Anda di halaman 1dari 52

Bahan Pelatihan

Ahli Muda K3 Konstruksi

MODUL 1

UNDANG . UNDANG, STANDAR


& PER/ATURAN K3

ASOSIASI AHLI KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI - INDONESIA
(A2K4 - lndonesia)
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

KATA PENGANTAR

Maksd dari penyusunan modul Peraturan Keselamatan dan


kesehatan Keda adalah untuk memudahkan peserta pelatihan mempelajari
peraturan tersebut.
Tujuan dari penyusunan Kerangka Modul ini adalah untuk menjadi
acuan bagi peserta pelatihan agar mengetahui dan memahami bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja untuk :
a. Memberikan perlindungan dan rasa aman bagi pekerja didalam
melakukan pekerjaannya sehingga tercapai tingkat produktifitas.
b. Memberikan perlindungan terhadap setiap orang yang berada di tempat
kerja sehingga terjamin keselamatannya akibat dari proses pekerjaan
pada kegiatan konstruksi.
c. Memberikan perlindungan terhadap segala sumber produksi yaitu,
pekerja, bahan, mesin / instalasi dan peralatannya sehingga dapat
digunakan secara efisien dan terhindar dari kerusakan.
Penulisan modul ini mungkin masih banyak yang perlu
disempurnakan agar dapat digunakan oleh peserta pelatihan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran-Saran untuk kesempurnaan paper ini-
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi yang telah banyak memberikan buku-buku peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja dan atas saran-saran untuk kesempurnaan
modul ini. Kemudian kepada pihak lain yang tidak dapat penulis sebut satu
persatu.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Penulis

2l 58
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pembelajaran ..........
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Diharapkan agar peserta kursus dapat memahami secara
umum Peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan
kerja
2. Tujuan Pembelajaran Khusus .............
Diharapkan agar peserta kursus dapat memahamitentang :

a. K3 Konstruksi Bangunan, lnstalasi Listrik dan


Penanggulangan Kebakaran
b. K3 Mekanik dan Uap - Bejana Tekan
c. K3 Kesehatan Kerja
BAB II PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN K3
A. Pengertian
B. Dasar Hukum .:..............
1. K3 Konstruksi Bangunan, lnstalasi Listrik dan
Penangg ulangan Kebakaran
2. K3 Mekanik dan Uap - Bejana Tekan......
3. K3 Kesehatan Kerja
C. Ruang Lingkup
1. K3 Konstruksi Bangunan, lnstalasi Listrik dan
Penanggulangan Kebakaran
2. K3 Mekanik dan Uap - Bejana Tekan......
3. K3 Kesehatan Kerja
BAB III PERATURAN DAN PERLINDANG - UNDANGAN JASA
KONSTR{JKSI
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

li58
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

BAB. 1.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diseluruh dunia ribuan kecelakaan terjadi dalam perusahaan setiap hari,
khususnya perusahaan industri. Dari kecelakaan yang terjadi tersebut ada yang
mengakibatkan kematian, cacat permanen atau mengakibatkan pekerja tidak mampu
melakukan pekerjaannya untuk sementara waktu. Setiap kecelakaan tersebut
menyebabkan penderitaan bagikorban maupun bagi keluarganya. Apabila kecelakaan
tersebut mengakibatkan kemalian atau cacat permanen, maka keluarganya akan
mengalami penderitaan yang nnkin berkepaniangan.
Pengertian kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dari semula
dan tidak dikehendaki yang nrcngganggu suatu proses dari aktivitas yang telah
ditentukan dari semula dan dapat mengakibatkan kerugianbaik korban manusia
maupun harta benda.
Sedangkan pengertian keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala daya
upaya atau pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempumaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga
kerja menuju masyarakat adildan makmur.
Norma adalah kaidahl<aidah yang rnemuat aturan dan berlaku serta ditaati
masyarakat baik tertulis maupun tidak. Dengan demikian pengertian norma
keselamatan dan kesehatan kerja adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja yang ditujukan untuk nelindungi tenaga kerja dari
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kerugian akibat kecelakaan dalam bentuk material dapat berupa uang,
kerusakan harta benda maupun kehilangan waktu keda. Dilihat dari sisi perusahaan
hal tersebut merupakan pemborosan ekonomi perusahaan. Oleh karena itu
pencegahan kecelakaan di tempat kerja adalah merupakan tugas yang penting, baik
dilihat dari segi ekonomi maupun dari segi kemanusiaan.
Setiap orang pada dasamya tidak ada yang ingin rnemperoleh kecelakaan
terhadap dirinya maupun terhadap segala harta benda yang dimilikinya. Keinginan
untuk mendapatkan jaminan keamanan terhadap dirinya, tidak adanya gangguan atdu
kerusakan terhadap harta benda miliknya merupakan naluri setiap orang dimanapun di
dunia. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah
halyang universaldan merupakan naluri setiap onang pada umumnya.
Semua kecelakaan ke$a, baik langsung maupun tidak langsung dianggap
berasal dari kegagalan manusia. Karena manusia bukan mesin, maka tindakan
manusia tidak sepenuhnya dapat diramalkan. Manusia dalam melakukan perbuatan
kadang-kadang membuat kesalahan-kesalahan. Kesalahan dapat dilakukan pada saat
perencanaan pabrik, pengadaan bahan atau alat, pembelian maupun pemasangan
suatu mesin atau instalasi, penempatan seseorang dalam jabatan, pemberian instruksi
atau penugasan, perawatan maupun pengawasan.
Banyak pemikiran yang dicurahkan untuk menyelidiki sebab-sebab
kecelakaan, namun demikian terdapat banyak perbedaan mengenai cara
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

penggolongan kecelakaan di setiap negara. Tujuan dari penggolongan kecelakaan


tersebut adalah untuk menerangkan faKor-faktor yang sesungguhnya menjadi
penyebab dari kecelakaan kerja dalam.industri dan tempattempat kerja lainnya.
Namun demikian penggolongan kecelakaan tersebut masih belum dapat
men ggamba rkan keadaan atau peristiwa teriadinya kecelakaan.
Dewasan ini bermacam-macam usaha telah dilakukan untuk mencegah
terjadinya kecelakan kerja di perusahaan-perusahaan industri atau di tempat-tempat
kerja.
Secara umum pola pencegahan kecelakaan dapat dilakukan melalui :

1. Penturan-petaluran, yaitu peraturan perundang-undangan yang bertalian dengan


syarat-syarat ke$a, perencanaan, konstruksi, perawatan, pengawasan, pengujian
dan pemakaian peralatan industri, kewajiban pengusaha dan para pekerja,
pelatihan pengawasan keselarnatan dan kesehatan kerja, pertolongan pertama
pada kecelakaan dan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
2. Standansasl yailu menyusun standar-standar yang bersifat wajib (compulsary)
maupun yang bersifat sukarela (voluntary) yang bertalian dengan konstruksi yang
arnan dari peralatan industri, hasil produksi, pelindung diri, alat pengarran.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Penelitian Teknik, yaitu meliputi penelitian terhadap benda dan karakteristik bahan-
bahan berbahaya, mempelajari pengaman mesin, pengujian alat pelindung diri,
penyelidikan tentang desain yang cocok untuk instalasi industri.
5. Penelitian Medis, yaitu meliputi hal-hal khusus yang berkaitan dengan penyakit
akibat kerja dan akibat medis terhadap manusia dari berbagai kecelakaan kerja.
6. Penelitian Psrkologis, yaitu penelitian terhadap pola-pola psikologis, yang dapat
menjurus kearah kecelakaan kerja.
7. Penelitian Statnfrk, yaitu menentukan kecenderungan kecelakaan yang terjadi
melalui penganntan terhadap jumlah, jenis orangnya (korban), jenis kecelakaan,
faktor penyebab, sehingga dapat ditentukan pola pencegahan kecelakaan yang
serupa.
8. Pendidikan, yaitu pemberian pengajaran dan pendidikan clra pencegahan
kecelakaan keria dan teori-teori keselarnatan dan kesehatan keda sebagai mata
pelajaran di sekolah,sekolah teknik dan pusat-pusat latihan kerja.
9. Training (latihan), yaitu pemberian instruksi atau pentunjuk-petunjuk rnelalui
praktek kepada para pekerja mengenai cara kerja yang arnln.
10. Persuasr, yaifu menanamkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan
kesehatan keda dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan, sehingga
semua ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diikuti oleh semua
tenaga kerja.
11. Asuransi, yaitu upaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi terhadap premi
asuransi kepada perusahaan yang melakukan usaha-usaha keselamatan dan
kesehatan kerja atau yang berhasil menurunkan tingkat kecelakaan di
perusahaannya.
12. Penerapan butir 1 s/d. 11 di tempat kerja, artinya efektivitas usaha keselamatan
dan kesehatan kerja sangat tergantung dengan penerapannya di tempat kerja
secara konsekwen.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

B. Tujuan Pembelaiaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Diharapkan agar peserta pelatihan dapat mengerti secara umum Peraturan
Perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja di lndonesia.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Diharapkan agar perserta pelatihan memahami dan mampu menjelaskan
tentang:
K3 Konstruksi Bangunan
K3 lnstalasi Listrik,.Lift dan Petir
K3 Penanggulangan Kebakaran
K3 Mekanik
K3 Pesaurat UaP dan bejana tekan
K3 Kesehatan Kerja
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

BAB.2.
PERATURAN DAN
PERUNDANG-UNDANGAN K3

POKOK BAHASAII PERATURAN - PERUNDANGAN K3

A. Pengertian
Usaha penanganan masalah keselamatan kerja di Indonesia dimulai pada tahun
1847, sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri oleh Femerintah
Hindia Belanda. Penanganan keselamatan kerja pada waktu itu pada dasarnya adalah bukan
untgk pengawasan tsrhadap pemakaian pesawat-pesawat uap tetapi untuk mencegah terjadinya
kebakararr yang ditimbulkan akibat pengguunn psawat uap. Pelalsanaan terhadap
pengawasannya pada waktu itu diserahkan kepada instansi Dienst Van het Stoomwezen.
b""g* berdirinya Dinas Stoomwezen, maka untuk pertama kalinya di Indonesia pemerintah
.""aru nyata mengadakan usaha perlindungan tenaga kerja dari bahaya kecelakaan.
pengertian perlindungan tenaga kerja pada saat itu adalah tenaga kerja
Belanda yang bekerja di perusahaan-perusahaan di wilayah jajahan Belanda.,Pada
waktu itu pJrtinOungan tenaga kerja yang berasal dari orang-omng yang dijajah
dianggap bukan sebagai suatu kepentingan masyarakat oleh pihak pemerintah yang
menjajah.
Untuk rnembantu kepentingan pengawasan pesawat.uap, dirasakan perlunya
suatu unit penyelklikan bahan atau laboratorium yang merupakan bagian dari dinas
Stoomwezen. Laboratorium tersebut diserahkan kepada Sekolah Teknik Tinggi di
Bandung pada tahun 1912, untuk keperluan pendidikan. Laboratorium penyelidikan
bahan terdebut kini menjadi bagian dari Departemen Perindustrian dengan nama Balai
Penelitian Bahan (B4T).
Pada akhir abad 19 pemakaian pesawat uap meningkat dengan pesat'dan
disusul dengan pernakaian rnesin-mesin diesel dan listrik di pabrik-pabrik. Hal tersebut
rnenyebabkin iinbulnya sumber-sumber bahaya baru bagi Para pekeda dan
keceiakaan kerja bertahbah sering tedadi. Pada tahun 1905, akhimya pemerintah
mengeluarkan StaatsUlad No. 521 yaitu peraturan tentang keselamatan keria yang
disebut dengan nama Veiligheids Reglement yang disingkat VR, dan kemudian
diperbaharui pada tahun 1910 dengan Staatsblad No. 406 pengawasannya dilakukan
oleh Dinas Stoornwezen.
Sesudah perang dunia kesatu proses mekanisasi dan elektrifikasi di
perusahaan industri berjalan lebih pesat. Mesin-mesin diesel dan listrik memegang
peranan di pabrik-pabrik, jumlah kecelakaan meningkat sehingga pengawasan
ierhadap pabrik-pabrik dan bengkel-bengkel ditingkatkan. Pada tahun 1925 nama
Dienst Van het Stoomwezen diganti dengan nama yang lebih sesuai yaitu Dienst Van
het Veiligheidstoezight, disingkat VT atau Pengawasan Keselamatan Kerja.
Dengan berkembangnya model dan tipe pesawat uap yang didatangkan ke
lndonesia dimana tekanannya juga semakin tinggi, maka pada tahun 1930 pemerintah
mengeluarkan Stoomordinate dan Stoom Verordening dengan Staatsblad No. 225 dan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

No. 339. Kemudian secara berturut-turut tugas VT clitamban sesuai dengan unqang-
undang yang dikeluarkan, yaitu pada :
Tahun 1931 :
pengawasan terhadap bahan-bahan yang mengandung cun di perusahaan
(pabrik cat, accu, percetakan, dll.)dengan Loodwit Ordonantie, Staatsblad No.
509
Tahun 1932 dan 1933 :
pengawasan terhadap pabrik petasan dengan Undang-undang dan Peraturan
Petasan (Vuurwerk Odonantie dan Vuurwerk Verordening Staatsblad No. 143
dan No. 10).
Tahun 1938 dan 1939 :
pengawasan terhadap jalan rel kereta api loko dan gerbongnya yang
digunakan sebagai alat pengangkutan di perusahaan pertanian, kehutanan,
pertambangan dan sebagainya selain darijalan kereta api PJKA, yaitu melalui
lndustriebaan Ordonantie dan lndustriebaan Verordening Staatsblad nomor :
595 dan nomor: 29.
Tahun 1940:
untuk pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pengawasan Keselamatan
Kerja, pae pengusaha ditarik biaya retribusi melalui Retibutie Ordonantie dan
Retributie Verordening, Staatsblad nomor424 dan nomor : 425.

