Anda di halaman 1dari 113

BAB

1.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten --------------------- dengan status sebagai salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan maka Kabupaten --------------------- mempunyai kesempatan untuk membangun
wilayahnya.
Dengan kewenangan untuk mengatur keuangan daerah maka Kabupaten ---------------------
memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang perekonomian
masyarakatnya. Salah satu program tersebut adalah pembangunan jalan dan Jembatan, dimana
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten --------------------- mempunyai program secara detail.

Salah satu usaha pembangunan saat ini adalah Kegiatan Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan
Dinas PU. Bina marga Kabupaten --------------------- Tahun Anggaran 2010 melalui Dinas PU Bina
Marga Kabupaten ---------------------, yang akan melaksanakan Pembangunan sejumlah ruas jalan
dalam Kabupaten dan Kota. Agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan yang di harapkan,
maka pada tahun 2010 diadakan tender perencanaan (pengadaan jasa konsultan perencanaan
Teknis).

Program Pembinaan Jaringan Jalan dan Jembatan merupakan salah satu upaya Pemerintah
dalam menunjang pencapaian sasaran Pembangunan Nasional yang pelaksanaannya di tersebar
di ruas jalan Kabupaten ---------------------. Salah satu kegiatan tersebut adalah :
-------------------------------.

Pembinaan Jaringan Jalan dan Jembatan sangat terkait dengan pemerataan pembangunan
beserta hasil-hasilnya melalui Pengembangan Prasarana Jalan dan Jembatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kondisi jalan dan Jembatan sesuai dengan tuntutan laju pertumbuhan lalu
lintas yang di akibatkan oleh perkembangan / pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
---------------------.

Usulan Teknis 1
Adapun jenis kegiatan yang akan dilakukan adalah :
1. Tahun Anggaran : 2010
2. Sumber Dana : APBD
3. Pekerjaan : -------------------------------
4. Lokasi Proyek : Kabupaten ---------------------
5. Waktu : 4 (empat) bulan

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1. SECARA UMUM


Maksud diadakannya Pengadaan Jasa Konsultan ini adalah untuk membantu kegiatan
perencanaan pembangunan jalan (Perencanaan Teknis) dalam pelaksanaan perencanaan
teknis jalan.
Tujuan pokok dari pekerjaan ini adalah melaksanakan perencanaan teknis jalan,
pembuatan dokumen perencanaan teknis jembatan (gambar rencana, EE & Spesifikasi)
dan Dokumen tender pekerjaan fisik.

1.2.2. SECARA KHUSUS


Tujuan dari Pekerjaan ini adalah penyiapan Dokumen ------------------------------- dan
dokumen lelang.

1.3. JENIS DAN RUANG LINGKUP JASA KONSULTAN

1.3.1. JENIS JASA YANG DIPERLUKAN

Jenis Jasa Konsultan adalah Pekerjaan : -------------------------------.

1.3.2. LINGKUP KEGIATAN

Lingkup Kegiatan ini adalah :


a. Melaksanakan Perencanaan Teknis.
b. Membantu dalam Review Design.
c. Membuat Lapaoran (Report) perkembangan pekerjaan.
d. Mengadakan kerjasama dengan staf Proyek dan, Pimpinan Proyek dalam hal-hal
masalah teknis.

Usulan Teknis 2
1.4. SISTEMATIKA USULAN TEKNIS
Konsultan dalam menyampaikan Usulan Teknis ini berupaya menyusun secara terinci dan
sistematis agar pemahaman dan pengertian pekerjaan yang akan dilakukan dapat lebih dimengerti
serta pelaksanaan program tersebut tepat waktu. Sistematika penyajian yang diusulkan meliputi :

BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan berisikan materi Latar Belakang, Maksud dan Tujuan Proyek, Jenis dan
Lingkup Pekerjaan Jasa Konsultan, serta Sistematika penyajian Usulan Teknis.

BAB 2 : PROFIL PERUSAHAAN


Untuk mengetahui secara rinci tentang perusahaan konsultan CV. ?????????????????, maka
dalam bab ini ditampilkan Latar Belakang, Struktur Organisasi, Lingkup Pelayanan yang diberikan,
Jenis Pelayanan dan Spesialisasi Pelayanan.

BAB 3 : PEMAHAMAN TERHADAP KAK


Dalam bab ini akan diulas tentang Apresiasi/Pemahaman Konsultan terhadap Lingkup Jasa yang
akan dilakukan, Apresiasi Konsultan terhadap Aspek Perencanaan, dan Apresiasi Konsultan
tentang "Quality Assurance".

BAB 4 : TANGGAPAN TERHADAP KAK


Pada bab ini konsultan menyampaikan mengenai tanggapan atas KAK.

BAB 5 : APRESIASI DAN INOVASI


Untuk mencapai pelaksanaan proyek yang paling efektif, maka dalam bab ini akan diberikan
mengenai beberapa apresiasi dan inovasi dari konsultan untuk dapat dikembangkan lebih lanjut
dalam metodologi.

BAB 6 : PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Pada bab ini konsultan akan menjelaskan mengenai pendekatan dan metodologi yang akan
digunakan oleh konsultan dalam melaksanakan pekerjaan.

Usulan Teknis 3
BAB 7 : RENCANA KERJA
Dalam bab ini disusun program kerja berdasarkan pada pendekatan dan metodologi yang
diberikan dalam bab 4, Personil Konsultan dan Sistem Pelaporan Proyek, Bab ini juga menjelaskan
Struktur Organisasi Konsultan, Daftar Tenaga Ahli, Uraian Tugas Setiap Tenaga Ahli (Job
Description) serta tanggung jawab masing-masing dalam posisi penugasannya serta Sistem
Pelaporan.

BAB 8 : TENAGA AHLI DAN TANGGUNG JAWAB


Dalam bab ini menguraikan tentang kualifikasi tenaga ahli konsultan yang diusulkan beserta tugas
dan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan.

BAB 9 : ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pada bagian ini menjelaskan struktur organisai proyek konsultan.

BAB 10 : PELAPORAN
Pada bagian ini akan menjelaskan mengenai laporan yang harus dan akan dibuat oleh konsultan
perencana.

BAB 11 : FASILITAS PENDUKUNG


Dalam bab ini menguraikan mengenai fasilitas pendukung yang dibutuhkan konsultan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

BAB 12 : PENUTUP
Dalam bab ini menguraikan harapan dan kesungguhan konsultan untuk melaksanakan pekerjaan
yang dilelang.

Usulan Teknis 4
Usulan Teknis ini disiapkan dalam rangka memenuhi Persyaratan dalam pekerjaan
-------------------------------.

Acuan yang digunakan dalam penyusunan Usulan Teknis ini bertitik tolak dari pengertian dan
penguasaan konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK), Setelah mengikuti Rapat
Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ) dan mempelajari Dokumen Pekerjaan dan Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan/Kegiatan (Aanwijzing), kami CV. ????????????????? yang telah
mempunyai pengalaman dalam kegiatan studi, supervisi dan perencanaan pada umumnya, serta
dalam Perencanaan Prasarana Transportasi pada khususnya berkesimpulan untuk ikut
berpartisipasi dalam melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut diatas.

Dokumen usulan teknis ini merupakan bagian dari keseluruhan usulan yang kami ajukan dalam
mengajukan penawaran untuk melaksanakan pekerjaan ------------------------------- tersebut. Untuk
tujuan ini Konsultan telah menyusun rencana / program kerja untuk pelaksanaan pekerjaan,
konsultan juga telah menyusun tenaga-tenaga yang akan ditugaskan di lapangan dan di studio
kerja.

Usulan Teknis 5
BAB
2

2.1. LATAR BELAKANG

CV. ????????????????? merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultansi
teknik yang mencakup berbagai bidang konsultansi dimulai dari studi kelayakan, penyelidikan
tanah, perencanaan akhir sampai bidang pengawasan pelaksanaan pembangunan.

CV. ????????????????? terbentuk atas dukungan beberapa tenaga sarjana teknik dari
berbagai disiplin ilmu yang mempunyai pengalaman dibidangnya masing-masing dengan maksud
dan tujuan memberikan pelayanan jasa konsultansi teknik kepada masyarakat dan sebagai mitra
kerja Pemerintah Republik Indonesia.

CV. ????????????????? merupakan perusahaan Konsultan yang berdiri dan berkembang di


Palembang serta sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah di dalam melaksanakan pembangunan di
berbagai bidang khususnya dalam bidang jasa konsultansi teknik.

CV. ????????????????? telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dibawah


naungan Kementerian Pekerjaan Umum dan telah berulangkali membina hubungan kerjasama
dengan konsultan-konsultan lainnya.

CV. ????????????????? adalah perusahaan konsultan yang akan berkembang terus dan
mengikuti arus pembangunan di Negara Republik Indonesia yang tak akan pernah berhenti.

Usulan Teknis 6
2.2. LINGKUP LAYANAN

Pembangunan di Indonesia dilaksanakan sejak berdirinya Negara Republik Indonesia hingga


sekarang ini, Pemerintah Republik Indonesia terus melakukan pembangunan hingga tercapainya
cita-cita masyarakat adil dan makmur.

Pembangunan ini tidak akan pernah berhenti dan akan berjalan terus sepanjang tahun, untuk itu
Pemerintah Indonesia memerlukan partner atau mitra kerja yang dapat dipercaya dalam membantu
terlaksananya program-program pembangunan yang telah dijadwalkan supaya selesai tepat pada
waktunya dengan mutu pekerjaan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut diatas CV. ????????????????? ikut berperan di dalam
perancangan dan perencanaan serta pengawasan terhadap proyek-proyek yang telah
diprogramkan.

Tentunya didalam peran serta ini CV. ????????????????? didukung oleh tenaga-tenaga yang
telah berpengalaman dibidangnya masing-masing.
Ruang Lingkup Pekerjaan yang dilayani CV. ????????????????? antara lain adalah sebagai
berikut :
Perencanaan Umum
Studi Kelayakan
Perencanaan Teknik
Pengawasan
Penelitian

Sedangkan bidang pekerjaan yang telah dan dapat dilayani adalah sebagai berikut :
1. Bidang pekerjaan Umum dengan Sub Bidang Pekerjaan
Bangunan Gedung dan Pabrik
Jalan dan Jembatan
Pengawasan / Supervisi
Bendungan dan Waduk
Sungai dan Rawa

Usulan Teknis 7
2. Bidang Transportasi dengan Sub Bidang Pekerjaan :
Sarana dan Prasarana Transportasi Darat
Sarana dan Prasarana Transportasi Laut
Sarana dan Prasarana Transportasi Udara
Sarana dan Prasarana Transportasi Sungai dan Penyeberangan
Sarana dan Prasarana Jalan dan Jembatan

3. Bidang Pertanian dengan Sub Bidang Pekerjaan :


Perkebunan Tanaman Keras
Perkebunan Tanaman Pangan
Peternakan
Kehutanan
Konservasi dan Penghijauan
Lingkungan Hidup

4. Bidang Lain dengan Sub Bidang Pekerjaan seperti :


Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Pedesaan dan Perkotaan.

2.3. STRUKTUR ORGANISASI

CV. ????????????????? yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian Notaris


----------------, SH. Nomor --- tanggal -- Desember -----, memiliki susunan pengurus sebagai
berikut :
DEWAN PIMPINAN PERUSAHAAN
1. Direktur I : -----------------------
2. Direktur II : -----------------------
2. Direktur III : -----------------------

Usulan Teknis 8
BAB
3

3.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten --------------------- dengan status sebagai salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan maka Kabupaten --------------------- mempunyai kesempatan untuk membangun
wilayahnya.
Dengan kewenangan untuk mengatur keuangan daerah maka Kabupaten ---------------------
memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang perekonomian
masyarakatnya. Salah satu program tersebut adalah pembangunan jalan dan Jembatan, dimana
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten --------------------- mempunyai program secara detail.

Salah satu usaha pembangunan saat ini adalah Kegiatan Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan
Dinas PU. Bina marga Kabupaten --------------------- Tahun Anggaran 2010 melalui Dinas PU Bina
Marga Kabupaten ---------------------, yang akan melaksanakan Pembangunan sejumlah ruas jalan
dalam Kabupaten dan Kota. Agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan yang di harapkan,
maka pada tahun 2010 diadakan tender perencanaan (pengadaan jasa konsultan perencanaan
Teknis).

Program Pembinaan Jaringan Jalan dan Jembatan merupakan salah satu upaya Pemerintah
dalam menunjang pencapaian sasaran Pembangunan Nasional yang pelaksanaannya di tersebar
di ruas jalan Kabupaten ---------------------. Salah satu kegiatan tersebut adalah :
-------------------------------.

Pembinaan Jaringan Jalan dan Jembatan sangat terkait dengan pemerataan pembangunan
beserta hasil-hasilnya melalui Pengembangan Prasarana Jalan dan Jembatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kondisi jalan dan Jembatan sesuai dengan tuntutan laju pertumbuhan lalu
lintas yang di akibatkan oleh perkembangan / pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
---------------------.

Usulan Teknis 9
3.2. DATA PROYEK

Nama pekerjaan yang dimaksud adalah Pekerjaan : -------------------------------.

3.2.1. Pendanaan
Penanganan pekerjaan tersebut akan dibiayai oleh dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah di Lingkungan Dinas PU Bina Marga Kabupaten --------------------- Tahun
Anggaran 2010.

3.2.2. Lokasi Pekerjaan


Lokasi untuk pekerjaan ini adalah di Kabupaten ---------------------.

3.2.3. Pemberi Tugas


Pemberi tugas adalah Dinas PU Bina Marga Kabupaten ---------------------.

3.2.4. Maksud dan Tujuan Proyek


Maksud diadakannya Pengadaan Jasa Konsultan ini adalah untuk merencanakan paket-
paket pekerjaan yang akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2010. Tujuan pokok dari
pekerjaan ini adalah mendapatkan suatu desain teknis yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan pembangunan pada ruas jalan dan
Jembatan yang menjadi prioritas untuk dibangun tersebut.
Tujuan khusus dari Pekerjaan ini adalah penyiapan Dokumen -------------------------------,
yang akan digunakan untuk kegiatan pelelangan konstruksi dari ruas jalan tersebut.

3.3. JENIS DAN RUANG LINGKUP JASA KONSULTAN

3.3.1. Jenis Jasa Konsultansi


Jenis Jasa Konsultansi yang dikerjakan merupakan layanan jasa pekerjaan
Perencanaan DED. Pada dasarnya layanan jasa ini adalah membantu Dinas PU Bina
Marga Kabupaten --------------------- dalam ------------------------------- dalam hal
perencanaan yang mana kemudian hasil perencanaan tersebut akan dilanjutkan dengan
pelaksanaan pekerjaan fisik.

Usulan Teknis 10
3.3.2. Lingkup Pekerjaan Jasa Konsultansi dan Teknis Pelaksanaan
a. ------------------------------- tersebut dapat dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu :
Persiapan dan Mobilisasi;
Penyusunan Rencana Kerja;
Survey Pendahuluan;
Survey Topografi;
Pengumpulan Data lapangan;
Analisa data lapngan, Perencanaan dan Penggambaran
Gambar Teknik;
Dokumen Pelelangan.

b. Selama berlangsungnya pekerjaan, setiap kemajuan pekerjaan sesuai dengan


lingkup tugasnya harus dilaporkan kepada Pelaksana Kegiatan.

c. Setiap hasil perencanaan konstruksi jalan dan jembatan diketahui dan disetujui oleh
Pelaksana Kegiatan.

d. Hasil akhir yang dituangkan dalam Laporan Akhir Perencanaan Konstruksi


mencakup seluruh bagian jalan yang tercantum dalam TOR lengkap dengan gambar
gambarnya.

3.4. JENIS DAN JUMLAH TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN

Tim Konsultan yang akan bertugas pada Pekerjaan ------------------------------- akan dipimpin oleh 1
(satu) orang Team Leader. Team Leader akan dibantu dengan beberapa Tenaga Teknik dan Non
Teknik yang mempunyai latar belakang pendidikan dan pengalaman yang memadai. Tim Konsultan
akan diorganisir dengan baik, setiap personil akan dibina untuk menyadari tugas dan kewajiban
mereka, sehingga pelaksanaan pekerjaan lebih efektif.

Metode dan mekanisme pelaksanaan pekerjaan akan dievaluasi secara berkala untuk memberikan
perbaikan perbaikan seperlunya. Segala Instruksi dan informasi diberikan kepada semua personil
secara tegas dan sederhana untuk menghindari kesalahfahaman.

Untuk melaksanakan tugas yang akan diberikan pada Paket Pekerjaan ini, sesuai dengan lingkup
pekerjaannya, maka diperlukan tenaga tenaga sebagai berikut :

Usulan Teknis 11
a. Proffesional Staff
1. Kepala Team (Team Leader) ............................................................. ( 1 orang )
2. Ahli Jalan Raya .................................................................................. ( 1 orang )
3. Ahli Geoteknik .................................................................................... ( 1 orang )
4. Ahli Estimasi Biaya ............................................................................ ( 1 orang )

b. Sub Proffesional Staff


1. Ass. Ahli Jalan Raya ......................................................................... ( 1 orang )
2. Ass. Ahli Geoteknik ........................................................................... ( 1 orang )
3. Ass. Ahli Estimasi Biaya..................................................................... ( 1 orang)

c. Technician
1. Sekretaris ......................................................................................... ( 1 orang )
2. Surveyor.............................................................................................. ( 2 orang )
3. Operator Autocad ............................................................................... ( 1 orang )
4. Operator Komputer ............................................................................ ( 1 orang )

3.5. JENIS LAPORAN YANG AKAN DISERAHKAN

Salah satu lingkup pekerjaan Konsultan dalam hal penyampaian laporan perencanaan,
permasalahan - permasalahan dan cara penyelesaian teknisnya maka pelaporan tersebut akan
tertuang dalam dokumen yang akan dibuat/disiapkan oleh tenaga ahli konsultan dan diserahkan
kepada Pelaksana Kegiatan. Pelaporan - pelaporan yang akan disiapkan tersebut antara lain :

a. Laporan Pendahuluan
Merupakan laporan hasil survey pendahuluan dimana tercantum semua data yang diperoleh
dalam survey pendahuluan termasuk data relokasi, harga satuan/upah, lokasi material (jenis
kapasitas), foto-foto dokumentasi.

b. Laporan Bulanan
Merupakan hasil pelaksanaan pekerjaan pada bulan yang lalu dan rencana pada bulan yang
akan datang berisi :

1. Perubahan lingkup dan jadwal bila ada;

Usulan Teknis 12
2. Rencana kegiatan meliputi seluruh masa pelaksanaan pendekatan pekerjaan, aspek logistik
dan keuangan;
3. Kesimpulan umum;

c. Konsep Laporan Bulanan


Laporan ini dibuat pada waktunya untuk memberikan kesempatan pada Kantor/Satuan
Kerja/Proyek untuk menanggapi dan membahas dalam rangka menyiapkan laporan akhir.

d. Laporan Akhir
1. Laporan akhir ini harus merangkum tanggapan dan perubahan yang disepakati dan meliputi:
- Kesimpulan dan saran ( Executive Summary )
- Kesimpulan dan saran ini harus di dahului dengan surat penyerahan laporan yang
menyatakan pokok-pokok kesimpulan dan saran.
2. Bagian Pokok yang memuat uraian dan hasil pelaksanaan jasa.
3. Gambar dan spesifikasi sebagaimana yang diperlukan (misalnya gambar pendahuluan,
denah umum, gambar lelang, gambar terbangun/terpasang.
4. Analisa menyeluruh yang lebih rinci dan luas pada masing-masmg bidang dapat disajikan
sebagai tambahan. Tambahan ini harus dibatasi pada pada hal-hal yang perlu untuk
mendukung kebenaran laporan utama. Analisa lainnya dan berikut kertas kerja harus
disajikan dalam jilid terpisah.
5. Laporan ini juga harus mencakup fakta dan dokumentasi yang menggambarkan pendekatan
dan metodologi yang dipilih oleh konsultan dalam memberikan jasa.

e. Gambar Rencana A3

f. Pedoman, Catatan Teknis dan Petunjuk Penggunaan (Dokumen Pelelangan)


Pedoman, catatan teknis dan petunjuk ini meliputi kriteria perencanaan dan laporan lain yang
diperlukan. Apabila Kerangka Acuan Kerja mencakup juga membuat desain, harus
disampaikan pula Nota Perencanaan yang menjelaskan kriteria, data dan asuransi yang
digunakan dalam desain, bersama dengan rincian dari metode desain tertentu yang
digunakan, termasuk segala program komputer yang berkaitan. Perhitungan asli harus
diserahkan pada waktu penyelesaian jasa sebagaimana yang diatur.

Apabila Kerangka Acuan Kerja mencakup penyusunan penilaian lingkungan, maka harus
disampaikan juga catatan teknis yang menetapkan kriteria, pedoman, standar dan data yang
digunakan untuk menentukan jenis analisa lingkungan yang tepat.

Usulan Teknis 13
Apabila Kerangka Acuan Kerja mencakup penyiapan pelatihan maka pedoman untuk penilaian
kebutuhan pelatihan, catatan untuk pelatih dan pedoman pelaksanaan pelatihan harus pula
disampaikan.

g. Laporan Khusus yang mungkin diperlukan


Laporan Khusus ini dapat meliputi masalah-masalah seperti misalnya sifat geologi di lokasi
keadaan dan perlakuan yang khusus bagi pondasi, dan hal-hal lain yang bersifat khusus atau
unik.

Usulan Teknis 14
BAB
4

Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) yang diberikan dan telah dijelaskan secara mendetail pada Dokumen
Pemilihan Dinas PU Bina Marga Kabupaten ---------------------, terasa cukup jelas dan mudah dimengerti.

Personil dan waktu yang diperlukan semua sudah jelas dalam Kerangka Acuan Kerja, sehingga dalam hal
ini Konsultan tidak perlu lagi menghitung Man Month. Kami berkesimpulan bahwa Kerangka Acuan Kerja
yang telah disiapkan oleh panitia cukup dipahami oleh Konsultan.

Beberapa catatan yang mungkin bisa dipertimbangkan sebagai masukan guna menyempurnakan
pekerjaan disampaikan berikut ini.

Berdasarkan hasil pengkajian konsultan terhadap KAK, Konsultan mengemukakan beberapa saran awal
dan catatan yang perlu ditindak lanjuti dalam pekerjaan ------------------------------- , yang diantaranya dapat
diuraikan sebagai berikut :

1. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Cakupan yang termuat dalam ruang lingkup kegiatan adalah di Wilayah Kabupaten ---------------------
dengan perincian ruas - ruas jalan yang direncanakan.

