Anda di halaman 1dari 69

i

PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


STATUS IMUNISASI DASAR PADA BAYI
DI KELURAHAN MERGOSONO KECAMATAN
KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

OLEH:

DITARAHMAIKA A., S.Keb., Bd.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

MARET 2015
ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar pada Bayi di

Kelurahan Mergosono Kota Malang. Penelitian ini disusun sebagai bentuk

pelaksanaan Tri Dharma PerguruanTinggi.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Aman Ardjito, S.KM selaku Ketua STIKES Maharani Malang yang telah

memberikan kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan

menyelesaikan penelitian ini.


2. Ach. Dafir Firdaus, S.Kep., Ns. selaku Plt. Pembantu Ketua I STIKES

Maharani Malang yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada

kami untuk menyelesaikan menyelesaikan penelitian ini.


3. Diana Noor F., SST. selaku Plt. Ketua Program Studi D-III Kebidanan

STIKES Maharani Malang yang telah memberikan kesempatan dan

dorongan kepada kami untuk menyelesaikan menyelesaikan penelitian ini.


4. Dr. Dr. Asih Tri R., MM., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang yang

telah memberikan kesempatan dan ijin kepada kami untuk menyelesaikan

penelitian ini.
5. Drg. Tri Wahyu H., selaku Kepala Puskesmas Arjowinangun Kota Malang

yang telah memberikan kesempatan dan ijin kepada kami untuk

menyelesaikan penelitian ini.


6. Drs. Wiwin Edi Endargono, selaku Lurah Mergosono Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang yang telah memberikan kesempatan dan ijin

kepada kami untuk menyelesaikan penelitian ini.


7. Bapak/Ibu dosen serta seluruh staf di STIKES Maharani Malang yang telah

memberikan kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.


iv

8. Kedua Orang Tua yang telah banyak memberi dukungan hingga dapat

diselesaikannya penelitian ini.


9. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat

selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bermanfaat sangat

penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi pembaca pada umumnya.

Malang, Maret 2015

Penulis

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang


berhubungan dengan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Metode penelitian ini adalah analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki
balita usia 12-23 bulan di Kelurahan Mergosono berjumlah 372 orang. Teknik
sampling berupa cluster random sampling dengan besar sampel sebanyak 10%
dari jumlah populasi yaitu 37 orang. Analisis data menggunakan uji Chi-square,
uji Fishers Exact dan uji Spearmans Rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
v

faktor pengetahuan ibu, dukungan keluarga, kepercayaan, dan komunikasi tenaga


kesehatan berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan
Mergosono Kota Malang. Rekomendasi penelitian ini adalah petugas kesehatan
bekerja sama dengan kader dan perangkat setempat agar memberikan penyuluhan,
diskusi, dan menjalin komunikasi dengan baik terhadap ibu dan keluarganya.

Kata Kunci: pengetahuan ibu, dukungan keluarga, kepercayaan, komunikasi


tenaga kesehatan, statusimunisasi dasar pada bayi

ABSTRACT

The purpose of research is to identify factors associated with primary


immunization of infants in Mergosono Village, Kedungkandang District of
Malang. The research method is analytic with cross sectional approach. The
population is all mothers with children aged 12-23 months in Mergosono Village
numbered 372 people. Sampling technique is cluster random sampling with
sample size of 10% of total population numbered 37 people. Data analysis using
Chi-square test, Fisher's Exact test and Spearman's Rho test. The results showed
that maternal knowledge factors, family support, beliefs, and communication of
vi

health care providers dealing with the status of primary infant immunization in
Mergosono Village of Malang. Recommendation of this study is health care
providers work closely with local cadres and local government in order to provide
counseling, discussions, and establish good communication with both mother and
her family.

Keywords: Mothers knowledge, family support, beliefs, communication of health


care provider

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK.. iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
HALAMAN DAFTAR ISI vii
HALAMAN DAFTAR TABEL. x
vii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR xi


HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian . 5
1.3.1 Tujuan Umum . 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis . 6
1.4.2 Manfaat Praktis .. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Imunisasi 7
2.1.1 Pengertian Imunisasi... 7
2.1.2 Persyaratan Pemberian Imunisasi ... 7
2.1.3 Jenis Imunisasi Dasar Wajib... 8
2.2 Konsep GAIN UCI.. 17
2.2.1 Pengertian ... 17
2.2.2 Lingkup Kegiatan GAIN-UCI 2010-2014. 17
2.2.3 Tujuan.. ... 17
2.2.4 Sasaran 18
2.2.5 Kebijakan 19
2.2.6 Strategi 20
2.2.7 Indikator Keberhasilan .. 20
2.3 Konsep Pengetahuan. 21
2.3.1 Pengertian ... 21
2.3.2 Tingkat Pengetahuan .. 22
2.3.3 Cara MemperolehPengetahuan .. 24
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan .. 25
2.4 KonsepSosial Budaya 27
2.4.1 Pengertian Sosial Budaya ... 27
2.4.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosial Budaya... 28
2.4.3 DukunganKeluarga. 29
2.4.4 Kepercayaan ... 30
2.5 KonsepKomunikasi 31
2.5.1 Pengertian Komunikasi .. 31
2.5.2 Komponen Komunikasi .. 32
2.5.3 Proses Komunikasi . 32

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka Konseptual .. 34
3.2 Hipotesis .. 35

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


viii

4.1 Desain Penelitian 36


4.2 Populasi dan Sampel 36
4.2.1 Populasi .. 36
4.2.2 Sampel 36
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
4.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel 38
4.4.1 Variabel Penelitian . 38
4.4.2 Definisi Operasional Variabel 38
4.5 Alat atau Instrumen Pengumpulan Data . 39
4.6 Teknik Pengumpulan Data .. 39
4.7Analisa Data 40
4.7.1 TeknikPengolahan Data . 40
4.7.2 Analisa Data ... 41
4.7 EtikaPenelitian 41
4.8 Kerangka Kerja 44

BAB 5 HASIL PENELITIAN


5.1 Hasil Penelitian 45
5.2 Analisis Hasil Penelitian . 50

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Alasan Orang Tua Tersering Untuk Tidak Melengkapi
Imunisasi Anaknya .. 55
6.2 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Dasar
Pada Bayi . 55
6.3 Hubungan Dukungan Keluarga Status Imunisasi Dasar Pada
Bayi .. 57
6.4 Hubungan Kepercayaan dengan Status Imunisasi Dasar Pada
Bayi .. 58
6.5 Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan dengan Status
Imunisasi Dasar Pada Bayi... 59

BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan .. 62
7.2 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 65

LAMPIRAN
ix

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi.. 16
Tabel 4.1Definisi operasional faktor-faktor yang mempengaruhi status
imunisasi dasar pada bayi..... 39
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia di Kelurahan Mergosono
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari
8 Februari 2015. 46
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di
Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015... 47
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Kelurahan
Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal
26 Januari 8 Februari 2015. 47
Tabel 5.4 Distribusi balita berdasarkan status imunisasi dasar di Kelurahan
Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal
26 Januari 8 Februari 2015... 48
Tabel 5.5 Alasan orang tua tidak melengkapi imunisasi dasar anaknya di
Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota
x

Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015... 48


Tabel 5.6 Tabel silang antara pengetahuan ibu dengan satus imunisasi
dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari
2015... 49
Tabel 5.7 Tabel silang antara dukungan keluarga dengan satus imunisasi
dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 50
2015...
Tabel 5.8 Tabel silang antara kepercayaan dengan satus imunisasi dasar
pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang
Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015.. 51
Tabel 5.9 Tabel silang antara komunikasi tenaga kesehatan dengan satus
imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari
2015... 52

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar3.1 Kerangka konsep penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi status imunisasi dasar pada
bayi.. 34
Gambar 4.1 Kerangka kerja faktor-faktor yang berhubungan dengan
status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono
Kota Malang 44
xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Kesediaan Menjadi Responden


Lampiran 2 Pernyataan Bersedia Menjadi responden
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Rekapitulasi Data
Lampiran 5 Analisis Hasil Penelitian
Lampiran 6 Ijin Penelitian
xii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas

hidup sumber daya manusia yang prima. Untuk itu kita bertumpu pada generasi

muda yang memerlukan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang dapat

menghambat tumbuh kembangnya menuju dewasa yang berkualitas tinggi guna

meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut. (IDAI, 2011).

Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara Internasional dalam

Millenium Development Goal (MDGs). Salah satu tujuan MDGs adalah

menurunkan 2/3 angka kematian anak di bawah usia lima tahun dari tahun 1990

sampai 2015. Indikator yang digunakan terkait hal tersebut adalah angka kematian

balita, angka kematian bayi dan cakupan pencapaian imunisasi campak pada anak

di bawah 1 tahun (United Nations Development Programme/UNDP, 2008).


Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk

mencegah terjangkitnya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Program Pengembangan Imunisasi (PPI) telah dicanangkan oleh WHO sejak

tahun 1974 dengan tujuh penyakit target yaitu difteri, tetanus, pertusis, polio,

campak, tuberkulosis, dan hepatitis B. Indonesia telah melaksanakan PPI sejak

tahun 1977 (Albertina et al, 2009). Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5

tahun meninggal setiap tahun. Sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi

dasar yang tidak lengkappada sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang

pertama. Hasil estimasi WHO (World Health Organization) terhadap kematian

akibat PD3I adalah dalam 1 tahun adalah tidak kurang 1000 balita meninggal
2

karena polio, 4000 anak meninggal karena dhipteria, 294.000 karena pertussis,

198.000 karena tetanus dan 368.000 karena hepatitis B (WHO, 2006).


Cakupan imunisasi yang rendah menjadi indikator terjadinya kematian

akibat PD3I. Oleh karena itu salah satu program yang telah terbukti efektif untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I adalah imunisasi. Hal ini

sejalan dengan kesepakatan MDGs, dimana untuk mencapai penurunan angka

kematian bayi ditandai dengan peningkatan cakupan imunisasi terutama dilihat

dari angka cakupan imunisasi campak (WHO, 2008). Hal itu dikarenakan campak

adalah imunisasi yang terakhir untuk imunisasi dasar dan merupakan imunisasi

yang cukup jauh jaraknya dari imunisasi sebelumnya (yaitu polio 4 pada usia 4

bulan dan campak pada usia 9 bulan) sehingga dapat menjadi indikator

tercapainya kondisi Universal Child Immunization (UCI).