B. Beberapa Peraturan Yang Berkaitan K3 di lndonesia


1. lJndang-undang No.l tahun 1951 tentang Pemyataan Berlakunya Undang-
undang Kerja Tahun 1948 No. 12.

Di dalam penjelasannya dikatakan bahwa Undang-undang No. 12 tahun


1948 ini dimaksudkan sebagai undang-undang pokok (lex generalis) undang-
undang kerja yang memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang
muda dan orang wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.
Mengenai pekerjaan anak, ditentukan bahwa anak-anak tidak boleh
menjalankan pekerjaan (pasal 2). Maksud larangan ini adalah memberikan
perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan dan pendidikan si anak. Larangan
itu sifatnya mutlak, artinya di semua perusahaan, tanpa membedakan jenis
perusahaan tersebut. tetapi kenyataannya masih ada anak yang bekerja dengan
berbagai alasan. Yang perlu diperhatikan adalah pedindungannya serta
kesempatan untuk sekolah dan mengembangkan diri.
Orang muda pada dasarnya dibolehkan melakukan pekerjaan. Namun
untuk menjaga keselamatan, kesehatan dan kemungkinan perkembangan jasmani
dan rohani, pekerjaan itu dibatasi.
Orang wanita pada dasarnya tidak dilarang melakukan pekedaan, tetapi
hanya dibatasi berdasarkan pertimbangan bahwa wanita badannya lemah serta
untuk menjaga kesehatan dan kesusilaannya.
Dalam Undang-undang Kera dinyatakan :

a. Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali
jikalau pekerjaan itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya dijalankan
oleh seorang wanita. Demikian pula apabila pekerjaan itu tidak dapat
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

dihindarkan berhubungan dengan kepentingan atau kesejahteraan umum


(pasalT). Malam hari, ialah waktu antara jam 18.00 sampai 06.00.
b. Orang wanita tidak boleh nenjalankan pekerjaan di dalam tambang, lubang di
dalam tanah atau tempat lain untuk mengambil logam dan bahan-bahan lain
dari dalam tanah (pasal 8).
c. Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi
kesehatan atau keselamatannya, demikian pula pekedaan yang menurut sifat,
tempat dan keadaannya berbahaya bagi kesusilaannya (pasal 9).
Disamping itu, pasal 13 memuat pula ketentuan yang khusus ditujukan bagi orang
wanita, yaitu mengenai haid dan melahirkan.

2. tJndang-undang IJap (Sfoom Ordonantie, SIBL No. 225 Tahun 1g3O)


Undang-undang Keselamatan Kerja merupakan undang-undang pokok
yang mengatur keselamatan kerja secara umum dan bersifat nasional. Disamping
undang-undang keselamatan kerja yang mengafur secara umum, masih tedapat
peraturan-peraturan keselamatan kerja yang mengatur secara khusus atau dikenal
dengan azas Lex Specialist. Peraturan tersebut antara lain Undang-undang dan
Peraturan Uap tahun 1930.
Peraturan yang bersifat khusus tersebut dikeluarkan lebih dahulu dari
Undang+rndang Keselamatan Kerja, hal tersebut dimungkinkan apabila kita
melihat daripada penjelasan Undang-undang Keselamatan Kerja dan historis
peraturan tersebut.

3. tJndang-undang Timah Putih Keing (Loodwit Ordonantie, SfAt No. ffi9


Tahun 1931)
Mengatur tentang larangan membuat, memasukkan, menyimpan atau
menjual timah putih kering kecuali untuk keperluan ilmiah dan pengobatan atau
dengan ijin dari pemerintah.
4. Undang-undang Petasan, SIBL No. 143, Tahun 1932jo SIBL No.10 Tahun
1e33)
Mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukkan untuk
kegembiraan/keramaian kecuali untuk keperluan pemerintah. Yang diatur dalam
u ndan g-undang ini termasu k ketentuan tentang :

pemasukan dari luar negeri


pembuatan dan perdagangan
petasan berbahaya
persediaan/penyimpanan dan memasang petasan berbahaya.

5. Undang-undang Rel lndusti (lndustrie Baan Ordonantie, STBL No. 595 Tahun
1 ss])
Undang-undang ini mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-
jalan rel guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan,
kerajinan dan perdagangan. Materi yang diatur termasuk ganti rugi guna
pemakaian bidanq tanah dan ialan-ialan raya, pemakaian jalan rel industri untuk
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4{ndonesia)

pihak lain, pengangkutan lewat jalan rel industri, persilangan dan persinggungan,
perubahan pada jalan raya, pengawasan,

6. Undang-undang No. 10 Tahun 1961 tentang Membedakukan Perpu No. I


Tahun 1961 menjadi Undang-undang.
Undang-undang ini mengatur tentang pembungkusan, penandaan dan
penanganan dalam menjualdan rnenghasilkan barang. Tujuan dari pada peraturan
ini adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat dalam hal :
Kesehatan dan kesel a matan rakyat (masya ra kat)

Keselamatan kerja dan keselamatan modal


Mutu dan susunan barang
Perkembangan dunia perdagangan dan industri
Kelancaran pembangunan
Keamanan negara

7. Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Higiene dalam Pemiagaan dan Kantor*antor.
Konvensiini berlaku bagi :

a. Badan-badan perniagaan
b. Badan, lembaga dan kantor pemberi jasa dimana pekerja-pekerjanya
terutama melakukan pekerjaan kantor.
c. Setiap bagian dari badan, lembaga atau kantor pemberi jasa dimana
pekerjanya terutama melakukan pekerjaan dagang-atau kantor, sejauh
mereka tidak tunduk pada undang-undang atrau peraturan atau ketentuan-
ketentuan lain yang bersifat nasional tentang higiene dalam industri,
pertambangan, pengangkutan atau pertanian.
Materi yang diatur dalam Konvensi ini meliputi kebersihan, ventilasi, suhu,
penemngan, ergonomi, persediaan air minum, tempat cucidan sanitair, tempat
mengganti dan menyimpan pakaian, penggunaan alat perlindungan diri,
kebisingan serta getaran dan sebagainya.

8. Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosra/ Tenaga Kerja.


Dikeluarkannya undang-undang tersebut dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan jaminan sosial kepada setiap tenaga kerja melalui mekanism6
asuransi.
Ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja dalam undang-undang ini
meliputi :

a. Jaminan Kecelakaan Kerja


b. Jaminan Kematian
c. Jaminan Hari Tua
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

jenis penyaKfi
selain dari itu di dahm pasal 11 menyebutkan bahwa, daftar
yang timbul karena hubungan kerja serta perubahannya. ditetapkan dengan
dapat dijelaskan
k"p"utui"n presiden. Tentan-g jaminin pemeliharaan kesehatan
bahwa:
pemdiharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
dan merupakan
tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya
,payi fesenatan--Oi niOang penyembuhan (kuratif). . Oleh karena upaya
yang tidak sedikit dan memberatkan jika
pbnyemOunan memerlukan dana
bi6eOanXan kepada peforangan, maka sudahp1m selayaknya diupayakan
penangguf angan' kemampuan mlsyarakat melalui prog iaminan sosial tenaga
kerja.
pemeliharaan
Disanping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan
pencega.han
kesehatan tenagJ roii i"ig metiputi upaya peningkatan..fn1.gmotir1,
'peinuiihan
(rehablitatif). Den-gan.demikian
iJr*"ntiO, p*i"rnOifian (riratiq,'iesenatan
Oan
tenaga keria yang optima! sebagai
lii1,"r3piin'ercapainya oliraiat
p"t"ndi yang produriit oagi pembangunan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
ielain uniutcienagakerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya.

9. lJndang+ndang No. 4 tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup'


DengandikeluarkannyaUndang-undangNo.4.'tahunl9S2tentang
'e"ngelolain Lingkungan Hidup dan P"otll"l
Ketentuan-fetentuan- Fofot .

PemerintahNo.2gtahunlg36tentangAnalisaDaTP{Lingkungan.seDagal
p"r"tut"n penfsanaan Undang-undang No'4 tahun 1982' maka pembuangan
proses
masalah atau
bahan beracun dan berbahaya rirenjadi makin penting ka.lena
y"n' terjadi di dalam p-erusafr-aan..akan nremberikan dampak di dalam
dapat menimbulkan pencemarln
Varig kemungkinan
b"rir"nil"n limbahp6Lti,t"n instansi
tingkungan. oari seli peruidangan sebetulnya sudah banyak
yang berbahaya dan beracun di
teknis yang mengaiii p"nrng"nan Oanan-6ahan
dalam Perusahaan/industri -

l0.PeratunnPemerintahNo.TTahunlg13tentangPengawasanatas
P e re d aran, P e n yi mp an a n da n P e n g g u n aa n Pesfisida'
peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan untuk melindungi keselamatan
alami serta untuk
manusia, sumber-sumber kekayaan perairan, fauna dan flora
men ghindari kontami nasi lingkung an oleh pestisida'
menyangkut
Hal-hal yang secara langsung ma!P.u! - tid.ak .langsung
Menteri Kesehatan dan Menteri
keselamatan dan feienatan manulia dlatur oleh
masing-masing (pasal 10)'
Tenaga Xe6a sesuai O"ngin bidang dan wewenang

11. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Keria


terhadaP Radiasi.
DalamperaturaniniterdapatsatuBabkhususyangmengaturkesehatan
tenaga kerja, meliPuti :

dilakukan satu kali


a. Pemeriksaan kesehatan calon pekeqa dan pekerja radiasi
dalam setanun.- npiOif" dipandang perlu, pemeriksaan dapat
dilakukan
harus dilakukan
sewaktu-waktu. pemeriksaan secari teliti dan menyeluruh
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

kepada pekerja radiasi yang memufuskan hubungan kerja (PHK) dengan


instalasiatom.
b. Keharusan mempunyai Kartu Kesehatan (pasal 11 dan 12)
c. Penukaran tugas pekerjaan / mutasi (pasal 13).
Untuk mengawasi ditaatinya peraturan-peraturan keselamatan kerja
terhadap radiasi, perlu ditunjuk Ahli Proteksi oleh instansi yang benvenang (pasal
7, ayat 1). Ahli Proteksi Radiasi diwajibkan memberi laporan kepada instansi yang
beruenang dan Menteri Tenaga Kerja secara berkala (pasal 7, ayal2l.

12. Pemtunn Pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan


Pengatasan Kesel amatan Kerja Dibidang Peftambanga n.
Dalam peraturan ini diatur tentang Keselamatan Kerja di bidang
pertambangan sehubungan dengan dikeluarkannya Undang-undang Keselamatan
Kerja No. 1 Tahun 1970. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut Menteri
Pertarbangan bervvenang melakukan pengawasan atas keselamatan kerja dalam
bidang pertambangan dengan berpedonran pada Undang-undang No. 1 Tahun
1970 beserta peraturan pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan tugasnya dilakukan
kerjasanu dengan petugas dari Departemen Tenaga Kerja baik di tingkat Pusat
maupun daerah.
Pengawasan keselamatan kerja tersebut tidak termasuk untuk
pengawasan terhadap ketel uap yang diatur dalam Undang-undang Uap tahun
1930 (STBL No.225, 1930).

