TERAPI LINGKUNGAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul Terapi Lingkungan tepat pada waktu
yang telah ditentukan, sebagai tugas perkelompok untuk mata ajar Keperawatan Jiwa III ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril sehingga pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Rr. Dian Tristiana, S.Kep.Ns. M.Kep selaku fasilitator
2. Teman-teman Angkatan 2014 kelas A1 yang telah memberikan motivasi dalam
penyusunan asuhan keperawatan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan asuhan
keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................ ..........i
Daftar Isi ....................................................................................................... ..........ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................... ..........1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ ..........2
1.3 Tujuan ........................................................................................... ..........2
1.4 Manfaat .......................................................................................... ..........2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Terapi Lingkungan .......................................................... ..........3
2.2 Tujuan Terapi Lingkungan ........................................................... ..........3
2.3 Karakteristik Terapi Lingkungan .................................................. ..........4
2.4 Bentuk Terapi Lingkungan ............................................................ ..........5
2.5 Macam Macam Terapi Lingkungan ........................................... ..........7
2.6 Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan ................................................ ..........8
2.7 Kondisi Pasien Pada Terapi Lingkungan ..................................... ..........11
2.8 Komponen Fungsional Terapi Lingkungan .................................. ..........12
2.9 Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan..................................... ..........13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .................................................................................... ..........15
3.2 Analisa Data .................................................................................. ..........20
3.3 Diagnosa keperawatan ................................................................... ..........21
3.4 Pohon masalah ............................................................................... ..........21
3.5 Rencana tindakan keperawatan ..................................................... ..........22
3.6 Terapi Lingkungan ........................................................................ ..........24
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan ......................................................................................... ..........26
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................... ..........28
4.2 Saran .............................................................................................. ..........28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana terapi lingkungan dan
cara untuk menerapkan terapai lingkungan di keperawatan jiwa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami definisi terapi lingkungan
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan terapi lingkungan
3. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik terapi lingkungan
4. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk lingkungan
5. Mahasiswa dapat mengetahui macam - macam terapi lingkungan
6. Mahasiswa dapat mengetahui jenis kegiatan terapi lingkungan
7. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi pasien pada saat terapi lingkungan
8. Mahasiswa dapat memahami komponen fungsional terapi lingkungan
9. Mahasiswa dapat mengetahui peran peran perawat dalam terapi lingkungan
10. Mahasiswa dapat mengerti terapi lingkungan pada asuhan keperawatan pasien
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai terapi lingkungan
2. Mengetahui bagaimana terapi lingkungan pada asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan jiwa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada
nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu:
1. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif.
2. Mengajarkan keterampilan psikososial.
Beberapa stratetegi yang dapat diterapkan pada milieu terapi agar tercapai tujuannya
menurut (Minde et al,2006) adalah :
1. Pengurangan dominasi : keluarga memberikan kebebasan pasien untuk memilih,
mengungkapkan perasan dan menjadi dirinya sendiri agar pasien merasa bahwa dia juga
mempunyai otonomi sendiri
2. Komunikasi yang terbuka antara perawat, pasien, keluarga maupun lingkungan sosial
pasien sehingga tercipta interaksi sosial yang baik
3. Interaksi terstruktur yaitu selalu dimulai dari tahapan-tahapan awal pengkajian sampai
dengan evaluasi
4. Fokus dengan kegiatan yang ingin dilakukan oleh pasien
5. Jika klien harus dirawat di rumah sakit maka diharapkan lingkungan tempat mereka
dirawat sama dengan lingkungan mereka sehari-hari
Adaptasi lingkungan, setelah keluar dari rumah sakit pasien akan menemukan
lingkungan yang baru sehingga diharapkan dari pihak yang akan menerima pasien kembali
yaitu keluarga dan masyarakat dapat menerima dan memperlakukan pasien sama seperti
manusia normal lainnya dan tidak menganggap bahwa pasien dengan gangguan jiwa tidak
layak kembali bersosialisasi dan tidak mungkin untuk sembuh.
2.4 Bentuk Lingkungan
A. Lingkungan Fisik
Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan bagian
eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya meliputi :
1. Bentuk dan struktur bangunan.
2. Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit.
Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:
1. Lingkungan fisik yang tetap
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal.
Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai
dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat.
Berada di tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak
diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara
hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal
yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan.
Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan
stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, merangsang
memori dan mencegah disorientasi ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi
aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya
rapat ruangan.
2. Lingkungan fisik semi tetap
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan
dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta
menjaga privasi pasien.
3. Lingkungan fisik tidak tetap
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat dipengaruhi
oleh sosial budaya.
B. Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan
pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi
terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan
dalam berinteraksi dengan pasien:
1. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah
tingkah laku pasien.
2. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku
partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
3. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota
kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
4. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
5. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan
adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.
2.5 Macam - Macam Terapi Lingkungan
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri
dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik.
Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: Klien
- Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
- Pola asuh : klien merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya dan pengambil
keputusan dalam keluarga adalah ibunya.
2. Konsep diri
a) Citra tubuh : klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
b) Identitas : klien adalah anak perempuan dan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Klien
tidak senang karena klien merasa orang tuanya pilih kasih.
c) Peran : klien merasa tidak berguna karena sudah lama tidak bekerja.
d) Ideal diri : klien ingin bekerja yang nyaman dan menginginkan semua seperti
yang dimiliki saudaranya.
e) Harga diri : klien malu karena tidak bekerja serta tidak memiliki apa yang
dimiliki saudaranya, klien iri terhadap saudaranya.
3. Hubungan sosial
a) Orang terdekat : ibunya, kakak laki-lakinya, dan adik laki lakinya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Sejak 6 bulan terakhir klien kurang bersosialisasi dalam kelompok masyarakat
di daerahnya dan tidak pernah keluar rumah, klien mengaku malu ketika
bertemu orang orang selalu di tanya sedang bekerja dimana.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien terus menerus di dalam rumah dan merasa malu untuk keluar rumah dan
ketika di tanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena tidak bisa
memulai pembicaraan. Klien selama ini hanya diam Klien hanya bicara dengan
orang lain di saat ada keperluan dengan dirinya.
4. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien adalah seseorang yang beragama Islam.
2) Kegiatan ibadah : Klien jarang menjalankan ibadah.
F. Status Mental
1) Penampilan :
Pakaian klien rapi, sisir rambut rapi dan kondisi badan tidak bau.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
2) Pembicaraan .
Nada bicara dan suara pasien pelan, komunikasi non verbal dan verbal (jika
ya cuma mengangguk-angguk, jika tidak Cuma menggeleng) dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi verbal.
3) Aktivitas motorik
Klien kelihatan lesu dan pasif dalam melakukan aktivitas motorik. Semua ADL
diarahkan.
Masalah keperawatan : Intoleransi aktivitas.
4) Alam perasaan
Sikap klien malu, sedih dan putus asa terhadap kondisinya yang tidak bekerja
seperti saudaranya.
Masalah keperawatan : harga diri rendah.
5) Afek
Afek klien datar, tidak bicara dan berinteraksi jika tidak ada yang mengajak
bicara.
Masalah keperawatan :kerusakan interaksi sosial.
6) Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata klien kurang atau jarang menatap lawan bicara.
Jika menatap hanya sekilas lalu menunduk dan melihat sekitarnya saat diajak
bicara.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
7) Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara atau bayangan-
bayangan yang menyuruh klien melakukan sesuatu perbuatan.
Masalah keperawatan : tidak ada
8) Isi pikir
Isi pikir klien realistis dan tidak mengalami gangguan isi pikir.
Masalah keperawatan : tidak ada
9) Proses pikir
Klien menjawab pertanyaan berbelit-belit walaupun pada akhirnya sampai pada
jawaban sebenarnya.
Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir.
10) Tingkat kesadaran
Kesadaran klien baik, tidak ada gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan
orang.
Masalah keperawatan : tidak ada.
11) Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang dan jangka pendek.
Klien masih ingat penyebab dia masuk RSJ karena klien mengamuk dan
membanting barang-barang serta membakar kasur dan surat-surat.
Masalah keperawatan : tidak ada.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat dikaji tingkat konsentrasi cukup baik, klien bisa berhitung berurutan dari 1
sampai dengan 10, dan dapat berhitung mundur dengan baik mulai dari angka
10 sampai dengan 1.