Penyelenggaraan kegiatan imunisasi sejak tahun 2005 berpedoman pada

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Salah satu tujuannya adalah tercapainya

target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi dasar lengkap

minimal 80% secara merata pada bayi di 100% Desa/Kelurahan pada tahun 2010,

jadi setiap desa harus mencapai UCI yaitu cakupan imunisasi dasar bayi lengkap

minimal 80%. Pencapaian Desa/Kelurahan UCI tahun 2008 baru mencapai 68,2%,

padahal target nasional pada tahun 2014 ialah 100% UCI desa/kelurahan, artinya

pada akhir tahun 2014 seluruh desa/kelurahan harus sudah mencapai UCI.

Indikator keberhasilan GAIN UCI megacu pada RPJMN tahun 2010-2014

mencapai UCI desa/kelurahan 95% pada tahun 2013 (Depkes RI, 2010).
Upaya imunisasi di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai tingkat yang

memuaskan. Namun dari survey Kesehatan dan Demografi Indonesia (SDKI)

diketahui bahwa pada dua tahun terakhir cakupan imunisasi dan kualitas vaksinasi
3

tampak menurun. Penurunan cakupan imunisasi sangat dirasakan dengan

ditemukannya kembali kasus polio dan difteria di negara kita. Tiga ratus enam

orang anak menderita poliomyelitis pada periode Mei 2005 sampai dengan

Februari 2006 sebagai akibat cakupan vaksinasi polio yang menurun di daerah

Cidahu Sukabumi. Angka kejadian difteria yang masih tinggi pada tahun 2000

ditemukan 1036 kasus dan 174 kasus pada tahun 2007 merupakan bukti bahwa

vaksinansi DPT tidak merata. Keadaan yang memprihatinkan ini ditambah lagi

dengan maraknya kampanye anti vaksin yang disuarakan oleh kelompok tertentu.

Pandangan negative terhadap vaksinasi bukan saja dikemukakan oleh masyarajat

awam namun juga oleh sebagian petugas kesehatan (IDAI, 2011).


UCI desa/kelurahan di kota Malang pada tahun 2014 mencapai 92.98%

dari target UCI 100% pada tahun 2014. Pencapaian UCI desa/kelurahan yang

paling rendah di Kota Malang pada tahun 2014 adalah Kelurahan Mergosono

yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Arjowinangun sebesar 62%. UCI

Kelurahan Mergosono mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 80,91%.


Rendahnya cakupan imunisasi pada anak disebabkan oleh berbagai faktor.

Dalal pada tahun 2005 di Goa India mendapatkan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan rendahnya cakupan imunisasi dasar (1 dosis BCG, 3 dosis OPV dan

DPT, setra 1 dosis campak pada akhir usia 12 bulan) pada anak usia 12-23 bulan

adalah urutan anak dalam keluarga, tinggal di daerah pedesaan, rendahnya

pendidikan orag tua dan status sosioekonomi serta banyaknya jumlah anggota

keluarga. Status imunisasi anak dipengaruhi oleh perilaku orang tua sebagai orang

yang bertanggung jawab atas kesehatan dan masa depan anaknya, perilaku

tersebut meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap, usia, tingkat pendapatan, nilai

atau kepercayaan tentang imunisasi (Bundt et al, 2004).


4

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar

meliputi beberapa hal, salah satunya yang disampaikan oleh Suparyanto (2011)

yang menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi

balita antara lain adalah pengetahuan, motif, pengalaman, pekerjaan, dukungan

keluarga, fasilitas posyandu, lingkungan, sikap, tenaga kesehatan, penghasilan dan

pendidikan. Para peneliti juga telah melakukan riset tentang faktor yang

berhubungan dengan kelengkapan imunisasi, antara lain yang dilakukan oleh

Ningrum (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi

dasar pada bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten Boyolali di dapatkan hasil

bahwa pengetahuan dan motivasi ibu berpengaruh positif terhadap kelengkapan

imunisasi dasar, sedangkan tingkat pendidikan dan jarak rumah tidak mempunyai

pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Albertina (2009) tentang kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan

faktorfaktor yang berhubungan di poliklinik anak beberapa rumah sakit di Jakarta

dan sekitarnya pada bulan Maret 2008 di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan

antara pengetahuan orang tua terhadap kelengkapan imunisasi dasar, sedangkan

faktor pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan sikap orang tua tidak

berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar.


Banyak model teori yang dapat digunakan untuk memahami, memprediksi

dan memperbaiki tingkat kepatuhan seperti teori Health belief model, teori

Planned Behavior, dan Transteoritical Model. Menurut Robin (2004) komponen

yang terkandung dalam model teori yang terkait dengan kepatuhan tersebut

meliputi komunikasi profesi kesehatan-pasien, kognitif pasien dan proses social

(kepercayaan, norma), dan sumber daya pasien (finansial, psikologis dan

dukungan sosial).
5

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti ingin menggali lebih dalam

faktor-fator yang melatarbelakangi status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan

Mergosono Kota Malang dimana cakupan UCI tahun 2013 hanya mencapai 62%.
1.2 Rumusan Masalah
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi status imunisasi dasar pada bayi

usia 12-23 bulan di Kelurahan Mergosono Kota Malang tahun 2015?


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Megidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi dasar

pada bayi usia 12-23 bulan di Kelurahan Mergosono Kota Malang tahun

2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi faktor pengetahuan ibu terhadap status imunisasi dasar

pada bayi
1.3.2.2 Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap status imunisasi dasar pada

bayi
1.3.2.3 Mengidentifikasi faktor kepercayaan terhadap status imunisasi dasar pada

bayi

1.3.2.4 Mengidentifikasi faktor komunikasi tenaga kesehatan terhadap status

imunisasi dasar pada bayi.


1.3.2.5 Menganalisa faktor pengetahuan ibu yang mempengaruhi status imunisasi

dasar pada bayi


1.3.2.6 Menganalisa faktor dukungan keluarga yang mempengaruhi status

imunisasi dasar pada bayi


1.3.2.7 Menganalisa faktor kepercayaan yang mempengaruhi status imunisasi

dasar pada bayi


1.3.2.8 Menganalisa faktor komunikasi tenaga kesehatan yang mempengaruhi

status imunisasi dasar pada bayi.


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
6

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah referensi dalam

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan salah satu

bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.


1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan dapat

digunakan sebagai referensi dalam kegiatan perkuliahan.


1.4.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan penelitian ini berdampak pada peningkatan cakupan imunisasi

dasar lengkap minimal 90% dan tercapainya penurunan kasus penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11

bulan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Imunisasi
2.1.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz, 2008).


Menurut Suririnah (2007) yang dikutip Marimbi (2010), imunisasi adalah

suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak. Kebanyakan dari

imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-

penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan

seorang anak.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap

penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi

sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif

maupun aktif (IDAI, 2011).


2.1.2 Persyaratan Pemberian Imunisasi

1. Pada bayi dan anak yang sehat, tidak boleh diberikan pada mereka yang :

- Sedang sakit
7

- Keadaan fisik yang lemah

- Dalam masa tunas suatu penyakit

- Mendapat pengobatan dengan kontrasepsi

2. Dengan teknik pemberian yang tepat

3. Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa

kadaluarsa.

4. Jenis vaksin yang dimaksud.

5. Mempertahankan dosisi yang diberikan

6. Mengetahui jadwal vaksinasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang

tepat.

(Depkes, 2000)

2.1.3 Jenis Imunisasi Dasar Wajib


Ada 5 jenis imunisasi dasar menurut Hasuki Irfan (2007) dikutip Proverati

(2010), yang diwajibkan oleh pemerintah. Imunisasi dasar atau PPI (Program

Pengembangan Imunisasi) antara lain :


1. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin)
a. Tujuan
Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit

tuberculosis (TBC) pada anak (Proverati, 2010).


b. Kriteria Penyakit
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh myobacterium

tuberculosis. Penyebarannya melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Gejala

awal penyakit ini adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar

keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri

pada dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain tergantung organ yang diserang.

Tuberculosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian. Seseorang yang

terinfeksi myobacterium tuberculosis tidak selalu menjadi sakit tubercolusis aktif.


8

Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah terinfeksi terjadi respon imunitas selular

yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Ranuh, 2008).


c. Vaksin
Vaksin TBC mengandung kuman bacillus calmette guerin yang dibuat dari

bibit penyakit atau virus hidup yang sudah dilemahkan.


d. Waktu pemberian
BCG diberikan pada umur < 3 bulan.
e. Cara Dan Dosis Pemberian
Pemberian imunisasi ini dilakukan secara Intra Cutan(IC) di lengan kanan atau

paha kanan atas dengan dosi 0,1 ml untuk anak diatas 1 tahun, pada bayi baru

lahir 0,05 ml.


f. Kontraindikasi
1) Reaksi uji tuberkulin > 5mm
2) Menderita infeksi HIV
3) Menderita gizi buruk
4) Menderita demam tinggi
5) Menderita infeksi kulit yang luas
6) Pernah sakit tubercolusis
7) Leukimia
g. Efek Samping
1) Reaksi lokal
1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikkan timbul

kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini

berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan

menbentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan

dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatkan jaringan parut.


2) Reaksi regional
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa disertai nyeri

tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
h. Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
Pembentukkan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena

penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan

untuk mempercepat penyembuahan, bila abses telah matang, sebaiknya

dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan jarum) dan bukan disayat.


2. Imunisasi Hepatitis B
a. Tujuan
9

Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap

penyakit Hepatitis B (Proverati, 2010).


b. Kriteria penyakit
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang

merusak hati. Penyebaran penyakit ini terutama melalui suntikan yang tidak aman,

dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada

anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah,

gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi

pucat, warna kuning bisa terkihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa

menjadi kronis dan menimbulkan Cirrosis hepatic yakni kanker hati dan

menimbulkan kematian.

c. Vaksin
Vaksin ini terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang dinamakan HbsAg, yang

dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit.


d. Waktu Pemberian
Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah

bayi lahir. Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis

B, harus dilakukan imunisasi pasif memakai imunoglobulin khusus antu hepatitis

B dalam waktu 24 jam kelahiran. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali

dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan Hb 1 dengan Hb 2, serta selang

waktu 5 bulan antara suntikan Hb 2 dengan Hb 3.


e. Cara dan Dosis Pemberian
Hepatitis B disuntikkan secara Intra Muscular (IM) di daerah paha luar dengan

dosis 0,5 ml.


f. Kontraindikasi
Imunisasi ini tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita penyakit

berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan

membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan kepada janin


10

selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah

lahir.
g. Efek Samping
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat penyuntikkan

dan sistematis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pernafasan).