13. Peratunn Pemeintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada
Pemumian Dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
Dalam peraturan ini diatur tentang tata usaha dan pengawasan
keselamatan kerja atas pekerjaan serta pelaksanaan pemumian dan pengolahan
minyak dan gas bumi. Peraturan ini merupakan pelaksanaan daripada Undang-
undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 dan PP. No. 19 Tahun 1973.

14. Pentunn Pemerintah No. 14 Tahun 1993 Tentang Penyetengganan Prcgram


Jaminan Sosla/ Tenaga Kerja.
Di dalam peraturan ini peranan dokter penguji kesehatan kerja dan dokter
penasehat banyak menentukan derajat kecacatan serta dalam upaya pelayanan
kesehatan kerja.

15. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang limbul Karena
Hubungan Kerja.
Di dalam peraturan ini tercantum daftar berbagai jenis penyakit yang ada
kaitannya dengan hubungan kerja.

2. Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara No.1 Tahun 1g70


Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara Nomoll tahun
1970 adalah Undang-undang keselamatan kerja yang berlaku secam nasional di
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

seluruh wilayah hukum Republik lndonesia dan merupakan induk dari segala
peraturan febtamatan kerja yang berada di bawahnya. Meskipun judulnya disebut
dengan Undang+rdang Keselamatan Ke{a sesuai bunyi pasal 18 namun materi
yang diatur tennasuk masalah kesehatan kerja.

Setelah bangsa lndonesia mencapai kemerdekaan, sudah barang tentu dasar


filosofi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja seperti tercermin di dalam
peraturdn perundangan yang lama tidak sesuai lagi dengan falsafah Negera Republik
I ndonesia yaitu Pancasila.

Pada tahun 1970 berhasil dikeluarkan Undangi-l,Jndang No. I tahun 1970


tentang Keselamatan Kerja yang merupakan penggantian VR. 1910 dengan beberapa
perubaharl mendasar, antara lain :

1. Bersifat lebih preventif


2. Memperluas ruang lingkuP
3. Tidak hanya menitik beratkan pengamanan terhadap alat produksi.
* Tujuan

pada dasamya Undang-Undang No. I tahun 1970 tidak menghendaki sikap


kuratif atau korektif atas kecelakaan kerja, melainkan menentukan bahwa kecelakaan
kerja itu harus dicegah jangan sampai terjadi, dan lingkungan kerja harus memenuhi
syarafsyarat kesehatan. Jadi, jelaskah bahwa usaha-usaha peningkatan keselanratan
dan kesehatan kerja lebih diutamakan daripada penanggulangan.
' Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai 'kejadian yang tidak diduga
sebelumnya". Sebenamya, setiap kecelakaan kerja dapat diramalkan atau diduga dari
semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu,
kewajiban berbuat seclcl selamat, dan mengatur perala serta perlengkapan produksi
sesuai standar yang diwajibkan oleh UU adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya
kecelakaan.
H.W. Heinrich dalam bukunya The Accident Prevent mengungkapkan bahwa
80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe act) dan hanya
2CIo/o oleh kondisi yang tidak aman (unsafe condition), dengan demikian dapat
disimpulkan setiap karyawan diwajibkan untuk mernelihara keselamatan dan
kesehatan kerja secara maksimal melalui perilaku yang afin.
Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh :

1. Kekurangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap ;

2. Keletihan atau kebosanan ;

3. Cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomis ;

4. Gangguan psikologis ;

5. Pengaruh sosial-psikologis.

denyakit akibat kefia disebabkan oleh berbagaifaktor, antara lain :

Faktor bioloqis :
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

2. Faktor kinfa termasuk debu dan uap logam ;

3. Faktor fisik terinasuk kebisingan/getaran, nadiasi, penemngan, suhu dan


kelembaban;
4. Faktor psikologis karena tekanan mental/stress.

Sefiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam


melakukan pet<eqaan untuk kesejahtenan hidup dan meningkatkan prcduksi serta
.'
p roduktivitas nasional ..

Kutipan di atas adalah konsiderans Undang-undang No. 111970 yang


bersumber dad pasal 27 ayat (2) UUD 1945 dan oleh sebab itu seluruh faktor
penyebab kecdakaan kerja dan penyakit akibat kerja di tempat kerja wajib
d itang g ulang i oleh pen gu saha sebelu m me mbawa korban jiwa.
Tujuan dan sasaran daripada Undang-undang Keselamatan seperti pada
pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-undang No. I tahun 1970, maka
dapat diketahui antara lain :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakaidan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berajalan secara lancar tanpa hambatan apapun.
Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan termasuk
kebakaran, pebdakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi.
Oleb karena itu setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain
adalah pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja untuk
kesejahteraan niOup dan meningkatkan produksiserta produktivitas Nasional.

* Ruang Lingkup

Undang-undang Keselamatan Kerja ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang
didalamnya terdapat tiga unsur, yaitu :
1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha sosial,
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus menerus maupun
hanya sewaktu-waktu;
3. Adanya sumberbahaYa.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

Tempat Kerja adalah tempat dilakukannya pekeriaan bagi sesuatu usaha,


dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di
tempat itu.
Tempat kerja tersebut mencakup semua tempat kegiatan usaha baik yang
bersifat ekonomis maupun sosial.
Tempat kefia yang bersifat sosial seperti :

a. bengkeltempat untuk pelajaran praktek ;

b. tempat rekreasi ;

c. rumah sakit;
d. tempat ibadah ;

e. tempat berbelanja ;

f. pusat hiburan.
Tenaga kerja yang bekerja disana, diartikan sebagai pekerja maupun tidak
tetap atau yang bekerja pada waktu-waktu tertentu, misalnya : rumah pompa, gardu
transformator dan sebagainya yang tenaga kerjanya rnemasuki ruangan tersebut
hanya sementara untuk mengadakan pengendalian, rnengoperasikan instahsi,
menyetel, dan lain sebagainya maupun yang bekerja seclra terus-menerus.
Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang ditetapkan secara terperinci ddam
Bab ll
pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang benruenang. Perincian
sumber bahaya dikaitkan dengan :
a. keadaan perlengkapan dan peralatan ;

b. lingkungan kerja ;

c. sifat i:ekerjaan ;

d. cara kerja ;

e. proses produksi.
Materi keselamatan dan kesehatan keda yang diatur dalam ruang lingkup UU
No. 1 tahun 1970 adalah keselamatan dan kesehatan kerja yang bertalian dengan
mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada
su mber-sumber prod uksi seh in gga men in gkatkan efi siensi dan prod u ktivitas.
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam pasal 3 dan 4
mulai dari tahap perencanaan, perbuatan dan pemakaian terhadap barang, produk
teknis dan aparat prcduksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan ;

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya ;
e. Memberi oertolonoan oada kecelakaan :
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

f. Memberi alat'alat perlindungan diri pada pam pekerja ;

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban,


debu, kOtOran, a$ap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau nadiaSi, suara
dan getaran ;
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik pisik maupun
psikis, peftlcunan, infeksidan penularan ;
Memperobh penemngan yang cukup dan sesuai ;
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik ;

Menyeleng garakan penyegaran udara yan g cukup;


Memelihana kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
Mempaoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
Mengarnankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
Mengarnankan dan memelihara segala jenis bangunan;
Menganenkan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
Menyesuaikan dan rnenyempumakan pengarnlnan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi;

* Pengawasan

Direldorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Keda adalah unit


organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan
pasal 10 UU No. 14 tahun 1969 dan pasal 5 ayat (a) UU No. 1 tahun 1970. Secara
operasionaldilakukan oleh Pegawai Pengawasan Ketenagakerjaan berfungsi untuk :
1. Mengarnasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan hukum mengenai
keselarnatan dan kesehatan kerja.
2. Memberikan penengan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga
kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan secetftl efektif dari
peraturan-peraturan ya n g ada.
3. Melaporkan kepada yang berwenang dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja tentang
kekurangan-kekurangan atau penyimpangan yang disebabkan karena hal-halyang
tidak secara tegas diatur dalam peraturan perundangan atau berfungsi sebagai
pendeteksi terhadap masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja di
lapangan.
Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para Pegawai
Pengauras dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dapat dijalankan
sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan tenaga pengawas yang cukup besar jumlahnya
dan bermutu dalam arti mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis dalam bidang
spesialisasiyang beraneka ragam dan berpengalaman di bidangnya.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

Untuk mendapatkan tenaga yang demikian tidaklah mudah dan sangat sulit
apabila hanya mengandallGn dari Departemen Tenaga Kerja sendiri.
Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi oleh pegawai
teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri, maka Menteri Tenaga Kerja dapat
mengangkat tenaga-tenaga ahli dari luar Departemen Tenaga Kerja maupun swasta
sebagai ahli K3 sepertidimaksud dalam pasal 1 ayat (6) UU No. tahun 1970.
Dengan sistem ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja tetapi kebijaksanaan nasional tetap berada, dan
menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin pelaksanaan
Undang-undang Keselamatan Kerja dapat be$alan secara serasi dan merata di
seluruh wilayah hukum lndonesia.
Dalam pasal 6 diatur tentang tiata cara banding yang dapat ditempuh apabila
terdapat pihak-pihak yang merasa dirugikan atau tidak dapat menerima putusan
Direktur dalam hal keselamatan dan kesehatan keda. Panitia banding adalah panitia
teknis yang anggotanya terdiri dari ahli-ahli dalam bidang yang diperlukan. Tata cara,
susunan anggOta, tugas dan lain-lain ditentukan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Untuk pengawasan yang dilakukan oleh petugas Departernen Tenaga Ke$a
dalam hal inl Pengawas Ketenagakerjaan maka pengusaha harus membayar retribusi
sepertiyang diatur dalam pasal 7.
Agar setiap tenaga kerja rnendapatkan jaminan terhadap kesehatannya yang
mungkin dapat diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan kerja yang bertalian
dengan jabatannya dan untuk tetap menjaga efisiensi dan produKivitas kerja, maka
OiwajiOt<in untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap setiap tenaga kerja baik
secara awal maupun berkala.

Kewajiban Manajemen (Pengusaha) adalah :


1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kernampuan fisik dari tenaga
kerja yang akan diterimanya maupun yang akan dipindahkan sesuai dengan
sifat-sifat pekerjaan ya ng diberikan pada nya.
2. Memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya seelra
berkala pada doKer yang ditunjuk oleh pengusaha dan disetujui oleh Direktur.
3. Menunjukkan dan nenjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat


kerjanya.
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerjanya.
c. Atat-alat perlindungan diribagitenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap yang arnan dalam melaksanakan pekerjaannya.
4. Hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas.
5. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, dan juga dalam pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4{ndonesia)

6. Mernenuhi dan mentaatisemua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dan
tempat kerja Yang dijalankannYa.
pada
7. Melaporkan tiap kecelakan yang terft{i di tenpat. kerja yang dipimpinnya
peiatiat yang ditunjuk oleh Menleri Tenaga K"q3, sesuai dengan tata cara
yang telah ditentukan.
ieiaporan Oan pemeriksaan kecelakaan
g. secara tertutis menempatkan dalam tempat kerja yang dipirpinnya, semua syarat
keselamatan, kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang keselamatan kerja
-petafsbnaannya yang
dan semua perd'turin berlaku bagi tempat kerja yang
besangkutan, pada tempat-tempat yang rnudah dilihat dan terbaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahlikeselarnatan kerja'
9. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinannya, semua gAmbar pada
keselamatan
tempat-tempat
kerja. yang diwajibkan dan, semua bahan pembinaan lainnya,
yarig rnuO-an Oiiinat terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
10. Menyediakan secara curna-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
bagi
-yangberada di batnah pimpinannya. Dan menyediakan
paOa tenaga kerja yang
setiap oring tain memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petinjuk Ving diperlukan menurut pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.

Kewaiiban dan hak tenaga keria adalah :

1. Memberikan keterangan apabila diminb oleh Pegawai Pengawas/Ahli K3'


2. Memakai alat-alat pelindung diri.
3. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan'
4. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang diwajibkan'
5. Menyatakan keberatan terhadap pekedaan dinrana syarat-syarat K3 dan alat-alat
pelind un g diri tidak menjamin keselarnatan nya.

