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
Diagnosa penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosa sewaktu
melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kefla dan sewaktu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja. Setelah penyakit akibat
kerja didiagnosa harus dilaporkan dalam uqktu 2x24 iam.
C. Ruang Lingkup
1. K3 Konstruksi Bangunan
a. Perencanaan Pr:oyek
b. Pelaksanaan Fisik ProYek
1) Pekerjaan panggilan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
2) Pekerjaan Pondasi
3) Pekerjaan konstruksi beton
4) Pekerjaan konstruksi baja
5) Pekerjaan finishing
c. Serah Terima ProYek
d. Pemeliharaan Konstruksi
2. K3 lnstalasi Listrik, Lift dan Petir
a. K3 listrik tersirat dalam Bab ll Pasal 2 ayat (2) huruf q UU 1/70, yaitu
tertulis : di etiap tempat dimana dibangQtkan, diubah, dikumpulkan
disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
Dari ketentuan tersebut dapat digambarkan ruang lingkup K3 listrik, yaitu
rnulai dari pembangkitan, jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi
(TET), Tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah (TM) dan jaringan
distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai dengan setiap tempat
pemanfaatannya, khususnya tempat kerja.
c. Menurut ketentuan PUIL 2000 listrik yang berbahaya adalah listrik yang
memiliki tegangan lebih dari 25 Volt di tempat lembab atau 50 Volt di
tempat yang normal.
petir yang akibatnya terjadi beda potensial pada jaringan instralasi listrik R,
b, f Uertegangan 22O V sedangkan penghantar pengamln dan
penghantar netral bertegangan petir. lni yang disebut dengan sambaran
iiOa( tangsung yang dapat merusak peralatan listrik dan peralatan
elektronik yang ada di dalam bangunan itu. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No Per-02/Men/1989 tidak mengatur syarat-syarat sistem proteksi
sambamn Petir tidak langsung.
6. Kesehatan Kerja
a. Perryelenggaman pelayanan kesehatan keda
Sarana
Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan ke[a, dokter perusahaan dan
paramedis perusahaan)
Organisasi (pimpinan unit PKK, pengesahan penyelenggaraan PKK)
b. Pdaksanaan pemeriksaan kesehatan kerja tenaga kerja (awal, berkala,
khusus dan purna bakti)
c. Pdaksanaan P3K (Petugas, Kotak dan lsi Kotak P3K)
d. Pelaksanaan gizi kerja (pemeriksaan gizi dan makanan bagitenaga kerja,
kantin dan katering pengelola makanan bagi tenaga kerja, pengelola dan
pfiugas kotak ring)
e. Pdaksanaan perneriksaan syarat-syarat ergonomi
f. Pelaksanaan pelaporan (PKK, pemeriksaan kesehatan tenaga keda,
petpkit akibat kerja)
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
BAB. 3.
PERATURAN DAN PERUNDANG -
UNDANGAN JASA KONSTRUKSI
Bab ll asas & tujuan Pasal 7 Jenb usaha, bentuk usaha, UU No. 1/95 Perseroan Terbatas
bid. Usaha
Pasal 10 Perizinan usaha, klasifikasi UU No. 12197 hak cipta
& kualifkasi Usaha, sertifikasi UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan
keahlian & keterampilan (Pengganti UU No 25 I 1997)
Bab lll Usaha Jasa Konstruksi Pasal 34 Ketentuan mengenai forum UU No. 23197 Pengelolaan
dan bmbaga kngkungan Hiiup
Pasal42 (3) Tatalaksana & UU No. 24192 Penalaan uang
penerapan sanksi UU No.1/70 Keselamatan kerja
PP II
Bab lV Pengikatan pekerjaan (tentang penyelenggaraan jakons.) UU No. 3/92 Jamsostek
Konstruksi Ps.21 tata cara pemilihan penyedia UU No.5/99 Larangan praktek
jasa, Penyiapan dokumen pemilihan Monopoli & Persaingan
dan dokumen Penawaran, Penetapan usaha tilak sehat
penyedia jasa Pasal 22 (3) Kontrak UU No.8/99 Pedindungan
kerja kontruksi Konsumen
UU No. 22199 Pemerintah
Daerah
UU No. 1/87 Pemerintah Daerah
UU No. Pemerintah Daerah
Bab V Penyelenggaraan Pek. Pasal 23 (4) Penyelenggaraan pekerjaan
Konstruksi Kontruksi
Bab Vll Peran masyarakat Pasal42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi
PP III
(Tentang penyelenggaran pembinaan jasa
konstruksi)
Bab lX Penyelesaian sengketa
Bab X Sanksi Pasal 35 (1) Ketentuan mengenai pembinaan
Bab Xl Ketentuan Peralihan Pasal 35 (5) Tugas pembinaan oleh pemerintah
Bersama dengan mayarakat jasa konstruksi
Bab Xll Ketentuan Penutup Pasal42 (3) Tatalaksana dan oenerapan sanksi
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
1. KONDISIYANG ADA
a. Belum terwujudnya mutu produk, waktu pelaksanaan dan
efisiensi pemanfaatan sumber daya-
b. Rendahnya tingkat kepatuhan pengguna jasa dan penyedia jasa'
c. Belum terwujudnya kesejajaran kedudukan antara pengguna
jasa
-Belumdan penyedia jasa dalam hal hak dan kewajiban-
d. terwujudnya secara optirnal kemitraan yang sinergis baik
antar BUJK maupun antara BUJK dan masyarakat.