Reaksi ini akan hilang dalam waktu 2 hari.

3. Imunisasi DPT
a. Tujuan
Imunisasi DPT bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu

yang bersamaan terhadap serangan penyakit difteri, pertusis, tetanus (Proverati,

2010).
b. Kriteria Penyakit
1. Difteri
Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae.

Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit

ini adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan, dan demam ringan. Dalam

dua sampai tiga hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan

tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang

berakibat kematian.
2. Pertusis
Adalah penyakit pada saluran pernafasan yang dapat disebabkan oleh bakteri

Bordettela pertusis. Penyebarannya melalui tetesan kecil yang keluar dari batuk

dan bersin. Gejalanya adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan

yang lama kelamaan batukmenjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang

cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat

menyebabkan kematian.
3. Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan

neurotoksin. Penyebarannya melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang

dalam. Gejala awal penyakit ini adalah kaku otot pada rahang, disetai kaku pada
11

leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Gejala

berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.


c. Vaksin
Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus yang dilemahkan serta

kuman Bordetella pertusi yang dimatikan.


d. Waktu Pemberian
Imunisasi DPT diberikan 3 kali usia kurang dari 7 bulan, DPT 1 diberikan

pada usia 2 bulan, DPT 2 diberikan pada usia 3 bulan, DPT 3 diberikan pada usia

4 bulan selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Ulangan booster diberikan 1

tahun setelah DPT 3.


e. Cara dan Dosis Pemberian
Cara pemberian imunisasi ini DPT adalah melalui injeksi IM. Suntikan

diberikan di paha tengah luar atau subcutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
f. Kontraindikasi
Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak riwayat kejang komplek. Juga

tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk rejan dalam tahap awal pada

penyakit gangguan kekebalan.


g. Efek Samping
1. Demam ringan
2. Timbul bercak merah atau pembengkakkan
3. Rasa nyeri di tempat penyuntikan selama 1-2 hari.

4. Imunisasi Polio
a. Tujuan
Imunisasi polio bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis (Proverati,

2010).
b. Kriteria penyakit
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga

virus yang berhubungan yaitu virus polio 1, 2, 3. Secara klinis penyakit polio

adalah dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut. Penyebarannya

melalui kotoran manusia yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala


12

demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian

bisa tejadi jika otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
c. Vaksin
Vaksin polio ada dua jenis yaitu :
1. Inactivated polio vaccine (IPV= vaksin salk) mengandung virus polio yang

telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.


2. Oral polio vaccine (OPV= vaksin sabin) mengandung vaksin hidup yang telah

dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.


d. Waktu pemberian
Imunisasi Polio dasar diberiakan 4 kali dengan interval tidak kurang dari 4

minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio 4.


e. Cara dan Dosis pemberian
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak

2 tetes (0,1 ml) langsung ke dalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok

yang berisi air gula.


f. Kontraindikasi
Pemberian vaksin imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang

menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat

pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya

sedang menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
g. Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis

yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang tejadi.


5. Imunisasi Campak
a. Tujuan
Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit campak (Proverati, 2010).


b. Kriteria penyakit
Adalah penyakit yang disebakan oleh virus measles. Penyebarannya melalui

droplet bersin dan batuk dari penderita. Gejala awal penyakit ini adalah demam,

bercak kemerahan, batuk, pilek dan mata merah. Selanjutnya timbul ruam pada

muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi
13

campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran nafas

(pneumonia).
c. Vaksin
Vaksin dari virus hidup (CAM 70-chick chorioallantonik membrane) yang

dilemahkan ditambah kanamisin sulfat dan eritromisin berbentuk kering.

d. Waktu pemberian
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan oleh karena masih ada antibodi

yang diperoleh dari ibu. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6

bulan, diulang 6 bulan kemudian.


e. Cara dan Dosis pemberian
Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui injeksi di lengan kiri atas

secara subcutan (SC) dengan dosis 0,5 ml. Sebelum disuntikkan, vaksin campak

terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia berisi 5 ml

pelarut aquades.
f. Kontraindikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh diberikan pada orang yang

mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan

respon imun karena leukimia dan limfoma.


g. Efek samping
1. Demam ringan
2. Diare
3. Ruam atau kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah

vaksinasi.
Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

No. Umur Bayi Jenis Imunisasi


1 7 hari Hepatitis B (HB) 0
2 1 bulan BCG, Polio 1
3 2 bulan DPT/Hepatitis B 1, Polio 2
4 3 bulan DPT/Hepatitis B 2, Polio 3
5 4 Bulan DPT/Hepatitis B 3, Polio 4
6 9 bulan Campak
Sumber: Depkes, 2009

2.2 Konsep GAIN UCI


2.2.1 Pengertian
14

Universal Child Immunization (UCI) adalah cakupan imunisasi lengkap

pada minimal 80% bayi di suatu wilayah. Gerakan Akselerasi Imuninasi Nasional

UCI 2010-2014 adalah upaya percepatan pencapaian UCI di seluruh

desa/kelurahan pada tahun 2014 melalui suatu gerakan yang dilaksanakan oleh

pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat dan berbagai pihak terkait secara

terpadu di semua tingkat administrasi (Depkes, 2010).


2.2.2 Lingkup Kegiatan GAIN-UCI 2010-2014
Kegiatan pelayanan imunisasi rutin pada bayi dan berbagai kegiatan

lainnya sebagai pendukung dalam rangka percepatan kenaikan cakupan UCI

Desa/Kelurahan meliputi perencanaan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di

semua jenjang administrasi. Pelaksanaan pelayanan imunisasi di samping

mempertahankan cakupan daerah yang sudah UCI, dilakukan kegiatan khusus

untuk menjangkau daerah kantong. Untuk menjangkau daerah kantong tersebut

didasarkan hasil analisa setempat dan didukung berbagai pihak terkait termasuk

masyarakat (Depkes, 2010).


2.2.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tercapainya UCI di seluruh Desa/Kelurahan secara bertahap mulai dari

Tahun 2010 hingga Tahun 2014 sehingga penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi dapat dicegah atau dieliminasi.

b. Tujuan Khusus
1. Tersedianya sumber daya pendukung yang memadai termasuk Nakes

pengelola dan pelaksana Imunisasi, Vaksin, Cold Chain, operasional lainnya

untuk melaksanakan kegiatan imunisasi dasar lengkap pada bayi 0-11 bulan.
2. Terselenggaranya kegiatan imunisasi dasar lengkap pada usia 0-11 bulan di

seluruh Puskesmas dan jajaran termasuk sarana pelayanan kesehatan lainnya

lainnya (RS dan pos pelayanan kesehatan swasta lain).


15

3. Tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11bulan

minimal 90%
4. Tercapainya penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunissi

dasar lengkap pada bayi usia 0-11 bulan.


(Depkes, 2010)
2.2.4 Sasaran
Untuk mengoptimalkan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional guna

mencapai Universal Child Immuzation (UCI) maka dianggap perlu untuk

menentukan sasaran berdasarkan skala prioritas sehingga kegiatan dapat fokus

dan memberikan output yang maksimal. Adapun sasaran dimaksud yaitu:


1. Tersedianya vaksin, alat dan bahan lainnya sesuai dengan kebutuhan baik

untuk kuantitas dan kualitas guna mendukung imunisasi pada bayi 0-11 bulan.
2. Tersedianya dukungan politis dan komitmen share holders/stake holders di

tingkat Pusat hingga ke tingkat pusat hingga ke tingkat daerah sehingga

tersedia sumber daya yang memadai antara lain anggaran operasional

bersumber APBD dan sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan.
3. Terselanggaranya peningkatan kunjungan ibu dan bayi pada kegiatan

imunisasi melalui peran serta masyarakat secara aktif.


4. Terselenggaranya pemantapan mutu pelayanan mealui peningkatan saran

pelayanan kesehatan dan kemampuan serta perilaku petugas peyelenggara

imunisasi dasar lengkap bayi 0-11 bulan.


5. Terselenggaranya pemantapan cakupan dan mutu pelayanan di daerah

/desa/kelurahan yang telah mencapai UCI tahun-tahun sebelumnya.


6. Terselenggaranya peningkatan cakupan dan mutu pelayanan di

daerah/desa/keurahan yang belum mencapai UCI di tahun-tahun sebelumnya

terutama di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) termasuk

Kawasan Indonesia Timur (KIT).


(Depkes, 2010)
2.2.5 Kebijakan
16

1. Pemantapan peran dan fungsi antara Pemerintah Pusat, Daerah, dan stake

hoders lainnya dengan kewenangan dan kemampuan dalam penyelenggaraan

imunisasi pada bayi 0-11 bulan.


2. Pemenuhan kebutuhan ketersediaan vaksin, alat, dan bahan lainnya untuk

dukungan operasional untuk pelayanan imunisasi pada bayi 0-11 bulan.


3. Peningkatan dan atau pemantapan pengawasan rantai dingin (cold chain)

secara berenjang mulai dari tingkat Pusat hingga ke tingkat daerah dan

pengguna.
4. Peningkatan peran serta masyarakat untuk kegiatan imunisasi.
5. Pemantapan mutu pelayanan Imunisasi berdasarkan Norma Standar Prosedur

dan Kriteria (NSPK) yang ada.


6. Pemerataan jangkauan pelayanan kegiatan imunisasi di Desa/Kelurahan yang

cakupan rendah (daerah kantong), rawan social, rawan penyakit (KLB) dan

daerah-daerah sulit.
(Depkes, 2010)
2.2.6 Strategi
1. Meningkatkan kemampuan dan kinerja tenaga kesehatan baik pengelola di

pusat dan daerah maupun pelaksana pelayanan imunisasi di lapangan.


2. Meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan dan biaya operasional yang

memadai terutama di DTPK dan KIT.


3. Meningkatkan ketersediaan kebutuhan vaksin, alat dan bahan pendukung

kegiatan imunisasi.
4. Meningkatkan manajemen kegiatan imunisasi termasuk PWS dan pencatatan

pelaporan secara berjenjang.


5. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dalam upaca

pencapaian UCI desa.


6. Memantapkan pelayanan imunisasi guna mempertahankan cakupan UCI di

wilayah/ daerah/ desa yang sudah mencapai UCI Desa di tahun sebelumnya.
7. Meningkatkan pelayanan imunisasi guna meningkatkan cakupan UCI di

DTPK dan KIT yang belum mencpai UCI di tahun sebelumnya.


(Depkes, 2010)
2.2.7 Indikator Keberhasilan
17

Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN Tahun 2010-

2014 yang menyebutkan bahwa salah satu kegiatan imunisasi adaah pencapaian

UCI desa/kelurahan 100% pada tahun 2014, sebagai berikut:


1. Tahun 2010 mencapai UCI desa/kelurahan 80%
2. Tahun 2011 mencapai UCI desa/kelurahan 85%
3. Tahun 2012 mencapai UCI desa/kelurahan 90%
4. Tahun 2013 mencapai UCI desa/kelurahan 95%
5. Tahun 2014 mencapai UCI desa/kelurahan 100%
(Depkes, 2010)
2.3 Konsep Pengetahuan
2.3.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan

perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi

dan kebiasaan masyakarat. Pengetahuan yang meningkat dapat mengubah

persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan kebiasaan

masyarakat dari yang positif menjadi lebih positif, selain itu pengetahuan juga

membentuk kepercayaan (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan definisi-definisi

diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu dan sebagian besar

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang meningkat dapat

mempengaruhi dan mengubah sikap, persepsi dan kebiasaan seseorang.

Pengetahuan imunisasi adalah dimana seseorang mengetahui tentang imunisasi.

Agar mendapatkan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi dibutuhkan

banyak pengetaahuan
18

tentang imunisasi secara benar.

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangannya yang telah diterima. Oleh sebab

itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan.

c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mrnggunkan materi yang telah

dipelahari pada situasi kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen- komponen, tetapi msih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.


e. Sintesis (synthesis)
19

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu


kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriterai

yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat

disesuaikan dengan enam tingkatan diatas.


Pengetahuan yang domain sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang seperti tindakan mengimunisasi bayi.Tingkatan pengetahuan tentang

imunisasi dapat dilihat dari seseorang mengingat tentang pengertian imunisasi dan

menjelaskan secara benar serta mengaplikasikan yang telah dipelajari kedalam

kehidupan sehari-hari. Kemudian menganalisis, menghubungkan dan melakukan

kebiasaan imunisasi untuk bayinya.

2.3.3 Cara Memperoleh Pengetahuan


Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2003) adalah

sebagai berikut :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunkan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
20

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat

baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagi prinsip

orang lain yang menerima dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas

tanpa menguji dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta

emoiris atau penalaran sendiri.


3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.


b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular dengan

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir

suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan

penelitian ilmiah. Dapat disimpulkan cara memperoleh pengetahuan adalah

dengan cara memecahkan masalah sampai masalah tersebut dipecahkan, cara

otoritas tanpa menguji kebenarannya atau dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh. Sekarang cara yang digunakan atau disebut

adalah metode penelitian ilmiah atau penelitian ilmiah.


2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagaian. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal- hal

yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut

YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi


21

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umunya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.


2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003) dalam buku

Wawan&Dewi (2010), pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.


3. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam buku

Wawan&Dewi (2010), usia a kcdalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan

merupaakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang

dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.


2. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.


2.3.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Nursalam (2008) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :


a. Baik : hasil presentase 76% 100%
b. Cukup : hasil presentase 57% - 75%
c. Kurang : hasil presentase <56 %
22

2.4 Konsep Sosial Budaya


2.4.1 Pengertian Sosial Budaya
Kehidupan manusia sebagai mahkluk sosial selalu dihadapkan kepada

masalah social yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Pengertian

kebudayaan dapat ditinjau secara umum . Menurut Setiadi, (2010) budaya adalah

bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa dan rasa, kata

budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta budhayah, yaitu bentuk jamak

dari buddhi yang berarti budi atau akal . Dalam bahasa Inggris kata budaya

berasal dari kata culture . Dengan demikian kebudayaan berarti hal hal yang

bersangkutan dengan akal. Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti

culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan

mengubah alam .
Menurut E.B. Taylor dalam Setiadi,(2010) budaya adalah suatu

keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang

didapat oleh manusia sebagai anggota keluarga. Unsur-unsur sosio-budaya ini

tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.


Budaya berisi norma-norma sosial, yakni sendi-sendi masyarakat yang

berisi sanksi atau hukuman-hukumannya yang dijatuhkan oleh golongan bila

mana peraturan yang dianggap baik untuk menjaga kebutuhan dan keselamatan

masyarakat itu, dilanggar. Norma-norma itu mengenai kebiasaan- kebiasaan

hidup, adat istiadat dan tradisi- tradisi hidup yang dipakai turun-temurun.

(Soekanto,2005)
Masalah sosial tidak sama antara masyarakat yang satu dengan yang lainya

karena adanya perbedaan antara tingkatan perkembangan kebudayaanya, sifat

kependudukanya dan keadaan lingkungan alamnya. Harus mengembangkan

keterampilan untuk bekerja dengan klien, keluarga, masyarakat yang berbeda


23

budaya. Aslinger, (1985) dalam Stone (1998), yang berpendapat bahwa

karakteristik budaya akan mempengaruhi seseorang dalam berpersepsi mengenai

penyebab penyakit dan stress, pengobatan penyakit, perilaku koping yang tepat

dan berhubungan dengan penyedia pelayanan kesehatan. Adam, (1990) dalam

Anderson (2007) program dan pelayanan sebaiknya direncanakan agar tersedia,

dapat diterima dan sesuai dengan budaya masyarakat yang menerima pelayanan.

Kompetensi budaya menuntut para praktisi dan sistem pelayanan untuk

memahami persepsi klien, keluarga dan masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan

mereka. Hal ini meliputi status kesehatan dan sumber yang dapat membantu

mereka selama masa rentang dan penyakit.


2.4.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosial Budaya
a. Pengetahuan, pengetahuan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

kesehatan
b. Kepercayaan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan di

beberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun, karena

karismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga masyarakat lebih

senang berobat dan meminta tolong kepada dukun. Petugas kesehatan

dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat diwilayahnya

dan tidak mempunyai karismatik.


c. Moral, istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainya dalam tindakan

yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut

amoral, artinya manusia tidak memiliki nilai positif dimata manusia lainya.

Dengan demikian moral mutlak untuk dimiliki.


d. Hukum, hukum atau ilmu hukum adalah suatu sistem aturan atau adat, yang

secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah

atau otoritas melalui lembaga atau institusi hukum.


24

e. Adat - istiadat, kebiasan - kebiasaan dan perilaku masyarakat sering kali

menjadi penghalang atau terciptanya pola hidup sehat dimasyarakat.


f. Kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat.
2.4.3 Dukungan Keluarga
Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan

kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut

dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Santono (2001) dukungan yaitu suatu

usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.

Bailon dan Maglaya dalam Setiadi (2008) menyatakan, bahwa keluarga adalah

dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau

adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama

lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu

budaya.
Sudiharto (2007), menyatakan setiap anggota keluarga mempunyai

struktur peran formal dan informal, misalnya ayah mempunyai peran formal

sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Struktur keluarga meliputi

kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga saling berbagi, kemampuan

sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri dan

kemampuan menyelesaikan masalah.


Friedman (2003) dukungan keluarga merupakan bagian integral dari

dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan

penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.


Hasil peneltian siswandoyo, dalam (Marlia 2006) ibu-ibu yang didukung

keluarga memiliki bayi dengan status imunisasi lengkap (79,6%), sebaliknya ibu-

ibu yang tidak didukung keluarga memiliki bayi status imunisasi tidak lengkap

(12,04%) . Effendi (1999) yang menyatakan bahwa keluarga merupakan perantara

yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya mendapatkan pelayanan kesehatan.
25

Berdasarkan hasil penelitian Khotimah (2010) mengungkapkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pengetahuan ibu

dengan peran serta ibu membawa anaknya untuk diimunisasi.


Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),

keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara

kesehatan para anggotanya. Melakukan penyuluhan bagi keluarga mengenai

pentingnya imunisasi anak yang bekerja sama dengan perangkat desa dan petugas

kesehatan, diaharapkan dapat meningkatkan kesadaran keluarga akan pentingnya

imunisasi bagi anak sehingga dapat meningkatkan dukungan keluarga terhadap

kunjungan ibu untuk mengimunisasikan anaknya (Khotimah, 2010).


2.4.4 Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis.

Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal gaib, tetapi hanyalah

keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan sering dapat bersifat

rasional dan irasional. Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang

terhadap sesuatu tersebut masuk akal. Orang percaya bahwa dokter pasti dapat

menyembuhkan penyakitnya. Hal ini adalah rasional karena memang dokter

tersebut telah bertahun-tahun belajar ilmu kedokteran atau penyembuhan

penyakit. Sebaliknya seseorang mempunyai kepercayaan irasional bila ia

mempercayakan air putih yang diberi mantera oleh seorang dukun bisa

menyembuhkan penyakitnya (Notoatmodjo, 2010).


Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

Hal ini bahwa orang percaya kepada sesuatu dapat disebabkan karena ia

mempunyai pengetahuan tentang itu. Kepercayaan yang tidak didasarkan kepada

pengetahuan yang benar dan lengkap akan menyebabkan kesalahan bertindak

(Notoatmodjo, 2010).
2.5 Konsep Komunikasi
26

2.5.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam

bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi

perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara/bunyi atau

bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan, atau simbol-simbol yang

diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain tersebut merespons

atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan stimulus. Oleh sebab

itu reaksi atau respons, baik dalam bentuk bahasa maupun simbol-simbol ini

merupakan pengaruh atau hasil proses komunikasi. Proses komunikasi yang

menggunakan stimulus atau respons dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun

tulisan, selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses

komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol disebut komunikasi nonverbal

(Notoatmodjo, 2007).
2.5.2 Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi

bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell dalam Mulyana (2007)

komponen-komponen komunikasi adalah:


1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan

kepada pihak lain.


2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu

pihak kepada pihak lain.