* Sangsi
ancaman
'kurungan UU No. 1 Tahun 1970 merupakan
Ancaman hukuman dari pada pelanggaran
pidana dengan hukuman selama-lamanya bulan atau 3denda
setinggi-tingginya Rp. 1 00.000,-

3. Peraturan Pelaksanaan
peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan VR 1910 tetap berlaku
berdasarkan pasal 17 sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang
Keselamatan Kerja.
Peraturan tersebut berupa Peraturan Khusus sebagai berikut:
Peraturan Khusus AA : Untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Peraturan Khusus BB : Tentang lnstalasi-instalasi Listrik (dicabut)
Peraturan Khusus CC : Keselamatan kerja di Pabrik Gula Putih.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

Peraturan Khusus DD Bejana-bejana Berisi Udara Penggerak Motor Bakar


(dicabut)
Peraturan Khusus EE Perusahaan-perusahaan, Pabrik-pabrik dan
Bengkel-bengkd dimana Bahan yang mudah terbakar
dibuat, dipergunakan dan dikeringkan

Dasar Hukum
1. Keselamatan dan Kesehatan Keria (K3) Konstruksi Bangunan
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Undang-undang No. 111970 tentarg Keselamatan Keda
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi
Bangunan.
Terdiri dari ; 19 Bab, 106 Pasal
1) Bab I Ketentuan Umum
2l Bab ll Tempat Ke{a dan alat-alat kerja
3) Bab lll Perancah
4) Bab lV Tangga dan tangga rumah
5) BabV Alat-alat angkat
6) BabVl Kabel baja, tarnbang, rantai dan peralatan bantu
7l Bab Vll Mesin-mesin
8) Bab Vlll Peralatan Konstruksi Bangunan
9) Bab lX Konstruksi di bawah tanah
10) Bab X Penggalian
1 1) Bab Xl Pekerjaan mernncang
12) Bab Xll Pekerjaan beton
13) Bab Xlll Penggalian
14) Bab XIV Pekerjaan mernancang
15) Bab XV Pekerjaan beton
16) Bab )O/l Pekerjaan lainnya
17) Bab XVll Pembongkaran
1B) Bab XVlll Penggunaan perlengkapan Penyelamatan dan
Perlindungan diri
19) Bab XIX Ketentuan peralihan
20) Bab XX Ketentuan lain-lain
21) BabXXl Ketentuan hukuman
22) Bab XXll Penutup.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

d. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan


Umum No. Kep.174lMen/1986. No. 1MlKpts/1986
1) 8 (delapan) pasal
2) Buku Pedoman Pelaksanaan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada tempat Kegiatan Konstruksi.

2. lnstalasiListrik, Petirdan Lift


Listrik, lift maupun petir adalah merupakan bentuk dari sumber bahaya
yang perlu dikendalikan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 1 Tahun 1970.
Pasal-pasal dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 yang berkaitan
dengan batasan ruang lingkup, tujuan, metoda K3 listrik perlu difahami secara
baik.
Dari ketentuan-ketentuan dasar tersebut di atas, lebih lanjut ditetapkan
pengaturan seclra teknis mengacu .sesuai perkembangan teknologi. Standar
teknik perencanaan, pemasangan, pengoperasian, pemelihanaan dan
pemeriksaan/pengujian instalasi listrik, adalah rnengikuti perkembangan
penerbitan Peraturan Umum lnstalasi Listrik (PUIL). Edisi PUIL yang terbaru
adalah "PUIL 2000" sebagaigenerasi ke lima.
Sejarah PUIL berawal dari sejak jaman Belanda bemama AVE 1938
diterjemahkan dan disempumakan menjadi PUIL 1964, disempumakan menjadi
PUIL 1977, selanjutnya direvisi menjadi PUIL 1987 (SNl - 225 - 1987), dan
terakhir PUIL 2000 (SNl 04 - 0225 - 2000). Sejak AVE 1938 sudah menjadi
bagian dari Standar K3 listrik, yang terakhir PUIL 2000 ditetapkan dengan
Keputusan MenteriTenaga Kerja dan Transmigrasi No Kep.75lMenl2002.
PUIL berdiri sendiri adalah standar yang bersifat netral, sebagai panduan
yang tidak mengikat secan hukum. Biasanya standar digunakan sebagai rujukan
dalam suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalatir dengan pemberi kerja.
Oleh karena PUIL telahditetapkan diberlakukan seclrEt utuh dengan
Peraturan dan Keputusan Menteri, maka sernua persyaratan teknis maupun
administratif, menjadi bersifat wajib
Dalam PUIL juga memuat persyaratan khusus instalasi listrik untuk
pesawat lift dan persyaratan instalasi proteksi bahaya sambanan petir. Ketentuan
seelra lebih teknis Lift dan proteksi bahaya sambaran petir masing-masing diatur
dalam peraturan tersendiri yaitu :
1. Permenaker No Per 02iMenl1989, mengatur persyaratan mengenai instalasi
penyalur petir.
2. Permenaker No Per 03/Men/1999, mengatur persyaratan rnengenai lift.
3. Kepmenaker No Kep 407lM/8W/1999, rnengatur lebih lanjut tentang
kompetensi teknisi lift.
4. Keputusan Dirjen Binawas No Kep.311lBWl2002, mengatur lebih lanjut
mengenai Sertifikasi Kompetensi K3 bagiteknisi listrik.
Ruang lingkup obyek pengawasan lift adalah yang dipasang di setiap tempat kerja.
Sedangkan jenis yang diatur dalam Permen 03/99 adalah lift untuk mengangkut
orang dan barang.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

3. Keselamatan dan Kesehata n Penang gulangan Kebakaran


Sasaran obyektif K3 penanggulangan kebakaran sebagaimana dirumuskan
dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 ayat (3) al :
Mencegah, mengurangi dan rnemadamkan kebakaran ;

Memberi kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada kejadian


kebakaran
Mengenlalikan penyebaran asap, panas dan gas
Strategi teknis penanggulangan kebakaran lebih lanjut dijabarkan dengan
peraturan perundangan dan standar.
Pengendalian energi ;

Perencanaan sistem proteksi kebakaran aktif maupun pasif;


Perencanaan sistem manajemen pen an ggulangan kebakaran.
Penanggulangan kebakaran
a) Undang-undang No 1 Th 1970 tentang Kselamatan Kerja
b) Perafuran'Menteri Tenaga Kerja No Per 04/Men/1980 Tentang Syarat-
syarat pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02lMen/1983 Tentang lnstalasi
Alaram Kebakaran Otomatik
d) Peraturan Khusus EE
e) Perafunan Khusus K

0 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04/Men 11987 Tentang P2K3


g) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per05/Men/1996 Tentang SMK3
h) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep 186/Men/1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja
i) lnstruksi Menteri Tenaga Kerja Rl No. lns. IUM/BW1997.

4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mekanik


a) Peratunan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1985 tentang pesawat tenaga
dan produksi
b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1985 tentang pesawat angkut
dan angkut
c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/Men/1989 tentang kwalitas dan
syarat-sya rat operator ke ran ang kat.

rJ. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kap Bejana Tekan


a) Undang-Undang Uap Tahun 1930
b) Peraturan Uap Tahun 1930
c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/Men/1982 tentang bejana tekan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja l{o. 02/Men/1982 tentang klasifikasi juru


las
c) Peraturan Menteri No. 01/Men/1988 tentang Hasifikasi dan syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.

6. Kesehatan Kerja
Undang-Undang
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 hntang Keselamatan Kerja
Syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan Bab lll pasal 3 dalam
peraturan perundangan ini menunjukkan bahwa 50o/o dari syarat-syarat
tersebut adalah syarat-syarat kesehatan kerja, yaitu:
* memberi pertolongan pada kecelakaan;
* memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
.i. mencegah dan mengendalikan timbul atiau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
* mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik rnrupun psykis, pecunan, infeksidan penulanan;
* memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
* menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
* menyelenggarakan penyegamn udara yang cukup;
. * memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

cara dan proses kerjanya.


Didalam pasalS menyebutkan kewajiban pengusaha untuk:
a. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mentaldan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterinranya maupun yang akan dipindahkan,
sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan diberikan kepadanya;
b. Memeriksakan kesehatan dari semua tenaga kerja yang benada di bawah
pimpinannya secam berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha
dan dibenarkan oleh Direktur.

2. Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.


Pasal 6 ayat (1) menyatakan ruang lingkup progmm meliputi :

a. Jaminan Kecelakaan Kerja


b. Jaminan Kematian
c. Jaminan Hari Tua
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ini akan dijabarkan di
dalam peraturan pelaksanaan dari UMang-undang ini.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

PERATURAN PEMERINTAH DAN KEPRES


1. Peraturan Pernerintah nomor 14 tahun 1993 tentang Jamsostek.
Di dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai ketentuan
penyelenggaraan progmm Jaminan Sosial Tenaga Kerja'

2. Keputusan Presiden Rl. Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang


Timbul Karcna Hubungan Kerja.
Di dalam Keputusan Presiden ini diatur mengenai penyakit-penyakit yang
timbul karena hubungan keda dan mendapat kompensasi dari Jamsostek.

PERATURAN MENTERI
1. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 tahun 19M tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
Di dalam Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan antara lain tentang :
.1. Menghindarkan bahaya keracunan,
..1. Penularan penyakit, atau timbulnya penyakit,
.1. Memajukan kebersihan dan ketertiban,
. Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup,
.!. Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang lidak
menyenangkan,
{. Penanggulangan sampah,
.1. Persyaratan kakus WC),
.t Kebutuhan locker (tempat penyimpanan pakaian),
* Dil.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per-


01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
Kewajiban dari perusahaan untuk mengirimkan setiap dokter
perusahaannya untuk mendapatkan latihan dahm bidang Hiperkes.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nonrcr


Per-O1/ Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan,
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja BagiTenaga Para Medis Perusahaan.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan
untuk mengirimkan tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan
Hiperkes.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

4. Permenkaker No. 02iMen/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga


Keda dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja'
Memuat ketentuan dan tujuan mengenai pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja awal (sebelum kerja), berkala (periodik) dan khusus'

5. Permenkakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor


Penyakit Akibat Keria.
* Penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis
* Paling lama2x24iam
.E Melakukan usaha-usaha preventif
.t Menyediakan alat pelindung diri'
6. Permenakertrans No. Per. 03/Menl1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja.
Pelayanan Kesehatan Kerja merupakan salah satu lembaga K3 yang ada
diperusahaan, sebagai sarana perlindungan ten4a kerja terhadap setiap
gangguan kesehatan yang timbuldari pekerjaan atau lingkungan kerja.
Karena itu, Pelayanan Kesehatan Kerja merupakan lembaga K3 yang
sangat straiegis untuk dikembangkan, dalam rangka meningkatkan derajat
kes6hatan da-n kesejahteraan tenaga keda, meningkatkal kualitas sumber
daya manusia, yang pada akhimya akan meningkatkan prcduktivitas
nasional.
'Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK) adalah sarana penerapan upaya
kese'hatan kerja yang Oersifat komprehensif, meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Ssuai dengan kaidah perlindungan yang
lniversai, PKK lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan prcventif,
disamping tetap melaksanakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Dalam Peraturan Menteri inidisebutkan bahwa tujuan PKK adalah:
a) Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekeriaan dengan
tenaga kerja.
b) Melindungi tenaga kerja tertradap setiap gangguan kesehatan yang
timbuldari pekerjaan atau lingkungan kerja.
c) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemamPuan fisik tenaga kerja.
d) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehablitasi bagi tenaga
kerja yang menderita sakit.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-Q1/Men/1998 tentang
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan
Maniaat [eOif' gaiX Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar
Jaminan Sosial Tenaga Kerja-
Di dalam peraturan ini memuat ketentuan kewajiban mengikutsertakan
Semua tenaga kerja dalam jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek,
apabila belum melaksanakan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat
lebih baik dari program dasar Jamsostek. Penyelenggaraan Pemeliharaan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI tNDONESIA (A2K4-lndonesia)

Kesehatan yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen


Tenaga Keda tidak boleh nreniadakan pelayanan kesehatan kerja yang
telah ada di perusahaan dan harus memanfaatkan untuk meningkatkan
penyeleng garnn pemeliharaan kesehatan.

KEPUTUSAN MENTERI
1. Keputusan Menbri Tenaga Kerja Nomor 33 Tahun 1989 Tentang
Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
Diagnosa penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosa sewaktu
melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kefla dan sewaktu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja. Setelah penyakit akibat
kerja didiagnosa harus dilaporkan dalam uqktu 2x24 iam.