2. MAKSUD
a. Tertib usaha jasa konstruksi
b. Pemberdayaan jasa konstruksi nasional untuk:
1. MengembangkankemamPuan
2. Meningkatkanproduktivitassaing
3. Menumbuhkan daYa saing
c. Kedudukan yang adil dan serasi antara pengguna jasa dan
Pe nyed ia Jasa dalam penyeleng garaan pekerjaan konstruksi.
d. Kemitraan sinergis dalam Jasa Konstruksi'
J JENIS USAHA
a. Usaha Perencanaan
b. Usaha Pelaksanaan
c. Usaha Pengawasan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
4. BENTUK USAHA
a. Orang Ferseorangan
b. Badan Usaha
5. BIDANG USAI-{A
a. Arsitektural
b. Sipil
c. Mekanikal
d. Elektdnal
e. Tata Lingkungan
6. PERSYARATAN PERSONIL
a. Perencana, Pengawas, Tenaga Tertentu: memiliki sertifikat
keahlian
b. Tenaga Teknik:
c. memiliki sertifikat ketrampilan, dan keahlian kerja
7. PERSYARATAN USAHA
a. Memilikiizin usaha
b. Memilikisertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi usaha
c. Usaha orang perseorangan: memiliki sertifikat ketrampilan kerja
dan sertifikat keahlian kerja
8. TANGGUNGJAWABPROFESI
(Berlandaskan PrinsiP):
a. Keahlian sesuaikaidah keilmuan
b. Kepatuhan dan kejujuran intelektual
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
"REWARD'' "SANCTIONU
TANGGTING
JAWAB
PROFESIONAL
KEYAKINAN
MUTU
KODE
ETIK
PROFESI
. KEAHLIAN
. KETERAMPILAI\
REGISTRASI
KUALIFTKASI
KLASIFIKASI
SERTIFIKASI
9.2.3. PENGUSAHAAN
1. TATA HUBUNGAN TRANSAKSIONAL:
a. Pengikatan Pekerjaan Konstruksi
b. PenyelenggaraanPekerjaanKonstruksi
c. Pengaturan Kegagalan Bangunan
2. PERLINDUNGAN PEKERJA:
a. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
b. Jaminan Sosial
Mengikuti:
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
a. Forum
b. LembagaPengembanganJasaKonstruksi(LPJK)
4. PETERINTAH
a.Pembinaan(Pengaturan,PemberdayaanDanPengawasan)
Bab I
Ketentuan Umum
Pengertian:
. Jasa Konstruksi
' Pekeriaan Konstruksi
' Peflgguna Jasa
knyedia Jasa
'. Kontrak Kerja Konstruksi
'. Kegagalan Bangunan
Forum
' Registrasi
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
Bab ll
Asas Dan Tuiuan
2.1 Asas
'. Kejujunan Dan Keadilan
.