3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada

komunikan. Dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat

berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.


4. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari

pihak lain.
5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi

pesan yang disampaikannya.


27

6. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana

komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol").


2.5.3 Proses Komunikasi
Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan

seperti berikut.
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang

lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang

disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat

simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.


2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau

saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara

langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.


3. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan

isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan

itu sendiri.
4. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan

atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami

pesan yang dimaksud oleh si pengirim.


Petugas kesehatan berupaya dan bertanggung jawab, memberikan

pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat yang professional akan

mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Sehingga diharapkan ibu mau

mengimunisasikan bayinya dengan memberikan atau menjelaskan pentingnya

imunisasi (Suparyanto, 2011).

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
28

3.1 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Situasi
Karakteristik Ibu
- Tempat pelayanan
- Usia imunisasi jauh
- Pekerjaan - Jadwal pemberian
- Pendidikan
PendapatanIbu Pengetahuan Ibu
imunisasi tidak tidak tepat
- Jumlah anak - Ketidakhadiran petugas
imunisasi
Komunikasi Tenaga
Status Imunisasi Dasar - Orang tua sibuk
Kesehatan pada Bayi - Kurangnya
Kualitas vaksin
Pelayanan Imunisasi
- - Penerapan
Anak sakit desntralisasi
- Dukungan Keluarga - belum
Biaya tidak terjangkau
berjalan
-- Kepercayaan
Dukungan Tokoh - Terlalu lama
- Kurangnya dana menunggu
masyarakat operasional imunisasi rutin
- Keterangan:
Dukungan Kader - Kurangnya koordinasi lintas
- Dukungan : Yang diteliti sektor
Tetangga/Kerabat : Yang tidak diteliti - Keterlambatan
pendidtribusian vaksin
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian analisis faktor-faktor- yang berhubungan
Kekurangan jumlah,
dengan status imunisasi dasar pada bayi kualitas & distribusi SDM
3.2 Hipotesis - Sistem survailans kurang
3.2.1 Faktor Pengetahuan Ibu
terintegrasi
H1: Faktor pengetahuan mempengaruhi status imunisasi dasar pada bayi
dll
di Kelurahan Mergosono34Kota Malang.
H0: Faktor pengetahuan ibu tidak mempengaruhi status imunisasi dasar

pada bayi di Kelurahan Mergosono Kota Malang.


3.2.2 Faktor Dukungan Keluarga
H1: Faktor dukungan keluarga mempengaruhi status imunisasi dasar pada

bayi di Kelurahan Mergosono Kota Malang.


H0: Faktor dukungan keluarga tidak mempengaruhi status imunisasi

dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kota Malang.


3.2.3 Faktor Kepercayaan
H1: Faktor kepercayaan mempengaruhi status imunisasi dasar pada bayi

di Kelurahan Mergosono Kota Malang.


H0: Faktor kepercayaan tidak mempengaruhi status imunisasi dasar pada

bayi di Kelurahan Mergosono Kota Malang


3.2.4 Faktor Komunikasi Tenaga Kesehatan
29

H1: Faktor komunikasi tenaga kesehatan mempengaruhi status imunisasi

dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kota Malang


H0: Faktor komunikasi tenaga kesehatan tidak mempengaruhi status

imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kota Malang

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

potong lintang (cross sectional). Oleh karena itu data untuk tiap variable diambil

hanya satu kali dan dalam waktu yang sama. Pada penelitian cross sectional peneliti

mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel terikat (efek)

dengan melakukan pengukuran sesaat. Jadi pada penelitian ini tidak ada tindak lanjut

selanjutnya (Ghazali, et al., 2008).

Langkah-langkah pada studi cross sectional ini meliputi : 1) Merumuskan

pertanyaan penelitian serta hipotesis yang sesuai; 2) Mengidentifikasi variabel bebas

dan terikat; 3) Menetapkan subjek penelitian; 4) Melaksanakan pengukuran; dan 5)

Melakukan analisis.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

adalah penelitian populasi (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 12-23 bulan di Kelurahan

Mergosono Kota Malang yang berjumlah 373 orang.

4.2.2 Sampel
30

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Arikunto

(2010), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika

subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau

lebih. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai bayi usia

12-23 bulan di Kelurahan Mergosono


36
Kota Malang yang berjumlah 37 orang,

yang diambil sebanyak 10% dari jumlah populasi.

Teknik sampling menggunakan teknik non probability sampling dengan

cara cluster random sampling dengan penentuan sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah cluster yang akan diambil yaitu 6 cluster berdasarkan

jumlah RW yang ada di Kelurahan Mergosono Kota Malang

2. Setelah mengurus perijinan, peneliti mendatangi masing-masing RW untuk

mengambil subjek penelitian sebanyak 6-7 responden.

3. Responden diambil berdasarkan sistem acak cepat dimana dimulai dari RW

siaga terdekat dari kelurahan

Adapun kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini adalah :

1. Ibu dari anak berusia 12-23 bulan yang tinggal di Kelurahan Mergosono Kota

Malang.

2. Mampu berkomunikasi (mampu menulis dan membaca)

3. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di Kelurahan Mergosono Kota Malang .

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Januari 2015 - 8 Februari 2015.


31

4.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

4.4.1 Variabel Penelitian

a. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi status imunisasi dasar pada bayi yaitu: pengetahuan, sosial

budaya, komunikasi petugas kesehatan, dan situasi.

b. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status imunisasi dasar pada

bayi.

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah batasan dalam istilah yang operasional, untuk

menghindari kerancuan dalam pengukuran, analisis, dan kesimpulan (Sastro

Asmoro, 2011). Definisi operasional dalam penelitian ini ada pada tabel 4.1 :

Tabel 4.1 Definisi operasional analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status


imunisasi dasar pada bayi
Variabel Definisi Instrumen Skala Kategori Skor
Pengetahuan Hasil jawaban benar Kuesioner Ordinal 0. Kurang <6
Ibu ibu tentang imunisasi 1. Cukup 6-7
2. Baik 8-10
Dukungan dukungan atau Kuesioner Nominal 0. Tidak <3
keluarga dorongan yang mendukung
diberikan keluarga 1. Mendukung 3-4
(suami, orang tua,
mertua maupun
saudara lainnya)
dalam pemberian
imunisasi dasar
Kepercayaan Kepercayaan ibu Kuesioner Nominal 0. Tidak percaya <3
terhadap manfaat 1. Percaya
imunisasi dasar 3-4
32

Komunikasi Peran petugas Kuesioner Ordinal 0. Kurang <6


petugas kesehatan dalam 1. Cukup 6-7
kesehatan menyampaikan 2. Baik 8-10
informasi tentang
imunisasi
Status Pemberian imunisasi Dokumentasi Nominal 0. Imunisasi -
imunisasi yang lengkap sesuai tidak lengkap
dasar pada program imunisasi 1. Imunisasi
bayi dasar depkes. lengkap
4.5 Alat atau Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner pada variabel

independen, yaitu menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang hal-hal

yang diketahui. Bentuk atau jenis pertanyaan tertutup dan diisi pada kuesioner

yang sudah disediakan jawabannya.


4.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini memberikan kuesioner tentang

pengetahuan, pengaruh sosial budaya, komunikasi tenaga medis, dan situasi.

Sedangkan untuk memperoleh data tentang status imunisasi dasar pada bayi

dilakukan dengan teknik melihat dokumentasi.


a. Persiapan
1) Mengajukan penelitian pada tempat penelitian
2) Kepada responden di Kelurahan Mergosono Kota Malang diseleksi

berdasarkan kriteria-kriteria.
3) Menjelaskan maksud dan yujuan prosedur kerja kepada responden
4) Minta persetujuan ibu untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani

inform consent
b. Pelaksanaan
1) Memberikan kuesioner pada responden untuk memperoleh data
2) Mencatat hasil jawaban dari responden

4.7 Analisis Data


4.7.1 Teknik pengolahan data

Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan

kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data dengan tahapan sebagai

berikut:
33

1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan pada tahap pengumpulan data.


2. Coding
Setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan coding, yakni

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan.
3. Memasukkan data (data entry) atau processing

Setelah diedit dan dikoding, data diproses melalui program komputer yaitu

SPSS for Windows 18.

4. Pembersihan data (cleaning)


Apabila semua data selesai dimasukkan, data dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi.

4.7.2 Analisa data

Analisa data dilakukan berdasarkan:


1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan dengan analisia deskriptif untuk melihat

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Hasil analisa akan disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi. Tiap variabel diinterpretasikan secara kuantitatif.

Hasil prosentase data kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan skala:


100% : seluruhnya
76 99% : hampir seluruhnya
51 75% : sebagian besar
50% : setengah
26 49% : hampir setengahnya
1 - 25% : sebagian kecil
0% : tidak satupun
(Arikunto, 2002)
34

2. Analisa Bivariat

Variabel independen yang berskala nominal, uji statistik yang digunakan

adalah uji Chi square, sedangkan variable independen yang bersakala ordinal, uji

statistik yang digunakan adalah uji Spearman rank. Sedangkan interpretasinya

adalah sebagai berikut:

1. Apabila p value > level of significant (0,05) maka kesimpulannya adalah Ho

diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan anatara faktor pengetahuan,

pengaruh social budaya, komunikasi tenaga kesehatan, dan situasi dengan status

imunisasi dasar pada bayi

2. Apabila p value < level of significant (0,05) maka kesimpulannya adalah Ho

ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan anatara faktor pengetahuan,

pengaruh social budaya, komunikasi tenaga kesehatan, dan situasi dengan status

imunisasi dasar pada bayi

4.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan permohonan izin kepada

Kepala Puskesmas Arjowinangun serta pihak terkait dan peneliti lebih dulu

menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian ini kepada responden, dengan

demikian responden tidak merasa dirugikan apabila terkait dalam penelitian ini.

4.8.1 Informed Consent

Setelah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak

yang akan terjadi selama pengumpulan data, dan responden bersedia untuk diteliti,

responden harus menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

4.8.2 Anonimity
35

Dalam menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama lengkap responden pada lembar pengumpulan data, tetapi

cukup dengan inisial dan pemberian kode.

4.8.3 Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan, hanya data

tertentu saja yang disajikan dalam hasil penelitian.