SURAT EDAMN DAN INSTRUKSI MENTERI


1. Surat Edaran Menteri Tenaga Keda No. SE.01/Men/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan-
surat Edaran iniberisianjuran kepada semua perusahaan untuk:
.1. Menyediakan ruang makan untuk perusahaan yang ffmpekerjakan
buruh antara 50 - 200 orang.
.1. Menyediakan kantin untuk perusahaan yang mempekerjakan lebih dari
200 orang.
{. Mengacu pelaksanaannya dengan PMP No.7 tahun 1964 khususnya
yang termaktub dalam PasalS.
2. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 071B-Wfi997 tentang Pengujian
Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
Pengujian Hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja tidak
boleh digunakan untuk menentukan fit atau unfit terhadap tenaga kerja.

3. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 86/8W1989 tentang Perusahaan


Catering Yang Mengelola Makanan BagiTenaga Kerja'
surat Edaran ini mengatur kewajiban perusahaan cateringd yang
mengelola makanan bagitenaga kerja untuk:
* Mendapat rekomendasi dari Kandepnaker setempat
{. Rekomen&si diberikan berdasarkan persyaratan kesehatan hygiene
dan sanitasi.

C. Ruang Lingkup
1. K3 Konstruksi Bangunan
a. Perencanaan Pr:oyek
b. Pelaksanaan Fisik ProYek
1) Pekerjaan panggilan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

2) Pekerjaan Pondasi
3) Pekerjaan konstruksi beton
4) Pekerjaan konstruksi baja
5) Pekerjaan finishing
c. Serah Terima ProYek
d. Pemeliharaan Konstruksi
2. K3 lnstalasi Listrik, Lift dan Petir
a. K3 listrik tersirat dalam Bab ll Pasal 2 ayat (2) huruf q UU 1/70, yaitu
tertulis : di etiap tempat dimana dibangQtkan, diubah, dikumpulkan
disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
Dari ketentuan tersebut dapat digambarkan ruang lingkup K3 listrik, yaitu
rnulai dari pembangkitan, jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi
(TET), Tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah (TM) dan jaringan
distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai dengan setiap tempat
pemanfaatannya, khususnya tempat kerja.

b. Memperhatikan Pasal 3 ayat (1) huruf q UU 1i70 tertulis . Dengan


peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat K3 untuk mencegah
terkena aliran listrik berbahaya.

c. Menurut ketentuan PUIL 2000 listrik yang berbahaya adalah listrik yang
memiliki tegangan lebih dari 25 Volt di tempat lembab atau 50 Volt di
tempat yang normal.

d. Ruang lingkup obyek sistem proteksi petir sesuai Permenaker No Per-


02lMenl1989 adalah yang dipasang di setiap tempat kerja, hanya untuk
konvensional dan sistem elektro statik dan hanya rnengatur perlindungan
sambaran langsung.
Sambaran langsung adalah pelepasan muatan listrik dari awan ke bumi
melalui obyek yang tertinggi. Obyek yang dilalui arus petir tadi adalah
tersambar petir secara langsung selanjutnya akan menyebar ke bumi ke
segala arah hingga netral. Obyek yang tersambar dan dialtri arus dan
tegangan petir akan merasakan pengaruh secara langsung yaitu suhu
yang sangat tinggi bisa mencapai 30.000 "C, tegangan dan kuat arus yang
tinggi dapat rnengakibatkan kerusakan secara fisik.

Penyebaran arus dan teganan petir di dalam bumi akan menyebar ke


berbagai penjuru. Kemungkinan dari itu dapat dirasakan oleh grounding
instalasi listrik pada bangunan itu sehingga penghantar bumi bertegangan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

petir yang akibatnya terjadi beda potensial pada jaringan instralasi listrik R,
b, f Uertegangan 22O V sedangkan penghantar pengamln dan
penghantar netral bertegangan petir. lni yang disebut dengan sambaran
iiOa( tangsung yang dapat merusak peralatan listrik dan peralatan
elektronik yang ada di dalam bangunan itu. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No Per-02/Men/1989 tidak mengatur syarat-syarat sistem proteksi
sambamn Petir tidak langsung.

e. Keselamatan dan Kesehatan Keria Lift


Membuat, memasang, memakai pesawat lift dan perubahan teknis
maupun administrasi.

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penanggulangan Kebakaran.


a. Tindakan pencegahan agar tidak terjadi kebakaran dengan cata
mengeliminir atau rnengendalikan berbagai bentuk perwujudan energi
yang digunakan hendaknya diprioritaskan pada masalah yang paling
menonjol dalam statistik penyebab kebakaran.
b. upaya mengurangitingkat kepanahan risiko kerugian yang terjadi maupun
piunnya korban jiwa, dengan ca melokalisasi atau kompartemenisasi
agar api, asap dan gas tidak mudah meluas ke bagian yang lain.
c. penyediaan / instalasi proteksi kebakaran seperti sistim deteksi I alarm
kebakaran dan alat pemadam api ringan, hydrant, springkler atau instalasi
khusus yang handal dan mandiri melalui perenclnaan, pemasangan dan
pemeliharaan.
d. Tersedianya sarana jalan untuk menyelamatkan diri yang aman, lancar
dan memadai sesuaijumlah orang dan bentuk konstruksi bangunan.
e. Terbentuknya organisasitanggap darurat untuk menanggulangi bila terjadi
bahaya kebakaran.

4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mekanik


a. Perencanaan, pembuatan, pefiEsangan atau perakitan, penggunaan atau
pengoperasian dan pemeliharaan pesawat tenaga dan produksi.
b. Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan, penggunaan atau
pengoperasian dan pemeliharaan pesawat angkat dan angkut.
c. Operator yang mengoperasikan peralatan pada a dan b.

5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Uap bejana tekan


a. Perencanaan, pembuatan, pennasangan atau perakitan, modifikasi atau
reparasi dan pemeliharaan pesararat uap dan bejana tekan.
b. Operator yang mengoperasikan peralatan tersebut.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

6. Kesehatan Kerja
a. Perryelenggaman pelayanan kesehatan keda
Sarana
Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan ke[a, dokter perusahaan dan
paramedis perusahaan)
Organisasi (pimpinan unit PKK, pengesahan penyelenggaraan PKK)
b. Pdaksanaan pemeriksaan kesehatan kerja tenaga kerja (awal, berkala,
khusus dan purna bakti)
c. Pdaksanaan P3K (Petugas, Kotak dan lsi Kotak P3K)
d. Pelaksanaan gizi kerja (pemeriksaan gizi dan makanan bagitenaga kerja,
kantin dan katering pengelola makanan bagi tenaga kerja, pengelola dan
pfiugas kotak ring)
e. Pdaksanaan perneriksaan syarat-syarat ergonomi
f. Pelaksanaan pelaporan (PKK, pemeriksaan kesehatan tenaga keda,
petpkit akibat kerja)
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

BAB. 3.
PERATURAN DAN PERUNDANG -
UNDANGAN JASA KONSTRUKSI

3.I. KEBUTUHAN PP UNTUK PENGATURAN JASA KONSTRUKSI


Ut, JASAKONSTRUKSI MATERI MUATAN PP KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG.T'T{DANGAN YANG
HARUS DIINTEGRASIKAN
KEDALAM PP

PPI UU No. 11/67 Pertambangan

Bab I Ketentuan Umum (tentang usaha & peran UU No. 1 S/S5Ketenagalistrikan


masyarakat jasa konstruksi)

Bab ll asas & tujuan Pasal 7 Jenb usaha, bentuk usaha, UU No. 1/95 Perseroan Terbatas
bid. Usaha
Pasal 10 Perizinan usaha, klasifikasi UU No. 12197 hak cipta
& kualifkasi Usaha, sertifikasi UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan
keahlian & keterampilan (Pengganti UU No 25 I 1997)

Bab lll Usaha Jasa Konstruksi Pasal 34 Ketentuan mengenai forum UU No. 23197 Pengelolaan
dan bmbaga kngkungan Hiiup
Pasal42 (3) Tatalaksana & UU No. 24192 Penalaan uang
penerapan sanksi UU No.1/70 Keselamatan kerja

PP II
Bab lV Pengikatan pekerjaan (tentang penyelenggaraan jakons.) UU No. 3/92 Jamsostek
Konstruksi Ps.21 tata cara pemilihan penyedia UU No.5/99 Larangan praktek
jasa, Penyiapan dokumen pemilihan Monopoli & Persaingan
dan dokumen Penawaran, Penetapan usaha tilak sehat
penyedia jasa Pasal 22 (3) Kontrak UU No.8/99 Pedindungan
kerja kontruksi Konsumen
UU No. 22199 Pemerintah
Daerah
UU No. 1/87 Pemerintah Daerah
UU No. Pemerintah Daerah
Bab V Penyelenggaraan Pek. Pasal 23 (4) Penyelenggaraan pekerjaan
Konstruksi Kontruksi

Bab Vl Kegagalan bangunan Pasal 25 Kegagalan bangunan


fiangka waktu, penilai ahli, tanggung jawab)

Bab Vll Peran masyarakat Pasal42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi

PP III
(Tentang penyelenggaran pembinaan jasa
konstruksi)
Bab lX Penyelesaian sengketa
Bab X Sanksi Pasal 35 (1) Ketentuan mengenai pembinaan
Bab Xl Ketentuan Peralihan Pasal 35 (5) Tugas pembinaan oleh pemerintah
Bersama dengan mayarakat jasa konstruksi
Bab Xll Ketentuan Penutup Pasal42 (3) Tatalaksana dan oenerapan sanksi
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

3.2. UNDANG.UNDANG NO. {8 TAHUN {999, TENTANG JASA


KONSTRUKSI

9.2.1. DASAR PERTIMBANGAN NASIONAL


1. pembangunan nasional bertujuan newujudkan masyarakat adil dan
makmurlang merata rneterial dan spiritual berdasarkan pancasila dan
undang-undang dasar 1 945.
2. Jasa (onstruk* merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi,
social dan budaya yang mempunyai peran penting dalam pencapaian
berbagai sasaran guna ffenunjang terwujudnya tujuan pembangunan
nasional.
3. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku belum
berorientasi:
a. Baik kepada kepentingan pengembangan jasa konstruksi,.sesuai
dengan karakteristiknya yang mengakibatkan kurang
berklembangnya iklim usaha yang mendukung peningkatan daya
saing secara oPtimal,
b. Maupun bagi kepentingan masyarakat'

g.2.2. PERTIMBANGAN (Dari Sisi Dunia Jasa Konstruksi)

1. KONDISIYANG ADA
a. Belum terwujudnya mutu produk, waktu pelaksanaan dan
efisiensi pemanfaatan sumber daya-
b. Rendahnya tingkat kepatuhan pengguna jasa dan penyedia jasa'
c. Belum terwujudnya kesejajaran kedudukan antara pengguna
jasa
-Belumdan penyedia jasa dalam hal hak dan kewajiban-
d. terwujudnya secara optirnal kemitraan yang sinergis baik
antar BUJK maupun antara BUJK dan masyarakat.