2. TENAGA AHLI
Apabila memperhatikan dan mencermati cakupan tenaga ahli yang ada sesuai dengan KAK,
Walaupun tenaga ahli konsultan yang akan ditugaskan untuk menangani pekerjaan ini telah cukup
mempunyai pengalaman dalam mengerjakan pekerjaan ini dan/atau pekerjaan yang serupa, namun
konsultan juga akan memback up tenaga ahli tersebut dengan menyiapkan beberapa tenaga ahli lain
yang sebelumnya sudah terlibat pada pekerjaan serupa namun mempunyai pekerjaan lain dan tidak
mungkin untuk di tempatkan secara full time pada pekerjaan ini. ( walaupun tidak diminta dalam KAK).

Usulan Teknis 15
3. HUBUNGAN ANTAR INSTANSI
Selama pelaksanaan pekerjaan ini, maka langsung atau tidak langsung Konsultan akan mempunyai
hubungan kerja dengan pihak lain, diantaranya adalah :
Proyek lain yang berkaitan
Instansi Instansi Lain di pusat maupun daerah
Pihak-pihak Lain.

Dalam hubungannya dengan berbagai pihak diatas maka sebaiknya Konsultan bertindak atas nama
Pemilik Pekerjaan. Sejalan dengan hal tersebut maka untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, Konsultan beranggapan bahwa segala hal yang berkaitan dengan pihak lain akan
difasilitasi oleh Pemilik Pekerjaan baik berupa penyediaan data, surat pengantar, surat jalan, surat
ijin, tanda pengenal, maupun pendampingan kunjungan ke berbagai instansi / tempat.
Beberapa instansi yang mungkin perlu dihubungi dalam kaitannya dengan pekerjaan ini terutama
untuk mendapatkan data yang relevan antara lain ada di bawah pembinaan:
Kementerian Pekerjaan Umum Bina Marga
Dinas atau Instansi lain yang mempunyai keterkaitan dalam pekerjaan ini

Dalam hal masalah waktu perencanaan yang hanya dibatasi selama 4 (empat) bulan yang kami nilai
merupakan waktu yang sangat singkat, karena dalam perencanaan, survey pengukuran dan survey lainnya
akan memakan waktu yang cukup lama dan jumlah personil yang dilibatkan dalam survey ini sangat sedikit.
Tetapi kami selaku konsultan yang telah mempunyai cukup pengalaman serta manajemen waktu yang baik,
hal tersebut tidak akan begitu mejadi masalah yang begitu berarti, walaupun demikian, kami mengharapkan
kerja sama yang optimum dari Dinas terkait untuk mengejar waktu perencanaan yang terasa singkat ini.

Usulan Teknis 16
BAB
5

Dalam ------------------------------- pada Dinas PU Bina Marga Kabupaten ---------------------, telah diatur jadwal
pelaksanaan dan jadwal penugasan personil yang jelas sehingga dengan waktu kontrak yang cukup
singkat dapat diperoleh hasil / output yang memenuhi semua aspek perencanaan.

Pengaturan jadwal pelaksanaan dimulai dengan melakukan pengumpulan data primer dan sekunder
secara cepat dan tepat serta bersamaan waktunya diharapkan adanya waktu yang cukup untuk analisa dan
desain rencana.

Begitupun dengan tenaga ahli beserta tim pendukung sudah disusun rencana penugasannya dan bekerja
secara penuh waktu untuk mengantisipasi waktu perencanaan yang cukup singkat.

Mengingat bahwa dalam perencanaan ini perlu dilakukan tinjauan kondisi existing jalan dan dilakukan
pengambilan data primer berupa hasil survey langsung di lapangan maka perlu dibuat klausul khusus
dalam kontrak mengenai addendum waktu yang disebabkan oleh force majeure terutama kondisi alam.

Penugasan personil bagi sebuah konsultan jasa dimulai dari masa mobilisasi dan diakhiri dengan masa
Demobilisasi. Pengalaman konsultan menunjukan bahwa jadwal waktu yang ditentukan, dimana dalam hal
ini telah dicantumkan dalam jadwal penugasan personil sangat tergantung dengan kondisi alam .

Sebagian besar kontrak perencanaan teknik dilingkungan Direktorat Bina Marga tidak memperincikan
dalam kontrak perencanaan masalah force majuere. Dalam kontrak konsultan jarang tercantum tentang
addendum perpanjangan waktu. Bagi Kontraktor masalah force majuere akan mendapat Addendum waktu
pelaksanaan.

Usulan Teknis 17
BAB
6

6.1. PENDEKATAN UMUM

Dalam rencana pelaksanaan tugasnya, konsultan mempunyai beberapa pendekatan (Approach)


agar bisa tercapai maksud dan tujuan proyek.

Adapun pendekatan yang akan dilakukan oleh Konsultan adalah :


a. Memahami dengan baik Isi Kerangka Acuan Tugas;
b. Menajemen yang baik dari Sumber Daya Manusia;
c. Menerapkan pengalaman pengalaman perusahaan selama ini dengan proyek yang sejenis;
d. Akan memakai Standar Teknik Bina Marga.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa tujuan utama pelayanan konsultan adalah membantu
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten --------------------- dalam menyiapkan dokumen
------------------------------- yang dibagi dalam beberapa wilayah, sesuai dengan Standar yang
ditentukan dengan hal tersebut.

6.2. METODOLOGI UMUM

Pada dasarnya terdapat beberapa metodologi dan pendekatan teknis dalam suatu pelaksanaan
kegiatan, termasuk dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan Teknis jalan ini.
a. Pekerjaan Lapangan, meliputi semua survei yang diperlukan.
b. Kriteria Perencanaan, meliputi klasifikasi jalan, karakteristik lalu-lintas, kondisi lapangan,
pertimbangan ekonomi, dll.
c. Penyiapan Peta Planimetri, yang merupakan peta hasil survei topografi yang diperlukan
sebagai peta dasar perencanaan geometrik.
d. Perencanaan Geometrik, meliputi jarak pandang dan perencanaan alinemen horisontal dan
vertikal.

Usulan Teknis 18
e. Geoteknik dan Material Jalan, menguraikan pengolahan data geoteknik dan material untuk
keperluan konstruksi perkerasan dan drainase jalan.
f. Perencanaan Perkerasan Jalan, meliputi perkerasan lentur dan kaku.
g. Drainase jalan, menguraikan analisis hidrologi dan sistem serta bangunan drainase, kebutuhan
material dan sistem drainase bawah permukaan (subdrain).
h. Bangunan Pelengkap Jalan dan Jembatan, meliputi tembok penahan, rambu lalu-lintas, dll.
i. Perkiraan Biaya, meliputi perhitungan kwantitas, analisis harga satuan dan dokumen
pelelangan.

Ketentuan - ketentuan dalam perencanaan teknik jalan yang berlaku di Indonesia harus mengacu
pada ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga - Kementerian
Pekerjaan Umum. Kecuali hal-hal khusus yang belum ada ketentuan dari Direktorat Jenderal Bina
Marga, maka dapat dipakai ketentuan AASHTO dan lainnya.

Dalam skematis metodologi pelaksanaan pekerjaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Usulan Teknis 19
PERSIAPAN

MOBILISASI

SURVEI ROUTE
DAN
PENGUMPULAN DATA
PEKERJAAN LAPANGAN

TIDAK

TIDAK BOLEH TERJADI, PEMBOROSAN BIAYA DAN WAKTU


TAHAP

ROUTE ALTERNATIF

YA

ROUTE YANG DIPILIH

SURVEI DETAIL
AMDAL-TOPOGRAFI-
HIDROLOGI-
GEOTEKNIK & MATERIAL

TIDAK
PEMROSESAN DATA
ANALISIS DATA-PENGGAMBARAN-
ANALISIS DATA

PENGUJIAN LABORATORIUM
TAHAP

TIDAK

PEMBAHASAN

YA

KONSEP
DESAIN GEOMETRIK
TIDAK

PEMBAHASAN
TAHAP PERENCANAAN
DAN PENGGAMBARAN

YA

KONSEP
DESAIN RINCI
TIDAK

PEMBAHASAN

YA

DESAIN RINCI
AKHIR

PENYIAPAN
DOKUMEN LELANG
PENYUSUNAN SPESIFIKASI
TAHAP PENYIAPAN
DOKUMEN LELANG

PERHITUNGAN KWANTITAS
PERKIRAAN BIAYA
TIDAK

PEMBAHASAN

YA
PRODUK AKHIR

Usulan Teknis 20
PEKERJAAN LAPANGAN
Untuk menghasilkan dokumen pembangunan jalan baru apapun klasifikasinya seperti jalan lokal,
kolektor, arteri bahkan jalan bebas hambatan, yang diperlukan secara teknik adalah rencana
alinemen dan kondisi tanah dasar (rencana subgrade) yang memenuhi syarat/ketentuan yang
berlaku, maka dalam perencanaan teknik jalan baru diperlukan pekerjaan lapangan (survei).
Pekerjaan Lapangan ini mencakup keseluruhan kegiatan survei dan investigasi di lapangan untuk
memperoleh data - data akurat yang diperlukan dalam proses perencanaan teknik jalan, yaitu:
Sehubungan dengan alinemen jalan, yang berperan adalah: Ahli Jalan Raya, Ahli Geoteknik
dan Ass. Ahli Jalan Raya;
Sehubungan dengan sarana drainase jalan, yang berperan ialah Ahli Jalan Raya.
Sehubungan dengan tanah dasar dan bahan konstruksi jalan, yang berperan adalah Ahli
Geoteknik.
Beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian bagi perencana sebelum melakukan kegiatan
lapangan, khusus dalam proses perencanaan Teknik jalan raya yang baru, silsilah aspek sosial
ekonomi dan budaya penduduk setempat, sehingga pembangunan jalan raya yang baru kelak
akan memmberikan dampak positif bagi penduduk sekitarnya.
Selain itu perlu pula diperhatikan aspek lingkungan setempat sehingga pembangunan jalan tidak
akan merusak ekosistem daerah sekitarnya, disamping itu semua juga harus dipertimbangkan
masalah efisiensi. Jadi dengan kata lain dalam perencanaan teknik jalan baru, pekerjaan lapangan
harus dapat menggabungkan berbagai aspek terutama aspek Teknik dan aspek ekonomi
(ketersediaan dana).
Kegiatan lapangan yang perlu dilakukan meliputi beberapa item, yaitu:

6.3.1. Data Penunjang

Data pada tahap ini adalah data penunjang dan data dasar yang tersedia, yang diperlukan sebagai
referensi pada saat pelaksanaan survei. Selain data - data tersebut, informasi dari beberapa
narasumber juga diperlukan.
Kegiatan pengumpulan data penunjang dan analisis atau studi data awal (desk study) ini sangat
diperlukan agar regu survei paling tidak sudah mendapatkan gambaran tentang kondisi lokasi dan
pencapaian lokasi, serta gambaran route reconnaissance.

Usulan Teknis 21
6.3.1.1 Pengumpulan Data Penunjang
Data-data yang perlu dikumpulkan termasuk peta-peta dasar yang mencakup area lokasi
dan sekitarnya.
(1) Peta - peta
(a) Peta Jaringan Jalan dan Jembatan
Peta ini menunjukkan Jaringan Jalan dan Jembatan yang sudah ada dalam satu
wilayh propinsi, lengkap dengan batas-batas kabupaten. Peta ini diterbitkan
oleh Kementerian P.U. tetapi tidak dipublikasikan. Skala peta bervariasi antara 1:
1.000.000 - 1:1.500.000.

(b) Peta Topografi


Peta ini dapat diperoleh dan instansi (Direktorat Geologi) dan dari Jawatan
Topografi A.D. (JANTOP) dengan skala 1: 250.000 - 1: 25.000. Peta topografi ini
adalah data yang paling fundamental, karena merupakan peta dasar untuk
pedoman route survei.

(c) Peta Geologi Regional


Peta ini dapat diperoleh dan instansi (Direktorat Geologi) dengan skala
1:250.000. Peta ini memberikan informasi kondisi geologi daerah tertentu
(sekitar lokasi) walaupun secara kasar. Dari peta geologi ini dapat diketahui
formasi batuan, proses pembentukannya, umur geologi suatu lapisan, struktur
geologi dan lainnya.

(d) Photo Udara


Apabila tersedia photo udara area lokasi dan sekitarnya, akan sangat membantu
dalam memperkirakan formasi batuan dasar dan kelembabannya dengan
mengamati jenis vegetasi, penyebaran serta kesuburannya. Dengan photo
udara ini dapat pula diperkirakan lokasi rawan gerakan tanah dan patahan serta
lipatan.

(e) Peta Rupa Bumi Indonesia


Peta ini diterbitkan oleh BAKOSURTANAL dengan skala 1:50.000. Dengan peta
ini akan dapat diketahui tata guna lahan daerah lokasi. Peta ini juga sering
digunakan untuk peta dasar, karena peta topografi dengan skala 1: 50.000 (luar
P. Jawa) sulit diperoleh, mungkin belum tersedia.

Usulan Teknis 22
(2) Data dan Informasi
(a) Data Curah Hujan
Data curah hujan dapat diperoleh dari kantor BMG (Badan Meteorologi dan
Geofisika). Apabila data tidak tersedia, maka dapat juga digunakan peta hujan
sebagai pendekatan. Data curah hujan juga dapat diperoleh dan Dinas
Pertanian di daerah-daerah.
(b) Informasi
Informasi tentang:
- sarana transportasi untuk mencapai lokasi
- biaya hidup di lokasi survey
- cuaca dan suhu di lokasi, dll.

6.3.1.2 Studi Data


Data maupun peta yang terkumpul, dipilah-pilah dan dipelajari, agar data dan peta yang
benar-benar diperlukan saja yang digunakan sebagai dasar.
Route rencana diplotkan pada peta dasar untuk pedoman awal. Route yang kita plotkan
pada peta dasar terdiri dari beberapa route sebagai alternatif.
Data-data yang belum lengkap, misalnya data curah hujan diusahakan dilengkapi dari
lapangan (instansi yang terkait disekitar lokasi).

6.3.2. Survei Pendahuluan


Survei Pendahuluan adalah survei yang harus dilakukan sebelum survei detail lainnya, karena
survei detail lainnya akan mengacu pada hasil survei ini, terutama hasil Reconnaissance.
Survei pendahuluan mencakup 2 (dua) macam kegiatan yaitu:
Survei Reconnaissance
Pengumpulan Data
Maksud dari survei reconnaissance yaitu untuk menetapkan route (sumbu jalan rencana) yang
ideal sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku agar hasil desain dapat memenuhi
unsur kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, dan yang paling ekonomis.
Kegiatan survei route ini meiputi pengumpulan data lapangan berdasarkan pengamatan visual dan
pengukuran juga masukan dari berbagai sumber, sehingga tujuan survei ini dapat dicapai, yaitu
mendapatkan gambaran kondisi lapangan pada trase jalan rencana (sepanjang route terpilih).

Usulan Teknis 23
6.3.2.1 Persiapan dan Mobilisasi
Sebelum kegiatan mobilisasi dilakukan sebaiknya diadakan persiapan di kantor agar
kegiatan di lapangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

6.3.2.2 Titik Ikat


Reconnaissance adalah pemilihan route yang menghubungkan dua titik tetap, yaitu
berupa alur (area) dan titik awal survei sampai titik akhir survei. Jadi bukan sekedar
garis. Rencana sumbu jalan akan tetapi berupa koridor dengan lebar sesuai dengan
kondisi terrain yang ada.
Tanda lokasi pada jalan raya (baik perencanaan dan pelaksanaan maupun setelah
berfungsi) disebut STA (station) yang menunjukkan jarak lokasi dari titik awal ruas jalan
ke arah akhir ruas jalan tersebut.
Pada umunmya area pendataan survei kurang dari radius 500 m dari titik awal maupun
akhir survei.

6.3.2.3 Perintisan dan Penandaan


Karena lokasi rencana trase jalan yang akan disurvei pada umumnya berupa semak dan
hutan, maka perlu dilakukan pentitisan agar titik-titik bantu yang akan dipasang mudah
terlihat.
Dalam melakukan perintisan ini, sekaligus melakukan penandaan jarak dengan patok-
patok kayu sesuai dengan kebutuhan. Jarak antar patok ini maksimal 50 m. Penandaan
ini dilakukan agar pada waktu survei, semua data dapat diketahui lokasinya.

6.3.2.4 Survei Teknik


(1) Pemilihan Route
Pemilihan route ini adalah kegiatan yang paling penting dan menentukan dalam
survei pendahuluan, karena berhasil tidaknya suatu perencanaan teknik jalan
ditentukan oleh kelayakan route yang dipilih
Pemilihan route akernatif dilakukan dengan bantuan kompas (untuk pembacaan
sudut), clinometer (untuk pembacaan kelandaian) dan pita ukur (untuk pengukuran
jarak).

Usulan Teknis 24
Data survei ini diplot pada kertas milimeter, yang dimaksudkan untuk memudahkan
pemeriksaan hasil survei pada route alternatif tersebut. Kemudian data ini
didiskusikan dengan semua anggota regu survei dengan kesimpulan sebagai
berikut:
(a) Tinjauan, jika ditilik dari segi geometrik telah memenuhi syarat, kemudian
dilanjutkan tinjauan dari segi geoteknik dan sistem drainase, juga AMDAL perlu
dipertimbangkan. Route alternatif ini dapat disepakati sebagai trase jalan
rencana apabila telah memenuhi syarat dan tinjauan berbagai unsur tersebut,
dan dapat dilanjutkan.
(b) Penetapan Route, jika route alternatif dan hasil pemilihan ternyata ada satu
atau beberapa unsur yang belum memenuhi syarat, maka survei harus diulang
dengan cara mengambil route lain sampai dipenuhinya ketentuan atau syarat
dari berbagai unsur tersebut.
(2) Terrain
Dalam pemilihan route, karakteristik dari terrain akan mempengaruhi karakteristlk
pola lokasi mute. Terrain pada umumnya diklasifikasikan sebagai datar, perbukitan
(bukit) dan pegunungan (gunung).
(a) Pada daerah pedataran
1) dimungkinkan jalur lurus yang panjang.
2) dibuat tikungan - tikungan kecil pada daerah basah (rawa) / genangan air
untuk menghindarkan pondasi yang buruk atau mengurangi proses
kerusakan yang cepat.
(b) Pada daerah bukit
Pola lokasi tergantung orientasi lembah dan bukit. Arah garis lembah, dengan
orientasi sejajar akan diperoleh:
1) kelandaian yang cukup datar
2) banyak tikungan
3) banyak gorong-gorong dan jembatan
4) lebih banyak timbunan dari pada galian.
Arah garis bukit, akan ditemui permasalahan alinemen dan drainase yang
sederhana.

Usulan Teknis 25
Untuk menghubungkan kedua arah tersebut, atau bila ditemukan arah garis
bukit miring atau tidak langsung terhadap arah route secara umum, maka perlu
dibuat garis menyisir lereng. Karakteristik garis ini yaitu mempunyai kelandaian
yang menaik secara seragam, letak tikungan pada sisi bukit, dan pekerjaan
tanah yang relatif ringan dan, seimbang.
Apabila bukit dan lembah secara pendekatan searah dengan route pada
umumnya, maka pola tipikal yang dihasilkan disebut jenis garis menyilang
drainase. Dalam hal lokasi yang melalui bukit dan yang melalui alur air perlu
dibuat titik kontrol diantara garis dari jenis menyisir lereng.
Pada umumnya, garis menyilang drainase menimbulkan kelandaian yang terjal,
pekerjaan tanah yang berat sehubungan dengan galian dan timbunan, biaya
untuk membangun jembatan yang mahal dan jari-jari tikungan yang lebih kecil
daripada arah garis lembah.
(c) Pada daerah gunung
Terrain gunung merupakan beban bagi regu survei, karena tidak ada pola atau
ketentuan pasti yang dapat memenuhi situasi im-, selain intuisi yang diperoleh dan
pengalaman.
Untuk itu kelandaian maksimal menurut ketentuan perlu diberikan tambahan batas
toleransi.

(3) Pengumpulan Data


Pendataan yang dilakukan sepanjang trase jalan rencana yang meliputi:
lokasi rencana culvert / jembatan
lokasi rencana bangunan pelengkap lainnya
pola aliran
lokasi sumber material (quarry)
lokasi keadaan visual dan satuan tanah dasar (yang diteliti secara global)
lokasi daerah rawan longsor atau (gerakan tanah) dan kemungkinan daerah
patahan yang memang tidak dapat dihindari, sehingga memerlukan penanganan
khusus.

Usulan Teknis 26
Selain data-data yang diperoleh tersebut di atas, data-data lain yang diperlukan
dapat diperoleh dan instansi yang terkait dengan proyek tersebut, yaitu:
Data curah hujan dari berbagai pos hujan sepanjang dan atau sekitar trase jalan
recana yang dapat mewakili.
Data informasi tentang Harga Material dan biaya hidup sehari-hari, (Upah dan
Bahan) untuk perkiraan biaya.

6.3.2.5 Survei Umum


Pencatatan kegiatan yang juga dilakukan selain teknis yaitu pengumpulan data atau
keterangan yang diperoleh di lapangan untuk informasi kepada team survei detail
berikutnya, mengenai:
(1) Pekerja (buruh lokal) :
(a) Upah, besarya upah yang berlaku di sekitar lokasi
(b) SDM, lokasi/daerah yang sumber daya manusianya dapat dikerahkan untuk
menunjang survei (di luar Pulau Jawa, sumber daya marusia yang ada di
sekitar lokasi sangat sulit didapatkan, bahkan ada yang harus dibawa dari
ibukota Kabupaten).
(2) Logistik
Untuk keperluan konsumsi anggota regu dan bahan survei serta keperluan P3K,
perlu diketahui harga dan lokasi terdekat yang dapat dicapai dengan mudah.
(3) Komunikasi
Lokasi terdekat untuk melakukan komunikasi ke kantor pusat atau dengan instansi
terkait.
(4) Akomodasi
Sarana akomodasi untuk keperluan regu survey lapangan, termasuk sarana untuk
keperluan perhitungan dan penggambaran pada kegiatan survei topografi (apabila
hal ini dilakukan di lapangan).