4.8.4 Beneficience

Penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa peningkatan pengetahuan

tentang imunisasi, mendapatkan kepuasan karena dapat berpartisipasi dan keluar dari

rutinitasnya dan kepuasan karena dapat membantu orang lain dari hasil penelitian ini

untuk menyelesaikan masalah yang mungkin menimpa orang lain.

4.8.5 Justice

Keadilan bagi responden penelitian ini dapat berupa perlakuan yang sama dan

hak untuk dijaga kerahasiannya. Perlakuan yang diharapkan sebagai bentuk keadilan

bagi responden adalah :

a. Pemilihan responden yang adil dan dipilih berdasarkan tujuan penelitian, bukan

karena alasan-alasan tertentu.

b. Tidak ada perilaku yang memberatkan jika responden mengundurkan diri dari

penelitian ini setelah menyetujuinya.

c. Responden mudah mengakses atau menghubungi peneliti jika ingin melakukan

klarifikasi.

d. Responden dapat menerima penjelasan ulang dalam proses pengambilan data

e. Selalu menghargai, sopan dan jujur pada responden


36

4.9 Kerangka Kerja

Kerangka kerja penelitian ini sebagai berikut:

Populasi
Ibu-ibu yang memiliki bayi usia 12-23 bulan di Kelurahan Megosono
Kota Malang berjumlah 372 orang

Teknik sampling:
Cluster Random sampling
Sampel
Ibu-ibu yang memiliki bayi usia 12-23 bulan di
Kelurahan Megosono Kota Malang berjumlah 37 orang
Pengumpulan data kuesioner

Analisa Data
Uji Spearman rank
Uji Chi square
Penarikan Kesimpulan
P value > 0,05 maka Ho diterima, tidak ada hubungan
P value <Gambar 4.1 Kerangka
0,05 maka Ho ditolak,kerja
ada analisis
hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan status
imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang

BAB 5
37

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Mergosono adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan

Kedungkandang, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Kelurahan Mergosono

terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dan 79 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan

Mergosono merupakan salah satu kelurahan yang termasuk wilayah kerja

Puskesmas Arjowinangun Kota Malang. Puskesmas Arjowinangun terletak di Jl.

Raya Arjowinangun, Kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedung Kandang,

Malang, sebelah Timur kota Malang dan berjarak kurang lebih 4 km dari

Kelurahan Mergosono.
Kelurahan Mergosono mempunyai 19 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

dan 79 kader posyandu. Kegiatan Posyandu di Kelurahan Mergosono rutin

diadakan setiap satu bulan dengan hari dan minggu yang berbeda-beda di tiap

Posyandu. Pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh Posyandu meliputi

pemeliharaan kesehatan bayi dan balita serta pemeliharaan kesehatan ibu hamil,

ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Akses menuju posyandu terjangkau oleh

warga yang tinggal di Kelurahan Mergosono, biasanya warga sering berjalan kaki

untuk menuju posyandu. Dalam pelaksanaan tugas, kader posyandu selalu

didampingi oleh tim dari Puskesmas Arjowinangun, seperti pada pelaksanaan

pada meja IV, apabila kader menemui masalah kesehatan, kader harus

berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada.


Salah satu pelayanan dalam pemeliharaan kesehatan bayi dan balita adalah

imunisasi bayi usia 3-14 bulan. Pelayanan imunisasi di Posyandu tidak dipungut

biaya. Pencataan imunisasi menggunakan Buku Laporan Imunisasi Posyandu,

kemudian dilaporkan ke Puskesmas


45 Arjowinangun. Sebagian besar warga
38

Kelurahan Mergosono mengimunisasikan bayinya di Posyandu, sedangkan

sisanya di Puskesmas, Bidan Praktik Swasta dan Dokter Praktik Swasta.

5.2 Analisis Univariat


Jumah responden yang menjadi sampe dalam penelitian ini sebanyak 37

responden. Berikut adalah gambaran karakteristik responden pada penelitian ini


1. Distribusi responden berdasarkan usia
Distribusi responden berdasarkan usia disajikan dalam tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia di Kelurahan Mergosono Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Usia (Tahun) F %
<20 2 5,4
20-35 33 89,2
35 2 5,4
Total 37 100

Tabel 5.1 menunjukkan data bahwa hampir seluruh responden berusia 20-

35 tahun yaitu sebesar 89,2 %.


2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam

tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Mergosono


Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari
2015
Pendidikan F %
SD 4 10,8
SMP 12 32,4
SMA/SMK 17 45,9
Diploma/Sarjana 4 10,8
Total 37 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir setengah responden berependidikan

SMA/SMK yaitu sebesar 45,9 % (17 responden) dan berpendidikan SMP sebesar

32,4% (12 responden).

3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan


39

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan disajikan dalam tabel 5.3 berikut:


Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Kelurahan Mergosono
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari
2015
Pekerjaan F %
Tidak Bekerja 23 62,2
Wiraswasta 3 8,1
Pegawai Swasta 11 29,7
Total 37 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu

sebesar 62,2% (23 responden).

4. Distribusi balita berdasarkan status imunisasi

Distribusi balita berdasarkan status imunisasi disajikan dalam tabel 5.4

berikut:

Tabel 5.4. Distribusi balita berdasarkan status imunisasi dasar di Kelurahan


Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal 26
Januari 8 Februari 2015
Status Imunisasi Dasar F %
Tidak Lengkap 12 32,4
Lengkap 25 67,6
Total 37 100

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki balita

dengan status imunisasi dasar lengkap yaitu sebesar 67.6% (25 orang) dan hampir

setengah responden memiliki balita dengan status imunisasi dasar tidak lengkap

yaitu sebesar 32,4% (12 orang).

5. Alasan orang tua tidak melengkapi imunisasi dasar anaknya

Alasan orang tua tidak melengkapi imunisasi dasar anaknya disajikan dalam

tabel 5.5 berikut:


Tabel 5.5 Alasan orang tua tidak melengkapi imunisasi dasar anaknya di
Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang
tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
40

Alasan F %
Tempat pelayanan jauh 0 0
Jadwal tidak pas 5 25
Petugas imunisasi tidak hadir 0 0
Ibu sibuk/bekerja 7 35
Anak sedang sakit 4 20
Terlalu lama menunggu 0 0
Tidak ada transportasi 0 0
Tidak ada biaya/biaya tidak 0 0
terjangkau 4 20
Sering pindah rumah
Total 20 100

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa alasan orang tua tersering untuk tidak

melengkapi imunisasi anaknya adalah ibu sibuk/bekerja (7 orang), jadwal tidak

pas (5 orang), anak sedang sakit (4 orang), dan sering pindah rumah (4 orang).

6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan disajikan dalam tabel

5.6 berikut:

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di Kelurahan


Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8
Februari 2015
Tingkat Pengetahuan F %
Kurang 6 16,2
Cukup 13 35,1
Baik 18 48,6
Total 37 100

Tabel 5.6 menunjukkan hampir setengah dari responden memiliki tingkat

pengetahuan yang baik tentang imunisasi, yaitu sebesasr 48,6%.

7. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga disajikan dalam tabel 5.7

berikut:
41

Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga di Kelurahan Mergosono


Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari
2015
Dukungan Keluarga F %
Tidak mendukung 10 27
Mendukung 27 73
Total 37 100

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga responden

mendukung imunisasi, yaitu sebesar 73%.

8. Distribusi Respnden Berdasarkan Kepercayaan

Distribusi responden berdasarkan kepercayaan disajikan dalam tabel 5.8

berikut:

Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga di Kelurahan Mergosono


Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari
2015
Kepercayaan F %
Tidak percaya 3 8,1
Percaya 34 91,9
Total 37 100

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden percaya terhadap

imunisasi, yaitu sebesar 91,9%.

9. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Komunikasi Tenaga

Kesehatan

Tabel 5.9 Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap komunikasi tenaga


kesehatan di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Komunikasi Tenaga Kesehatan F %
Kurang 6 16,2
Cukup 11 29,7
Baik 20 54,1
Total 37 100
42

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

penilaian yang baik terhadap komunikasi tenaga kesehatan, yaitu sebesar 54,1%.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi

Hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi dapat

dilihat pada tabel 5.10

Tabel 5.10 Tabel silang antara pengetahuan ibu dengan satus imunisasi dasar pada
bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang
tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Status Imunisasi
Total
Pengetahuan
Tidak Lengkap Lengkap p value
Ibu
F % F % F %
Kurang 4 66,7 2 33,3 6 100 0,022*
Cukup 5 38,5 8 61,5 13 100 r: 0,375
Baik 3 16,7 15 83,3 18 100
*Uji Spearmans Rho

Tebel 5.10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiiki

pengetahuan kurang, memiliki bayi dengan status imunisasi tidak lengkap, yaitu

sebesar 66,7%. Hampir seuruh responden yang memiiki pengetahuan baik,

memiliki bayi dengan status imunisasi lengkap, yaitu sebesar 83,3%.

Hasil perhitungan dengan uji Spearmans Rho pada faktor pengetahuan

ibu menunjukkan angka p value sebesar 0,022. Angka p value sebesar 0,022 <

(0,05), sehingga H0 ditolak, yakni ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan

status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan


43

Kedungkandang Kota Malang. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,375

menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah.

5.3.2 Hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar pada bayi

Hubungan dukungan keluargadengan status imunisasi dasar pada bayi

dapat dilihat pada tabel 5.11

Tabel 5.11 Tabel silang antara dukungan keluarga dengan satus imunisasi dasar
pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Status Imunisasi
Dukungan Total
Keluarga Tidak Lengkap Lengkap p value
F % F % F %
Tidak 9 90 1 10 10 100 0,000**
mendukung 3 11,1 24 88,9 27 100
Mendukung
**Uji Chi-Square

Tebel 5.11 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden yang

mendapatkan dukungan keluarga, memiliki bayi dengan status imunisasi dasar

lengkap, yaitu sebesar 90%. Hampir seluruh responden yang tidak mendapatkan

dukungan keluarga, memiliki bayi dengan status imunisasi dasar tidak lengkap,

yaitu sebesar 88,9%.