2. MAKSUD
a. Tertib usaha jasa konstruksi
b. Pemberdayaan jasa konstruksi nasional untuk:
1. MengembangkankemamPuan
2. Meningkatkanproduktivitassaing
3. Menumbuhkan daYa saing
c. Kedudukan yang adil dan serasi antara pengguna jasa dan
Pe nyed ia Jasa dalam penyeleng garaan pekerjaan konstruksi.
d. Kemitraan sinergis dalam Jasa Konstruksi'

J JENIS USAHA
a. Usaha Perencanaan
b. Usaha Pelaksanaan
c. Usaha Pengawasan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

4. BENTUK USAHA
a. Orang Ferseorangan
b. Badan Usaha

5. BIDANG USAI-{A
a. Arsitektural
b. Sipil
c. Mekanikal
d. Elektdnal
e. Tata Lingkungan

6. PERSYARATAN PERSONIL
a. Perencana, Pengawas, Tenaga Tertentu: memiliki sertifikat
keahlian
b. Tenaga Teknik:
c. memiliki sertifikat ketrampilan, dan keahlian kerja

7. PERSYARATAN USAHA
a. Memilikiizin usaha
b. Memilikisertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi usaha
c. Usaha orang perseorangan: memiliki sertifikat ketrampilan kerja
dan sertifikat keahlian kerja

8. TANGGUNGJAWABPROFESI
(Berlandaskan PrinsiP):
a. Keahlian sesuaikaidah keilmuan
b. Kepatuhan dan kejujuran intelektual
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

"REWARD'' "SANCTIONU

TANGGTING
JAWAB
PROFESIONAL

KEYAKINAN
MUTU

KODE
ETIK
PROFESI

. KEAHLIAN
. KETERAMPILAI\

REGISTRASI
KUALIFTKASI
KLASIFIKASI
SERTIFIKASI

9.2.3. PENGUSAHAAN
1. TATA HUBUNGAN TRANSAKSIONAL:
a. Pengikatan Pekerjaan Konstruksi
b. PenyelenggaraanPekerjaanKonstruksi
c. Pengaturan Kegagalan Bangunan
2. PERLINDUNGAN PEKERJA:
a. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
b. Jaminan Sosial
Mengikuti:
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

Uu 1/70 Keselamatan Kerja


Uu 14189 Kesehatan Ke$a
Uu 3/92 Jaminan Sosial

3. MASffARAKAT JASA KONSTRU KS I

a. Forum
b. LembagaPengembanganJasaKonstruksi(LPJK)

4. PETERINTAH

a.Pembinaan(Pengaturan,PemberdayaanDanPengawasan)

9.2.4. SISTEMATTKA BATANG TUBUH


UUTerdiri Dari:
a. 12 Bab
b. 46 Pasal
Bah l:
Ketentuan Umum
B* ll : Asas Dan Tujuan
BS lll: Usaha Jasa Kontruksi
B* tV: Pengikatan Pekerjaan Kontruksi
B$ V : Penyelenggaraan Pekerjaan Kontruksi
BS Vl : Kegagalan Bangunan
BS Vlt: Perin MasYarakat
B#1ll: Pembinaan
BS tX: PenYelesaian Sengketa
BS X: Sangsi
B* Xl: Ketentuan Peralihan
B* Xll : Ketentuan PenutuP

Bab I
Ketentuan Umum

Pengertian:
. Jasa Konstruksi
' Pekeriaan Konstruksi
' Peflgguna Jasa
knyedia Jasa
'. Kontrak Kerja Konstruksi
'. Kegagalan Bangunan
Forum
' Registrasi
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

Bab ll
Asas Dan Tuiuan

2.1 Asas
'. Kejujunan Dan Keadilan

.
Manbat l BAGi
Keserasian I
KEPENTiNGAN
'. Keseirnbangan t MASYARAKAI
Kemandirian f BANGSA DA}I
. Keterbukaan NEGARA
. Kemitraan I

. Keannan Dan Keselamatan )


I

. ' Menrloerikan Arah Pertumbuhan Dan Perkembangan Jasa Konstruksi


2.2 Tujuan

Nasional
' MewujudkanTertib Penyelenggaraan Pekerjaan KonstruksiYang
nleniamin Kesetaraan Kedudukan Antara Pengguna Jasa Dan Penyedia
Jasa Dan Dipenuhinya Ketentuan Yang Berlaku
. Mewujudkan Peningkatan Peran Masyarakat

PENJELASAN TENTANG S (DELAPAN) ASAS

1. Asas kejujuran dan keadilan:

2. AsR.s MRtlPRRr:
Kegiatan jasa konstruksi berdasarkan prinsip profesionalisme,
efisiensi dan efektifitas untuk menjamin terwujudnya nilai tambah
optimal bagi pihak pihak dan kepentingan nasional'

3. Asns lGseRAstAN:
Harmoni dalam interaksi antara pengguna dan penyedia jasa
untuk menghasilkan produk yang berkualitas da bermanfaat tinggi
serta berwawasan lingkungan'
\
4. AsRs KESEIMBANGAN:
Berdasarkan pada prinsip keseimbangan aniara kemampua
penyedia jasa dan beban kerjanYa.

5.
fi fr#t#lll'l'3il"roans ny a d aya sains ja sa kon stru ksi nasi oar.

AsRs KETTNBUKAAN:
Tersedianya informasi yang dapat diakses oleh pihak yang
berkepentingan dan masYarakat.

7. Asns KCUITRAAN:
Hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka, timbal balik
dan sinergis.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

B. Asas KeemANAN DAN Krseueuernu'


Terpenuhinya Tertib Penyelenggaraan, Keamanan Lingkungan
Dan Keselamatan Kerja Serta Pemanfaatannya Dengan
Memperhatikan KePentingan Umum.

BAB III
USAHA JASA KONSTRUKSI

3.1 BAGL{N PERTAMA: JENIS, BENTUK DAN BIOANG USAI{A

e. Jeus usRnR
Usaha perencanaan konstruksi
Usaha pelaksanaan konstruksi
Usaha pengawasan konstruksi

b. BEHTUTUSAHA
Usaha orang perseorangan
Badan usaha (bukan badan hukum dan badan hukum/pt.
& badan hukum asing yang dipersamakan

c. Btoerue usAHA
Pekerjaan arsitektural
Pekerjaan sipil
Pekerjaan mekanikal
Pekerjaan elektrikal
Pekerjaan tata lingkungan

Carareu: pENGATRAN LEBTH RtNctTENTANG JENts, BENTUK & atoeme usAHA, DIURAIKAN
DALAM P.P.

3.2 BAGIAN KEDUA: PERSYARATAN USAHA, KEAHLIAN DAI.I KETERAIT'{PILAN

1. Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas


konstruksi yang berbentuk badan usaha: \
- Memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha
- Memiliki sertifikat, klasifikasi dan kualifikasi perusahaan
2. Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang
perseorangan:
- Memiliki sertifikat keahlian
3. Pelaksana konstruksi orang perseorangan.
Memiliki sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian
kerja
4. Orang perseorangan yang diperkerjakan oleh badan usaha
sebagai perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau
tenaga pelaksanan konstruksi tertentu harus memiliki sertifikat
keahlian
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

5. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang


bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat
keteramPilan dan keahlian keria

3.3 BncNN KETIGA: TAT{GGUNG JAWAB PROFESIONAL

Tanggung jawab perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan


pendiwal fonstruksi terhadap hasil pekerjaan nya di landasi p ri nsi p-
briniip keahlian sesuaikaidah keilmuan dan kejujuran intelektual.
Pemenuhan tanggung jawab tersebut dapat ditempuh melalui
mekanisme pertanggung, sesuai peraturan perundang-undang.

3.4 BncNX KEEMPAT: PENGEMBANGAN USRtlA

- Usaha jasa konstruksi dikembangkan untuk mewujudkan struktur


usaha iang kokoh dan efisien melalui kemitraan yang sinergis
antara usaha yang besar, menengah dan kecil serta antara usaha
yangbersifatumum,spesialisdanketerampilantertentu.
- l;ntuk mengembangkan usaha jako diperlukan dukungan dari
mitra usahJ, antara lain melalui pendanaan ( perbankan dan
non perbankan) dan pengembangan jenis perta-nggungan
(insurance risks seperti professional indemnity & liability insurance
serta construction all risk)

BRe tv
P enc IXRTRN PEKERJAAN KONSTRU KS I

4.1 Bncnx PERTAMA: PARA ptHAK (URStt'tC-UaSlNG MEMPUNYAI HAK & rewRltgRltl
sESUAI DENGAII ruruostHvn)
a. Pengguna iasa

l
b. PenYedia jasa
- perencana konstruksi
prinsipnya terPisah
- Perencana konstruksi
- Perencana konstruksi

c. Dalam hal tertentu, diperkenankan penggabungan fungsi-fungsi


(perencanaan, pelaksanaan & pengawasan)
Secara'ieri ntegrasi berda sarkan pertimban g an tekn ol ogi ca nggi h, resi ko
tinggi & biaya besar dan dilaksanakan oleh penyedia jasa pelaksanaan
t<oiitrut<si (contoh: epc dan design -build), atau pekerjaan yang berskala
kecil.

4.2 BAGIAN KEDUA: PENGIKATAN PARA PIHAK


Dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan
penvedia iasa dengan:
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

Cara pelelangan umum atau terbatas


Dalam hal tertentu dengan pemilihan langsung atau penuniukan
langsung

4.3. BAGIAI,I KETIGA: KONTRAK KERJA TOUSTNUTSI (3T)

1. 3KMENGATUR/MEMUAT:
a. Hubungan kerja Para Pihak
b. Sekurang-kurangnYa:
- ldentitas Para Pihak
- Rumusan Pekerjaan
- Masa Pertanggungan
- Tenaga ahli yang melaksanakan pekerjaan
konstruksi
- Hak dan kewajiban Para Pihak
- Cara PembaYaran
- Cidera janji
- Penyelesaian Perselisihan
- Pemutusan
- Keadaan memaksa
- Kegagalan bangunan
- Perlindungan Pekerja
- Aspek lingkungan
c. Ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual (untuk
jasa konsultasi konstruksi)
d. Femberian insentif (berdasarkan kesepakatan para pihak)
e.Subpenyediajasadanpemasok(terutamauntukjasa
pelaksanaan konstruksi)
2. 3k dibuat dalam bahasa indonesia dan dalam hal 3k dengan pihak
asing dapat dibuat dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris
3. Kete-ntuan kkk di atas juga berlaku untuk kkk antara peneyedia
jasa dan sub PenYedia jasa
SUB PEMBERIJASA
CATATAN: PENGATURAN LEBIH RINCITENTANG IKK, HAKI, INSENI1F DAN
& PETIRSOT DURAIKAN DALAM P.P.

BABV \.
PSNYEUETICGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

5.1. PENYELENGGARAN PEKERJMN KONSTRUKSI meliputi tahap perencanaan dan


tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing
dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran
TENTANG:
5.2. TNHRPRI.I DAN KEGIATAN DIMAKSUD HARUS MEMENUHIKETENTUAN
a. Keteknikan
b. Ketenaga kerjaan
c. Tata Pengelolaan lingkungan
d. Semua kewajiban lainnya yang dipersyaratkan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

CATATAN: UR,AIAN LEBIH RINCI TENTANG PENYELENGGAR'AN


PH<ERJAAN KOIVSTRUKS I DIATUR LEBIH LANJW
DALAM P'P'

BABVI
KECICIIRN BANGUNAN

6.1 KErcHTUEN UMUM


a.Penggunajasadanpenyediajasawajibbertanggungjawabatas
kegagalan bangunan
b. r"gai;rn n"n-grn"n dihitung seiqk penyerahan akhir pekerjaan
konstiuksi dan selama-lamanya 10 tahun
c. fegag;lan O"ngun"n ditetapkan pihak ketiga selaku penilai ahli

6.2 KECNCET.AN BANGUNAT.I KARENA:

a.Kesalahanperencanaanataupengawasanbangunan,tanggung
tsb
iawab perencana atau pengawas bangunan
b.Kesalahanpelaksanaankonstruksi,tanggungjawabpelaksana
konstruksi
c.Kesalahanpengelolaandanpemanfaatanbangunan,tanggung
iawab Pengguna jasa

DIATUR LEBIH LANJUT


CaTATAT,I: URAIAI{ LEBIH RINCI TENTANG KEGAGALAN BAI,IGUNAN
DALAM P'P.