Usulan Teknis 27
6.3.2.6 Visualisasi
Photo-photo dokumentasi yang perlu diambil, adalah sebagai berikut :
Lokasi / situasi awal dan akhir proyek
Lokasi rencana bangunan drainase jalan dan bangunan pelengkap lainnya.
Kondisi visual terrain dan sekitarnya
Kondisi geologi (secara global)
Situasi setiap 1 km. sepanjang trase jalan rencana
Kondisi dan situasi khusus lainnya yang diperlukan sebagai tambahan data.
6.3.2.7 Produk
Produk yang akan dihasilkan dan survei pendahuluan, yaitu:
Titik Ikat dan tanda-tanda di sepanjang trase jalan rencana, berupa patok (kayu), BM
dan tanda lokasi rencana bangunan sarana jalan serta tanda-tanda lainnya untuk
pedoman regu survei detail lainnya.
Draft kondisi alinemen dan kelandaian sepanjang trase jalan rencana yang diperoleh
dari survei pemilihan route.
Data kondisi terrain trase jalan rencana dan data lainnya.
Informasi dan Photo Dokumentasi.

6.3.3. Survei AMDAL ( apabila di perlukan )


Survei dan studi AMDAL dilakukan dengan maksud untuk memperkecil dampak negatif
yang mungkin timbul akibat adanya ruas jalan (yang sedang direncanakan), baik pada saat
konstruksi maupun setelah digunakan dan mengoptimalkan dampak positif.
Survei ini sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan kegiatan Survei Pendahuluan,
karena beberapa pertimbangan akan merupakan masukan yang penting untuk
menetapkan trase jalan rencana dan route alternatif.
Dengan dilakukannya kegiatan survei AMDAL, dampak yang mungkin timbul dapat
diprediksi dengan mengevaluasi rencana kegiatan (selama konstruksi) dan
menginventarisasi rona lingkungan sepanjang jalan rencana ini.

Usulan Teknis 28
6.3.3.1 Kegiatan Survei
Inventarisasi terhadap rona lingkungan awal yang bertujuan untuk mengidentifikasikan
komponen lingkungan yang sensitif. Inventarisasi ini juga meliputi beberapa aspek, yaitu:
Fisik, kimia dan biologi
Sosial ekonomi dan budaya masyarakat
Pengumpulan data dan pengambilan contoh (sample) lapangan, diantaranya:
Pencatatan lokasi: bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas umum dsb.
Pengambilan contoh air dengan high volume water sampler
Pengukuran dan pengamatan di lapangan / pada ruas jalan yang sudah ada (terdekat
dan sejenis) antara lain:
Pengamatan lalu lintas (biasanya dilakukan bersama dengan regu pencatat LHR
pada survei lalu-lintas)
Pengukuran kadar debu yang menggunakan alat Hi-vol dan gravimetri
Pengamatan kondisi:
- air dan udara
- flora (tata guna lahan) dan fauna
- ekologi, yang meliputi pertimbangan hidrologi dan geologi (termasuk kegiatan
Survei Hydrologi dan Survei Geologi).
Pengamatan dan pengumpulan data sosial ekonomi dan budaya masyarakat dilakukan
dengan wawancara.

6.3.3.2 Visualisasi
Photo - photo dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan analisis di kantor.

6.3.3.3 Produk
Produk yang akan dihasilkan dan survei ini, berupa:
Data Lapangan
Contoh (sample) untuk analisis di laboratorium

Usulan Teknis 29
6.3.4. Survei Topografi
Maksud survei topografi dalam perencanaan teknik jalan raya, yaitu Pengukuran Route yang
dilakukan dengan tujuan memindahkan kondisi permukaan bumi dan lokasi yang diukur pada
kertas yang berupa peta planimetri. Peta ini akan digunakan sebagai peta dasar untuk plotting
perencanaan geometrik jalan raya, dalam hal ini perencanaan alinaemen horisontal. Kegiatan
pengukuran route ini juga mencakup pengukuran penampang.

Pengukuran Route yang dilakukan sepanjang trase jalan rencana (route hasil survei
reconnaissance) dengan menganggap sumbu jalan rencana pada trase ini sebagai garis kerangka
poligon utama. Dengan demikian, sebaiknya yang melakukan pemasangan BM setiap 1 km dan
tanda PI pada route terpilih adalah regu survei pendahuluan, pada saat survei route. (PI = Point of
Intersection = titik belok, yaitu titik perpotongan antara dua tangan).

Kegiatan pengukuran untuk rencana teknik jalan raya ini sama dengan pengukuran untuk rencana
bangunan teknik Sipil lainnya yang intinya adalah melakukan pengukuran sudut dan jarak
(horisontal) serta pengukuran beda tinggi (vertikal). Akan tetapi pengukuran untuk rencana teknik
jalan raya ini mempertimbangkan pula jarak yang panjang, sehingga pengaruh bentuk lengkung
permukaan bumi juga diperhitungkan.

Pengukuran route sesungguhnya adalah pengukuran detail yang dilakukan pada route hasil survei
pendahuluan, yang kegiatannya meliputi:
Perintisan untuk pengukuran
Pemasangan patok (BM dan kayu)
Pengukuran detail
Sebaiknya pengukuran detail ini dilakukan sekitar 100m - 200m dibelakang regu survei pemilihan
route, agar dapat memberikan masukan (koreksi) kepada regu survei pendahuluan mengenai route
yang dipillh.

Usulan Teknis 30
6.3.4.1 Perintisan Untuk Pengukuran
Kegiatan perintisan ini untuk membuka sebagian lokasi yang akan diukur, agar
pengukuran tidak terhalang oleh semak / perdu.
Perintisan dalam pengukuran adalah pelebaran perintisan pada route hasil
reconnaissance survei, dan pada setiap interval yang sudah ditentukan dibuat jalur
perintisan melintang arah route untuk keperluan pengukuran penampang melintang dan
situasi detail.

6.3.4.2 Pemasangan Titik Kontrol


Titik - titik kontrol yang dipasang untuk keperluan pengukuran route pada umumnya
terdiri dari dua macam yaitu, patok beton dan patok kayu.
(1) Patok Beton
Patok beton dipasang untuk titik - titik kontrol horisontal maupun untuk menentukan
ketinggian muka tanah, yang disebut titik tetap (bench mark), baik untuk jalan
maupun lokasi rencana jembatan.
Untuk pengukuran rencana jalan biasanya dipasang setiap interval 1 km dan untuk
persilangan dengan sungai dipasang 2 buah berseberangan, demikian pula untuk
persilangan dengan jalan.
(2) Patok Kayu
Patok kayu dipasang untuk titik - titik kontrol sekunder atau tersier (patok bantu)
pada pengukuran poligon maupun sipat-datar sekunder dan pada pengukuran
topografi (situasi detail).
Patok ini digunakan sebagai titik referensi sementara atau titik bantu, jadi sifatnya
tidak tetap, akan tetapi harus diberi nomor urut dan warna yang sesuai ketentuan.
6.3.4.3 Pengukuran Detail
Pengukuran detail sebagai garis kerangka poligon utama adalah route hasil
reconnaissance survei yang merupakan sumbu jalan rencana. Pengukuran ini mencakup
beberapa jenis kegiatan, yaitu:
(1) Pengukuran Pengikatan
Pengukuran ini dimaksudkan untuk menetapkan posisi dan titik awal proyek
terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk
pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan. Data koordinat dan ketinggian titik
triangulasi diperoleh dari Jawatan Topografi Angkatan Darat (JANTOP-AD) atau dan
BAKOSURTANAL.

Usulan Teknis 31
Referensi ketinggian titik triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan
data koordinat triangulasi berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem
koordinat UTM (universal transverse mercartor) yang kemudian ditransfer ke sistem
koordinat Cartesus ( x, y).
Pengukuran pengikatan dan titik referensi ini terdiri dari :
Pengamatan Matahari
Pengukuran poligon pengikatan
Pengukuran Sipat-datar pengikatan
Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik pada
kerangka dasar horisontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan
mempunyai referensi yang sama.
Apabila titik triangulasi tidak ditemukan sekitar lokasi, maka dapat digunakan titik
referensi lokal yang berupa titik poligon pada awal proyek, misalnya: x = 10.000 m, y
= 10.000 m dan z = 100 m.

(2) Pengukuran Kontrol Horizontal


(a) Pengukuran Poligon
Pengukuran titik kontrol horisontal dilakukan dengan cara pengukuran poligon
terbuka sepanjang jalur sumbu jalan rencana (hasil reconnaissance survei).
Maksud pengukuran poligon ini yaitu untuk mendapatkan kerangka dasar
pengukuran dan sebagai pengikat jalur rintis melintang (cross section).
(b) Pengamatan Matahari
Pengamatan azimuth matahari dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
azimuth geografls suatu sisi/garis (dalam hal azimuth arah dari titik pengamatan
ke titik sasaran tertentu) untuk digunakan sebagai azimuth awal dalam
perhitungan poligon dan untuk melakukan kontrol ketelitian hasil ukur sudut
poligon.
(3) Pengukuran Kontrol Vertikal
Pengukuran titik kontrol vertikal dilakukan dengan sistem beda tinggi (sipat-datar)
pada titik-titlk poligon yang ada.
Metoda pengukuran sipat-datar biasanya dilakukan dengan cara double stand yaitu
dua kali berdiri alat yang hasilnya diambil rata-rata dengan mengambil jarak
sedemikian rupa sehingga jarak ke depan sama dengan jarak ke belakang.

Usulan Teknis 32
Pengukuran ini dilakukan sepanjang sumbu jalan rencana (sisi poligon) pada setiap
titik kontrol (tetap ataupun sementara) untuk mengetahui bentuk profil dari awal
proyek sampai akhir proyek.

(4) Pengukuran Penampang


Pengukuran penampang yang dimaksud di sini adalah penampang melintang (cross
section) yang merupakan penampang tegak lurus sumbu jalan rencana.
Pengukuran ini adalah pengukuran sipat-datar yang dilakukan tegak lurus sumbu
jalan rencana untuk mengetahui kondisi melintang koridor pada tempat - tempat
tertentu (setiap 50 m pada daerah datar dan setiap 25 m pada daerah belokan).
Gambar penampang melintang diperlukan untuk perhitungan pekerjaan tanah
(galian dan timbunan) dengan panjang penampang melintang selebar koridor yaitu
75 m ke arah kiri dan 75 m ke arah kanan dari sumbu jalan rencana.
Pada daerah belokan, lebar pengukuran biasanya 100 m ke arah luar dan 50 m ke
arah dalam dari sumbu jalan rencana.

(5) Pengukuran Topografi


Maksud dari pengukuran topografi ini yaitu pengukuran situasi untuk pembuatan
peta planimetri sepanjang ruas jalan rencana dengan lebar pemetaan selebar
koridor yaitu 150 m.
Pengukuran ini dilakukan untuk memindahkan letak / posisi (koordinat) benda -
benda alam atau buatan yang terdapat pada permukaan bumi (seluas daerah
pemetaan) pada kertas dengan skala 1:500 atau 1:1000 yang berupa peta
planimetri.

(6) Pengukuran Khusus


(a) Persilangan dengan sungai
Pada persilangan dengan sungai perlu dilakukan pengukuran khusus yang
berupa pengukuran situasi, agar lokasi pemilihan sumbu rencana jembatan
dapat dilakukan sebaik mungkin.
Penampang melintang pada lokasi pengukuran khusus persilangan dengan
sungai, dibuat pada setiap interval 25 m searah sumbu jalan rencana dan setiap
interval 25 m sejajar dengan sumbu jalan rencana.

(b) Perpotongan dengan jalan

Usulan Teknis 33
Pada lokasi perpotongan dengan jalan yang ada, perlu dilakukan pengukuran
situasi di sekitar perpotongan dengan ketentuan seperti pada umumnya.
Penampang melintang dibuat pada setiap interval 25 m searah sumbu jalan
rencana dan setiap interval 25 m searah dengan sumbu jalan yang ada.

6.3.4.4 Visualisasi
Photo - photo dokumentasi yang diperlukan adalah kegiatan perintisan, pengukuran
poligon, pengamatan matahari dan kegiatan lainnya.

6.3.4.5 Produk
Produk yang akan dihasilkan dan survei ini, berupa:
Buku Ukur
Deskripsi BM sementara
Peta Planimetri (bila dilakukan proses di lapangan)

6.3.5. Survei Hydrologi


Survei Hydrologi dalam perencanaan teknik jalan raya diperlukan untuk perencanaan sistem dan
sarana drainase, agar konstruksi jalan aman terhadap pengaruh air selama usia rencana, karena
kerusakan yang terjadi pada konstruksi jalan raya pada umumnya langsung maupun tidak
langsung disebabkan oleh air. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam survei ini, yaitu :
Mengumpulkan data penunjang dan melakukan studi terhadap data-data tersebut (dilakukan di
kantor sebelum mobilisasi).
6.3.5.1 Data Penunjang
Data penunjang yang diperlukan pada umumnya sebagai berikut :
(1) Peta dasar yang digunakan:
peta topografi skala 1:250.000
peta rupa bumi Indonesia skala 1:50.000 (dari BAKOSURTANAL)
peta hujan Indonesia skala variable (dari Badan Meteorologi dan Geofisika)
(2) Data Curah Hujan
Data curah huian dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG),
catatan atau buku yang memuat rekaman curah hujan dari stasiun-stasiun (rain

Usulan Teknis 34
gauge) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Data yang diambil untuk
kebutuhan analisis adalah data dari stasiun yang terletak pada daerah tangkapan.

6.3.5.2 Kegiatan Survei


Maksud dari. survei ini, yaitu melakukan pengamatan dan pengukuran di lokasi untuk
memperoleh data-data tentang karakteristik daerah tangkapan sepanjang trase jalan
rencana, antara lain:
(1) Luas Daerah Tangkapan (Catchment Area)
Luas daerah tangkapan untuk sistem drainase perlu diketahui agar dapat
diperkirakan daya tampungnya terhadap curah hujan, sehubungan dengan metode
yang akan digunakan untuk memprediksi volume limpasan permukaan (flood runoff).
(2) Terrain
Kondisi terrain pada daerah tangkapan perlu diamati Sehubungan dengan bentuk
dan keiniringan yang akan mempengaruhi pola aliran, agar kapasitas drainase dapat
diperhitungkan dengan baik sehingga dapat menampung jumlah limpasan air pada
kondisi debit puncak (peak discharge).
(3) Tata Guna Lahan
Tata guna lahan sepanjang trase jalan rencana (daerah tangkapan hujan)
kemungkinan besar akan berubah dengan adanya jalan, karena dalam jangka
pendek ataupun jangka panjang akan terbentuk pemukiman penduduk di kiri dan
kanan sepanjang jalan tersebut.
(4) Jenis dan Sifat Erosi
Jenis dan sifat erosi pada daerah sepanjang trase jalan rencana, disebabkan oleh
jenis tanah dari kondisi geologi setempat. Informasi mengenai ini diperoleh dari
survei Geoteknik.
(5) Inventarisasi
Apabila pada lintasan survei dijumpai bangunan drainase (existing), maka harus
dilakukan inventarisasi data meliputi dimensi dan kondisi serta lokasinya, juga arah
aliran pembuangannya.
Pada survei ini, dilakukan juga pencatatan lokasi rencana culvert dan jembatan yang
berdasarkan pengamatan perlu dibuat, termasuk rencana tipe dan dimensinya serta
arah aliran.

Usulan Teknis 35
(6) Pengukuran di Lokasi
Pada lintasan yang bersilangangan dengan sungai, maka apabila direncanakan
untuk dibuat jembatan, perlu dilakukan pengukuran kecepatan aliran di sekitar lokasi
rencana tersebut, untuk data masukkan dalam perhitungan debit.

Selain pengukuran kecepatan aliran, dalam survei ini perlu dicatat pula yaitu:
- Sketsa aliran sungai di sekitar lokasi rencana jembatan di Kondisi tebing dan
dasar sungai
- Vegetasi pada daerah hulu sungai
- Pengamatan sediment transport
- Rencana bentang jembatan
6.3.6.4 Visualisasi
Pengambilan photo untuk dokumentasi, antara lain:
Lokasi dan kondisi culvert existing (lokasi rencana culvert, biasanya sudah dilakukan
pada kegiatan survei pendahuluan).
Lokasi rencana jembatan
Lainnya yang sekiranya diperlukan
6.3.6.5 Produk
Produk yang akan dihasilkan dari survei Hydrologi ini, berupa:
Data Curah hujan.
Data kecepatan aliran sekitar lokasi rencana jembatan.
Data kondisi geologi dan sifat tanah (masukkan dari Survei Geologi & Material dan
Investigasi tanah).
Data kondisi dan lokasi culvert existing
Data rencana lokasi culvert dan perkiraan tipe culvert yang cocok.

6.3.6. Survei Lalu lintas


Untuk perencanaan teknik jalan baru, survei lalu-lintas tidak dapat dilakukan, karena belum ada
jalan. Akan tetapi untuk menentukan dimensi jalan tersebut (yang direncanakan) diperlukan data
jumlah kendaraan.

Untuk itu dapat dilakukan sebagai berikut :

Usulan Teknis 36
Survei perhitungan lalu-lintas (traffic counting) dilakukan pada jalan yang sudah ada (sudah
dipakai), yang diperkirakan mempunyai bentuk, kondisi dan keadaan komposisi lalu-lintas akan
serupa dengan jalan yang direncanakan.
Survei asal dan tujuan (origin and destination survey), yang dilakukan pada lokasi yang
dianggap tepat (dapat mewakili), dengan cara melakukan wawancara kepada pengguna jalan
untuk mendapatkan gambaran rencana jumlah dan komposisi kendaraan pada jalan yang
direncanakan.
Pembuatan model dengan program komputer (misalnya KAJI, dll).
Pengambilan data dari analisis biaya siklus hidup (BSH).

6.3.7. Survei Geoteknik


6.3.7.1 Tujuan dan Sasaran Survei
Tujuan dari survei geologi dan investigasi tanah, yaitu untuk memetakan penyebaran
tanah/ batuan dasar yang meliputi kisaran tebal tanah pelapukan pada daerah
sepanjang trase jalan rencana, sehingga dapat memberikan informasi mengenai
stabilitas lereng, prediksi penurunan lapisan tanah dasar dan daya dukungnya, setelah
dipadukan dengan hasil pengujian laboratorium.
Sedangkan survei material dilakukan untuk mengetahui lokasi dan kwantitas (besarnya
deposit) pada quarry (sumber material) dan sekaligus menentukan karakteristik material
yang dikandung dengan melalui proses pengujian laboratorium.
6.3.7.2 Survei Geologi
Dan uraian di atas, mengenai tujuan atau sasaran survei, maka dapat diuraikan kegiatan
yang harus dilakukan pada survei lapangan sebagai berikut:
(1) Pengamatan
Pengamatan kondisi visual dilakukan pada tempat/lokasi daerah sepanjang trase
jalan rencana biasanya pada setiap interval jarak 500 - 1000 m dan sekaligus
mencatat pada formulir data dan formulir sketsa.
(2) Klasifikasi Tanah di Lapangan
Pengidentifikasian material secara visual (yang dilakukan oleh teknisi tanah di
lapangan) hanya berdasarkan pada gradasi butiran dan karakteristlk keplastisannya
saja, yaitu:

(a) Tanah berbutir kasar

Usulan Teknis 37
Tanah yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: pasir, kerikil, dominan
kerakal
(b) Tanah berbutir halus
Di lapangan, tanah dari kelompok ini susah untuk dibedakan secara visual
antara lempung dan lanau, kecuali dengan cara perkiraan karakteristik
plastisitasnya.

6.3.7.3 Survei Material


Untuk menentukan bahan konstruksi jalan atau highway materials dilakukan survei pada
lokasi - lokasi sumber material (quarry) yang berada pada daerah sepanjang trase jalan
rencana dengan pertimbangan ekonomis, tetapi apabila tidak ditemui quarry sepanjang
trase jalan rencana, dilakukan survei pada daerah sekitarnya.
Kegiatan survei yang perlu dilakukan meliputi:
Mengukur dan memperkirakan kapaitas atau deposit sumber material
Mencatat jenis material yang ada, dan sekaligus mengambil contoh material yang
ada
Mengukur jarak sumber material dari patok/titik ukur yang terdekat, agar lokasi dapat
diplot pada peta sumber material, dan mudah untuk memasang petunjuk arah/jarak
dari trase jalan rencana
Mengambil contoh tanah dari borrow pit:
- contoh tak terganggu (UDS = undisturbed sample), untuk pengujian sifat phisik
tanah yang diperlukan untuk mengetahui jenis tanah bahan urugan.
- contoh terganggu (DS = disturbed sample), untuk pengujian bahan urugan,
sehubungan dengan parameter yang diperlukan yaitu d dan opt (OMC = optimum
moisture content) untuk analisis daya dukung lapisan tanah dasar (subgrade) dan
besarnya penurunan.

6.3.7.4 Investigasi Tanah ( apabila di perlukan )


Di bawah ini diuraikan kegiatan investigasi tanah yang disesuaikan dengan kebutuhan
berdasarkan peruntukannya antara lain untuk :

(1) Menentukan Daya Dukung Lapisan Tanah Dasar

Usulan Teknis 38
(a) Natural Subgrade, atau lapisan tanah dasar asli akan dijumpai setelah
dilakukan cut/excavation (penggalian) mencapai elevasi sesuai rencana. Daya
dukung pada lapisan ini dapat diperkirakan:
1) Derajat kekuatan keringnya tinggi (dan segumpal kecil tanah yang
dikeringkan kemudian diremas)
2) dari hasil uji CBR di tempat (on place)
Pada saat survei, hal itu semua tidak dapat dilakukan, karena letak permukaan
tanah dasar sebenarnya belum dlketahui. Sebagai pendekatan untuk
mendapatkan nilai CBR perkiraan, perlu dilakukan kegiatan di lapangan sebagai
berikut:
1) pengujian dengan menggunakan alat DCP (dynamik cone penetrometer)
yang dilakukan pada dasar lubang sumuran uji (test pit) dengan anggapan
elevasi permukaan tanah dasar rencana akan berada pada kedalaman 23
m (kedalaman pit maksimum).
2) mengambil contoh tanah dari dasar lubang sumuran uji dengan
menggunakan mold CBR (satu pasang per lubang), untuk dilakukan
pengujian laboratorium, yaltu uji kering dan uji rendaman (soaked and
unsoaked).
(b) Compacted Subgrade, atau lapisan tanah dasar bentukan, merupakan
timbunan hasil urugan (fill/embankment) pada elevasi sesuai dengan rencana.
Daya dukung pada lapisan ini diperkirakan dari uji CBR pada tanah dalam
keadaan padat maksimum (hasil dan uji pemadatan di laboratorium terhadap
contoh tanah terganggu) yang diambil dari borrow pit atau dari lubang sumuran
uji 40 kg per lokasi.

(2) Analisis Stabilitas Lereng


Lereng yang dimaksud dalam uraian ini, terdiri dari lereng alam dan lereng akibat
galian.
Ketidak-stabilan lereng alam dipengaruhi oleh kondisi geologi yang harus diamati
secara visual di lapangan, mengenai susunan batuan dasar dan tanah
pelapukannya.
Penyelidikan visual dilakukan pada jenis batuan dasar serta kedudukannya (jurus
dan kemiringan) terhadap arah kemiringan lereng dan struktur geologi yang
berkembang pada batuan seperti patahan/ sesar.