Hasil perhitungan dengan uji Chi-square pada faktor dukungan keluarga

menunjukkan p value sebesar 0,000. Angka p value sebesar 0,000 < (0,05),

sehingga H0 ditolak, yakni ada hubungan antara dukungan keluarga dengan status

imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang

Kota Malang.
44

5.3.3 Hubungan kepercayaan dengan status imunisasi dasar pada bayi

Hubungan kepercayaan dengan status imunisasi dasar pada bayi dapat

dilihat pada tabel 5.12

Tabel 5.12 Tabel silang antara kepercayaan dengan satus imunisasi dasar pada
bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang
tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Status Imunisasi
Total
Kepercayaan Tidak Lengkap Lengkap p value
F % F % F %
Tidak percaya 3 100 0 0 3 100 0,028***
Percaya 9 26,5 25 73,5 34 100
***Uji Fishers Exact

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa seluruh responden yang tidak percaya

terhadap imunisasi, memiliki bayi dengan status imunisasi tidak lengkap, yaitu

sebesar 100%. Sebagian besar responden yang memiiki percaya terhadap

imunisasi, memiliki bayi dengan status imunisasi lengkap, yaitu sebesar 73,5%.

Hasil perhitungan dengan uji Fishers Exact pada faktor kepercayaan

menunjukkan p value sebesar 0,028. Angka p value sebesar 0,028 < (0,05),

sehingga H0 ditolak, yakni ada hubungan antara kepercayaan dengan status

imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang

Kota Malang.

5.3.4 Hubungan komunikasi tenaga kesehatan dengan status imunisasi dasar

pada bayi
45

Hubungan komunikasi tenaga kesehatan dengan status imunisasi dasar

pada bayi dapat dilihat pada tabel 5.13

Tabel 5.13 Tabel silang antara komunikasi tenaga kesehatan dengan satus
imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Status Imunisasi
Komunikasi Total
Tenaga Tidak Lengkap Lengkap p value
Kesehatan
F % F % F %
Kurang 6 100 0 0 6 100 0,000*
Cukup 6 54,5 5 45,5 11 100 r: 0.810
Baik 0 0 20 100 20 100
*Uji Spearmans Rho

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa seluruh responden yang menilai

komunikasi tenaga kesehatan kurang, memiliki bayi dengan status imunisasi tidak

lengkap, yaitu sebesar 100%. Seluruh responden yang menilai komunikasi

tenaga kesehatan baik, memiliki bayi dengan status imunisasi lengkap, yaitu

sebesar 100%.

Hasil perhitungan dengan uji Spearmans Rho pada faktor komunikasi

tenaga kesehatan menunjukkan angka p value sebesar 0,000. Angka p value

sebesar 0,000 < (0,05), sehingga H0 ditolak, yakni ada hubungan antara

komunikasi tenaga kesehatan dengan status imunisasi dasar pada bayi di

Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Nilai korelasi

Spearman sebesar 0,810 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan

kekuatan korelasi yang sangat kuat.


46

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Alasan Orang Tua Tersering untuk Tidak Melengkapi Imunisasi Bayinya

Alasan tersering yang dikemukakan ibu di Kelurahan Mergosono untuk

tidak melengkapi imunisasi bayinya adalah ibu sibuk/bekerja, yaitu sebesar 35%

(7 orang). Hal ini tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan di Poliklinik

Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Jakarta, alasan yang dikemukakan orang tua untuk tidak melengkapi imunisasi

sebagian besar adalah anak sering sakit (misalnya demam dan batuk/pilek), dan

masih ada yang menyatakan karena cemas/takut dan tidak tahu (Juniatiningsih,

2007). Hasil coverage survey pada tahun 2009-2010 yang menyatakan bahwa

alasan terbanyak anak tidak mendapatkan imunisasi adalah karena anak sakit,

yaitu sebesar 20% (Depkes, 2010). Ketidakselarasan ini dapat terjadi berkaitan

dengan keterbatasan penelitian dimana jumlah sampel penelitian lebih sedikit

dibandingkan dengan jumlah sampel dalam penelitian survey.

6.2 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Dasar pada Bayi
47

Hasil perhitungan dengan uji Spearmans Rho pada faktor pengetahuan

ibu menunjukkan angka p value sebesar 0,022. Angka p value sebesar 0,022 <

(0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan

status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang. Pengetahuan merupakan tahap awal di mana

subjek mulai mengenal ide baru serta belajar memahami yang pada akhirnya

dapat mengubah perilaku. Semakin baik pengetahuan ibu tentang pemberian

imunisasi. maka akan memberikan 55


respons yang positif yaitu meningkatkan

kemauan ibu untuk memberikan imunisasi dasar pada bayi. Pada penelitian ini

kekuatan korelasi antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi

adalah lemah. Hal ini didapatkan dari nilai korelasi Spearman sebesar 0,375.
55
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Odusanya pada tahun 2008 di Nigeria yang menunjukkan bahwa pengetahaun ibu

tentang imunisasi (p = 0,006) berhubungan secara signifikan terhadap angka

cakupan imunisasi. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Albertina,et al

(2009), pengetahuan orang tua merupakan satu-satunya variabel yang memiliki

hubungan bermakna dengan kelengkapan imunisasi dasar. Kelompok orang tua

dengan pengetahuan yang baik menunjukkan angka kelengkapan imunisasi dasar

yang lebih tinggi daripada kelompok lainnya.

Terdapat risiko 40,7 kali lebih besar untuk mengimunisasikan bayinya

pada ibu yang pengetahuannya baik tentang imunisasi dibanding dengan

pengetahuannya kurang karena pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya perilaku (Idwar dalam Rizani, 2009). Pengetahuan ibu

mempengaruhi keyakinan dan sikap ibu dalam kepatuhannya terhadap imunisasi.


48

Kepatuhan terhadap perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis

merupakan fungsi dari keyakinan tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan,

persepsi kekebalan, pertimbangan mengenai hambatan atau kerugian (misalnya

biaya dan waktu), serta keuntungan yaitu efektivitas dari anjuran medis tersebut

(Smet dalam Rizani, 2009).

Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku.

Perilaku dapat diubah dengan mengubah pengetahuan dan sikap. Pengetahuan

yang baik dapat mempengaruhi sikap dan terjadinya perubahan perilaku.

Pengetahuan adalah sesuatu yang perlu tetapi pada umumnya tidak cukup satu

faktor dalam mengubah perilaku individu atau kelompok (Gust, 2004). Pendapat

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa tindakan seseorang terhadap masalah

kesehatan pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang

masalah tersebut.

6.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Imunisasi Dasar pada

Bayi

Hasil perhitungan dengan uji Chi-square pada faktor dukungan keluarga

menunjukkan p value sebesar 0,000. Angka p value sebesar 0,000 < (0,05),

sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang. Ibu yang mendapatkan dukungan keluarga berupa

informasi, anjuran, dan pujian tentang imunisasi cenderung memiliki status

imunisasi yang lengkap dibandingkan dengan yang meliliki status imunisasi tidak

lengkap.
49

Hal ini sesuai dengan peneltian Siswandoyo (2003), ibu-ibu yang

didukung keluarga memiliki bayi dengan status imunisasi lengkap (79,6%),

sebaliknya ibu-ibu yang tidak didukung keluarga memiliki bayi status imunisasi

tidak lengkap (12,04%).. Hasil penelitian Khotimah (2010) bahwa berdasarkan

hasil analisis dan uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan peran serta ibu membawa anaknya untuk diimunisasi, diperoleh

p = 0,003. Peran serta membawa anaknya untuk diimunisasi yang baik cenderung

terdapat pada dukungan keluarga baik (73,7%) dibandingkan dengan dukungan

keluarga kurang (36,1%)

Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai

upaya mendapatkan pelayanan kesehatan (Effendi, 1999). Dukungan keluarga

merupakan bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan

keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-

kejadian dalam kehidupan (Friedman, 2003).

Melakukan penyuluhan dan pendekatan persuasif pada keluarga tentang

pentingnya imunisasi pada anak bisa dilakukan oleh petugas kesehatan bekerja

sama dengan kader kesehatan dan perangkat setempat. Hal ini diharapkan dapat

meningkatkan dukungan keluarga terhadap pentingnya imunisasi sehingga

mempengaruhi pengambilan keputusan ibu untuk mengimunisasi anaknya.

Berdasarkan alasan tersering ibu tidak mengimunisasi bayinya adalah ibu

yang bekerja/sibuk. Jika dukungan keluarga baik, hal ini bisa diminimalisir.

Anggota keluarga lain yang mengasuh bayi bisa bertanggungjawab untuk

membawa bayi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan

jadwal.
50

6.4 Hubungan Kepercayaan dengan Status Imunisasi Dasar pada Bayi

Hasil perhitungan dengan uji Fishers Exact pada faktor kepercayaan

menunjukkan p value sebesar 0,028. Angka p value sebesar 0,028 < (0,05),

sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara kepercayaan dengan status

imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang

Kota Malang. Ibu yang memiliki kepercayaan terhadap imunisasi cenderung

memiliki anak dengan status imunisasi lengkap dibandingkan dengan ibu yang

tidak memiliki kepercayaan tentang imunisasi.

Penelitian serupa dilakukan oleh Gust (2004) yang menyatakan bahwa

sikap, kepercayaan, dan perilaku berkontribusi besar pada status imunisasi di

Amerika Serikat. Banyak orang tua pada anak-anak yang diimunisasi lengkap

menunjukkan sikap, kepercayaan, dan perilaku yang sama dan menunjukkan

tingkat imunisasi yang tinggi untuk saat ini.

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis.

Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal gaib, tetapi hanyalah

keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. (Notoatmodjo, 2010). Pada

penelitian ini, terdapat hasil yang sama pada faktor pegetahuan ibu (p=0,022) dan

faktor kepercayaan (p=0,028). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan

bahwa kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

Orang percaya kepada sesuatu dapat disebabkan karena ia mempunyai

pengetahuan tentang itu. Kepercayaan yang tidak didasarkan kepada pengetahuan

yang benar dan lengkap akan menyebabkan kesalahan bertindak (Notoatmodjo,

2010).
51

6.5 Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan dengan Status Imunisasi

Dasar pada Bayi

Hasil perhitungan dengan uji Spearmans Rho pada faktor komunikasi

tenaga kesehatan menunjukkan angka p value sebesar 0,000. Angka p value

sebesar 0,000 < (0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara

komunikasi tenaga kesehatan dengan status imunisasi dasar pada bayi di

Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Nilai korelasi

Spearman sebesar 0,810 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan

kekuatan korelasi yang sangat kuat.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vincent (2003) yang

menyatakan bahwa anak-anak dari orang tua yang mendiskusikan imunisasi

dengan dokter/tenaga kesehatan lebih mungkin untuk diimunisasi daripada

mereka yang tidak mendiskusikan imunisasi dengan dokter/tenaga kesehatan (OR

6,8, 95% CI 2,4-19,2). Peninjauan sistematik dari studi kualitatif yang dilakukan

Mills (2006) pada identifikasi beberapa hambatan dalam mengimunisasi anak-

anak menunjukkan bahwa salah satu hambatannya adalah komunikasi yang buruk.