BRe vtl
PeNAN MASYARAKAT

7.1 BncnN PERTAIIIA: HAK DAN KEWA'IBAN MASYARAKAT

A. HAKMASYARAKAT
Melakukanpengav,/asanataspelaksanaanjasakonstruksi
Memperolen pehggantian yang layak atas setiap kerugian
yang dialami secara langsung sebagai akibat
penyetenggaraan pekerjaan konstruksi \

b. -
KEWruIENU MASYARAKAT
yang berlaku
rrrtenjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan
di bibang pelaksanaan jasa konstruksi'
Membantupencegahanterjadinyapekerjaankonstruksi
yang membahayakan kepentingan umum'

7 .2 BAGIAN KEDUA: MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI

a. MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI (bagian dari masyarakat),


oerperandalamberbagaiaspekyangberhubungandenganusaha
dan Pekerjaan jasa konstruksi'
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

b. PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI tETSCbUt di|AKSANAKAN


melalui suatu forum dan dalam hal pelaksanaan pengembangan
operasionat jasa konstruksi dilakukan melalui lembaga
independen dan mandiri.

c. FoRUM JASA KONSTRUKSI


- Forum terdiri dari atas wakil-wakil:
o Asosiasi perusahaan jasa konstruksi
o Asosiasi profesijasa konstruksi
o Asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha
iasa konstruksi
o MasYarakat intelektual
o Ormas yang berkaitan dan berkepentingan dengan
jasa konstrukis atau yang mewakili konsumen jasa
konstruksi
lnstansi Pemerintah
"o Unsur-unsur lain yang dianggap perlu
- Fungsiforum:
masYarakat
"o AsPirasi
Pengembangan jasa konstruksi
o Pengawasan masYarakat
o Masukan kePada Pemerintah
d. LeMAECR PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI

- Lembaga terdiri dari atas wakil-wakil:

o Asosiasi perusahaan jasa konstruksi


o Asosiasi profesijasa konstruksi
Pakar/perguruan tinggi yang berkaitan dengan
" bidang jasa konstruksi
lnstansi Pemerintah
"
- Fungsilembaga:

Melakukan atau mendorong penelitian dah


" pengembangan jasa konstruksi menyelenggarakan
diklat
Melakukan registrasi yang meliputi klasifikasi,
" kualifikasi dan sertifikasi keterampilan dan keahlian
kerja
., Melakukan registrasi usaha jasa konstruksi
, Mendorong dan meningkatkan peran arbitrase,
meditasi dan penilai ahlidibidang jasa konstruksi

Untuk mendukung kegiatan organisasinya, lembaga dapat


mengusahakan perolehan pendanaan dari masyarakat jasa
konstruksi yang berkePentingan.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

BAB IX
PEMBINAAN
PETUERNTRN MCUAXUTEU PEMBINAAN DALAM BENTUK:
- Pengaturan
- PemberdaYaan
- Pengawasan

BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA

9.1 BAG!{N PERTAMA: UMUM

- Penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui pengadilan atau di


luar pengadilan, berdasarkan pilihan seclra sukarela
- Penyelesaian diluar pengadilan tidak dapat dilakukan terhadap
tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
(sesuai kuh Pidana)
- Jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan
melalui arbitrase, gugatan melalui pengadilan hanya dapat
ditempuh untuk eksekusi keputusan arbitrase

9.2 BRENH TTOUN: PENYELESAIA SENGKETA DI LUAR PENGADILAN

*' " "''


I r:l['H]?::ifr-;[ -:, :: : i: :: :;'
. Kegagalan bangunan
- Untuk menyelesaikan sengketa dapat digunakan jasa pihak ketiga
yang disepakati oleh kedua belah pihak
- Pihak ketiga dibentuk oleh pemerintah dan/atau masyarakat jasa
' konstruksi

9.3 BRCNru TCTrcR: GUGATAN MASYARMAT

- Masyarakat yang dirugikan berhak mengajukan gubatan ke


pengadilan secara orang perseorangan, kelompok orang dengan
pemberian kuasa, kelompok orang tidak dengan kuasa melalui
gugatan Perwakilan class action
- Pemerintah harus berpiahk dan bertindak untuk kepentingan
masyarakat, dalam hal peri kehidupan pokok masyarakat
terganggu akibat penyeleggaraan pkerjaan konstruksi
- Tata cara gugatan masyarakat, sesuai hukum acara perdata

Bee x
SRNXSI

a. SRnTStADMINISTRASIDAPATBERUPA:

Peringatan tertulis
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

- Pembatasan kegiatan usaha atau profesi


- Penghentian sementara pekerjaan konstruksi
- Pembekuan ijin usaha dan atau profesi
- Pencabutan ijin usaha dan atau profesi
- Larangansementarapenggunaanhasilpekerjaankonstruksi
- Pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi
- Pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi

b. SRxTSI ADMINISTRATIF DIKENAKAN KEPADA:


- Pengguna jasa (berupa a.1, a.2, a.3, a.6, a.7 , dan a.B)
- Penyedia jasa (berupa a.1, a.2, a.3, a..4, dan a.5)

c. Dal-nu HAL PENYELENGGARMN TIDAK MEMENUHI KEIENTUAN KETEKNIKAN DAI.I


ME NGAK IBATKAN KE GAGALAII PE KE RJMN PE KE RJMN KONSTRU KS I ATAU
KEGAGALAT.I BANGUNAN:
- Perencana dikenai pidana paling lama 5 tahun penjara atau
denda max. 10% dari nilai kontrak
- Pelaksana di pidana max. 5 tahun penjara atau denda max.10%
dari nilai kontrak
- Untuk pengawas dikenakan pidana max. 5 tahun penjara atau
denda max. 10 o/o dari nilai kontrak

Ce.rereu URAIAII TENTAIIG TATA LAKSAIIR & peruenRPAN SANKSI ADMINISTRATIF DtaruR
DALAM P.P.

BAB xI
Peuveon uAsA DALAM wAKTU sATU TAHUN DIBER| KESEMpATAN UNTUK IELAKUKAN
PENYESUAIA DENGAN KETENTUAN UNDANG.UNDANG INI

BAB xII
Kererrunu PENUTUP
\
- Semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan
dengan u.u ini dinyatakan tidak berlaku.
- Semua peraturan pelaksanaan tetap berlaku, sampai diadakan
peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan uu ini.
- U.u ini berlaku mulaitaggal 7 meitahun 2000.

3.2.5. lupuxast uuJK TERHADAp pERAN UrAMA DUNIA JAsA KoNSTRUKSI

3.4.1 . Pe ruveon .lRsR

Badan usaha / usaha perorangan (dalam negeri/asing) harus


anggota asosiasi untuk mendapatkan izin usaha dari pemerintah
Tenaga kerja pelaksana pekerjaan konstruksi (dalam
negeri/asing) harus memiliki sertifikat keterampilan / keahlian
kerja yang dikeluarkan oleh lembaga / asosiasi
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

Badan usaha/usaha perorangan (dalam negeri/asing) harus


diregistrasi oleh lembaga
Pelanggaran kewajiban tentang perijinan dan sertifikasi / registrasi
dikenakan sanksi
Menyediakan jaminan terhadap kegagalan bangunan selama
masa pertanggungan
Pertanggungjawaban profesional terhadap hasil pekerjaan
dilakukan melalui mekanisme pertanggungan (asuransi)
Berhak mendapat ganti rugi/kompensasi akibat pengguna jasa
mengubah keputusannya, pengurangan volume peker.iaan,
terlambat memutuskan, terlambat membayar
Pelanggaran terhadap ketentuan tehnik dikenai sanksi pidana 5
tahun penjara atau denda

3.4.2. PeruocuNnrnse

Menunjukkan bukti kemampuan membayar


Membayar kompensasi keterlambatan membayar, perubahan
kontrak, kelalaian dan kesalahan dalam penggunaan hasil
konstruksi
Memberikan penghargaan atas prestasi lebih dalam
menyelesaikan pekerjaan lebih cepat tanpa mengurangi
kualitasnya
Berhak melakukan intervensi terhadap hubungan kerja dengan
sub-penyedia jasa berdasar adanya itikad tidak baik dari
pelaksana utama kontrak, sampai ke pemutusan kontrak bila
memperkerjakan sub penyedia jasa tanpa siizin pengguna jasa

3.4.3. MASYARAKAT UMUM

Masyarakat umum yang dirugikan akibat penyelenggaraan pekerjaan


konstruksi berhak mengajukan gugatan ke pengadilan.

3.4.4. PENcUsn.nenru & HUBUNGAN TRANSAKSIoNAL

Landasan penunjukan langsung/pemilihan langsung adalah untuk


penanganan darurat, pekerjaan kompleks, pekerjaan yang harus
dirahasiakan, pekerjaan skala kecil
Penetapan penyedia jasa adalah secara harga terendah dan
terevaluasi
Layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan harus
dilakukan secara terpisah, dapat dilakukan secara terintegrasi
dengan memperhatikan besaran biaya dan eflsiensi, teknologi
canggih dan risiko besar
Jangka waktu pertanggungan atas kemungkinan gagal bangunan
ditentukan maksimal 10 tahun sejak f.h.o (final handed over)
Mekanisme pertanggungan dapat dilakukan melalui asuransi
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

3.2.6. ISU POKOK DALAM PROSES TRANSFORMASI ITASYARAKAT DAN


DUNIA JASA KONSTRUKSI

PERUBAHAN PANDANGAN DUNIA USAHA JASA KONSTRUKSI

- Dari usaha perd4angan menjadi usaha professional;


- Dari usaha yang risikonya tidak mengandung unsure
pidana/perdata menjadi usaha yang bedsiko pidana dan perdata
serta memiliki pertanggungan;
- Dari usaha yang siapa saja dapat masuk menjadi usaha yang
sangat selektif berdasarkan profesionalisme yang
dipertanggu ngjawabkan seclra hokum;
- Dari usaha yang profesionalismenya belum terukur menjadiyang
profesionalismenya terukur melalui proses klarifikasi dan
kualifi kasi serta registrasi yang baku.

PE MBE RDAYAAN (EMPOWERMENT) MASYARAKAT

- Pemberian keurenangan kepada kelompok profesi dalam


masyarakat yang sangat heterogen dapat membawa
kecemburuan;
- Bagaimana menjaga/mengerem pertentangan kepentingan
dalam kelompok profesi yang terpilih;
, Unsur struKur lembaga swadaya masyarakat profesi
memerlukan lembaga yang memegang kewenangan paling
tinggi dan dilengkapi dengan sistem perwakilan.

3.3. PERATURAN PEMERTNTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28


TAHUN 2OOO
Tentang USAHA DAN PERAN MASYARAKATJASA KONSTRUKSI

3.3.1. TUJUAN PP No. 281200a


( Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konsffuksi )
. Tertib usaha jasa konstruksi
. Jasa konstruksi nasional yang handal
. Peningkatan pemn masyarakat di bidang usaha jasa konstruksi

PASAL 7
Ketentuan tentang jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),
bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan bidang usaha
sebagainnna dimaksud dalam Pasal 6 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah

PASAL 1O
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

Ketentuan mengenai penyelenggaraan perizinan usaha, klasifikasi uslha,


kualifikasi usaha, sertifikasi keterampilan dan sertifikasi keahlian kerja
sebagaimana dirnaksud dalam pasal 8 dan pasal 9 diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah

PASAL 34
Ketentuan mengenai Forum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan
lembaga sebagairnana dimaksud dalam Pasal 33 diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemedntah

PASAL 42 (3)
Barang siapa yarq melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan
peke{aan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan
dan rrenyebabkan timbulnya kegagalan pekedaan konstruksi atau kegagalan
bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan
denda paling banyak 10olo (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.

3.3.2. LINGKUP USAHA & PEMN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI


MENGATUR TENTANG:

:'"'$ffit**:;vr*:ffii"
q Masa peralihan
- Peran masyarakat jasa konstruksi
3.3.3. lSl PP No. 28/20fit

l. Ketentuan urhum
ll. Usaha jasa konstruksi
lll. Tenaga kerja konstruksi
lV. Peran masyarakat jasa konstruksi
V. Tata laksana dan penerapan sanksi
Vl. Ketentuan hin-lain
Vll. Ketentuanperalihan
Vlll. Ketentuanpenutup

I. KETENTUAN UI/UM
- Pengertian
1. Sertifikasi
2. Sertifikat
3. Akreditasi
4, Lembaga
5. Klasifikasi & Kualifikasi
6. Badan Usaha
7. Menteri

Lingkup Pengaturan
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

1. Usaha Jasa Konstruksi


2. Peran Masyarakat

il. USAHA JASA KONSTRUKSI


- Jenis, Bentuk dan Bidang Usaha
- Klasifikasidan Kuatifikasi
- RegistrasiBadan Usaha Jasa Konstruksi
- AkreditasiAsosiasi Badan Usaha
- Perizinan Usaha Jasa Konstruksi

llt. JENIS BENTUK DAN BIDANG USAHA


Jenis Usaha:
- Jasa perencafttan
- Jasa pelaksanaan
- Jasa pengawasln

Bentuk Usaha:
- usaha perseonangan dan badan usaha nasionar maupun asing

Bidang usaha:
- Pekerjaan arsibktural
- Pekerjaan Sipit
- Pekerjaan Mekanikal
- Pekerjaan ElekUikat
- Pekerjaan Tata Lingkungan

lv. KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI

Klasifikasi dan kualifikasi usaha orang perseorangan dan badan usaha


yang melakukan pekerjaan konstruksi.