Usulan Teknis 39
Dalam pemilihan route, daerah yang rawan terhadap gerakan tanah maupun daerah
patahan, sebalknya dihindari karena akan berbahaya dan menimbulkan biaya yang
tinggi baik dalam masa pelaksanaan phisik maupun pemeliharaan.

(3) Analisis Penurunan


Analisis dan prediksi penurunan, dilakukan dengan bantuan parameter hasil
pengujian laboratorium terhadap contoh tanah UDS dan parameter dari pengujian
lapangan (in situ test) yang dilakukan dengan alat sondir.

6.3.7.5 Visualisasi
Photo-photo dokumentasi yang perlu diambil, adalah sebagai berikut:
Singkapan dinding pada lubang sumuran uji (harus dilengkapi benda pembanding
skala misalnya pena atau kotak korek api)
Kegiatan sampling
Kegiatan pengujian lapangan
Singkapan alam (kondisi geologi)
Jenis material pada quarry
Lain-lain yang dipandang perlu

6.3.7.6 Produk
Produk yang akan dihasilkan dan survei Geoteknik ini, yaitu:
Data-data pengamatan visual kondisi geologi
Log sumuran uji dan log bor tangan
Contoh-contoh tanah dan material
Data pengujian lapangan

Usulan Teknis 40
6.4. KRITERIA PERENCANAAN
Untuk melakukan suatu perencanaan teknik jalan diperlukan beberapa kriteria sebagai
pertimbangan untuk mengoptimalkan hasil perencanaan.
Dampak lingkungan dan tata guna lahan di sepanjang jalan juga merupakan pertimbangan dalam
perencanaan, untuk mengantisipasi masalah yang akan timbul dengan adanya jalan, baik masalah
sosial maupun teknis.

6.4.1 Klasifikasi Jalan


Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina Marga dalam Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) No: 038/T/BM/1997, disusun pada tabel berikut :

6.4.2 Karakteristik Lalu-Lintas


Data lalu-lintas adalah data utama yang diperlukan untuk perencanaan teknik jalan, karena
kapasitas jalan yang akan direncanakan tergantung di komposisi lalu-lintas yang akan
menggunakan jalan pada suatu segmen jalan yang ditinjau.
Besarnya volume atau arus lalu-lintas diperlukan untuk menentukan jumlah dan lebar lajur pada
satu jalur jalan dalam penentuan karakteristik geometrik, sedangkan jenis kendaraan akan
menentukan kelas beban atau MST (Muatan Sumbu Terberat) yang berpengaruh langsung pada
perencanaan konstruksi perkerasan.
Analisis data lalu-lintas pada intinya dilakukan untuk menentukan kapasitas jalan, akan tetapi harus
dilakukan bersamaan dengan perencanaan geometrik dan lainnya, karena saling berkaitan satu
sama lain.

Usulan Teknis 41
Unsur lalu-lintas, adalah benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu-lintas, sedangkan unsur
lalu-lintas di atas roda disebut kendaraan dengan unit (kendaraan).

6.4.2.1 Kendaraan Rencana


(1) Kendaraan Ringan/ Kecil (LV)
Kendaraan ringan / kecil adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan empat roda
dan dengan jarak as 2,0-3,0 m (meliputi: mobil penumpang, oplet, mikrobus, pick up
dan truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

(2) Kendaraan Sedang (MHV)


Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 - 5,0 m (termasuk bus
kecil, truk dua as dengan enam roda, sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

(3) Kendaraan Berat/Besar (LB-Lt)


(a) Bus Besar (LB),
Bus dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0 - 6,0 m.
(b) Truk Besar (LT),
Truk tiga gandar dan truk kombinasi tiga, jarak gandar (gandar pertama ke
kedua) < 3,5 m (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

(4) Sepeda Motor (MC)


Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi : sepeda motor dan kendaraan
roda 3 sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

(5) Kendaraan Tak Bermotor (UM)


Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan (meliputi : sepeda,
becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
Catatan : kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian dan arus lalu-lintas
tetapi sebagai unsur hambatan samping.

Usulan Teknis 42
6.4.2.2 Komposisi Lalu-lintas
Volume Lalu-lintas Harian Rata-rata (VLHR), adalah prakiraan volume lalu-lintas harian
pada akhir tahun rencana lalu-lintas dinyatakan dalam smp/hari. Beberapa variabel yang
diperhitungkan dalam komposisi lalu lintas :
(1) Satuan Mobil Penumpang (smp)
(2) Ekivalensi Mobil Penumpang (emp)
(3) Faktor (F)
(4) Faktor VLHR (K)
(5) Volume Jam Rencana (VJR)
(6) Kapasitas (C)
(7) Derajat Kejenuhan (DS)

6.4.2.3 Kecepatan Rencana


VR, adalah kecepatan rencana pada suatu ruas jalan yang dipilih sebagai dasar
perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak
dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu-lintas yang lengang,
dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti VR untuk masing-masing fungsi jalan
dapat ditetapkan dari tabel berikut :

Usulan Teknis 43
6.4.3 Karakteristik Geometrik
6.4.3.1 Tipe Jalan
Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan, untuk jalan-jalan
luar kota sebagai berikut:
2 lajur 1 arah(2/1)
2 lajur 2 arah tak-terbagi (2/2 TB)
4 lajur 2 arah tak-terbagi (4/2 TB)
4 lajur 2 arah terbagi (4/2 B)
6 lajur 2 arah terbagi (6/2 B)
6.4.3.2 Bagian - Bagian Jalan
(1) LebarJalur (Wc)
Lebar (m) jalur jalan yang dilewati lalu-lintas, tidak termasuk bahu jalan.
(2) Lebar Bahu (Wa)
Lebar bahu (m) di samping jalur lalu-lintas, direncanakan sebagai ruang untuk
kendaraan yang sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat.
(3) Median (M)
Daerah yang memisahkan arah lalu-lintas pada suatu segmen jalan, yang terletak
pada bagian tengah (direndahkan/ditinggikan).

Usulan Teknis 44
6.4.3.3 Tipe Alinemen
Tipe alinemen adalah gambaran kemiringan daerah yang dilalui jalan, dan ditentukan
oleh jumlah naik dan turun (m/km) dan jumlah lengkung horisontal (rad/km) sepanjang
segmen jalan.

Usulan Teknis 45
6.4.3.4 Daerah Penguasaan Jalan

(1) Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA), dibatasi oleh:


lebar antara batas ambang dengan konstruksi jalan di kedua sisi jalan.
tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan,dan
kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan.
(2) Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
Adalah ruang yang dibatasi oleh lebar yang sama dengan Damaja ditambah ambang
pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1,5 meter.
(3) Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) .
Adalah ruang sepanjang jalan di luar Damaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar
tertentu, (lihat gambar - 3.3).

6.4.4 Kondisi Lingkungan


Emisi gas buangan kendaraan dan kebisingan berhubungan erat dengan volume lalu-lintas dan
kecepatan. Pada volume lalu-lintas yang tetap, emisi ini berkurang dengan kecepatan sepanjang
jalan tersebut tidak macet.

Usulan Teknis 46
Saat volume lalu-lintas mendekati kapasitas (derajat kejenuhan > 0,8), kondisi arus tersendat
berhenti dan berjalan yang disebabkan oleh kemacetan menyebabkan bertambahnya emisi gas
buangan dan juga kebisingan jika dibandingkan dengan kinerja lalu-lintas yang stabil.
Alinemen yang tidak baik, seperti tikungan tajam dan kelandaian curam, menambah emisi gas
buangan dan kebisingan.
Pengembangan (tataguna) lahan dlsamping jalan, untuk perhitungan, guna lahan dinyatakan
dalam persentase dari segmen jalan dengan pengembangan tetap dalam bentuk bangunan
(terhadap panjang total).

6.4.5 Pertimbangan Ekonomi


Dalam proses pemilihan tipe jalan dan penampang melintang untuk jalan baru, yang paling
ekonomis berdasarkan analisis biaya siklus hidup (BSH) yang ditunjukkan pada gambar - 3.4,
sedangkan ambang arus lalu-lintas tahun ke-l untuk rencana jalan baru luar kota yang paling
ekonomis seperti pada tabel - 3.8, sebagai fungsi dari tipe alinemen dan kelas hambatan samping
untuk pembuaan jalan baru dan untuk pelebaran.
BSH diperoleh dari berbagai anggapan yang digunakan oleh Bina Marga, yaitu : umur, laju
pertumbuhan lalu-lintas, suku bunga dan tujuan dari pembina jalan. Seluruh biaya yang juga sudah
diperhitungkan, yaitu:
Biaya pemakai jalan yang relevan :
operasi kendaraan, waktu, kecelakaan, polusi.
Biaya pembuatan jalan :
pembebasan lahan, pembangunan jalan, perawatan jalan dan operasional.
Analisis BSH, adalah menghitung biaya total yang diproyeksikan ke tahun 1 (nilai bersih sekarang)
untuk setiap perencanaan yang dipelajari sebagai fungsi arus lalu-lintas.
Dengan membandingkan biaya-biaya yang dinyatakan sebagai biaya per kendaraan per kilometer
tersebut, rencana alternatif yang mempunyai biaya total terendah adalah yang paling ekonomis.

Usulan Teknis 47
Usulan Teknis 48
Ambang arus lalu-lintas yang diperoleh dengan analisis BSH, peka terhadap anggapan yang
diambil tentang umur rencana. (Dalam MKJI, konstruksi jalan baru diambil 23 tahun, sedangkan
untuk peningkatan jalan raya dan pembuatan simpang di kawasan perkotaan, 10 tahun). Angka
pertumbuhan lalu-lintas diambil 6,5 % suku bunga 15 % dan tujuan kesejahteraan (semua waktu
tempuh dihitung biaya per kecelakaan, sebesar Rp 28 juta).

6.4.6 Pertimbangan Keselamatan Lalu-Lintas


Pengaruh umum dan rencana geometrik terhadap tingkat kecelakaan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Pelebaran lajur akan mengurangi tingkat kecelakaan antara 2 - 15 % per meter pelebaran (nilai
yang besar mengacu kejalan kecil/sempit).
Pelebaran atau peningkatan kondisi permukaan bahu meningkatkan keselamatan lalu-lintas,
meskipun mempunyai tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan pelebaran lajur lalu-
lintas.
Lajur pendakian pada kelandaian curam mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 25 - 30 %.
Lajur menyalip (lajur tambahan untuk menyalip pada daerah datar) mengurangi tingkat
kecelakaan sebesar 15 - 20 %.
Meluruskan tikungan tajam setempat mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 25 - 60 %.
Pemisah tengah mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 30%.
Median penghalang (digunakan jika terdapat keterbatasan ruang untuk membuat pemisah
tengah yang lebar) mengurangi kecelakaan fatal dan luka berat sebesar 10 - 30 %, tetapi
menambah kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan material.
Batas kecepatan, jika dilaksanakan dengan baik, dapat mengurangi tingkat kecelakaan sebesar
faktor (Vsesudah / Vsebelum)2.

6.5. PENYIAPAN PETA PLANIMETRI


Peta Planimetri adalah peta terestris hasil survei topografi yang digunakan sebagai peta dasar
perencanaan geometrik jalan.

6.5.1 Persiapan
Sebelum kegiatan perhitungan data ukur dimulai, sebaiknya diadakan persiapan agar proses
penghitungan dapat dilakukan dengan lancar dan terarah, sehingga target waktu dapat terpenuhi.
Hal ini penting, karena keterlambatan proses perhitungan akan berpengaruh terhadap
penggambaran peta planimetri yang merupakan peta dasar perencanaan geometrik jalan.

Usulan Teknis 49
Persiapan yang perlu dilakukan, jika kegiatan dilakukan di kantor :
6.5.1.1 Inventarisasi Buku Ukur
Inventarisasi buku ukur dengan cara pengelompokkan berdasarkan:
(1) Jenis Pengukuran
(2) Urutan Pengukuran
6.5.1.2 Tabel dan Ketentuan
Tabel dan ketentuan yang akan digunakan harus disediakan terlebih dahulu, misainya
harga koordinat dan elevasi triangulasi, tabel / almanak matahari yang sesuai dan
ketentuan lainnya.
6.5.1.1 Data dan Keterangan
Data dan gambar lengkap, serta keterangan mengenai:
(I) Awal Proyek
Jika awal proyek melanjutkan ruas yang sudah ada, maka data dan gambar lengkap
akhir proyek sebelumnya harus disiapkan untuk dikorelasikan dengan data baru.
(2) Akhir Proyek
Jika akhir proyek memotong / berakhir pada ruas jalan yang sudah ada, maka
data/gambar lengkap situasi sekitar perpotongan dengan akhir proyek jalan rencana,
juga harus disiapkan untuk dikorelasikan dengan data baru.

6.5.2 Perhitungan Data Ukur


6.5.2.1 Penetapan Posisi Titik Ikat
Jika titik triangulasi kedudukannya baru diketahui setelah selesai pengukuran (survei
lapangan), maka koordinat dan elevasi sementara (lokal) pada BM-0 yang dibuat /
ditetapkan di lapangan harus disesuaikan dengan koordinat dan elevasi titik triangulasi.
Jika di lapangan tidak ditemukan titik triangulasi, maka koordinat dan elevasi lokal yang
digunakan.
6.5.2.2 Perhitungan Azimuth Matahari
Dari pengamatan di lapangan dengan menggunakan metoda tinggi matahari dengan
cara ditadah, maka dapat dihitung azimuth dari titik pengamatan ke titik sasaran dengan
metode segitiga bola.

Usulan Teknis 50
6.5.2.3 Perhitungan Poligon
Poligon pada pengukuran untuk route jalan raya dilakukan dengan poligon bersambung
yang terikat tidak sempurna (hanya terikat pada satu titik ikat), dengan demikian tidak
ada koreksi ordinat maupun absis, akan tetapi kontrol sudut dilakukan dengan
pemeriksaan azimuth matahari.
6.5.2.4 Perhitungan Beda Tinggi
Untuk mengetahui elevasi dari titik-titik yang ditinjau (titik-titik kontrol), dilakukan dengan
cara pengukuran beda tinggi atau sipat-datar yang perhitungannya dilakukan dengan
cara sederhana yaitu dengan metoda perataan yang merata-ratakan beda tinggi dari
posisi 1 dan posisi 2.
6.5.2.5 Perhitungan Situasi (topografi)
Pada pengukuran topografi (situasi detail), untuk memperoleh perbedaan tinggi dua
buah titik dilakukan dengan metoda tachimetri, sedangkan posisi (koordinat) titlk detail
diikatkan pada titik poligon utama.

6.5.3 Penggambaran
Penggambaran adalah kegiatan lanjutan dari proses perhitungan data ukur, yang terdiri dari
pembuatan peta dan penggambaran penampang.
Peta Ikhtisar
Peta Planimetri
Penampang atau potongan melintang (cross section)
Penampang atau potongan memanjang (profile)
6.5.3.1 Peta Ikhtisar
Peta lkhtisar adalah peta yang dibuat dengan skala 1:5000 (atau 1: 10.000), yang
merupakan peta dasar untuk pembuatan gambar lay out rencana jalan dan peta sumber
material.
Peta ini menampilkan rangkaian poligon yang dilengkapi dengan legenda dan garis
kontur interval (5 atau 10 m) dan lokasi patok yang menunjukkan lokasi potongan
melintang.
Peta ini merupakan peta topografi yang tidak detail, tetapi mencantumkan semua
keterangan yang spesiflk dan penting.

Usulan Teknis 51
6.5.3.2 Peta Planimetri
Sebagai bidang spheris (permukaan kulit sebuah bola), maka bola bumi yang
merupakan bola yang sangat besar, sehingga suatu cakupan areal yang kecil pada
permukaan bumi dapat dianggap sebagai bidang datar atau disebut bentuk planimetris.
Skala yang digunakan untuk perencanaan teknik jalan raya biasanya 1 : 500 atau 1 :
1.000.
Peta ini adalah peta dasar dari peta planimetri rencana teknik jalan, jadi merupakan peta
detail yang harus dilengkapi dengan simbol-simbol detail dan bentuk-bentuk planimetris
(legenda) dan bentuk-bentuk topografis (garis-garis kontur). Peta ini dibuat pada kertas
milimeter.
6.5.3.3 Penampang Melintang
Gambar potongan atau penampang melintang dibuat pada setiap interval (jarak) patok
yang dipasang di lapangan. Gambar potongan ini dikenal dengan Cross Section.
Skala yang digunakan untuk gambar penampang melintang, adalah 1: 100 untuk
horizontal dan 1:50 untuk vertikal.
6.5.3.4 Penampang Memanjang
Gambar potongan memanjang yang dikenal dengan istilah Profil, adalah penampang
pada irisan sumbu jalan dari awal sampai akhir ruas jalan yang menunjukkan elevasi
(ketinggian) titik-titik sepanjang ruas tersebut.
Skala yang digunakan adaiah 1: 1.000 untuk horizontal dan 1: 100 untuk vertikal.
6.5.3.5 Identifikasi Titik Tetap
Pada pengukuran untuk pembuatan peta, dipasang titik-titik kontrol yang bersifat tetap
(permanent) maupun sementara yang fungsi masing-masing telah diuraikan pada bagian
Survei Topografi.
Uraian titik kontrol, hasil survei lapangan harus diidentifikasikan (sesuai dengan gambar
rencana teknik jalan) agar mudah untuk ditemukan kembali.
Bentuk identifikasi titik tetap (BM), mencantumkan koordinat di elevasi, serta keterangan
lokasi (sketsa, desa dan kecamatan serta kabupaten).

Usulan Teknis 52
6.6. PERENCANAAN GEOMETRIK
Perencanaan Geometrik jalan adalah perencanaan route dari suatu ruas jalan secara lengkap,
meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau
tersedia dari hasil survei lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang
berlaku.
Kelengkapan dan data dasar yang harus disiapkan sebelum mulai
melakukan perhitungan/perencanaan, yaitu:
- Peta planimetri dan peta-peta lainnya (geologi dan tataguna lahan).
- Kriteria Perencanaan (lihat bagian 6.4)
Ketentuan Jarak Pandang dan beberapa pertimbangan yang diperlukan
sebelum memulai perencanaan, selain didasarkan pada teoritis, juga untuk praktisnya.
Elemen dalam perencanaan geometrik jalan, yaitu:
- Alinemen Horisontal (situasi/plan)
- Alinemen Vertikal (potongan memanjang/profile)
- Potongan Melintang (cross section)
- Penggambaran

6.6.1 Jarak Pandang


6.6.1.1 Jarak Pandang Henti (Jh)
adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentlkan
kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik di
sepanjang jalan harus memenuhi ketentuan Jh.
Jarak Pandang Henti terdiri atas 2 (dua) elemen jarak, yaitu:
(a) Jarak Tanggap (Jht), adalah jarak yang di tempuh oleh kendaraan sejak pengemudi
melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat
pengemudi menginjak rem, dan
(b) Jarak Pengereman (Jhr), adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
6.6.1.2 Jarak Pandang Mendahului (Jd)
adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di
depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula.
Lokasi atau daerah untuk mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah
panjang minimum 30 % dari panjang total ruas jalan yang direncanakan.

Usulan Teknis 53
6.6.2 Alinemen Horisontal
Pada perencanaan alinemen honisontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian jalan, yaitu :
bagian lurus, dan bagian lengkung atau umum disebut tikungan yang terdiri dari tiga jenis tikungan
yang digunakan, yaitu:
Lingkaran (Full Circle = FC)
Spiral - Lingkaran - Spiral (Spiral - Circle - Spiral = S-C-S)
Spiral - Spiral (S-S)
6.6.3.1 Bagian Lurus
Panjang maksimum bagian lurus, harus dapat ditempuh dalam waktu 2,5 menit
(sesuai VR), dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat dari kelelahan.
6.6.3.2 Tikungan
(1) Jari-jari Minimum
Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan (V) akan menerima gaya
sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil. Untuk mengimbangi gaya
sentrifugal tersebut, perlu dibuat suatu kemiringan melintang jalan pada tikungan
yang disebut superelevasi (e).
Pada saat kendaraan melalui daerah superelevasi, akan terjadi gesekan arah
melintang jalan antara ban kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan
gaya gesekan melintang. Perbandingan gaya gesekan melintang dengan gaya
normal disebut koefisien gesekan melintang (f).
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu dapat
dihitung jari-jari minimum untuk superelevasi maksimum dan koefisien gesekan
maksimum,
(2) Bentuk Busur Lingkaran (FC)
FC (Full Circle), adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu lingkaran
saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk R (jari-jari tikungan) yang besar agar tidak
terjadi patahan, karena dengan R kecil maka diperlukan superelevasi yang besar.

(3) Lengkung Peralihan

Usulan Teknis 54
Lengkung peralihan dibuat untuk menghindari terjadinya perubahan alinemen yang
tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk lingkaran (R = R = Rc), jadi lengkung
peralihan ini diietakkan antara bagian lurus dan bagian lingkaran (circle), yaitu pada
sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur lingkaran.
Lengkung peralihan dengan bentuk spiral (clothoid) banyak digunakan juga oleh
Bina Marga. Dengan adanya lengkung peralihan, maka tikungan menggunakan jenis
S-C-S.
Panjang lengkung peralihan (Ls), menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota, 1997, diambil nilai yang terbesar dari tiga tinjauan di bawah ini :
(a) Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung
peralihan, maka panjang lengkung dapat dihitung
(b) Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, digunakan rumus Modifikasi Shortt
(c) Berdasarkan tingkat pencapalan perubahan kelandaian

6.6.3.3 Pencapaian Superelevasi


Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada bagian
jalan yang lurus sampai ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian lengkung.
Superelevasi tidak diperhatikan jika radius (R) cukup besar, untuk itu cukup lereng
luar diputar sebesar lereng normal (LP), atau bahkan tetap lereng normal (LN).
6.6.3.4 Landai Relatif
Kemiringan melintang atau kelandaian pada penampang jalan diantara tepi perkerasan
luar dan sumbu jalan sepanjang lengkung peralihan disebut landai relatif.. Persentase
kelandaian ini disesuaikan dengan kecepatan rencana dan jumlah lajur yang ada.
6.6.3.5 Diagram Superelevasi
(1) Metoda
Metoda untuk melakukan superelevasi yaitu merubah lereng potongan melintang,
dilakukan dengan bentuk profil dan tepi perkerasan yang dibundarkan, tetapi
disarankan cukup untuk mengambil garis lurus saja.
Ada tiga cara untuk mendapatkan superelevasi yaitu:
(a) memutar perkerasan jalan terhadap profil sumbu
(b) memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah dalam
(c) memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah luar

(2) Diagram

Usulan Teknis 55
Pembuatan diagram superelevasi antara cara AASHTO dan cara Bina Marga ada
sedikit perbedaan, yaitu:
(a) Cara AASHTO, penampang melintang sudah mulai berubah pada titik TS,
(b) Cara Bina Marga, penampang melintang pada titik TS masih berupa penampang
melintang normal.