Masalah keperawatan : tidak ada.
13) Kemampuan penilaian
Klien mengalami gangguan penilaian ringan dan tidak dapat mengambil
keputusan sendiri.
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir.
14) Insight (tilikan)
Klien mengatakan kalau dirinya tidak sakit jiwa dan menyalahkan orang lain
atau lingkungan yang menyebabkan kondisi seperti ini.
G. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan : Pasien belum mampu menyiapkan makanan dan membersihkan alat-alat
makan,
2. BAK/ BAB : Pasien tidaak mampu mengontrol untuk BAK/BAB ditempat wc.
3. Mandi : Pasien masih membutuhkan bantuan untuk mandi
4. Berpakaian : Pasien masih membutuhkan bantuan untuk berpakaian, menyisir
rambut.
5. Istirahat tidur : Pasien mengatakan istirahat tidurnya kurang nyenyak, pasien
istirahat siang hari 1 jam, malam 6-7 jam.
6. Penggunaan obat : Pasien minum obat sesuai petunjuk dokter (frekuensi, jenis,
dosis, waktu, dan cara pemberiaan) secara rutin dengan bimbingan perawat.
7. Mekanisme koping : Pasien mengatakan apabila pasien mempunyai masalah, pasien
sering memendamnya (tidak mau menceritakan pada orang lain) dan saat dilakukan
pengkajian klien tampak menyendiri
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
8. Masalah psikososial dan lingkungan : Selama di Rumah Sakit pasien tidak
mempunyai masalah dalam hubungan sesama pasien.
9. Pengetahuan : Pasien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit jiwa dan
kurang bisa menggunakan kopingnya.
H. Terapi
a. Therapi per oral : Clozapine 2 x 50 mg
b. Therapi ECT : 6 kali selama 2 minggu
c. Rehabilitasi
d. Rawat inap
TUK :
1 Klien dapat a) Bina hubungan saling percaya :
membina hubungan salam terapeutik, perkenalan diri,
saling percaya jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat
dan topik pembicaraan).
b) Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
c) Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien.
d) Katakan kepada klien bahwa
dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong
dirinya sendiri.
TUK
2 Klien dapat a) Klien dapat menilai kemampuan
mengidentifikasi yang dapat diskusikan
kemampuan dan kemampuan dan aspek positif yang
aspek positif yang dimiliki.
dimiliki b) Hindarkan memberi penilaian
negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang
realistis.
c) Klien dapat menilai kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki.
TUK
3.Klien dapat menilai a) Diskusikan kemampuan dan
kemampuan yang aspek positif yang dimiliki
dapat digunakan. b) Diskusikan pula kemampuan
yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
TUK :
1.Klien dapat Klien dapat membina hubungan
membina hubungan saling percaya : Bina hubungan
saling percaya saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi
teurapetik.
a) Sapa klien dengan nama baik
verbal maupun non verbal.
b) Perkenalkan diri bengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
TUK : e) Jujur dan menepati janji
2.Klien dapat
menyebutkan 1) Kaji pengetahuan klien
penyebab menarik 2) Beri kesempatan kepada klien
diri untuk mengungkapkan perasaan
yang menyebabkan klien tidak mau
bergaul.
3) Berikan pujian terhadap
kemampuan klien mengungkapkan
TUK : perasaannya.
3.Klien dapat
menyebutkan 1) Kaji pengetahuan klien tentang
keuntungan keuntungan memiliki teman
beinteraksi dengan 2) Beri kesempatan kepada klien
orang lain dan untuk berinteraksi dengan orang lain
kerugian tidak 3) Diskusikan dengan klien tentang
berinteraksi dengan keuntungan berhubungan dengan
orang lain. orang lain
4) Beri penguatan positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
5) Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berinteraksi
dengan orang lain
6) Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak
berinteraksi dengan orang lain
7) Diskusikan dengan klien tentang
kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
8) Beri penguatan positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
3.6 TERAPI LINGKUNGAN
a. Lingkungan secara psikologis
1. Menciptakan ruangan yang nyaman bagi klien dan ruangan tersebut harus mudah
untuk di pantau dan letaknya strategis
2. Dalam ruangan yang klien tinggal hanya terdapat barang barang yang dibutuhkan
klien dan terhindar dari barang tajam yang dapat melukai klien.