Davis, et al. (2004) menyatakan bahwa orang tua memerlukan komunikasi

tentang vaksinasi terutama tentang keuntungan dan risiko imunisasi jika tidak

diberikan. Hal tersebut dapat meningkatkan cakupan imunisasi. Analisis yang

dapat dikembangkan peneliti adalah fungsi dan peran profesi kesehatan untuk

menjaga kepatuhan imunisasi sangatlah besar sehingga jika peran edukasi profesi

kesehatan tidak dilaksanakan dengan optimal akan tampak nilai kepatuhan yang

rendah dan penurunan motivasi ibu pada regimen preventif yang panjang ini
52

(Robin, 2004). Kemudian peran konselor yang juga dapat dijalankan dengan

komunikasi terapeutik yang optimal akan menghasilkan tingkat motivasi yang

tinggi bagi ibu untuk mengimunisasi bayinya.

Pedoman untuk berkomunikasi dengan orang tua yang menolak untuk

mengimunnisasi anak mereka telah dipublikasikan. Pedoman tersebut

menganjurkan kepada penyedia layanan kesehatan untuk mendengarkan secara

hati-hati dan penuh hormat terhadap kepedulian orang tua, memberikan

pengetahuan tentang risiko dan manfaat imunisasi sehingga informasi yang salah

atau kesalahpahaman bisa dikoreksi, mengambil langkah-langkah untuk

mengurangi rasa sakit saat penyuntikan, dan mengizinkan jadwal imunisasi yang

meminimalkan suntikan pada satu kunjungan, bekerja sama dengan orang tua

sehingga setiap hambatan keuangan bisa disingkirkan, dan membangun hubungan

hormat dengan orang tua sehingga keputusan orang tua untuk tidak

mengimunisasi anak-anak mereka dapat ditinjau kembali. Dengan membangun

kepercayaaan dan hubungan hormat, orang tua lebih mungkin bisa dipengaruhi

oleh saran-saran dari petugas kesehatan (Diekema, 2005).

Tenaga kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam pencapaian

cakupan imunisasi dasar pada bayi. Komunikasi tenaga kesehatan merupakan

faktor kuat yang berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi. Dengan

melakukan komunikasi yang baik kepada ibu dapat mempengaruhi keputusan

untuk mengimunisasi anak. Dengan berdiskusi tentang imunisasi, dapat

memperbaiki pengetahuan ibu sehingga dapat memberikan kepercayaan yang baik

tentang imunisasi. Tidak hanya berdiskusi dengan ibu, tenaga kesehatan juga

diharapkan berdiskusi dengan anggota keluarga yang lain sehingga meningkatkan


53

dukungan keluarga terhadap imunisasi. Dukungan keluarga yang baik dapat

mempengaruhi keputusan ibu untuk mengimunisasi bayinya.

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian cross sectional tentang faktor yang berhubungan

dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang, didapatkan kesimpulan:

1. Hampir setengah dari responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik

tentang imunisasi, yaitu sebesasr 48,6%.

2. Sebagian besar keluarga responden mendukung imunisasi, yaitu sebesar 73%.

3. Hampir seluruh responden percaya terhadap imunisasi, yaitu sebesar 91,9%.

4. Sebagian besar responden memiliki penilaian yang baik terhadap komunikasi

tenaga kesehatan, yaitu sebesar 54,1%.

5. Faktor pengetahuan ibu berhubungan dengan status imunisasi dasar pada

bayi, dengan p value sebesar 0,022.

6. Faktor dukungan keluarga berhubungan dengan status imunisasi dasar pada

bayi, dengan p value sebesar 0,000.

7. Faktor kepercayaan berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi,

dengan p value sebesar 0,028.


54

8. Faktor komunikasi tenaga kesehatan berhubungan dengan status imunisasi

dasar pada bayi, dengan p value sebesar 0,000.

7.2 Saran

7.2.1 Kepada Tenaga Kesehatan 62

Diharapkan tenaga kesehatan terutama yang bekerja dalam komunitas

seperti di Puskesmas, bisa bekerja sama dengan kader kesehatan dan perangkat

setempat untuk meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan ibu tentang imunisasi

melalui penyuluhan maupun forum diskusi. Tenaga kesehatan, kader, dan

perangkat setempat diharapkan menjalin komunikasi yang baik tidak hanya

kepada ibu yang memiliki bayi/balita, namun juga kepada anggota keluarga yang

lain. Bila anggota keluarga yang lain dilibatkan, diharapkan dapat meningkatkan

dukungan sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi dasar pada bayi.

Masyarakat perlu diberikan motivasi untuk memanfaatkan Puskesmas, Posyandu,

dan tempat pelayanan kesehatan yang terdekat sehingga dapat berpartisipasi

mendukung program imunisasi.

7.2.2 Kepada Masyarakat

Masyarakat khususnya yang memiliki bayi usia 0-12 bulan diharapkan

untuk memanfaatkan Puskesmas, Posyandu, dan tempat pelayanan kesehatan yang

terdekat sehingga dapat berpartisipasi mendukung program imunisasi khususnya

imunisasi dasar pada bayi, sehingga terhindar dari penyakit PD3I.


55

7.2.3 Kepada Peneliti Selanjutnya

Dikarenakan keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian, maka

peneliti memberikan kesempatan pada peneliti selanjutnya yang memiliki

ketertarikan pada topik yang sama untuk meneliti faktor-faktor lain yang

mempengaruhi status imunisasi dasar pada bayi seperti masalah mutu, kerjasama

lintas sektor, sistim survailans, dan sistim pencatatan

DAFTAR PUSTAKA

Albertina, et al 2009, Kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan faktor-faktor


yang berhubungan di poliklinik anak beberapa rumah sakit di jakarta dan
sekitarnya bulan maret 2008, Sari Pediatri, vol. 11, no.1, pp. 1-7.

Anderson, et al, 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.
Jakarta: EGC

Aziz, Alimul, 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk pendidikan


Kebidanan. Jakarta: SalembaMedika

Dalal, A, Silveira, M, 2005, Indian Pediatrics, vol.42, pp. 401

Davis TC, et al 2004, Childhood vaccine risk/benefit communication among


public health clinics: A time- motion study, Public Health Nursing, vol.
22, no. 3, pp. 228-236.

Depkes, 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


482/Menkes/SK/IV/2010 Tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional
Universal Child Immunization 2010-2014. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.

Diekema, DS, et al 2005, Responding to parental refusals of immunization of


children, Pediatrics, vol. 115, pp. 1428-1431.

Effendi, N. 1999. Perawat Kesehatan Masyarakat.Yogyakarta: EGC.

Friedman, 2003. Family Nursing Research, Theory and Practice. New Jersey:
Prentice Hall.

Ghazali, et al, 2008. Studi cross-sectional. Dalam Sastroasmoro, S. & Ismael, S.


Dasar-dasar
Metodologi penelitian klinis.(3rd Ed). Jakarta :Sagung Seto
56

Gust DA, et al. 2004, Underimmunization among children: effect of vaccine


safety concerns on immunization status, Pediatrics, vol. 114, no. 1, pp.
16-22.

IDAI, 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan


Dokter Anak Indonesia

Juniatiningsih, A, Soedibyo, S 2007, Profil status imunisasi dasar balita di


Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta, Sari Pediatri, vol. 9, no. 2, pp. 121-126.

Khotimah, NN, Rusnelly 2010, Faktor-faktor yang berhubungan dengan peran


serta ibu membawa anaknya untuk diimunisasi di Desa Sugih Waras
Kecamatan Rambang Kabupaten64 Muaraenim Tahun 2008, Ilimah, vol. 3,
no. 1, pp. 15-21.

Marimbi, Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar
pada Balita. Jogjakarta: Nuha Medika.

Marlia, 2006, Faktor-Faktor yang berhubungan dengan status kelengkapan


imunisasi dasar pada balita di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya
Kabupaten Ogan Ilir, Skripsi.

Mills E, et al 2005, Systematic review of qualitative studies exploring parental


beliefs and attitudes toward childhood vaccination identifies common
barrier to vaccination, Journal of Clinical epidemiology, vol. 58, no. 11,
pp. 1081-1088.

Mulyana, D, 2007. Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Ningrum, EP, Sulastri 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kelengkapan


Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten
Boyolali, Berita Ilmu Keperawatan, vol. 1, no.1, pp. 7-12.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan perilaku. Jakarta: RinekaCipta.

______2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: RinekaCipta,

______2010.Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.

______2012.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.


Odusanya, OO, et al 2008, Determinants of vaccination coverage in rural
Nigeria, BMC Public Health, vol. 8, pp. 381.

Proverati, A. 2010. Imunisasi Dan Vaksin. Yogyakarta: Medika Pressindo


57

Rizani, A, et al 2009, Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam


pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di Kota Banjarmasin, Berita
Kedokteran Masyarakat, vol. 25, no. 1, pp. 12-20.

Robin, DM 2004, Variations in patients' adherence to medical recommendations:


a
quantitative review of 50 years of research, Medical Care, vol. 42, no. 3,
pp. 200-209.

Setiadi, E, 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Sarwono, Sarlito W , 2003. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi


Sosial. Jakarta: Refika Aditama.

Setiadi, 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga Edisi 1. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Siswandoyo, Putro, G 2003, Beberapa faktor yang berhubungan dengan status


kelengkapan imunisasi Hepatitis B pada bayi di Puskesmas Lanjas
Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Medika, vol. 4, pp. 251-
257.

Sudiharto, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC.

United Nation Development Programme (UNDP). 2008. Human Development


Report Statistic.

Vincent, JG, et al 2003, Factors influencing childhood influenza immunization,


CMAJ, vol. 168, no. 1, pp. 39-41.

WHO. 2008. Progress towards global immunization goals 2007: Key


indicators. Geneva: WHO.

Anda mungkin juga menyukai