6.6.3.6 Pelebaran di Tikungan


Pelebaran perkerasan atau, jalur lalu-lintas di tikungan, dilakukan untuk
mempertahankan kendaraan tetap pada lintasannya (lajurnya) sebagaimana pada
bagian lurus. Hal ini terjadi karena pada ekcepatan tertentu kendaraan pada tikungan
cenderung untuk keluar lajur akibat posisi roda depan dan roda belakang yang tidak
sama, yang tergantung dari ukuran kendaraan.
Penentuan lebar pelebaran jalur lalu-lintas di tikungan ditinjau dari elemen-elemen :
keluar lajur (off tracking) dan kesukaran dalam mengemudi di tikungan.
6.6.3.7 Daerah Bebas Samping di Tikungan
Jarak pandang pengemudi pada lengkung horisontal (di tikungan), adalah pandangan
bebas pengemudi dari halangan benda-benda di sisi jalan (daerah bebas samping).
Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan
pandang di tikungan sehingga Jh dipenuhi.
Daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan di
tlkungan dengan membebaskan obyek-obyek penghalang sejauh E (m), diukur dari
garis tengah lajur dalam sampai obyek penghalang pandangan sehingga
persyaratan Jh dipenuhi.
6.6.3.8 Tikungan Gabungan
Pada perencanaan alinemen horisontal, kemungkinan akan ada/ditemui perencanaan
tikungan gabungan karena kondisi topografi pada route jalan yang akan direncanakan
sedemikian rupa sehingga terpaksa (tidak dapat dihindari) harus dilakukan rencana
tikungan gabungan, yang terdiri dan tikungan gabungan searah dan tikungan gabungan
berbalik.

(1) Tikungan Gabungan Searah

Usulan Teknis 56
R1> 1,5 R2 - tikungan gabungan searah yang harus dihindari, jika terpaksa dibuat
tikungan gabungan dari dua busur lingkaran (FC).
(2) Tlkungan Gabungan Berbalik
Tikungan gabungan yang berbalik secara tiba-tiba, harus dihindari, karena dalam
kondisi ini pengemudi sangat sulit untuk mempertahankan kendaraan pada lajurnya.
Jika terpaksa dibuat tikungan gabungan dari dua busur lingkaran (FC).

Tikungan gabungan yang berbalik, akan menemui kesukaran dalam pelaksanaan


(konstruksi) kemiringan melintang jalan, terutama pada konstruksi timbunan yang
tinggi, tikungan semacam ini sedapat mungkin harus dihindari.

6.6.4 Alinemen Vertikal


Alinemen vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang ditinjau, berupa
profil memanjang.
Pada perencanaan alinemen vertikal akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian
negatif (turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung.
Disamping kedua lengkung tersebut ditemui pula kelandaian = 0 (datar).
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keadaan topografi yang dilalui oleh route jalan renana. Kondisi
topografi tidak saja berpengaruh pada perencanaan alinemen horisontal, tetapi juga
mempengaruhi perencanaan alinemen vertikal.

6.6.4.1 Kelandaian
Untuk menghitung dan merencanakan lengkung vertikal, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
(1) Karakterlstik Kendaraan Pada Kelandaian
(2) Kelandaian Maksimum
(3) Kelandalan Minimum
(4) Panjang Kritis suatu kelandaian
(5) Lajur Pendakian pada Kelandaian Khusus
Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) Berdasarkan MKJI (1997) :
Penentuan lokasi lajur pendakian harus dapat dibenarkan secara ekonomis yang
dibuat berdasarkan analisis BSH.

(b) Berdasarkan TPGJAK (1997) :

Usulan Teknis 57
1) Disediakan pada jalan arteri atau kolektor,
2) Apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR> 15.000 smp/hari,
dan persentase truk> 15 %.
3) Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.
4) Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian dengan
serongan sepanjang 45 meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak
kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter.
5) Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1,5 km.

6.6.4.2 Lengkung Vertikal


Lengkung vertikal direncanakan untuk merubah secara bertahap perubahan dari dua
macam kelandaian arah memanjang jalan pada setiap lokasi yang diperlukan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi goncangan akibat perubaban kelandaian dan
menyediakan jarak pandang henti yang cukup, untuk keamanan dan kenyamanan.
Lengkung vertikal terdiri dari dua jenis yaitu:
Lengkung Cembung
Lengkung Cekung

6.6.5 Koordinasi Alinemen


Koordinasi alinemen pada perencanaan teknik jalan, diperlukan untuk menjamin suatu
perencanaan teknik jalan raya yang baik dan menghasilkan keamanan serta rasa nyaman bagi
pengemudi kendaraan (selaku pengguna jalan) yang melalui jalan tersebut.
Maksud koordinasi dalam hal ini yaitu penggabungan beberapa elemen dalam perencanaa
geometrik jalan yang terdiri dari perencan : alinemen horisontal, alinemen vertikal dan potongan
melintang dalam suatu paduan sehingga menghasilkan produk perencanaan teknik sedemikian
yang memenuhi unsur aman, nyaman dan ekonomis.
Beberapa ketentuan atau syarat sebagai panduan yang dapat digunakan untuk proses koordinasi
alinemen, sebagai berikut:
Alinemen horisontal dan alinemen vertikal terletak pada satu phase, dimana alinemen
horisontal sedikit lebih panjang dari alinemen vertikal, demikian pula tikungan horisontal harus
satu phase dengan tanjakan vertikal.

Usulan Teknis 58
Tikungan Tajam yang terletak di atas lengkung vertikal cembung atau di bawah lengkung
vertikal cekung harus dihindarkan, karena hal ini akan menghalangi pandangan mata
pengemudi pada saat memasuki tikungan pertama dan juga jalan terkesan putus.
Pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang, sebaiknya tidak dibuat lengkung vertikal
cekung, karena pandangan pengemudi akan terhalang oleh puncak alinemen vertikal,
sehingga sulit untuk memperkirakan alinemen di balik puncak tersebut.
Lengkung vertikal dua atau lebih pada satu lengkung horisontal, sebaiknya dihindarkan.
Tikungan tajam yang terletak di antara bagian jalan yang lurus dan panjang, harus dihindarkan.

6.7. GEOTEKNIK DAN MATERIAL JALAN


Analisis Geoteknik pada perencanaan teknik jalan diperlukan untuk pertimbangan perencanaan
konstruksi badan jalan, sedangkan Pengujian Material jalan diperlukan untuk rencana bahan
konstruksi lapisan perkerasan dan material filter untuk subdrain, yang ukuran maupun mutunya
diperoleh dari uji laboratorjum mekanika tanah dan mekanika batuan..
Parameter desain untuk analisis tersebut, diperoleh dari hasil pengujian laboratorium mekanika
tanah terhadap contoh-contoh tanah dan survei geoteknik.

6.7.1 Pengujian Laboratorium


Pengujian laboratorium untuk contoh air dan udara (dan survei AMDAL) dilakukan di laboratorium
air/kimia dan laboratorium fisika (tidak diuraikan), sedangkan pengujian laboratorium untuk contoh
tanah dan survei geoteknik dilakukan di laboratorium mekanika tanah.
Pengujian laboratorium mekanika tanah dilakukan untuk keperluan:
Analisis Penurunan (Settlement)
Analisis Stabilitas Lereng
Daya dukung lapisan tanah dasar (subgrade)
6.7.1.1 Pengujian Sifat Phisik Tanah
Pengujian Sifat Phisik Tanah (index properties), untuk mengetahui jenis (klasifikasi)
tanah yang sangat dominan, apakah berupa lempung, lanau pasir, kerikil dll.
6.7.1.2 Pengujian Sifat Mekanis Tanah
Pengujian Sifat Mekanis Tanah atau sfat keteknikan (engineering properties), diperlukan
untuk mengetahui sifat tanah jika menerima beban luar.
Parameter dan sifat mekanis tanah yang diperlukan untuk analisis dan desain jalan,
yang diperoleh dari hasil pengujian sebagai berikut :

Usulan Teknis 59
Pengujian Konsolidasi
Pengujian Kekuatan Geser Tanah, yang meliputi uji Kuat Geser Langsung dan uji
Triaxial serta uji Kuat Tekan Bebas (bila diperlukan).
Pengujian Pemadatan (kompaksi), yang termasuk uji CBR Laboratorium terhadap
contoh hasil pemadatan, dengan cara tidak direndam (unsoaked) dan cara direndam
(soaked).

6.7.2 Klasifikasi Tanah ( apabila di perlukan )


Maksud klasifikasi tanah secara umum adalah pengelompokkan berbagai jenis tanah ke dalam
kelompok yang sesuai dengan sifat teknik dan karakteristiknya.
Tanah (soil) menurut teknik sipil dapat didefinisikan sebagai sisa atau produk yang dibawa dari
pelapukan batuan dalam proses geologi yang dapat digali tanpa peledakan dan dapat ditembus
dengan peralatan pengambilan contoh (sampling) pada saat pemboran.
Menurut kiasifikasi geologi, secara umum dapat diuraikan bahwa tanah termasuk dalam proses
geologi pada formasinya. Untuk analisis pondasi secara kuantitatif, pemerian geologi tidak cukup
dan diperlukan tambahan klasifikasi khusus, akan tetapi pemerian geologi membantu dalam
mengkorelasikan dengan pengalaman dari berbagai lokasi yang diharapkan dapat menunjukkan
contoh bentuk.
Identifikasi tanah secara teknik, selengkapnya sebagai berikut:
klasifikasi dari pemilih (teknisi) di lapangan
pemerian dari macam dan karakteristik struktur di laboratonium
penentuan dari kepadatan atau kekasaran butir di lapangan
Pemerian yang dilakukan di laboratorium hasil pengujian, sama halnya dengan yang dilakukan di
lapangan dalam hal metoda atau cara yang digunakan, yaitu (yang banyak digunakan) cara
AASHTO dan cara USCS.

Usulan Teknis 60
6.7.2.4 Resume Klasifikasi

Usulan Teknis 61
6.7.3 Interpretasi Geologi
Interpretasi geologi adalah kegiatan yang dilakukan setelah pengujian laboratorium selesai. Dalam
kegiatan ini tenaga ahli geoteknik mengkompilasikan kondisi geologi trase jalan rencana yang
meliputi fisiografi, stratigrafi dan struktur geologi dengan bantuan peta-peta dasar yang mencakup
daerah penyelidikan secara regional.
Hasil pembahasan tersebut dikorelasikan dengan hasil pengamatan visual (hasil dari survei
pemetaan geologi permukaan, log sumuran uji, log bor) dan hasil pengujian laboratorium sehingga
diperoleh kesimpulan kondisi geologi trase jalan rencana.
Tahap berikutnya menginterpretasikan kondisi geologi trase jalan rencana berupa plotting pada
peta dasar yaitu peta planimetri dan peta lay out rencana teknik jalan (hasil kegiatan perencanaan
teknik/desain).
Peta-peta yang dibuat untuk penjelasan kondisi geologi ini ada tiga macam, yaitu:
Peta geologi teknik, yang menampilkan jenis dan kondisi tanah, tingkat pelapukannya
serta perkiraan tebal lapisannya dan lokasi titik-titik penyelidikan di sepanjang trase jalan
rencana.
Peta penyebaran tanah, menampilkan penyebaran jenis tanah dan batas-batas satuannya.
Peta stabilitas wilayah, menunjukkan lokasi atau daerah yang stabil, lokasi dan arah
longsoran serta sketsa jenis longsoran yang diprediksi akan terjadi pada lokasi tersebut.

6.7.4 Analisis Penurunan


Penurunan (settlement) dapat didefinisikan sebagai pergerakan vertikal dasar suatu struktur yang
dipengaruhi penambahan beban atau hal lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
penurunan, untuk konstruksi jalan raya biasanya akibat penambahan beban pada tanah
sekitamya, penimbunan pada badan jalan, penurunan muka air tanah, getaran, berat konstruksi.
Penurunan dapat diprediksi sebagai berikut:
Penurunan langsung (immediate settlement), yang disebabkan pemampatan elastis tanah.
Penurunan akibat konsolidasi (consolidation settlement), yang disebabkan pemampatan
oleh daya mampat lapisan tanah yang berada di bawah.
Lebih teliti, untuk konstruksi khusus, biasanya diperhitungkan juga penurunan tambahan
(secondary settlement), pada lokasi yang amblas akibat konsolidasi kedua (secondary
consolidation).

Usulan Teknis 62
6.7.4.1 Penurunan Langsung
Pada konstruksi jalan raya, penurunan langsung terjadi pada pekerjaan urugan tanah
untuk timbunan (embankment) yang cukup tinggi.

6.7.4.2 Penurunan Akibat Konsolidasi


Penurunan dapat diprediksi setelah pengujian laboratorium dengan benda uji contoh
tanah (UDS) tidak terganggu. Besamya penurunan dapat dihitung juga dengan (qc) dari
percobaan sondir.

6.7.5 Analisis Stabilitas


Sepanjang trase jalan rencana, akan ditemui berbagai jenis kondisi topografi maupun geologi yang
tidak dapat dihindari sehingga diperlukan penanganan khusus sehubungan dengan pekerjaan
tanah (galian dan urugan).
Pada daerah pegunungan dengan kondisi terain yang sulit, perlu dilakukan banyak galian yang
cukup tinggi. Apabila kondisi ini tidak dapat dihindari, maka kemiringan lereng galian harus dihitung
dengan cermat, agar aman terhadap bahaya longsor akan tetapi cukup efisien (dengan tidak
banyak menggunakan konstruksi tambahan seperti tembok penahan dan sebagainya).
Pada daerah pedataran, dengan kondisi terrain yang sederhana tetapi dengan pertimbangan
system drainase dan muka air banjir, maka perlu dilakukan banyak urugan yang cukup tinggi.
Apabila kondisi ini tidak dapat dihindari, maka bahaya penurunan (settlement) dan kemiringan
lereng timbunan (embankment) juga harus dihitung dengan cermat dan material yang digunakan
(terutama dari borrow area) harus melalui pengujian laboratorium, sehingga pelaksanaan
pemadatan dapat dilakukan sesuai rencana.
Pada lokasi lereng alam, perlu dilakukan analisis terhadap kondisi geologi yang ada di lapangan
dari hasil pengujian laboratorium, sehingga lereng alam dapat dianggap aman terhadap gerakan
tanah.

6.7.5.1 Tinjauan Gerakan Tanah


Gerakan tanah adalah penyebab utama dan terjadinya kelongsoran, diantaranya yang
sering terjadi adalah longsoran jenis gelincir (slides).
(1) Penyebab gerakan
Kelongsoran menyertakan perubahan tegangan geser atau kekuatan geser yang
menyebabkan ketidakseimbangan gerakan gaya-gaya.

Usulan Teknis 63
(a) Lereng alam :
Ketidak seimbangan gaya-gaya pada lereng alam, mungkin disebabkan oleh :
1) Perubahan pada penampang lereng akibat penambahan beban bergerak
pada bagian atas gelinciran atau mngurangi gaya tahanan pada bagian
dasar.
2) Penambahan tekanan air tanah yang akan mengurangi tahanan gesek pada
tanah non kohesif atau pengembangan (swell) pada material kohesif.
3) Pengurangan kekuatan geser akibat proses pelapukan dan perubahan
inineral.
4) Peningkatan regangan geser yang terus menerus.
(b) Timbunan
Kelongsoran pada pondasi timbunan (embankment) mungkin disebabkan oleh:
1) Penambahan beban yang dipakal tanpa thpat ditahan dengan penambahan
kekuatan geser pondasi
2) Pengurangan kekuatan geser pondasi yang disebabkan peningkatan garis
piezometrik.
3) Proses pelapukan.
4) Peningkatan regangan geser yang terus menerus.

(2) Bentuk gerakan

Usulan Teknis 64
(3) Pengaruh jenis tanah
Lereng dan selimut tegangan efektif untuk kekuatan geser tanah berplastisitas
rendah setara dengan sudut geser tanah yang kepadatannya sedang atau urai, yaitu
tanah berbutir kasar.
Perbandingan stabilitas tanah yang berbutir halus dengan yang berbutir kasar,
terutama disebabkan oleh pengaruh tekanan pori pada kekuatannya.
Kekuatan geser tidak dapat ditambah pada saat dibebani kecuali tegangan efektif
pada penambahan bentuk butiran.
Pemberian tegangan ini terjadi begitu cepat pada tanah berbutir kasar dan porous,
tetapi dapat tertunda lama pada jenis lempung kedap.

6.7.5.2 Metoda Analisis


Ada beberapa metode analisis yang ungkin harus dilakukan dalam satu kajian
(1) Metoda Tegangan Efektlf
(2) Metoda Tegangan Total
(3) Penggunaan Metoda untuk Kelongsoran Rotasi
(4) Penggunaan Metoda untuk Kelongsoran Translasi
(5) Timbunan pada tanah lempung lunak

6.7.6 Analisis Daya Dukung


Analisis daya dukung untuk keperluan perencanaan teknik jalan raya, yaitu daya dukung pada
subgrade, baik natural subgrade maupun embankment subgrade.
Daya dukung ini didasarkan pada nilai CBR hasil pengujian lapangan maupun hasil pengujian
laboratorium.
Lapisan Tanah Dasar Asli, yaitu natural subgrade hasil pekerjaan galian. Nilai CBR untuk
lapisan ini diperoleh dari uji lapangan dengan alat DCP (Dynaink Cone Penetrometer) atau
dengan alat Sondir atau dilakukan pengambilan contoh tanah dengan silinder (Mold) untuk uji
CBR asli di laboratorium.
Lapisan Tanah Dasar Bentukan, yaitu lapisan tanah dasar pada permukaan timbunan
(embankment subgrade) hasil pekerjaan urugan. Nilai CBR pada lapisan ini diperoleh dan uji
CBR di laboratorium terhadap contoh tanah tidak asli (hasil uji kompaksi).

Usulan Teknis 65
Pada konstruksi badan jalan yang berupa struktur timbunan perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
Jika timbunan terletak pada tanah lunak, hams dilakukan perhitungan daya dukung dan
besarnya penurunan tanah asli (di bawah timbunan) yang menopang struktur timbunan.
Kemiringan lereng timbunan harus dianalisis agar aman terhadap bahaya kelongsoran
sehubungan dengan tinggi timbunan dan jenis material urugan.
Daya dukung tanah asli (lempung lunak) di bawah timbunan, dapat dianalisis dengan rumus dan
Terzaghi (1943) untuk pondasi dangkal.

6.7.7 Material Jalan


Material yang diperlukan untuk konstruksi jalan terdiri dari:
Tanah
Agregat
Aspal / Beton
6.7.7.1 Tanah Sebagai Material
Tanah pada konstruksi jalan diperlukan untuk membentuk badan jalan, yaitu berupa
urugan. Tanah yang terbaik untuk material adalah tanah dari borrow pit, karana akan
mempunyai karakteristik yang seragam pada daerah sekitarnya.
(1) Urugan Biasa
Tanah yang disarankan untuk digunakan sebagai material, mempunyai harga CBR
rendaman (soaked) minimal 6 %.
(2) Urugan Pilihan
Urugan pilihan hanya digunakan pada lokasi-lokasi tertentu yang mempunyai harga
CBR rendaman berdasarkan AASHTO T 193-81 minimal 10 % dan IP mak 6%.
6.7.7.2 Agregat
Agregat adalah material perkerasan berbutir yang digunakan untuk lapisan perkerasan
jalan, terdiri dan tiga kelompok berdasarkan mutu, yaitu kelas A kelas B dan kelas C,
dibedakan dan gradasi dan sifat material.
Ditilik dari jenisnya, agregat untuk konstruksi jalan terdiri dari dua macam, yaitu:
Asli (natural), dalam bentuk pasir, kerikil atau batu pecah/belah
Buatan pabrik (manufactured), meliputi letusan bara api dan berbagai produk dari
tanah lempung atau batu sabak
Untuk meningkatkan mutu agregat, dalam pelaksanaan seringkali dilakukan
pencampuran.

Usulan Teknis 66
6.7.7.3 Aspal
Aspal adalah material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur (flexible pavement)
jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat agregat, karena
mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif kedap air dan mudah
dikerjakan. Aspal merupakan bahan yang plastis yang dengan kelenturannya mudah
diawasi untuk dicampur dengan agregat. Leblh jauh lagi, aspal sangat tahan terhadap
asam, alkali dan garam-garaman. Pada suhu atmosfir, aspal akan berupa benda padat
atau semi padat, tetapi aspal akan mudah dicairkan jika dipanaskan, atau dilakukan
pencampuran dengan pengencer petroleum dalam berbagai kekentalan atau dengan
membuat emulsi bahan alam yang terkandung dalam hampir semua minyak buini yang
diperoleh sebagai hasil penyulingan.
Aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Aspal alam
Bitumen (aspal buatan)
Ter

(1) Aspal Alam


- Padat atau batuan dan disebut sebagai batu aspal (rock asphalt) yang dijumpai
antara lain di P. Buton
- Plastis yang ditemukan di Trinidad
- Cair yang ditemukan di Bermuda dan dikenal sebagai Bermuda Lake Asphalt.

Penggunaan Aspal Alam


Aspal alam dalam hal ini aspal Buton sudah banyak digunakan untuk pelapisan
konstruksi perkerasan, ditnana yang sudah banyak digunakan adalah Lasbutag
(Lapis Asbuton Agregat) dan Latasbum (Lapis Asbuton Murni).

(2) Aspal Buatan


Aspal buatan adalah bitumen yang merupakan jenis aspal hasil penyulingan minyak
bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah dan disebut dengan paraffin base
crude oil. Minyak bumi banyak mengandung gugusan aromat dan syklis sehingga
kadar aspalnya tinggi dan kadar parafinnya rendah.
Aspal buatan terdiri dan berbagai bentuk, yaitu bentuk padat, cair dan emulsi.

Usulan Teknis 67
1) Penggunaan Aspal Padat
Aspal padat dapat digunakan untuk hampir seluruh pekerjaan pelaksanaan
lapisan perkerasan aspal, mulai dari pelapisan permukaan sampai dengan
pekerjaan konstruksi perkerasan jalan yang bermutu tinggi seperti lapisan aspal
beton.
2) Penggunaan Aspal Cair
Aspal cair dapat digunakan seperti halnya aspal padat.
3) Penggunaan Bahan Aspal Emulsi
Aspal emulsi dapat digunakan pada hampir semua kegunaan dan aspal padat,
bahkan lebih luas dan dapat digunakan dimana tidak dapat digunakan aspal
padat.