3. Tata ruang di dalamnya di tempelkan poster atau gambar yang klien suka, misal
poster doraemon, cat dinding ruangan berwarna biru muda.
4. Di dalam ruangan juga di beri bahan bacaan untuk klien seperti buku cerita atau
dongeng tidak lupa juga ada dvd dan kaset film komedi yang bisa membuat klien
tertawa.
b. Lingkungan sosial
1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa klien sesering
mungkin.
2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan
medis lainnya.
3. Meningkatkan harga diri klien.
4. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.
5. Membantu klien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
6. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan klien
sendiri terlalu lama di ruangannya.
c. Jenis kegiatan terapi lingkungan
1. Terapi rekreasi : mengajak klien untuk bermain bulu tangkis atau bisa melakukan
aktifitas olahraga lainnya yang di sukai klien di taman atau area sekitar rumah sakit,
agar klien bisa melatih interaksi sosialnya dan bisa melibatkan keluarga dalam
proses asuhan keperawatan.
2. Terapi musik : ketika klien sendiri atau berada dalam ruangannya bisa di putarkan
musik gembira yang bisa membuat klien menari kecil, agar klien tidak murung dan
bisa membuat hati senang.
3. Terapi menggambar atau melukis : terapi ini bisa di lakukan bersamaan dengan
terapi rekreasi, atau saat klien berada di sekitar taman rumah sakit tentu banyak
pemandangan luar yang bisa di lihat dan di gambar. Bekali klien dengan buku
gambar dan pensil, lalu klien bisa menggambar apa yang mereka liat ketika
bertamasya. Atau bisa juga dengan memberikan buku yang sudah ada gambar di
dalamnya sehingga klien hanya mewarnai saja.
4. Literatur therapy : berikan beberapa buku di dalam ruangan klien supaya ketika di
dalam ruangan klien bisa mengisi waktunya dengan membaca, lebih bagus lagi
apabila buku tersebut termasuk buku yang di sukai oleh klien, atau penulis yang di
sukai klien.
BAB IV
PEMBAHASAN
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi
dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif
terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Pada bab
tentang asuhan keparawatan, kelompok menggunakan konsep Milieu therapy yang
merujuk pada terapi sosiolingkungan dimana sikap dan tindakan staf dalam pemberian
layanan perawatan pada pasien ditentukan berdasar kebutuhan emosional dan
interpersonal klien (Shives, 2008).
Tujuan terapi Milieu menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah
a. Meningkatkan pengalaman positif pasien gangguan mental/psikologis.
b. Membantu individu dalam meningkatkan harga diri.
c. Meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
d. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat dan mencapai perubahan kesehatan yang
positif/optimal.
Karakteristik terapi lingkungan disesuaikan dengan masalah kejiwaan yang
dialami oleh klien. Pada asuhan keperawatan di bab sebelumnya, kami mengangkat
kasus harga diri rendah. Tujuan terapi lingkungan untuk kasus tersebut sebagai upaya
untuk membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan. Terapi lingkungan yang
diberikan berfokus pada pengembangan harga diri dan berhubungan dengan orang lain,
membantu belajar mempercayai orang lain sehingga klien dapat mempersiapkan diri
untuk kembali ke masyarakat.
Menciptakan ruangan yang aman dan nyaman bagi klien memiliki tujuan agar
klien merasa betah berada pada ruangan tersebut. Hindarkan benda-benda tajam untuk
menghindari upaya bunuh diri pada klien. Sediakan barang-barang yang dibutuhkan
oleh klien, berikan suasana ruangan menyenangkan dengan cat ruangan berwarna cerah
dan bahan bacaan atau tontonan yang menarik sehingga dapat meningkatkan aktivitas
klien.
Mendiskusikan masalah klien dengan perawat secara rutin dan bertahap
diharapkan dapat meningkatkan harga diri klien sehingga klien dapat melakukan
interaksi dengan perawat atau petugas yang lain. Menyertakan keluarga dalam proses
asuhan keperawatan juga dapat dilakukan agar pasien tidak merasakan kesepian, dan
dapat meningkatkan hubungan sosial klien secara bertahap.