Manbat l BAGi
Keserasian I
KEPENTiNGAN
'. Keseirnbangan t MASYARAKAI
Kemandirian f BANGSA DA}I
. Keterbukaan NEGARA
. Kemitraan I
Nasional
' MewujudkanTertib Penyelenggaraan Pekerjaan KonstruksiYang
nleniamin Kesetaraan Kedudukan Antara Pengguna Jasa Dan Penyedia
Jasa Dan Dipenuhinya Ketentuan Yang Berlaku
. Mewujudkan Peningkatan Peran Masyarakat
2. AsR.s MRtlPRRr:
Kegiatan jasa konstruksi berdasarkan prinsip profesionalisme,
efisiensi dan efektifitas untuk menjamin terwujudnya nilai tambah
optimal bagi pihak pihak dan kepentingan nasional'
3. Asns lGseRAstAN:
Harmoni dalam interaksi antara pengguna dan penyedia jasa
untuk menghasilkan produk yang berkualitas da bermanfaat tinggi
serta berwawasan lingkungan'
\
4. AsRs KESEIMBANGAN:
Berdasarkan pada prinsip keseimbangan aniara kemampua
penyedia jasa dan beban kerjanYa.
5.
fi fr#t#lll'l'3il"roans ny a d aya sains ja sa kon stru ksi nasi oar.
AsRs KETTNBUKAAN:
Tersedianya informasi yang dapat diakses oleh pihak yang
berkepentingan dan masYarakat.
7. Asns KCUITRAAN:
Hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka, timbal balik
dan sinergis.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
BAB III
USAHA JASA KONSTRUKSI
e. Jeus usRnR
Usaha perencanaan konstruksi
Usaha pelaksanaan konstruksi
Usaha pengawasan konstruksi
b. BEHTUTUSAHA
Usaha orang perseorangan
Badan usaha (bukan badan hukum dan badan hukum/pt.
& badan hukum asing yang dipersamakan
c. Btoerue usAHA
Pekerjaan arsitektural
Pekerjaan sipil
Pekerjaan mekanikal
Pekerjaan elektrikal
Pekerjaan tata lingkungan
Carareu: pENGATRAN LEBTH RtNctTENTANG JENts, BENTUK & atoeme usAHA, DIURAIKAN
DALAM P.P.
BRe tv
P enc IXRTRN PEKERJAAN KONSTRU KS I
4.1 Bncnx PERTAMA: PARA ptHAK (URStt'tC-UaSlNG MEMPUNYAI HAK & rewRltgRltl
sESUAI DENGAII ruruostHvn)
a. Pengguna iasa
l
b. PenYedia jasa
- perencana konstruksi
prinsipnya terPisah
- Perencana konstruksi
- Perencana konstruksi
1. 3KMENGATUR/MEMUAT:
a. Hubungan kerja Para Pihak
b. Sekurang-kurangnYa:
- ldentitas Para Pihak
- Rumusan Pekerjaan
- Masa Pertanggungan
- Tenaga ahli yang melaksanakan pekerjaan
konstruksi
- Hak dan kewajiban Para Pihak
- Cara PembaYaran
- Cidera janji
- Penyelesaian Perselisihan
- Pemutusan
- Keadaan memaksa
- Kegagalan bangunan
- Perlindungan Pekerja
- Aspek lingkungan
c. Ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual (untuk
jasa konsultasi konstruksi)
d. Femberian insentif (berdasarkan kesepakatan para pihak)
e.Subpenyediajasadanpemasok(terutamauntukjasa
pelaksanaan konstruksi)
2. 3k dibuat dalam bahasa indonesia dan dalam hal 3k dengan pihak
asing dapat dibuat dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris
3. Kete-ntuan kkk di atas juga berlaku untuk kkk antara peneyedia
jasa dan sub PenYedia jasa
SUB PEMBERIJASA
CATATAN: PENGATURAN LEBIH RINCITENTANG IKK, HAKI, INSENI1F DAN
& PETIRSOT DURAIKAN DALAM P.P.
BABV \.
PSNYEUETICGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
BABVI
KECICIIRN BANGUNAN
a.Kesalahanperencanaanataupengawasanbangunan,tanggung
tsb
iawab perencana atau pengawas bangunan
b.Kesalahanpelaksanaankonstruksi,tanggungjawabpelaksana
konstruksi
c.Kesalahanpengelolaandanpemanfaatanbangunan,tanggung
iawab Pengguna jasa
BRe vtl
PeNAN MASYARAKAT
A. HAKMASYARAKAT
Melakukanpengav,/asanataspelaksanaanjasakonstruksi
Memperolen pehggantian yang layak atas setiap kerugian
yang dialami secara langsung sebagai akibat
penyetenggaraan pekerjaan konstruksi \
b. -
KEWruIENU MASYARAKAT
yang berlaku
rrrtenjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan
di bibang pelaksanaan jasa konstruksi'
Membantupencegahanterjadinyapekerjaankonstruksi
yang membahayakan kepentingan umum'
BAB IX
PEMBINAAN
PETUERNTRN MCUAXUTEU PEMBINAAN DALAM BENTUK:
- Pengaturan
- PemberdaYaan
- Pengawasan
BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA
Bee x
SRNXSI
a. SRnTStADMINISTRASIDAPATBERUPA:
Peringatan tertulis
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
Ce.rereu URAIAII TENTAIIG TATA LAKSAIIR & peruenRPAN SANKSI ADMINISTRATIF DtaruR
DALAM P.P.
BAB xI
Peuveon uAsA DALAM wAKTU sATU TAHUN DIBER| KESEMpATAN UNTUK IELAKUKAN
PENYESUAIA DENGAN KETENTUAN UNDANG.UNDANG INI
BAB xII
Kererrunu PENUTUP
\
- Semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan
dengan u.u ini dinyatakan tidak berlaku.
- Semua peraturan pelaksanaan tetap berlaku, sampai diadakan
peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan uu ini.
- U.u ini berlaku mulaitaggal 7 meitahun 2000.
3.4.2. PeruocuNnrnse
PASAL 7
Ketentuan tentang jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),
bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan bidang usaha
sebagainnna dimaksud dalam Pasal 6 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah
PASAL 1O
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
PASAL 34
Ketentuan mengenai Forum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan
lembaga sebagairnana dimaksud dalam Pasal 33 diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemedntah
PASAL 42 (3)
Barang siapa yarq melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan
peke{aan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan
dan rrenyebabkan timbulnya kegagalan pekedaan konstruksi atau kegagalan
bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan
denda paling banyak 10olo (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
:'"'$ffit**:;vr*:ffii"
q Masa peralihan
- Peran masyarakat jasa konstruksi
3.3.3. lSl PP No. 28/20fit
l. Ketentuan urhum
ll. Usaha jasa konstruksi
lll. Tenaga kerja konstruksi
lV. Peran masyarakat jasa konstruksi
V. Tata laksana dan penerapan sanksi
Vl. Ketentuan hin-lain
Vll. Ketentuanperalihan
Vlll. Ketentuanpenutup
I. KETENTUAN UI/UM
- Pengertian
1. Sertifikasi
2. Sertifikat
3. Akreditasi
4, Lembaga
5. Klasifikasi & Kualifikasi
6. Badan Usaha
7. Menteri
Lingkup Pengaturan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
Bentuk Usaha:
- usaha perseonangan dan badan usaha nasionar maupun asing
Bidang usaha:
- Pekerjaan arsibktural
- Pekerjaan Sipit
- Pekerjaan Mekanikal
- Pekerjaan ElekUikat
- Pekerjaan Tata Lingkungan
Regitrasibadan usaha:
Badan usaha nasional
Badan usaha asing
Mengaturtentang
- Sertifikasikeahlian dan sertifikasi keterampilan kerja
- Tatacara krasifikasi dan kualifikasitenaga kerja konstruksi
- Akreditasi asosiasi profesi serta institusi pendidikan dan
pelatihan
- LembagaPengembanganJasaKonstruksiterdiriunsur-unsun
- Asosiasiperusahaan
- Asosiasiprofesi
- Pakar & perguruan Tinggi
- pemerintah
- Tatalaksana Sanksi
o Untuk pelaksanaan tertib usaha jasa konstruksi
- Pemberisanksi:
o pemefntah
"o Lembaga
Asosiasi
VIII. PENUTUP
3.4.1 TUJUAN:
a. Tertib penyelenggraan pekerjaan jasa konstruksi
b. Kesetaraan kedudukan penggunajasa dan penyediajasa
c. Hasilpekerjaankonstruksiyangberkualitas
l. Ketentuan umum
ll. Pemilihan penyedia jasa
lll. Kontrak kerja kontruksi
lV. Penyelenggaaanpekerjaankonstruksi
V. Kegagalan bangunan
Vl. Penyelesaiansengketa
Vll. Laranganpersekongkolan
Vlll. Sanksiadministratif
lX. Ketentuan peralihan
X. Ketentuan penutup
PENGERTIAN
1. Pelelangan umum
2. Pelelangan terbatas
3. Pemilihan tangsung
4. Fenunjukkan langsung
5 Lembaga
t. Laranganpersengkokolan
g. Tatalaksanapenerapansanksiadministratif
Kegagalan bangunan
Penilaian Ahli
Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh satu atau lebih penilai ahli
yang professional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independent
dan mampu memberikan penilaian secara obvektif vanq harus dibentuk dalam
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)
3.4.6 LARANGANPERSEKONGKOLAN
1. Pengguna jasa dan penyedia jasa atau antar penyedia jasa <lilarang
melakukan persekongkolan untuk mengatur dan/atau menentukan
penEnang.