(3) Ter
Ter adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis seperti
kayu atau batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi pada suhu tinggi tanpa
zat asam. Untuk konstruksi jalan dipergunakan hanya ter yang berasal dari batu
bara, karena ter kayu sangat sedikit jumlahnya. Ter mempunyai bau khusus karena
adanya gugusan aromat dengan gugusan - OH seperti plenol dan cresol. Umumnya
dalam ter tidak terdapat susunan parafin.

6.7.7.4 Beton
Beton atau beton-semen, baik beton bertulang maupun beton tak bertulang, banyak
digunakan untuk konstruksi jalan raya sebagai bangunan pelengkap jalan, bangunan
drainase jalan dan jembatan serta untuk lapis perkerasan kaku (rigid pavement). Beton
dihasilkan oleh campuran material yang terdiri dari agregat (halus dan kasar), air dan
semen portland (PC). Beton adalah hasil dari campuran komposit yang menghasilkan
benda padat dan kuat.
Sifat-sifat Beton :
Menghasilkan permukaan yang keras, tahan terhadap gerusan
Mempunyai kuat tekan yang tinggi
Tahan terhadap cuaca dan bebas korosi

Usulan Teknis 68
6.7.8 Material Filter
Material filter yang akan digunakan untuk urugan kembali saluran drainase setelah pemasangan
pipa berlubang atau pada lapisan porous harus merupakan pasir alam atau kerikil atau batu pecah
bergradasi baik dan sangat porous.
Agar saluran drainase dan lapisan porous dapat bertahan lama, maka material filter harus sangat
stabil butirannya dan bebas dari pelapukan atau penghancuran, dan harus mempunyai kurva
distribusi ukuran butir yang optimal.

6.8. PERENCANAAN PERKERASAN JALAN


Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar (subgrade), yang
berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis konstruksi perkerasan jalan pada umumnya ada
dua jenis,yaitu:
Perkerasan lentur (flexible pavement) dan
Perkerasan kaku (rigid pavement)
Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan (composite
pavement), yaitu perpaduan antara lentur dan kaku.
Perencanaan konstruksi perkerasan juga dapat dibedakan antara perencanaan untuk jalan baru
dan untuk peningkatan (jalan lama yang sudah pernah diperkeras).

6.8.1 Metode Perencanaan


Perencanaan konstruksi atau tebal lapisan perkerasan jalan, dapat dilakukan dengan banyak cara
(metoda), antara lain AASHTO dan The Asphalt Institute (Amerika), Road Note (Inggris), NAASRA
(Australia) dan Bina Marga (Indonesia).
Dalam buku ini, digunakan metoda perencanaan sebagai berikut:
Untuk Perkerasan Lentur digunakan cara Bina Marga. dengan Metoda Analisa Komponen
SKBI : 2.3.26.1987 / SNIO3-1732-1989
Untuk Perkerasan Kaku digunakan cara NAASRA (National Association of Australian State
Road Authorities), Interim Guide to Pavement Thickness Design (1979), yang disesuaikan
dengan kondisi Indonesia oleh Bina Marga dalam SKBI : 2.3.28.1988 dan Pavement Design
(A Guide to the Structural Design of Road Pavements), NAASRA, 1987.

Usulan Teknis 69
6.8.2 Sistem Perencanaan Jalan Baru
Tahapan atau sistem perencanaan tebal perkerasan untuk jalan baru, secara ideal seperti pada
gambar - 7.1. Untuk peimlihan tebal perkerasan dilakukan secara ekonomis akan tetapi harus
dapat mengantisipasi perkembangan lalu-lintas dan dampak lingkungan disamping prediksi
mengenai komposisi penampilannya.

6.8.3 Pertimbangan Perencanaan


Berbagai pertimbangan yang diperlukan dalam perencanaan tebal perkerasan antara lain meliputi,
hal-hal sebagai berlkut:
6.8.3.1 Pertimbangan Konstruksi dan Pemeliharaan
Konstruksi dan pemeliharaannya kelak setelah digunakan, harus dijadikan pertimbangan
dalam merencanakan tebal perkerasan. Faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Perluasan dan Jenis Drainase
Penggunaan konstruksi berkotak-kotak
Ketersediaan peralatan khususnya peralatan : pencampur material, penghamparan
dan pemadatan.
Penggunaan Konstruksi Bertahap
Penggunaan Stabilisasi
Kebutuhan dari segi lingkungan dan keamanan pemakai
Pertimbangan Sosial dan Strategi pemeliharaan
Resiko-resiko yang mungkin terjadi.

Usulan Teknis 70
6.8.3.2 Pertimbangan Lingkungan
Faktor yang dominan berpengaruh pada perkerasan adalah:
(1) Kelembaban
Kelembaban secara umum berpengaruh terhadap penampilan perkerasan,
sedangkan kekakuan/ kekuatan material yang lepas dari tanah dasar, tergantung
dari kadar air materialnya.
(2) Suhu Lingkungan
Suhu lingkungan pengaruhnya cukup besar pada penampilan permukaan
perkerasan jika digunakan pelapisan permukaan dengan aspal, karena
karakteristik dari sifat aspal yang kaku dan regas pada temperatur rendah dan
sebaliknya akan lunak dan visko elastis pada suhu tinggi. (lihat uraian
sebelumnya).
Pada perkerasan dengan beton, temperatur yang tinggi juga akan berpengaruh
besar, terutama pada saat pelaksanaan konstruksi.

6.8.3.3 Evaluasi Lapisan Tanah Dasar (subgrade)


Daya dukung lapisan tanah dasar adalah hal yang sangat penting dalam merencanakan
tebal lapisan perkerasan, jadi tujuan evaluasi lapisan tanah dasar ini untuk mengestimasi
nilai daya dukung subgrade yang akan digunakan dalam perencanaan.
(1) Faktor Pertimbangan untuk estimasi daya dukung
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengestimasi nilai kekuatan dan
kekakuan lapisan tanah dasar.
Urutan pekerjaan tanah
Penggunaan kadar air (w) pada saat pemadatan (kompaksi) dan kepadatan
lapangan (d) yang dicapai
Perubahan kadar air selama usia pelayanan
Variabilitas Tanah Dasar
Ketebalan lapisan perkerasan total yang dapat diterima lapisan lunak yang ada
di bawah lapisan tanah dasar.

Usulan Teknis 71
(2) Pengukuran daya dukung subgrade
Pengukuran daya dukung subgrade (lapisan tanah dasar) yang digunakan,
dilakukan dengan :
California Bearing Ratio (CBR)
Parameter Elastis
Modulus Reaksi Tanah Dasar ( k)
Pengambilan Nilai CBR Perkiraan

6.8.3.4 Material Perkerasan


Material perkerasan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori sehubungan dengan
sifat dasarnya, akibat beban lalu lintas, yaitu:
Material berbutir lepas
Aspal
Material terlkat
Beton semen
6.8.3.5 Lalu lintas Rencana
Kondisi lalu-lintas yang akan menentukan pelayanan adalah:
Jumlah sumbu yang lewat
Beban sumbu
Konfigurasi sumbu
Untuk semua jenis perkerasan, penampilan dipengaruhi terutama oleh kendaraan berat.

6.8.4 Lapisan Perkerasan Lentur


Perencanaan konstruksi lapisan perkerasan lentur jalan yang akan diuraikan, yaitu perkerasan
lentur untuk jalan baru dengan Metoda Analisa Komponen.
6.8.4.1 Karakteristik Perkerasan Lentur
Bersifat elastis jlka menerima beban, sehingga dapat memberi kenyamanan
bagi pengguna jalan.
Pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal.
Seluruh lapisan ikut menanggung beban.

Usulan Teknis 72
Penyebaran tegangan ke lapisan tanah dasar sedemikian sehingga tidak
merusak lapisan tanah dasar (subgrade).
Usia rencana maksimum 20 tahun. (MKJI = 23 tahun)
Selama usia rencana diperlukan pemeliharaan secara berkala (routine
maintenance).
6.8.4.2 Lalu-lintas Rencana untuk Perkerasan Lentur
(1) Persentase Kendaraan pada Lajur Rencana
(2) Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
(3) Perhitungan Lalu-lintas
(a) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
(b) Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
(c) Lintas Ekivalen Teagah (LET)
(d) Lintas Ekivalen Rencana (LER)
6.8.4.3 Perhitungan Daya Dukung Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi. Daya dukung
tanah dasar diperoleh dari nilai CBR atau Plate Bearing Test, DCP, dll.
Faktor regional (FR) adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya perbedaan
kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan disesuaikan dengan keadaan
di Indonesia. FR ini dipengaruhi oleh bentuk alinemen, persentase kendaraan berat dan
yang berhenti serta iklim.
6.8.4.5 Indeks Permukaan
Indeks permukaaan adalah nilai kerataan/ kehalusan serta kekokohan permukaan yang
bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat.
6.8.4.6 Indeks Tebal Perkerasan
Indeks tebal perkerasan adalah variable yang diperlukan dalam menentukan tebal
perkerasan yang dibutuhkan.

6.8.5 Lapisan Perkerasan Kaku


Prosedur perencanaan perkerasan kaku didasarkan atas perencanaan yang dikembangkan oleh
NAASRA (National Association of Australian State Road Authorities).
Metoda Perencanaan yang diambil untuk menentukan tebal lapisan perkerasan didasarkan pada
perkiraan sebagai berikut :

Usulan Teknis 73
Kekuatan lapisan tanah dasar yang dinamakan nilai CBR atau Modulus Reaksi
Tanah Dasar (k).
Kekuatan Beton yang digunakan untuk lapisan perkerasan.
Prediksi volume dan komposisi lalu-lintas selain usia rencana.
Ketebalan dan kondisi lapisan pondasi bawah (sub base) yang diperlukan untuk
menopang konstruksi, lalu-lintas, penurunan akibat air dan perubahan volume lapisan tanah
dasar serta sarana perlengkapan daya dukung permukaan yang seragam di bawah dasar
beton.
6.8.5.1 Jenis Perkerasan Kaku
(1) Perkerasan Beton semen
Perkerasan beton semen didefinisikan sebagai perkerasan yang mempunyai
lapisan dasar beton dan Portland Cement (PC).
Menurut NAASRA ada lima jais perkerasan kaku, yaitu:
Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan.
Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan.
Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan.
Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja (fiber)
Perkerasan beton semen pratekan.
(2) Perkerasan Kaku dengan Permukaan Aspal
Jenis perkerasan kaku dengan permukaan aspal adalah salah satu dari jenis
komposit.
Ketebalan rencana permukaan aspal pada perkerasan kaku dihitung dengan :
(a) Menentukan ketebalan dan jenis perkerasan beton semen yang tidak lazim,
digunakan metoda detail yang baru diperkenalkan ini (mengabaikan bahwa
perkerasan permukannya menggunakan aspal).
(b) Mengurangi ketebalan perkerasan beton semen setebal 10 mm untuk setiap
25 mm permukaan aspal yang digunakan
6.8.5.2 Faktor untuk Menentukan Ketebalan
Faktor untuk menentukan ketebalan lapisan perkerasan kaku adalah sebagai berikut :
(uraiannya lihat pada bagian sebelumnya)
(1) Kekuatan Lapisan Tanah Dasar
(2) Kekuatan Beton
(3) Lalu-lintas Rencana
(4) Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)

Usulan Teknis 74
6.8.5.3 Lalu lintas Rencana untuk Perkerasan Kaku
Metoda penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perencanaan tebal perkerasan kaku
dilakukan dengan cara mengakumulasikan jumlah beban sumbu (dalam rencana lajur
selama usia rencana) untuk masing-masing jenis kelompok sumbu, termasuk distribusi
beban ini.
Tahapan pada bagian ini adalah ; penentuan karakteristik kendaraan dan perhitungan
lalu-lintas rencana.
6.8.5.4 Tata Cara Perencanaan Ketebalan
Dalam hal ini digunakan tata cara (prosedur) dimana kebutuhan tebal perkerasan
ditentukan dari jumlah kendaraan niaga selama usia rencana. Perencanaan tebal pelat
didasarkan pada total fatigue mendekati atau sama dengan 100 %.
Tahapan pada bagian ini adalah ; penentuan tebal pelat beton, dasar penentuan
ketebalan dan ketebalan perkerasan minimum.
6.8.5.5 Tata Cara Perencanaan Penulangan
Tujuan dasar distribusi penulangan baja adalah bukan untuk mencegah terjadinya retak
pada pelat beton tetapi untuk membatasi lebar retakan yang timbul pada daerah dimana
beban terkonsentrasi agar tidak terjadi pembelahan pelat beton pada daerah retak
tersebut, sehingga kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan.
Banyaknya tulangan baja yang didistribuslkan sesuai dengan kebutuhan untuk keperluan
ini yang ditentukan oleh jarak sambungan susut, dalam hal ini dimungkinkan
penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah sambungan
melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan.
(1) Kebutuhan Penulangan pada Perkerasan Bersambung Tanpa Tulangan
Pada perkerasan bersambung tanpa tulangan, penulangan tetap dibutuhkan untuk
mengantisipasi atau meminimalkan retak pada tempat-tempat dimana
dimungkinkan terjadi konsentrasi tegangan yang tidak dapat dihindari.
Tipikal pengunaan penulangan khusus ini antara lain:
Tambahan pelat tipis,
Sambungan yang tidak tepat dan
Pelat kulah atau struktur lain.

Usulan Teknis 75
(2) Penulangan pada Perkerasan Bersambung Dengan Tulangan
Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dan persamaan sebagai berikut:

Dimana : As = luas tulangan yang diperlukan, ( mm2/m lebar)


F = koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di
bawahnya (tabel -7.17), tak berdimensi
L = jarak antara sambungan, (m)
h = tebal pelat, (mm)
fS = tegangan tarik baja ijin, (MPa) ( 230 Mpa)
Catatan : As minimum menurut SNI91, untuk segala keadaan 0,14 % dari luas
penampang beton.

6.8.5.6 Sambungan
Perencanaan Sambungan pada perkerasan kaku, merupakan bagian yang harus
dilakukan pada perencanaan, baik jenis perkerasan beton bersambung tanpa atau
dengan tulangan, maupun pada jenis perkerasan beton menerus dengan tulangan.

Usulan Teknis 76
(1) Jenis Sambungan
Sambungan dibuat atau ditempatkan pada perkerasan beton, dimaksudkan untuk
menyiapkan tempat muai dan susut beton akibat terjadinya tegangan yang
disebabkan : perubahan lingkungan (suhu dan kelemban), gesekan dan keperluan
konstruksi (pelaksanaan).
Sambungan pada perkerasan beton, umumnya terdiri dari 3 jenis, yang fungsinya
sebagai berikut:
Sambungan Susut, atan sambungan pada bidang yang diperlemah (dummy)
dibuat untuk mengalihkan tegangan tarik akibat : suhu, kelembaban, gesekan
sehingga akan mencegah retak. Jika sambungan susut tidak dipasang, maka
akan terjadi retak acak pada permukaan beton.
Sambungan Muai, fungsi utamanya untuk menyiapkan ruang muai pada
perkerasan, sehingga mencegah tenjadinya tegangan tekan yang akan
menyebabkan perkerasan tertekuk.
Sambungan konstruksi (pelaksanaan), diperlukan untuk kebutuhan
konstruksi (berhenti dan mulai pengecoran). Jarak antara sambungan
memanjang disesuaikan dengan lebar alat atau mesin penghampar (paving
machine) dan oleh tebal perkerasan.
Selain tiga jenis sambungan tersebut, jika pelat perkerasan cukup lebar (> 7 m,
kapasitas alat), maka diperlukan sambungan ke arah memanjang yang berfungsi
sebagai penahan gaya lenting (warping) yang berupa sambungan engsel, dengan
diperkuat ikatan batang pengikat (tie bar).
(2) Geometrlk Sambungan
Geometrik sambungan adalah tata letak secara umum dan jarak antara
sambungan. Geometrik sambungan direncanakan berdasarkan perhitungan teknis
yang akan sangat mempengaruhi mutu perkerasan beton itu sendiri, sehingga
harus direncanakan dan dipasang pada tempatnya sesuai dengan desain teknis.
(3) Dimensi Bahan Penutup Sambungan
Petunjuk dimensi penutup alur untuk setiap jenis sambungan susut, muai,
dan sambungan pelaksanaan dilakukan melalui perhitungan dan referensi
dari Manual Book.

Usulan Teknis 77
(4) Dowel (Ruji)
Dowel berfungsi sebagai penyalur beban pada sambungan, yang dipasang
dengan separuh panjang terikat dan separuh panjang dilumasi atau dicat untuk
memberikan kebebasan bergeser.
(5) Batang Pengikat (Tie Bar)
Adalah potongan baja yang diprofilkan yang dipasang pada sambungan lidah-alur
dengan maksud untuk mengikat pelat agar horisontal. Batang pengikat dipasang
pada sambungan memanjang.
Untuk nenentukan dimensi batang pengikat, menurut AASHTO Guide for Design of
Pavement Structures 1986.

6.9. DRAINASE JALAN


Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumya, bahwa penyebab kerusakan konstruksi jalan raya,
langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh air yang erat hubungannya dengan hydrologi
dan sistem drainase jalan.
Dua hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sistem drainase untuk jalan raya,
yaitu:
Drainase Permukaan
Drainase Bawah Permukaan
Analisis hydrologi dilakukan sehubungan dengan drainase permukaan, sedangkan adanya air
tanah akibat proses infiltrasi dan kapilerisasi yang akan mempengaruhi kondisi subgrade, stabilitas
lereng dan tembok penahan tanah, termasuk dalam drainase bawah permukaan.

6.9.1 Drainase Permukaan


Drainase permukaan adalah sistem drainase yang dibuat untuk mengendalikan air (limpasan)
permukaan akibat hujan. Tujuan dan sistem drainase ini, untuk memelihara agar jalan tidak
tergenang air hujan dalam waktu yang cukup lama (yang akan mengakibatkan kerusakan
konstruksi jalan), tetapi harus segera dibuang melalui sarana drainase jalan.
Sarana drainase permukaan terdiri dan tiga jenis, yaitu :

Usulan Teknis 78
Saluran:
- Saluran Penangkap (catch ditch),
- Saluran Samping (side ditch),
Gorong-gorong (culvert),
Saluran alam (sungai) yang memotong jalan.
Agar aliran air hujan dapat ditampung dan dialirkan ke tempat pembuangan (sungai, dll), maka
kapasitas sarana drainase jalan (kecuali saluran alam), ukuran/dimensi-nya harus direncanakan
terlebih dahulu.

6.9.1.1 Saluran Samping


Tahapan untuk menentukan kapasitas saluran samping jika menggunakan metoda
rasional, seperti uraian skema di bawah.

Usulan Teknis 79
Untuk menghitung besarnya hujan rencana, dapat digunakan berbagai cara tergantung
data hujan (dan hasil pengamatan) yang tersedia, karena tidak semua pos pencatat
hujan model otomatis dan pengamatan yang dilakukan juga tidak selalu kontinyu
(berbagai pertimbangan dan segi: SDM, keamanan, kondisi lokasi, teknisi dan suku
cadang (kerusakan alat) dll.
Beberapa hal yang diperhitungkan dalam menentukan dimensi dan kapasitas saluran
samping, antara lain :
Menentukan frekwensi hujan rencana pada masa ulang (T) tahun
Menentukan Intensitas hujan rencana
Waktu konsentrasi
Luas Daerah Pengaliran
Koefisien Pengaliran
Debit Aliran

6.9.1.2 Gorong - Gorong (Culvert)


Pada sarana drainase jalan, gorong-gorong termasuk dalam sarana drainase permukaan
yang berfungsi sebagai penerus aliran dan saluran samping ke tempat pembuangan.
Gorong-gorong ini ditempatkan melintang jalan di beberapa lokasi sesuai dengan
kebutuhan.
Disamping berfungsi sebagai penerus aliran dan saluran samping jalan, gorong-gorong
juga perlu dibuat atau ditempatkan pada jalan yang berbentuk punggungan yaitu berupa
timbunan (embankment) dengan lembah pada sisi kiri dan kanan jalan. Gorong-gorong
ini berfungsi untuk mengalirkan air dari lembah yang satu ke lembah lainnya yang ada
sarana pembuangan, jadi gorong-gorong ini berfungsi sebagai pengering.

6.9.1.3 Saluran Alam (Sungai)


Di atas sungai sungai yang memotong jalan, diperlukan jembatan. Untuk perencanaan
jembatan dengan bentang pendek (<20 m), secara umum termasuk dalam perencanaan

Usulan Teknis 80
teknik jalan raya, sedangkan untuk jembatan dengan bentang panjang (di atas sungai
besar dan lebar) harus dilakukan perencanaan teknik khusus jembatan.
Jembatan dengan bentang pendek dibangun di atas sungai sungai kecil atau anak-anak
sungai yang memotong jalan. Karakteristik aliran sungai-sungai kecil ini pada umumnya
normal, atau berupa saluran pembuangan. Konstruksi bangunan-atas pada umumnya
menggunakan konstruksi tipe standar, sedangkan bangunan bawah disesuaikan dengan
kondisi tanah setempat.
Untuk menentukan elevasi lantai jembatan tersebut, diperlukan perhitungan debit aliran
maksimum (banjir rencana) di sekitar lokasi rencana jembatan. Debit banjir rencana ini
dapat ditentukan dengan dua cara atau metoda, yaitu langsung dan tidak langsung.
Cara langsung ini dikenal dengan metoda kecepatan aliran penampang (velocity-
area method), yaitu menghitung besarnya debit rencana berdasarkan data kecepatan
aliran (V) yang diperoleh dan survei pengukuran aliran di lapangan dengan alat
pelampung atau dengan alat current meter.
Cara tidak langsung ini dikenal dengan metoda kemiringan penampang (slope-area
method). Untuk menentukan debit aliran dapat digunakan berbagai metoda, diantaranya
yang banyak digunakan metoda Rasional, Weduwen, Haspers danjuga rumus Chezy.
Untuk daerah tangkapan (daerah aliran) 100 km 2, metoda gabungan Rasional -
Weduwen akan lebih cocok. Untuk daerah tangkapan (daerah aliran) < 100 km 2, metoda
Weduwen atau Haspers akan lebih cocok. Untuk daerah aliran < 1 km 2. metoda Rasional
akan lebih cocok digunakan.