Klasifikasi dan kualifikasi dilakukan oleh lembaga untuk menentukan


kompetensi sesuai kermmpuannya.
Klasifikasi badan usaha:
- Bidang umum
- Bidang spesialis dan
- Bidang keterampilan
- Kualifikasibadan usaha:
- Usaha besar, menengah dan kecil
- Termasuk usaha orang perseorangan

Regitrasibadan usaha:
Badan usaha nasional
Badan usaha asing

Lembaga melaksanakan Akreditasi rehadap Asosiasi Badan Usaha


dan
Asosiasi Profesi yang memenuhi persyaratan merakukan sertifikasi
kepada anggotanya.

Perizinan usaha Jasa Konstruksi dikeluarkan oleh pemerintah Daerah


dan berlaku untuk seluruh lndonesia.
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

V. TENAGA KERJA KONSTRUKSI

Mengaturtentang
- Sertifikasikeahlian dan sertifikasi keterampilan kerja
- Tatacara krasifikasi dan kualifikasitenaga kerja konstruksi
- Akreditasi asosiasi profesi serta institusi pendidikan dan
pelatihan

vt. PEMN TilASYARAKAT JASA KONSTRUKSI

- Forum Jasa Konstruksi


Merupakan sarana komunikasi, konsultasi dan informasi antara
masayarakat jasa konstruksi dan pemerintah dalam bentuk
pertemuan tetap.

- LembagaPengembanganJasaKonstruksiterdiriunsur-unsun
- Asosiasiperusahaan
- Asosiasiprofesi
- Pakar & perguruan Tinggi
- pemerintah

vil. TATA LAKSANA DAN PENEMPAN SANKSI

- Tatalaksana Sanksi
o Untuk pelaksanaan tertib usaha jasa konstruksi

- Penerapan Sanksi dapatdikenakan kepada:


o Tenaga kerja ahlidan terampil
o Usaha orang perseorangan
o Badan usaha
o Asosiasiprofesidanperusahaan
o lnsfitusi pendidikan dan atau pelatihan swasta
o Lembaga

- Pemberisanksi:
o pemefntah
"o Lembaga
Asosiasi

VI. KETENTUAN LAIN-LAIN

- Sistem informasi dikelola lembaga bersifat terbuka untuk


masyarakat, memuat:
. Registrasi
" lzin usaha
., Sertifikat keahlian dan keterampilan yang telah
dikeluarkan
" Sanksiyang telah dikeluarkan
" Kinerja usaha orang perseorangan dan badan usaha
" lnformasi lainnya
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

- Ketentuan yang dikeluarkan oleh lembaga dan menyangkut


rnasyarakat jasa konstruksi wajib dilaporkan kepada pemerintah
selambat-lambatnya 1 5 hari hari setelaha dikeluarkan.
- Pemerintah dapat membatalkan ketentuan yang diterbitkan oleh
lembaga yang merugikan kepentingan umum dan yang
bertentangan dengan peru ndang-undangan.

VIII. PENUTUP

3.4. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 29 TAHUN


2000, Tenta ng PENYELE NGGARAA N JASA KONSTRUKS I

3.4.1 TUJUAN:
a. Tertib penyelenggraan pekerjaan jasa konstruksi
b. Kesetaraan kedudukan penggunajasa dan penyediajasa
c. Hasilpekerjaankonstruksiyangberkualitas

ISIPP No. 29/2fi10

l. Ketentuan umum
ll. Pemilihan penyedia jasa
lll. Kontrak kerja kontruksi
lV. Penyelenggaaanpekerjaankonstruksi
V. Kegagalan bangunan
Vl. Penyelesaiansengketa
Vll. Laranganpersekongkolan
Vlll. Sanksiadministratif
lX. Ketentuan peralihan
X. Ketentuan penutup

3.4.3 KETENTUAN UM[,M

PENGERTIAN
1. Pelelangan umum
2. Pelelangan terbatas
3. Pemilihan tangsung
4. Fenunjukkan langsung
5 Lembaga

3.4.4 RUANG LINGKUP


a. Pemilihan penyedia jasa
b. Kontrak kerja konstruksi
c. Penyelenggaran pekerjaan konstruksi
d. Kegagalan bangunan
e. Penyelesaian sengketa
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

t. Laranganpersengkokolan
g. Tatalaksanapenerapansanksiadministratif

3.4.5 PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

a. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib dimulai dengan tahap


perencanaan yang selanjutnya diikuti dengan tahap pelaksanaan
beserta pengawasannya yang masing-masing dilaksanakan melalui
kegiatan pmyiapan, pengerjaan dan pengakhir:an.
b. Lingkup tahap perencanaan pekerjaan konstruksi meliputi pra studi
kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan
teknik.
c. Lingkup tahap pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi
meliputi pelaksanabn fisik, pengawasan, uji coba dan penyerahan hasil
akhir pekeriaan.

Tertib penyelengg raan pekeriaan konstruksi


P e nyel e n gg a ra p ke rj aa n ko n st ru ksi w aj i b me me n u h i kete n tu a n :
a. Keteknikan yang meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi
bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu bahan daniatau komponen
bangunan dan mutu peralatan sesuai dengan standar atau norma yang
berlaku;
b. Keamanan, keselamatan dan kesehatan tempat kerja konstruksi;
c. Perlindungansocialtenagakerja;
d. Tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup.

Kegagalan Pekeriaan Konstruksi

Kegagalan peke{aan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi


yang tidak sesuaidengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalarn
kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat
kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.

Kegagalan bangunan

Kegagalan bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi baik


secara keseluruhan maupun secara sebagian dari segi teknis, nunfaat,
kesehatan kerja danlatau keselamatan umum.

Jangka waktu pertanggung jawaban

Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan


sesuai dengan umur konstruksiyang direncanakan maksimal 10 tahun, sejak
penyerahan akhir pekerjaan konstruksi

Penilaian Ahli

Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh satu atau lebih penilai ahli
yang professional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independent
dan mampu memberikan penilaian secara obvektif vanq harus dibentuk dalam
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

waktu palirE lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai


terjadinya kegagalan bangunan.

3.4.6 LARANGANPERSEKONGKOLAN
1. Pengguna jasa dan penyedia jasa atau antar penyedia jasa <lilarang
melakukan persekongkolan untuk mengatur dan/atau menentukan
penEnang.
2. PetEguna jasa dan penyedia jasa dilarang melakukan persekongkolan
untuk menaikkan nilai pekerjaan (mark up).
3. Pelaksana kon$ruksi dan/atau sub pen$awas konstruksi dilarang
melakukan persekbngkolan unfuk mengatur dan menentukan pekerjaan
yang tidak sesuaidengan kontrak kerja konstruksi.
4. Pelaksana konstruksi dan/atau sub pelaksana konstruksi dan/atau
pengawasan konstruksi dan/atau pemasok dilarang melakukan
persekongkolan untuk mengatur dan menentukan pemasokan badan
dan/atau peralatan yang tidak sesuai dengan kontrak kerja yang
merugikan pengguna jasa dan/atau masyarakat
5. Pengguna jasa dan/atau penyedia dan/atau pemasok yang melakukan
persekongkolan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangan yang
berlaku

3.5. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA No. 30 TAHUN 2OOO


tentang PENYELENGGARAAN pE[.ltBtNAAN JASA KONSTRUKST

3.5.1 TUJUAN
- Terwujudnya pemahaman dan kesadaran akan tugas dan fungsi serta
kewajiban para pihak dalam pekerjaan konstruksi
- Terpenuhinya:
- Tertib usaha jasa konstruksi
- Tertib penyelenggraan pekerjaan kpnstruksi
- Tertib pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi

Sebagian tugas pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah


melakukan pembinaan ybsa konstruksi datam bentuk pengaturan,
pemberdayaan, dan pengawasan dapat dilimpahkan kepada'Penrerintah
Daerah yarg diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah-

Ketentuan mengenai tatalaksana dan penempan sanksi administrative


sebagaimana dimaksud pada ayat ('1) dan ayal (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

Pembinaan melalui pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan merupakan


tugas dan tanggung jawab Pemerintah pusat

3.5.2 PEMBINAAN TERHADAP PENYEDIA JASA


ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

Pembinaan jasa konstruksi terhadap peyedia jasa untuk meningkatkan


pemahaman kesadaran dan kermmpuan.

Pembinaan tersebut wajib disdenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan


Pemerintah Daerah serh Lemb4a.

Pe meri ntah Fusatmenyelenggaralen pembinaan ja sa konstruksi den gan :


1. Melakukan pengaturan kebijakan nasional dan menerbitkan dan
menyebarluaskan pemturan perundang-undangan

2. Melakukan pemberdayaan usaha jasa konstruksi:


a. Pengembangan sumber daya manusia
b. Pengembangan usaha
c. Dukungan terhadap lembaga keuangan
d. Dukungan terhadap lembaga pertanggungan
e. Peningkatan kemampuan teknologi

3. Melakukan pengawasan
a. Persyaratan perizinan
b. Ketentuan keteknikan pekerjaan konstruksi
c. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
d. Ketentuan keselarnatan umum
e. Ketentuan ketenagake rjaan
f. Ketentuan tata lingkungan

Pemerintah Propinsi menyelenggarakan pembinaan jasa konstruksi (tugas


dekonsentnasi)

Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota


menyelenggarakan pembinaan jasa konstruksi (tugas perbantuan)

Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota


menyelenggarakan pembinaan jasa konstruksi tugas otonomi daerah
mengenai:
1. Pengembangan sumbeer daya manusia
2. Peningkatankemampuantekrologi
3. Pengembangan sistem
4. Penelitian dan pengembangan
5. Pengawasan tata lingkungan yang bersifat lintas kabupaten dan kota

Penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi oleh Pemerintah Propinsi


dilakukan dengan cara:
1. Menetapkan kebijakan
2. Menetapkan pengaturan daerah tingkat propinsi
3. Menyebarluaskan peraturanperundang-undangan.
ASOSIAS] AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

BAB.4.
INTERNATIONAL STAN DARDS
AND CODES

Dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, yang


mulai banyak dikenal dimasyarakat luas saat ini adalah diberikan seOagai
berikut ini :

a. OHSAS 18001:1999, occupational Health And safety Assessment


Series

b. oHSAs 18002:2000, Guideline for the imptementation of OHSAS


1 8001:1999

coHSMS, construction lndustry occupational Heatth and safety


Management Systems

d. llo, Guideline on occupational safety and Health Management


System, 2001

e. Guidelines or Development and Applicationof Health, safety and


Envirmmental Management Systems, Report No. 6.36/210, E & p
Forum July1994, London
ASOSIASI AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-lndonesia)

PENUTUP
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari perlindungan
tenaga kerja dari risiko kecelakaan yang berkembang secara pesat sejak Revdusi
lndustri. Dalam sejarah perkembangannya keselamatan dan kesehatan keda
disamping ditujukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, juga ditujukan unfuk
menghindarkan terjadinya kerugian akibat rusaknya bahan, mesin, alat mauprn
hilangnya waktu ke{a. Aspek perlindungan atas dasar kemanusiaan di satu pihak, juga
mencakup aspek yang bersifat ekonomis dari sisi pengusaha.
Peraturan perundang-undangan yang rnengatur keselamatan dan kesehatan
kerja mempunyai peftnan yang besar di dalam mendorong diterapkannya usaha-
usaha keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Sikap pimpinan kontraktordan
komitmennya dalam rnemberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja terha@
tenaga kerja seharusnya seimbang dengan tujuan pemikiran untuk mencegah kerugbn
ekonomis akibat kecelakaan.
Di lndbnesia secam historis peraturan keselamatan dan kesehatan kerja telah
ada sejak pemerintahan Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan dan diberlakukannya
Undang-undang Dasar 1945, maka beberapa penaturan termasuk peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja yang pada waktu itu berlaku yaitu Vilighe&Is
Reglement telah dicabut dan diganti dengan Undang-undang Keselamatan Ke{a,
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja konstruksV
proyek sangat tergantung dari kesadaran dan komitmen pimpinan kontraktor, disiplin
para pekerja dan pengawasan pemerintah. Penerapan sanksi yang konsekuen akan
berpengaruh terhadap kepatuhan ketentuan-ketentuan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Penggunaan teknologi maju untuk kepentingan kemajuan industri konstruksi
akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan pembanguanan setiap negara.
Untuk menghindarkan dampak yang dapat merugikan terhadap manusia, khususnya
terhadap para pekerja dan lingkungan, maka dibutuhkan peraturan-peraturan maupun
standar-standar yang sesuai dengan perkembangan. Peraturan keselamatan &n
kesehatan kerja tersebut akan menciptakan rasa amln dan memberi rtts:l
perl indungan terhadap para pekerja.

Anda mungkin juga menyukai