Terapi kegiatan yang diberikan kepada klien diharapkan dapat menambah
aktivitas dan meningkatkan interaksi social klien dengan orang disekitarnya.
Memberikan music berirama bahagia dan menyenangkan diharapkan dapat
memberikan rasa senang pada klien. Ada beberapa jenis terapi lingkungan yang bisa
diberikan kepada klien dengan kasus harga diri rendah, yaitu :
1. Terapi rekreasi
Menurut kelompok kami, terapi rekreasi dapat mengajak klien untuk bermain bulu tangkis
atau bisa melakukan aktifitas olahraga lainnya yang di sukai klien di taman atau area
sekitar rumah sakit, agar klien bisa melatih interaksi sosialnya dan bisa juga melibatkan
keluarga dalam proses asuhan keperawatan. Klien juga dapat melatih diri untuk lebih
terbuka dan mampu mengutarakan apa yang selama ini klien rasakan. Terapi rekreasi juga
dapat memberikan rasa fresh pikiran klien sehingga klien dapat merasa beban klien sedikit
terangkat.
2. Terapi musik
Menurut kelompok kami, terapi musik juda dapat memberikan kesempatan kepada klien
dalam mengekspresikan perasaannya seperti kesepian, sedih, dan bahagia. Musik klasik
atau musik jazz bisa kita berikan untuk memberikan suasana hati klien menjadi tenang,
nyaman dan bisa memberi kesenangan bagi klien dan memberikan ketenang fikiran bagi
klien, atau mungkin klien juga bisa mendengarkan musik diiringi dengan tarian kecil hal
ini bisa digunakan sebagai bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tubuh dengan tujuan
mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan klien.
3. Terapi melukis
Menurut kelompok kami, terapi melukis dapat memberikan kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Selain itu terapi ini juga
dapat membantu menurunkan ketegangan dan klien dapat memusatkan pikiran pada
kegiatan.
4. Literatur therapy
Menurut kelompok kami, literatur therapy juga dapat memberikan kesempatan klien untuk
mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya dengan melalui membaca
buku yang sesuai dengan keadaan klien saat ini, atau klien dapat membaca buku yang klien
suka dengan orang-orang disekitar klien seperti perawat atau teman teman klien, keluarga
klien sehingga klien bisa sharing tentang buku yang meraka baca dan melatih klien untuk
bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi
dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif
terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Menurut
(Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu: Membatasi
gangguan dan perilaku maladaptif dan mengajarkan keterampilan psikososial.
Jenis jenis dari kegiatan terapi lingkungan adalah terapi rekreasi, terapi kreasi
seperti dance therapy, terapi musik, terapi menggambar, literatur therapi, ada juga pet
therapy dan plant therapy.
Disini peran perawat juga dibutuhkan untuk terapi lingkungan anatar lain
sebagai teknis perawatan, sebagai leader atau pengelola, sebagai pencipta lingkungan
yang aman dan nyaman, dan juga sebagi penyelenggara proses sosialisasi
4.2 SARAN
Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat
menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan
dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-
perilaku yang ditujukan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri.edisi 2. EGC. Jakarta
Departemen Sosial RI. 1992. Pedoman Operasional Rehabilitasi Sosial Bagi Penderita Cacat
Mental. Temanggung: PRPCM. 27 September 2016 pukul 13:50
e-journal digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6173
e-journal.uajy.ac.id/153/3/2TA12720.pdf. 2012 Pusat Penyembuhan Penyakit Jiwa dan
Gangguan Kejiwaan di Yogyakarta. oleh NJL Gaol. 24 September 2016. Pukul 09.50
Kaiser, A. P., & Roberts, M. Y. 2013. Parent Implemented Enhanced Milieu Teaching With
Preschool Children Who Have Intellectual Disabilities. Journal of Speech, Language and
Hearing Research, 56, 295-309
Minde R, Haynes E, Rodenberg M. 2006. The ward milieu and its effect on the behavior of
psychogenic patients. Candn jnl of psy. 35(2)
Muslim, AT. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan Kesehatan. Bandung: FK
UNPAD
Purwaningsih, Wahyu, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika press
Stuart, G. W, and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C.2010.Diagnosis Keperawatan Psikiatri.EGC.Jakarta
Videbeck, Sheila.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC .Jakarta
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : PT Refika Aditama,