6.9.2 Drainase Bawah Permukaan


Drainase bawah permukaan (Sub Soil or Sub Surface Drainage) diperlukan pada lokasi dimana
terdapat air yang terkumpul di bawah struktur lapisan perkerasan.
Adanya air tanah ini disebabkan oleh berbagai kemungkinan, yaitu:
Tekanan air pori akibat muka air tanah yang cukup dangkal
Perkolasi dan tebing jalan atau median yang ditinggikan
Air permukaan yang masuk bagian konstruksi dan lapis perkerasan yang retak - retak
Mata air di bawah konstruksi jalan
Terjadinya infiltrasi akibat porositas tanah
Rembesan ( seepage) dan saluran samping

Usulan Teknis 81
Jika ada air yang menembus lapisan perkerasan, dari manapun asalnya, pertimbangan pertama
yang harus dilakukan adalah pencegahan agar air tersebut tidak memasuki atau tidak sampai
merendam keseluruhan struktur jalan. Jika pencegahan ini tidak berhasil, maka perlu dibuat sarana
drainase bawah permukaan.
6.9.2.1 Permeabllitas (kelulusan air)
Pada perencanaan sistem drainase bawah permukaan, terlebih dahulu harus diketahui
kondisi tanah dan kondisi seepage untuk mengetahui atau menentukan koefisien
permeabilitas tanah dan kemungkinan tekanan hydraulik yang diperlukan untuk
menghitung debit air yang harus dibuang melalui sistem drainase.
6.9.2.2 Perhitungan Drainase Bawah Permukaan
Besarnya aliran seepage pada perencanaan bangunan drainase, perlu diketahui terlebih
dahulu. Besaran atau nilai ini diperoleh dari studi terhadap data hasil investigasi tanah,
dengan pertimbangan bahwa nilai seepage yang akurat sulit diperoleh karena pengaruh
kondsi lingkungan yang bervariasi. Tetapi paling tidak diperlukan estimasi sebagai
pendekatan untuk menurunkan MAT dari data survei untuk keperluan pada saat
pelaksanaan bangunan drainase di tempat yang diperkirakan MAT-nya tinggi.
6.9.2.3 Struktur Drainase untuk Subgrade
(1) Drainase pada sisi jalan
Drainase (subdrain) di bagian sisi atau samping jalan biasanya terletak di bawah
saluran samping jalan, seringkali dibuat atau dipasang tanpa perbedaan desain,
baik untuk mengeringkan lapisan tanah dasar (subgrade) maupun untuk lapisan
pondasi (base). Saluran ini biasanya dibuat atau dipasang pada daerah dengan
m.a.t. tinggi, berfungi sebagai sarana drainase bawah permukaan (subsoil
drainage).
Pada dataran dengan m.a.t. dangkal (dekat permukaan), saluran ini dipasang
pada kedua sisi jalan seperti pada gambar - 8.1 5a Pada daerah dengan
permukaan miring dimana aliran air tanah hanya searah, saluran dipasang pada
sisi jalan yang lebih tinggi, seperti gambar - 8. 15b. Jika lebar jalan cukup besar
sehingga perlu dibuat median, maka di bawah median perlu dipasang saluran,
seperti pada gambar - 8.1 5c.

Usulan Teknis 82
Pada daerah dimana air tanah berlimpah, maka untuk sistem drainase perlu
dipasang lapisan porus sepanjang batas antara subgrade dan lapisan pondasi
untuk mengalirkan air rembesan (seepage) ke saluran, karena saluran drainase
yang ada tidak akan mencukupi.

Usulan Teknis 83
Pada umumnya saluran drainase harus mempunyai kedalaman 1,5 - 3,0 m tetapi
variasinya tergantung keadaan topografi, geologi dan m.a.t. pada setiap lokasi.
Biasanya pada dasar saluran dipasang pipa berlubang, pada beberapa kasus
dipasang pipa dengan bukaan pada jarak tertentu atau pipa tanpa lubang dengan
bukaan kecil pada sambungan. Pipa berlubang kebanyakan terbuat dari beton,
tetapi dapat juga digunakan pipa baja atau pipa vinyl.
Diameter dalam pipa berlubang adalah 2030 cm. Penggunaan pipa dengan
diameter dalam kurang dan 10 cm tidak disarankan karena mudah tersumbat
pasir.
Beberapa pipa berlubang mempunyai lubang pada sekelilingnya. Pipa-pipa ini
harus dilindungi dengan material filter pelindung dengan ukuran butir (pada uraian
Bab-6,6.8).
Data-data pengujian menunjukkan bahwa meskipun material tidak memuaskan,
akan tetapi infiltrasi pasir ke dalam pipa dapat dibatasi dengan memasang lubang
pada bagian bawah pipa sepanjang 1/3 kelilingnya. Pipa berlubang harus
dilinduagi dengan material Filter. Jika material Filter dengan gradasi butir yang
memenuhi tidak tersedia maka jangan digunakan pipa berlubang.
Infiltrasi pasir ke dalam pipa berlubang dapat dkegah dengan cara menutup
dengan bahan material dan filter glass atau fiber polimer tinggi.
Pipa berlubang harus mempunyai lubang> 50 lubanglm2 dan luas total 150 - 200
cm2/m2 luas permukaan.
Pada kasus tertentu, batu pecah atau cabang/ ranting pohon diletakkan pada
dasar saluran akan lebih baik daripada pipa berlubang untuk sistem drainase.
Tetapi hal ini tidak disarankan kecuali pada hal yang tidak dapat dihindarkan
karena alur yang terjadi mempunyai kapasitas aliran yang kecil dan cenderung
untuk tersumbat partikel kecil.
Untuk urugan kembali saluran drainase digunakan material filter yang porus tetapi
mampu mencegah infiltrasi partikel halus tanah. Urugan kembali harus cukup
padat untuk mencegah penurunan dan deformasi. Jika saluran drainase terletak di
bawah saluran samping atau perkerasan, permukaannya harus kedap. Jika
terletak di bawah bahu jalan permukaannya harus ditutupi 30 cm lapisan tanah

Usulan Teknis 84
yang mempunyai permeabilitas yang relative kecil dan baik pemadatannya untuk
mencegah kemungkinan infiltrasi air permukaan langsung melalui aterial filter.

(2) Saluran Drainase Melintang


Saluran drainase melintang diperlukan jika kebutuhan drainase tidak dapat
dipenuhi oleh saluran memanjang. Pada kasus pekerjaan galian pada lereng yang
mempunyai m.a.t. tinggi, air seepage kadang-kadang menembus ke permukaan
galian dan meresap ke sambungan timbunan, maka dibutuhkan saluran melintang
seperti pada gambar - 8.16.
Infiltrasi air dan lapisan tanah dasar dapat dicegah secara efektif dengan
menggunakan kombinasi saluran drainase melintang dengan lapisan porus di
bawah lapisan pondasi.
Saluran melintang kadang-kadang dipasang pada arah normal jalan. Jika jalan
mempunyai kelandaian memanjang, maka saluran melintang dipasang pada arah
diagonal seperti pada gambar - 8.17.

Biasanya pada dasar saluran melintang dipasang pipa berlubang, tetapi


kadangkala juga dihamparkan kerikil untuk mendapatkan ruang saluran. Saluran
melintang dihubungkan ke saluran tepi jalan.

Usulan Teknis 85
(3) Lapisan Porus di bawah Pondasi
Jika kondisi tanah untuk drainase buruk dan lapisan tanah keras (subgrade) kedap
atau jika m.a.t. tinggi dan air seepage besar kadang-kadang dipasang lapisan
porus di bawah lapisan pondasi (base).
Lapisan pondasi bawah (subbase) biasanya dianggap sangat porus, tetapi pada
tabel - 8.10 dapat dilihat bahwa kadang-kadang permeabilitasnya sangat kecil
tergantung materialnya. Pada kasus seperti ini, dipasang lapisan porus dengan
tebal lebih dari 30 cm terdiri dari kerikil kasar atau batu pecah. Lapisan pondasi ini
dapat dilaksanakan setelah diperhitungkan secara ekonomis karena ketebalan
lapisan porus dapat dikurangi 10 cm. Jika dibuat lapisan tanah dasar yang
ditingkatkan (improved subgrade).
Lapisan poros juga digunakan jika subgrade lunak. Dalam kasus ini dihamparkan
lapisan pasir setebal 50 cm. Jika lapisan porus dari tanah berbutir kasar, akan
mencegah air dari gaya kapiler naik dan menjaga perkerasan tetap dalam kondisi
baik.
Drainase pada lapisan porus dapat lebih ditingkatkan dengan memasang pipa
berlubang seperti pada gambar - 8.18 terutama jika aliran air besar.

Usulan Teknis 86
6.10. BANGUNAN PELENGKAP JALAN
Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian
penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk bagi
pengguna jalan agar unsur kenyamanan dan keselamatan dapat terpenuhi.
Bangunan pelengkap jalan dapat dikelompokan sebagai berikut:
Bangunan Drainase Jalan
Bangunan Penguat Tebing
Bangunan untuk keamanan lalu-lintas, Rambu dan Marka Jalan.
6.10.1 Bangunan Drainase Jalan
Bangunan Drainase Jalan terdiri dari:
Bangunan Drainase Permukaan
- Saluran samping Jalan
- Gorong-gorong (culvert)
- Kantong lumpur dan Bak Penampung
- Saluran pembuang
- Saluran penangkap
- Bangunan terjun
Bangunan Drainase Bawah Permukaan:
- Subdrain (saluran bawah permukaan)
- Konstruksi filter

Usulan Teknis 87
6.10.2 Bangunan Penguat Tebing
Bangunan Penguat Tebing terdiri dari:
6.10.2.1 Perkuatan Lereng
Perkuatan Lereng adalah bangunan konstruksi non struktural untuk melindungi lereng
timbunan atau galian dan gerusan air dan angin yang sifatnya tidak menahan beban.
Manfaat lain dan perkuatan lereng dengan tanaman, disamping untuk menahan gerusan
air juga untuk menambah kestabilan lereng dan menambah estetika dengan penataan
landscape yang baik, misalnya pada tempat yang digunakan untuk istirahat ( rest area)
atau pada tepi sungai (sekitar abutment jembatan) dan pada tempat dinding kepala dari
bangunan terjun (culvert).
Perkuatan lereng dalam perencanaan teknik jalan, juga termasuk bagian yang harus
direncanakan dengan didasarkan pada sifat dan jenis tanah bahan urugan pada daerah
timbunan dan sifat dari jenis tanah lereng alam pada daerah galian, sehingga jenis
perkuatan lereng dapat ditentukan, apakah dari tanaman (rumput dll.) atau material
bahan konstruksi (batu alam atau beton).
Sistem drainase pada perkuatan lereng ini tidak boleh diabaikan, dengan demikian
dalam perencana perkuatan lereng, harus dipertimbangkan apakah perlu dibuat sistem
bertangga (terasering), dibuat saluran penangkap (catch ditch) dan dipasang pipa
(lubang) drainase pada perkuatan lereng dengan pasangan batu alam atau beton.
Sebagaimana sifat dari perkuatan lereng ini yaitu tidak menahan beban tetapi hanya
berupa perlindungan terhadap erosi, sehingga bahaya longsor akibat gerusan air dapat
diminimalkan.

6.10.2.2 Stabilisasi Timbunan


Stabilisasi timbunan pada umumnya hanya digunakan pada peningkatan jalan, baik
pelebaran maupun pemindahan alinemen. Sedangkan pada jalan baru, sudah barang
tentu pemilihan route jalan dilakukan menghindari tempat-tempat yang labil maupun
yang kondisi medannya sulit (dalam arti akan memerlukan bangunan Penunjang yang
mahal).
Stabilisasi timbunan dapat dilakukan dengan berbagai jenis dan cara yang disesuaikan
dengan kebutuhan/kondisi setempat, misalnya : dengan tanaman (bambu banyak

Usulan Teknis 88
digunakan), dengan memperbaiki atau membuat drainase bawah permukaan,
memasang tembok penahan dan yang lainnya.

6.10.2.3 Tembok Penahan


Tembok Penahan adalah bangunan struktural yang umumnya dibuat untuk menahan
badan jalan yang berupa timbunan yang cukup tinggi baik pada daerah rolling maupun
pada daerah dataran rendah yang mempunyai perbedaan tinggi muka air normal dan
muka air banjir cukup besar, sehingga konstruksi badan jalan dibentuk berupa timbunan
untuk menghindari banjir. Jadi tembok penahan diperlukan untuk menahan kelongsoran
badan jalan pada lokasi dengan lereng / talud cukup tinggi.
Tembok penahan tanah terdiri dari beberapa tipe bentuk yang ditilik dari konstruksinya,
yaitu seperti pada gambar - 9.1 dan 9.2, yaitu Tipe Pasangan Batu dan Tipe Beton
Bertulang.

Untuk merencanakan tembok penahan tanah, terlebih dahulu harus diketahui


karakteristik tanah, baik tanah dasar maupun tanah sebagai material urugan, dimana
parameter tanah yang diperlukan, yaitu Berat Isi (), Sudut Geser () dan Kohesi (c).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam desain tembok penahan, antara lain yaitu :

Usulan Teknis 89
(1) Tekanan Tanah Lateral
Untuk membuat Tembok Penahan agar tetap stabil oleh pengaruh tekanan tanah
lateral akibat berat sendiri dan pembebanan lainnya, maka pengaruh tekanan
tanah harus dapat diimbangi atau ditahan oleh konstruksi tembok penahan
tersebut.
(2) Perkiraan Dimensi untuk Desain

(3) Stabilitas Tembok Penahan


Pemeriksaan stabilitas yang harus dilakukah pada kontsruksi tembok penahan
tanah (diambil dari buku Principles of Foundation Engineering oleh Braja M Das,
Brooks/Cole Engineering Division, Calfornia 1984) sebagai berikut:
Stabilitas terhadap guling
Stabilitas terhadap geser
Daya dukung tanah dasar
Penurunan (settlement)

Usulan Teknis 90
6.10.3 Bangunan Lain-Lain
Bangunan Lain-lain yang diperlukan untuk jalan luar kota, meliputi :
6.10.3.1 Perkuatan Lereng
Bangunan untuk keamanan lalu-lintas, terdiri dari:
Pagar Pengaman, Pagar Pengaman atau Rel Pengaman dipasang pada tikungan
yang cukup tajam, dimana pada sisinya merupakan lereng terjal dengan beda tinggi
yang cukup besar antara muka jalan dengan muka tanah sisi jalan. Rel pengaman
digantungkan atau ditopang oleh patok-patok beton bertulang dengan jarak antar
patok 2,00 meter. Bahan rel pengaman harus dari baja galvanizer, sedangkan
dimensi dan spesifikasi bahan sesuai dengan standar dari Bina Marga.
Patok Pengarah, Disamping patok kilometer. dan patok hektometer, yang dipasang
untuk petunjuk jarak, patok beton yang berfungsi sebagai pengarah harus dipasang
pada tikungan dan jalan masuk jembatan, dimensi patok sesuai dengan ketentuan
standar dan Bina Marga.
6.10.3.2 Sistem dan Sarana Pengatur Lalu lintas
Sebaiknya sebelum jalan (baru) dibuka untuk lalu-lintas, sarana pengatur lalu-lintas
harus sudah dibuat untuk keamanan.
Sarana dan sistem untuk mengatur lalu-lintas yang umum digunakan terdiri dari : Rambu
dan Marka jalan serta pedestrian (sarana pejalan kaki).

6.11. PERKIRAAN BIAYA & LAPORAN


Perkiraan biaya adalah estimasi besarnya biaya yang diperlukan untuk membangun suatu ruas
jalan sesuai dengan hasil perencanaan teknik dengan ketentuan spesifikasi yang telah disusun.
Dalam estimasi biaya, pada umumnya tidak termasuk biaya pengadaan / pembebasan lahan.

Usulan Teknis 91
6.11.1 Gambar Rencana
Salah satu bagian dari Dokumen untuk Pembangunan Jalan adalah Gambar Rencana.
Kelengkapan gambar rencana antara lain yaitu :
1. Peta Lokasi Ruas Jalan
Pada peta ini, ruas jalan rencana dari awal sampai akhir harus tampak
Peta ini merupakan petunjuk untuk mencapai lokasi
Data lokasi dan koordinat serta elevasi awal dan akhir ruas jalan harus dicantumkan.
2. Peta Lokasi Quarry (Sumber Material)
Peta ini digambar dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 yang menampilkan :
Lokasi sumber material (quarry) sepanjang ruas jalan rencana, ditunjukkan dengan
legends.
STA dicantumkan setiap Km
Grid koordinat dan arah utara
Daftar jenis material dan kapasitasnya pada setiap lokasi.
3. Legenda dan Singkatan
Gambar ini memberikan informasj mengenai tanda/kode/ keterangan (legenda) tata guna lahan
sepanjang ruas jalan rencana.
Daftar singkatan-singkatan yang baku digunakan pada gambar teknik jalan, misalnya : MAN
(muka air normal), TS (titik perubahan dari tangen ke spiral).
4. Ringkasan Volume
Ringkasan volume berupa tabel yang memuat total volume pekerjaan sesuai dengan mata-
pembayaran yang dicantumkan dalam spesifikasi teknis. Item-item pada ringkasan volume
sama dengan item-item yang telah ditentukan dalam spesifikasi tersebut.
5. List Volume

Usulan Teknis 92
List volume berupa tabel perincian kelompok pekerjaan yang menjelaskan lokasi (STA), letak
(kiri/kanan) dan jumlah atau volume kelompok pekerjaan tersebut.
6. Tipikal Potongan Melintang
Pada satu ruas jalan (luar kota) yang direncanakan, pada umumnya terdiri dari beberapa tipikal
potongan melintang (tidak seragam) tergantung dari tipe medan sepanjang ruas jalan tersebut.
Tipikal potongan melintang ini memberikan gambaran kepada pihak pelaksana, dalam
melakukan persiapan peralatan dan lainnya.

Beberapa tipikal potongan melintang secana umum pada ruas jalan luar kota, terdiri dari:
(a) tipikal galian dan timbunan
(b) tipikal timbunan saja
(c) tipikal galian saja
(d) tipikal timbunan dengan tembok penahan
(e) tipikal galian dengan perkuatan tebing
(f) tipikal timbunan dengan konstruksi tikar
Tidak semua ruas jalan terdiri dari atau mempunyai tipikal (a) Sampai (f), tergantung dari
terrain yang dilalui. Misalnya ruas jalan pada daerah pedataran pantai biasanya mempunyai
tipikal (b), (d) dan mungkin (f) apabila ruas jalan melalui daerah bekas rawa yang tanah
dasarnya lunak. Pada umumnya pekerjaan tanah yang ideal antara galian dan timbunan
seimbang.
7. Lay Out Trase Jalan
Digambar dengan skala 1 : 5.000 1 : 10.000 menampilkan seluruh panjang ruas jalan yang
dilengkapi dengan : garis poligon, garis sumbu rencana jalan, sungai yang memotong jalan
(dilengkapi dengan arah aliran), data lokasi awal dan akhir proyek, grid koordinat, letak dan
nomor tikungan (P1), daftar koordinat P1, lokasi Bench Mark (BM), daftar koordinat BM, arah
utara, dan lokasi STA setiap Km.
8. Plan & Profil
Digambar pada kertas standar yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas polos sedangkan
bagian bawah bergaris-garis dengan ukuran milimeter.
(a) Situasi (Plan)
Digambar pada bagian atas dengan skala 1: 1.000, dengan kelengkapan sebagai berikut :
1) Peta plarimetri (peta kontur) yang mencantumkan garis polygon dan nomor titik
kontrol (patok).
2) Alinemen horisontal di atas peta kontur dengan bagian-bagian jalan :

Usulan Teknis 93
lebar jalan (total), yaitu lebar jalur termasuk bahu
lokasi tikungan (P1) lengkap dengan data lengkung
lokasi BM lengkap dengan data koordinat dan elevasi
arah (azimuth) ke titik tikungan P1

3) Drainase jalan:
saluran samping
lokasi culvert, Iengkap dengan data teknis
lokasi jembatan yang mencantumkan rencana tipe konstruksi dan bentang serta
lebar
4) Profil untuk pekerjaan tanah, galian dan timbunan
5) Tata guna lahan disepanjang ruas jalan rencana, berupa legenda
6) Jarak, berupa STA dicantumkan setiap interval 50 m
7) Rambu lalu-lintas, lokasi dan kode lambang
(b) Profil (Potongan Memanjang)
Digambar pada bagian bawah dengan skala 1 : 1.000 horisontal dan skala 1 : 100
vertikal.
Gambar potongan memanjang dibuat pada garis milimeter, yang menunjukkan elevasi
titik-titik di sumbu jalan rencana pada setiap STA interval 50 m dan pada setiap titik yang
ditinjau. Pada gambar profil ini menampilkan juga :
1) Profil tanah asli dan garis elevasi rencana jalan pada sumbu rencana.
2) Persentase kelandaian menaik atau menurun yang ditunjukkan dengan arah panah
dan angka dalam persen.
3) Letak titik puncak (PPV) lengkung cembung dan lengkung cekung yang dilengkapi
dengan data lengkung vertikal.
4) Lokasi bangunan drainase yang dilengkapi dengan keterangan peletakan dasar
culvert dan MAB serta MAN (rencana jembatan).
5) Diagram superelevasi setiap tikungan yang ada pada gambar situasi di atasnya.

9. Gambar Potongan Melintang (Cross Section)

Usulan Teknis 94
Gambar potongan ini dibuat untuk setiap Sta interval 50 m (normal) pada kertas standar
dengan skala 1: 100 horisontal dan 1 : 50 vertikal (kadangkala 1: 100 kalau medannya. curam,
berupa lereng terjal). Kelengkapan gambar ini yaitu :
Nomor Patok dan STA setiap Penampang
Profil rencana
Kelandaian lereng
Penampang saluran samping
Tembok penahan tanah (kalau ada)

10. Gambar Struktur


Gambar struktur ini terdiri dari beberapa macam yang semuanya berupa gambar standar
maupun hasil perencanaan. Gambar ini meliputi gambar detil (gambar kerja).
Struktur jembatan kayu standar yang digunakan
Tembok penahan tanah yang digunakan
Culvert dari berbagai tipe yang digunakan pada ruas jalan rencana
11. Gambar Standar
Gambar standar ini adalah gambar bangunan bangunan pelengkap jalan, yaitu :
Patok KM, patok HM dan patok BM
Pagar pengaman
Rambu lalu-lintas dan marka jalan
Pedestrian (trotoar), untuk jalan luar kota pada umumnya tidak dibuat.
6.11.2 Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis ini adalah uraian mengenai ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan pada
pelaksanaan pembangunan jalan, yaitu meliputi :
6.11.2.1 Persyaratan Umum
Penjelasan lingkup pekerjaan
Tata cara penyimpanan material
Tata cara mobilisasi : peralatan, personil dan perlengkapan lainnya termasuk kantor
lapangan
Tata cara pemeriksaan mutu material dan hasil pekerjaan
Tata cara pembayaran

Usulan Teknis 95
Tata cara pelaksanaan pekerjaan, termasuk as built drawing (gambar detil yang
dilaksanakan)
Tata cara pembersihan lapangan dan demobilisasi

6.11.2.2 Pekerjaan Utama


Dalam bagian ini diuraikan lebih detil setiap item pekerjaan:
Tata cara pengukuran dan pembayaran
Tata cara pengendalian mutu, termasuk penyimpanan material
Tata cara pelaksanaan

Yang termasuk dalam bagian ini :


Pekerjaan tanah
Pekerjaan drainase
Pekerjaan bahu jalan
Pekerjaan perkerasan, termasuk pondasi dan bitumen (aspal)
Pekerjaan struktur
6.11.2.3 Pekerjaan Diluar Pekerjaan Utama
Pekerjaan harian
Pekerjaan pemeliharaan
Perlengkapan jalan (rambu, patok, marka dll)
6.11.2.4 Spesifikasi Khusus
Spesifikasi khusus perlu dibuat sebagai suplemen spesifikasi umum, jika ada item
pekerjaan yang diluar standar ketentuan yang telah dimuat dalam spesifikasi umum.