2. PetEguna jasa dan penyedia jasa dilarang melakukan persekongkolan
untuk menaikkan nilai pekerjaan (mark up).
3. Pelaksana kon$ruksi dan/atau sub pen$awas konstruksi dilarang
melakukan persekbngkolan unfuk mengatur dan menentukan pekerjaan
yang tidak sesuaidengan kontrak kerja konstruksi.
4. Pelaksana konstruksi dan/atau sub pelaksana konstruksi dan/atau
pengawasan konstruksi dan/atau pemasok dilarang melakukan
persekongkolan untuk mengatur dan menentukan pemasokan badan
dan/atau peralatan yang tidak sesuai dengan kontrak kerja yang
merugikan pengguna jasa dan/atau masyarakat
5. Pengguna jasa dan/atau penyedia dan/atau pemasok yang melakukan
persekongkolan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangan yang
berlaku
3.5.1 TUJUAN
- Terwujudnya pemahaman dan kesadaran akan tugas dan fungsi serta
kewajiban para pihak dalam pekerjaan konstruksi
- Terpenuhinya:
- Tertib usaha jasa konstruksi
- Tertib penyelenggraan pekerjaan kpnstruksi
- Tertib pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi
3. Melakukan pengawasan
a. Persyaratan perizinan
b. Ketentuan keteknikan pekerjaan konstruksi
c. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
d. Ketentuan keselarnatan umum
e. Ketentuan ketenagake rjaan
f. Ketentuan tata lingkungan
BAB.4.
INTERNATIONAL STAN DARDS
AND CODES
PENUTUP
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari perlindungan
tenaga kerja dari risiko kecelakaan yang berkembang secara pesat sejak Revdusi
lndustri. Dalam sejarah perkembangannya keselamatan dan kesehatan keda
disamping ditujukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, juga ditujukan unfuk
menghindarkan terjadinya kerugian akibat rusaknya bahan, mesin, alat mauprn
hilangnya waktu ke{a. Aspek perlindungan atas dasar kemanusiaan di satu pihak, juga
mencakup aspek yang bersifat ekonomis dari sisi pengusaha.
Peraturan perundang-undangan yang rnengatur keselamatan dan kesehatan
kerja mempunyai peftnan yang besar di dalam mendorong diterapkannya usaha-
usaha keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Sikap pimpinan kontraktordan
komitmennya dalam rnemberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja terha@
tenaga kerja seharusnya seimbang dengan tujuan pemikiran untuk mencegah kerugbn
ekonomis akibat kecelakaan.
Di lndbnesia secam historis peraturan keselamatan dan kesehatan kerja telah
ada sejak pemerintahan Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan dan diberlakukannya
Undang-undang Dasar 1945, maka beberapa penaturan termasuk peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja yang pada waktu itu berlaku yaitu Vilighe&Is
Reglement telah dicabut dan diganti dengan Undang-undang Keselamatan Ke{a,
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja konstruksV
proyek sangat tergantung dari kesadaran dan komitmen pimpinan kontraktor, disiplin
para pekerja dan pengawasan pemerintah. Penerapan sanksi yang konsekuen akan
berpengaruh terhadap kepatuhan ketentuan-ketentuan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Penggunaan teknologi maju untuk kepentingan kemajuan industri konstruksi
akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan pembanguanan setiap negara.
Untuk menghindarkan dampak yang dapat merugikan terhadap manusia, khususnya
terhadap para pekerja dan lingkungan, maka dibutuhkan peraturan-peraturan maupun
standar-standar yang sesuai dengan perkembangan. Peraturan keselamatan &n
kesehatan kerja tersebut akan menciptakan rasa amln dan memberi rtts:l
perl indungan terhadap para pekerja.