6.11.3 Perhitungan Kwantitas


Perhitungan kwantitas pekerjaan, dirinci untuk setiap item pekerjaan sesuai dengan yang
dicantumkan dalam spesifikasi teknis untuk memudahkan pengukuran pada pelaksanaan,
kemudian dirangkum berupa daftar Ringkasan Volume, sedangkan daftar perincian perhitungan
kwantitas untuk masing-masing kelompok akan ditampilkan sebagai List Volume pada gambar
rencana.

6.11.4 Analisis Harga Satuan

Usulan Teknis 96
Analisis harga satuan terdiri daRI tiga kelompok, yaitu:
Harga Satuan Upah
Harga Satuan Bahan
Harga Satuan Peralatan
Dari analisis yang dilakukan untuk masing-masing kelompok, kemudian disatukan menjadi
Analisis Harga Satuan Pekerjaan.
Jumlah Perkiraan Biaya Proyek, dapat dibuat dengan mengalikan kwantitas satuan pekerjaan dan
harga satuan pekerjaan. Kemudian dibuat jumlah setiap Bab (mata pembayaran) yang itemnya
sama dengan rincian item pada kwantitas.

6.11.5 Dokumen Lelang


Dokumen lelang adalah kumpulan ketentuan teknis dan persyaratan administrasi, untuk bahan
rujukan bagi calon pelaksana pembangunan fisik (kontraktor) dalam menyusun usulan (proposal)
penawaran pekerjaan.
Dokumen lelang untuk proyek pembangunan jalan raya, pada umumnya terdiri dari empat buku,
yaitu:
Buku - 1 : Ketentuan Lelang, Daftar kwantitas pekerjaan, biasanya dilampirkan dalam
buku ini.
Buku - 2 : Syarat Kontrak
Buku - 3 : Spesifikasi Umum
Buku - 4 : Gambar Rencana

6.11.6 Spesifikasi
Di Indonesia pada umumnya, manajemen jalan ditangani oleh Bina Manga, baik Perencanaan,
Pelaksanaan maupun Pemeliharaannya.
Menurut ketentuan Bina Marga, pekerjaan pembangunan jalan terdiri dari empat bagian yang
mencakup sepuluh kelompok pekerjaan.
Satu kelompok pekerjaan terdiri dari beberapa seksi atau item pekerjaan atau kegiatan.
Setiap seksi mempunyai nomor yang sekaligus menunjukkan nomor item pekerjaan. Nomor item
ini juga digunakan sebagai nomor item mata pembayaran. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
dalam pemeriksaan prestasi yang telah dikerjakan oleh pihak pelaksana disamping yang terutama
untuk memudahkan dalam menentukan jenis pekerjaan yang akan dibuat, karena tidak semua ruas

Usulan Teknis 97
jalan mencakup semua item tersebut tetapi dari pertimbangan kebutuhan yang ditilik dari jenis /
tipe jalan dan klasifikasi jalan.

(1) Bagian - 1 : UMUM


Terdiri dari satu kelompok pekerjaan yang mencakup semua seksi secara umum. Bagian ini
meliputi Mobilisasi dan Manajemen Lapangan.

(2) Bagian - 2 : PEKERJAAN - PEKERJAAN UTAMA


Terdiri dari enam kelompok pekerjaan yang mencakup Drainase, Pekerjaan Tanah,
Pelebaran Tepi Perkerasan dan Bahu Jalan, Perkerasan Berbutir, Perkerasan Aspal dan
Struktur.

(3) Bagian 3 : PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR


Terdiri dari dua kelompok pekerjaan, yaitu : Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor dan
Pekerjaan Harian.

(4) Bagian - 4 : PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN


Terdiri dari satu kelompok yaitu Pekerjaan Pemeliharaan Rutin.

Usulan Teknis 98
BAB
7

Pada bagian ini akan menggambarkan sekilas mengenai Rencana Kerja pelaksanaan pekerjaan, meliputi ;
Pola Kerja, Sistematika Pengumpulan Data, Analisis Data, Design, Penggambaran dan Pelaporan.

7.1. POLA / SISTEMATIKA RENCANA KERJA

TAHAP
PEKERJAAN LAPANGAN

TAHAP
ANALISIS DATA

TAHAP PERENCANAAN
DAN PENGGAMBARAN

TAHAP PENYIAPAN
DOKUMEN LELANG

Usulan Teknis 99
7.2. SISTEMATIKA PENGUMPULAN DATA

PERSIAPAN

MOBILISASI

SURVEI ROUTE
DAN
PENGUMPULAN DATA
TIDAK

ROUTE ALTERNATIF

YA

ROUTE YANG DIPILIH

SURVEI DETAIL
AMDAL-TOPOGRAFI-
HIDROLOGI-
GEOTEKNIK & MATERIAL

Usulan Teknis 100


7.3. ANALISIS DATA, DESIGN, PENGGAMBARAN DAN PELAPORAN

PEMROSESAN DATA
ANALISIS DATA-PENGGAMBARAN-

ANALISIS DATA
TAHAP PENGUJIAN LABORATORIUM
TIDAK

PEMBAHASAN

YA

KONSEP
DESAIN GEOMETRIK
TIDAK

PEMBAHASAN
TAHAP PERENCANAAN
DAN PENGGAMBARAN

YA

KONSEP
DESAIN RINCI
TIDAK

PEMBAHASAN

YA

DESAIN RINCI
AKHIR

PENYIAPAN
DOKUMEN LELANG
PENYUSUNAN SPESIFIKASI
DOKUMEN LELANG
TAHAP PENYIAPAN

PERHITUNGAN KWANTITAS
PERKIRAAN BIAYA
TIDAK

PEMBAHASAN

YA
PRODUK AKHIR

Usulan Teknis 101


7.4. JADWAL PELAKSANAAN DAN KONTRIBUSI TENAGA AHLI DALAM SETIAP KEGIATAN

Pada bagian ini akan menggambarkan sekilas mengenai Kontribusi Masing-Masing Tenaga Ahli
dalam Setiap Kegiatan dan Laporan, Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, Jadwal Penugasan Personil,
Kebutuhan Staf Penunjang.

7.4.1. Kontribusi Masing-Masing Tenaga Ahli dalam Setiap Kegiatan dan Laporan
a. Tahap Pengumpulan Data :
Team Leader/Highway Engineer, Ass. Ahli Jalan raya, Ass. Ahli Geteknik
melakukan survey kondisi lapangan , mengkoordinasikan team, membuat acuan
survey, meneliti hasil survey.
Surveyor dan asisten surveyor : survey kondisi lapangan, penyiapan Peta
Planimetri, yang merupakan peta hasil survei topografi yang diperlukan sebagai
peta dasar perencanaan geometrik.

b. Tahap Analisa Data


Team Leader : meneliti hasil survey, mengkoordinasikan team, meneliti
rencana konsep desain.
Ahli Jalan raya, Ahli Struktur, Ahli Geoteknik, dan Asisten Engineer : meneliti
hasil survey, membuat rencana konsep desain.
Surveyor dan asisten surveyor : penggambaran hasil pengukuran dan
pelaporan data survey.
Ahli Geoteknik dan Asisten Teknisi : mengevaluasi hasil test lapangan dan
bertanggungjawab terhadap ketelitian dan kebenaran hasil yang diproses serta
pembuatan laporannya.

c. Tahap Perencanaan dan Penggambaran


Team Leader : meneliti penggambaran survey, laporan sementara,
mengkoordinasikan team, meneliti desain.
Ahli Jalan raya, Ahli Struktur, Ahli Geoteknik, dan Asisten Engineer : membuat
konsep desain geometrik, pembahasan konsep, membuat konsep desaign rinci,
dan membuat desain rinci, pelaporan.
Operator CAD/CAM : membuat gambar hasil desaign, pencetakan laporan
gambar.

Usulan Teknis 102


d. Tahap Penyiapan Dokumen Lelang
Team Leader : mengkoordinasikan team, meneliti laporan desain, meneliti
laporan dokumen lelang.
Ahli Jalan raya, Ahli Struktur, Ahli Geoteknik, dan Asisten Engineer : membuat
spesifikasi teknis.
Ahli Estimasi Biaya dan asistennya : melakukan perhitungan volume pekerjaan,
membuat analisa harga satuan, membuat Rencana Anggaran Biaya, dan Bill of
Quantity.

7.4.2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan maka diperlukan jadwal pelaksanaan
yang terencana. Konsultan dalam hal ini telah menyusun jadwal sebagai berikut :

Usulan Teknis 103


BAB
8

Tugas dan Tanggung Jawab Tim Konsultan dalam menangani pekerjaan : ------------------------------- adalah
sebagai berikut :

8.1 Tenaga Ahli :


a. Kepala Team (Team Leader)
Adalah Sarjana Teknik Sipil / Jalan Raya dengan kualifikasi keahlian, berpengalaman dalam
bidang Perencanaan Teknik Jalan Raya minimum 5 (lima) tahun. Sudah biasa bekerja dengan
metoda desain yang dikembangkan oleh Bina Marga / Kementerian Kimpraswil maupun metoda
teknik perkerasan khusus yang dipakai pada kondisi tertentu.
Tugas dan tanggung jawab kepala team meliputi :
Mengkoordinasikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga bisa
menghasilkan pekerjaan yang diinginkan;
Berkoordinasi dengan pihak Pemilik Pekerjaan dan Instansi terkait baik masalah teknis
pekerjaan dan administrasi pekerjaan;
Mempersiapkan petunjuk teknis dari setiap kegiatan pekerjaan baik pengambilan data,
pengolahan maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan;
Memeriksa dan bertanggung jawab atas hasil pengumpulan data lapangan serta
menganalisanya;
Bertanggung jawab atas semua hasil perhitugan dan gambar-gambar.

Usulan Teknis 104


b. Ahli Jalan Raya
Adalah Sarjana Teknik Sipil / Jalan Raya dengan kualifikasi keahlian, berpengalaman dalam
bidang Perencanaan dan pengawasan teknik jalan dan jembatan minimum 3 (tiga) tahun dan
mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya. Sudah biasa
bekerja dengan metoda desain yang dikembangkan oleh Bina Marga / Kementerian Kimpraswil
maupun metoda teknik perkerasan khusus yang dipakai pada kondisi tertentu.
Tugas dan tanggung jawabnya :
Mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pengumpulan data lapangan;
Meneliti dan menyerahkan bahan perkerasan yang dapat dipakai untuk semua ruas
jalan yang direncanakan;
Memeriksa dan bertanggung jawab atas hasil pengumpulan data lapangan dan
memeriksa serta menganalisanya
Mengevaluasi material yang akan digunakan u/ perkerasan;
Mendesain struktur perkerasan jalan;
Melakukan perencanaan tebal perkerasan bedasarkan hasil pengumpulan data lapangan;
Mengkoordinir dan mengevaluasi pekerjaan penggambaran struktur perkerasan;
Mengevaluasi kemungkinan u/ adanya relokasi alinemen vertical;
Mengumpulkan data kondisi tanah eksisting maupun sumber material dilokasi;
Berkoordinasi dengan team dalam melaksanakan pekerjaan.

c. Ahli Geoteknik
Adalah Sarjana Teknik Sipil dengan kualifikasi keahlian yang berpengalaman minimum 3 (tiga)
tahun untuk dalam bidang Geodesi untuk pekerjaan perencanaan teknis jalan dan jembatan :
Tugas dan kewajibannya meliputi :
Melakukan Perencanaan, pelaksanaan Pekerjaan.
Mengkoordinir pelaksanaan survey data.
Menyiapkan laporan hasil survey.
Mengevaluasi hasil kerja team survey dalam pengukuran dan mengindentifikasi topografi
eksisting
Mengevaluasi hasil survey kondisi eksisting
Mengevaluasi u/ kemungkinan adanya relokasi alinemen vertikal dan horizontal dari hasil
survey

Usulan Teknis 105


Mengatur dan membuat format isian u/ survey
Mengatur team survey dalam melaksanakan pekerjaannya
Melakukan kajian alternatif ruas rencana
Mengkoordinir dan mengevaluasi pekerjaan penggambaran topografi
Membuat rencana awal trase
Berkoordinasi dengan team dalam melaksanakan pekerjaan

d. Ahli Estimasi Biaya


Tenaga ahli yang disyaratkan adalah telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan di bidang
Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan minimal 3 tahun untuk S-1.
Tugas dan tanggung jawabnya :
Melakukan dan membuat analisa harga yang disesuaikan dengan kebutuhan bahan
Melakukan dan membuat analisa dan perhitungan biaya kontruksi jalan dan
prasarananya
Melakukan dan membuat perhitungan volume pekerjaan
Berkoordinasi dengan team dalam melaksanakan pekerjaan
Memeriksa dan bertanggung jawab atas hasil pekerjaanya serta menganalisanya

8.2. TENAGA SUB PROFESIONAL


a. Asisten Ahli Jalan Raya
Adalah Sarjana Teknik Sipil/Jalan Raya dengan kualifikasi keahlian, berpengalaman dalam
bidang perencanaan dan pengawasan teknik jalan dan jembatan minimum 0 (nol) tahun dan
mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya. Sudah biasa
bekerja dengan metoda desain yang dikembangkan oleh Bina Marga/Kementerian Kimpraswil
maupun metoda teknik perkerasan khusus yang dipakai pada kondisi tertentu.
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
Membantu mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pengumpulan data
lapangan.
Membantu meneliti dan menyarankan bahan perkerasan yang dapat dipakai untuk
semua ruas jalan yang direncanakan.
Membantu memeriksa dan bertanggung jawab atas hasil pengumpulan data lapangan
dan memeriksa serta menganalisanya.

Usulan Teknis 106


8.3. TENAGA PENDUKUNG
a. Surveyor
Adalah Sarjana Muda berpengalaman 0 (nol) tahun, dan untuk SLTA minimal 3 (tiga) tahun.
Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan penyelidikan lapangan untuk pekerjaan sipil
khususnya teknik jalan raya, termasuk pemeriksaaan jalan dengan alat Benkelmen Beam,
Dynamic Cone Penetrometer, pengukuran Geoteknik, survey material.
Tugas dan tanggung jawab teknisi lapangan adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
dari lapangan dan bertanggung jawab atas ketelitian hasil yang didapat.

b. Teknisi
Adalah Sarjana Muda berpengalaman 0 (nol) tahun, dan untuk SLTA minimal 3 (tiga) tahun.
Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan/pengetesan tanah di laboratorium khususnya
untuk pekerjaan antara lain analisa saringan, compaction, test atterberg limit dan CBR test dan
mengevaluasi hasil test tersebut dan bertanggung jawab terhadap ketelitian dan kebenaran hasil
yang diproses.

c. Operator Autocad
Mempunyai pengalaman dalam bidang pembuatan gambar-gambar teknik sipil khususnya jalan
raya serta dapat bekerja dengan cepat dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Mempunyai latar belakang pendidikan minimal SLTA. Juru Gambar bertanggung jawab atas
pembuatan gambar-gambar yang dibutuhkan.

d. Operator Komputer
Lulusan lembaga pendidikan / Kursus Komputer yang sudah berpengalaman dalam
menggunakan komputer.
Tugas dan tanggung jawab operator adalah memasukkan data ke dalam komputer dan
menganalisa sesuai dengan petunjuk Engineer.

8.4. DAFTAR PERSONIL

NAMA JABATAN
Untung Heriyoko, ST Team Leader
Tommy Ferdian, ST Ahli Jalan Raya

Usulan Teknis 107


Yulian Satria Putra, ST Ahli Geoteknik
Derry Nirmansyah Putra, ST Ahli Estimasi Biaya

8.5. JADWAL PENUGASAN PERSONIL

Pengaturan penggunaan personil pada pekerjaan Jasa Konsultan sangat penting karena
berpengaruh pada proses dan hasil pekerjaan.

Dari pertimbangan tersebut Jadwal Penugasan serta Penggunaan Personil, Pengaturannya


menyesuaikan dengan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.

Usulan Teknis 108


BAB
9

Pada kegiatan perencanaan ini dilibatkan tim tenaga ahli beserta asisten ahli dan tenaga pendukung. Untuk
kelancaran kegiatan perencanaan ini dibuatkan struktur organisasi sehingga jelas pertanggungjawabannya.

Struktur Organisasi kegiatan untuk pekerjaan ini dijelaskan pada gambar di bawah ini :

PEMERINTAH
KABUPATEN OKI

DINAS PU
BINA MARGA
KABUPATEN OKI

Tenaga Pendukung : DED Pembuatan


1. Sekretaris Jalan Sungai Bungin
2. Surveyor Ke Pedamaran Timur
3. Operator Autocad
4. Operator Komputer
Team Leader

Ahli Jalan Raya Ahli Geoteknik Ahli Estimasi Biaya

Ass.Tenaga Ahli

Ass. Ahli Jalan Raya Ass. Ahli Geoteknik Ass. Ahli Estimasi Biaya

Usulan Teknis 109


BAB
10

Konsultan diminta menyerahkan laporan (report) ke Pelaksana Kegiatan. Adapun laporan tersebut antara
lain :
10.1. Laporan Pendahuluan
1. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh
2. Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
3. Jadual kegiatan penyedia jasa

10.2. Laporan Bulanan


Merupakan laporan pelaksanaan kegiatan pada bulan sebelumnya dan rencana pekerjaan pada
bulan selanjutnya.

10.3. Laporan Teknis


Laporan ini berisikan masalah masalah yang bersifat khusus seperti : laporan pengukuran dan
DCP, laporan penyelidikan tanah, laporan design geometrik dan struktur.

10.4. Laporan Akhir


1. Laporan akhir ini harus merangkum tanggapan dan perubahan yang disepakati dan meliputi:
- Kesimpulan dan saran ( Executive Summary )
- Kesimpulan dan saran ini harus didahului dengan surat penyerahan laporan yang
menyatakan pokok-pokok kesimpulan dan saran.
2. Bagian Pokok yang memuat uraian dan hasil pelaksanaan jasa.
3. Analisa menyeluruh yang lebih rinci dan luas pada masing-masmg bidang dapat disajikan
sebagai tambahan. Tambahan ini harus dibatasi pada pada hal-hal yang perlu untuk mendukung
kebenaran laporan utama. Analisa lainnya dan berikut kertas kerja harus disajikan dalam jilid
terpisah.
4. Laporan ini juga harus mencakup fakta dan dokumentasi yang menggambarkan pendekatan
dan metodologi yang dipilih oleh konsultan dalam memberikan jasa.

Usulan Teknis 110


10.5. Dokumen Pelelangan
1. Rencana Anggaran Biaya (RAB) meliputi:
Daftar kuantitas dan harga
Daftar harga dan analisa satuan bahan dan upah
Gambar penampang jalan
Gambar potongan memanjang
Gambar lainnya yang diperlukan
2. Dokumen Lelang meliputi :
Instruksi kepada peserta lelang
Data lelang dan methode pelaksanaan
Syarat-syarat khusus perjanjian
Syarat-syarat umum perjanjian
Spesifikasi Teknik

10.6. Dokumen Gambar


Laporan ini berisikan gambar-gambar perencanaan yang dibuat dengan standar yang disetujui
pelaksana kegiatan.

Usulan Teknis 111


BAB
11

Fasilitas yang diperlukan oleh Konsultan Perencana akan dibiayai oleh pihak Pengguna Jasa yaitu dari
Dana APBD Kabupaten --------------------- Tahun Anggaran 2010. Fasilitas-fasilitas ini akan digunakan untuk
menunjang kegiatan team konsultan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan pada Paket ini.

Fasilitas fasiltas pendukung dibagi menjadi 3 bagian :


1. Fasilitas Perlengkapan Survey
Fasilitas ini berupa peralatan yang akan digunakan untuk pelaksanaan survey lapangan seperti
topografi, geoteknik, hidrologi dan sebagainya.
2. Fasilitas Peralatan Kantor
Fasilitas ini berupa peralatan di kantor, ruang kantor konsultan, komunikasi dan listrik.
Peralatan Kantor berupa :
a. Komputer dan Printer
b. Alat Tulis Kantor
c. Kamera Digital
3. Fasilitas Kendaraan Operasional
Fasilitas ini akan digunakan team konsultan sebagai sarana transportasi bagi team konsultan dalam
melaksanakan pekerjaan perencanaan. Sarana transportasi yang dimaksud berupa kendaraan roda
Empat dan Dua sebanyak 1 (satu) buah. Status dari kendaraan yaitu disewa yang waktu sewanya
berdasarkan jumlah bulan penugasan personil konsultan.

Usulan Teknis 112


BAB
12

Diharapkan uraian dari susunan usulan teknis kami ini dapat memberikan gambaran dan pendekatan
pemahaman dari konsultan terhadap maksud dan tujuan yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK), serta diharapkan juga dapat memberikan pertimbangan dari pengguna jasa untuk dapat
mempercayakan kepada kami dalam melaksanakan kegiatan ------------------------------- pada Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten --------------------- Tahun Anggaran 2010.

Dengan diberinya kepercayaan untuk melaksanakan kegiatan perencanaan nantinya, kami akan
mengemban tugas tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab dan akan dilaksanakan dengan ke
profesionalisme yang tinggi sehingga pengguna jasa dapat benar-benar terbantu dan puas atas kinerja
yang kami berikan.

Demikianlah usulan teknis ini dibuat sesuai dengan maksud dan tujuan Kerangka Acuan Kerja.

Usulan Teknis 113

Anda mungkin juga menyukai