Imunisasi
Imunisasi
PENELITIAN
OLEH:
MARET 2015
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah
1. dr. Aman Ardjito, S.KM selaku Ketua STIKES Maharani Malang yang telah
penelitian ini.
5. Drg. Tri Wahyu H., selaku Kepala Puskesmas Arjowinangun Kota Malang
8. Kedua Orang Tua yang telah banyak memberi dukungan hingga dapat
selesai.
kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bermanfaat sangat
penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
Penulis
ABSTRAK
ABSTRACT
health care providers dealing with the status of primary infant immunization in
Mergosono Village of Malang. Recommendation of this study is health care
providers work closely with local cadres and local government in order to provide
counseling, discussions, and establish good communication with both mother and
her family.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK.. iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
HALAMAN DAFTAR ISI vii
HALAMAN DAFTAR TABEL. x
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian . 5
1.3.1 Tujuan Umum . 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis . 6
1.4.2 Manfaat Praktis .. 6
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Alasan Orang Tua Tersering Untuk Tidak Melengkapi
Imunisasi Anaknya .. 55
6.2 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Dasar
Pada Bayi . 55
6.3 Hubungan Dukungan Keluarga Status Imunisasi Dasar Pada
Bayi .. 57
6.4 Hubungan Kepercayaan dengan Status Imunisasi Dasar Pada
Bayi .. 58
6.5 Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan dengan Status
Imunisasi Dasar Pada Bayi... 59
BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan .. 62
7.2 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi.. 16
Tabel 4.1Definisi operasional faktor-faktor yang mempengaruhi status
imunisasi dasar pada bayi..... 39
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia di Kelurahan Mergosono
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari
8 Februari 2015. 46
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di
Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015... 47
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Kelurahan
Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal
26 Januari 8 Februari 2015. 47
Tabel 5.4 Distribusi balita berdasarkan status imunisasi dasar di Kelurahan
Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tanggal
26 Januari 8 Februari 2015... 48
Tabel 5.5 Alasan orang tua tidak melengkapi imunisasi dasar anaknya di
Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar3.1 Kerangka konsep penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi status imunisasi dasar pada
bayi.. 34
Gambar 4.1 Kerangka kerja faktor-faktor yang berhubungan dengan
status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono
Kota Malang 44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
hidup sumber daya manusia yang prima. Untuk itu kita bertumpu pada generasi
muda yang memerlukan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang dapat
menurunkan 2/3 angka kematian anak di bawah usia lima tahun dari tahun 1990
sampai 2015. Indikator yang digunakan terkait hal tersebut adalah angka kematian
balita, angka kematian bayi dan cakupan pencapaian imunisasi campak pada anak
tahun 1974 dengan tujuh penyakit target yaitu difteri, tetanus, pertusis, polio,
tahun 1977 (Albertina et al, 2009). Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5
tahun meninggal setiap tahun. Sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat
dasar yang tidak lengkappada sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang
akibat PD3I adalah dalam 1 tahun adalah tidak kurang 1000 balita meninggal
2
karena polio, 4000 anak meninggal karena dhipteria, 294.000 karena pertussis,
akibat PD3I. Oleh karena itu salah satu program yang telah terbukti efektif untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I adalah imunisasi. Hal ini
dari angka cakupan imunisasi campak (WHO, 2008). Hal itu dikarenakan campak
adalah imunisasi yang terakhir untuk imunisasi dasar dan merupakan imunisasi
yang cukup jauh jaraknya dari imunisasi sebelumnya (yaitu polio 4 pada usia 4
bulan dan campak pada usia 9 bulan) sehingga dapat menjadi indikator
target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi dasar lengkap
minimal 80% secara merata pada bayi di 100% Desa/Kelurahan pada tahun 2010,
jadi setiap desa harus mencapai UCI yaitu cakupan imunisasi dasar bayi lengkap
minimal 80%. Pencapaian Desa/Kelurahan UCI tahun 2008 baru mencapai 68,2%,
padahal target nasional pada tahun 2014 ialah 100% UCI desa/kelurahan, artinya
pada akhir tahun 2014 seluruh desa/kelurahan harus sudah mencapai UCI.
mencapai UCI desa/kelurahan 95% pada tahun 2013 (Depkes RI, 2010).
Upaya imunisasi di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai tingkat yang
diketahui bahwa pada dua tahun terakhir cakupan imunisasi dan kualitas vaksinasi
3
ditemukannya kembali kasus polio dan difteria di negara kita. Tiga ratus enam
orang anak menderita poliomyelitis pada periode Mei 2005 sampai dengan
Februari 2006 sebagai akibat cakupan vaksinasi polio yang menurun di daerah
Cidahu Sukabumi. Angka kejadian difteria yang masih tinggi pada tahun 2000
ditemukan 1036 kasus dan 174 kasus pada tahun 2007 merupakan bukti bahwa
vaksinansi DPT tidak merata. Keadaan yang memprihatinkan ini ditambah lagi
dengan maraknya kampanye anti vaksin yang disuarakan oleh kelompok tertentu.
dari target UCI 100% pada tahun 2014. Pencapaian UCI desa/kelurahan yang
paling rendah di Kota Malang pada tahun 2014 adalah Kelurahan Mergosono
Dalal pada tahun 2005 di Goa India mendapatkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya cakupan imunisasi dasar (1 dosis BCG, 3 dosis OPV dan
DPT, setra 1 dosis campak pada akhir usia 12 bulan) pada anak usia 12-23 bulan
pendidikan orag tua dan status sosioekonomi serta banyaknya jumlah anggota
keluarga. Status imunisasi anak dipengaruhi oleh perilaku orang tua sebagai orang
yang bertanggung jawab atas kesehatan dan masa depan anaknya, perilaku
meliputi beberapa hal, salah satunya yang disampaikan oleh Suparyanto (2011)
pendidikan. Para peneliti juga telah melakukan riset tentang faktor yang
imunisasi dasar, sedangkan tingkat pendidikan dan jarak rumah tidak mempunyai
oleh Albertina (2009) tentang kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan
dan sekitarnya pada bulan Maret 2008 di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
faktor pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan sikap orang tua tidak
dan memperbaiki tingkat kepatuhan seperti teori Health belief model, teori
yang terkandung dalam model teori yang terkait dengan kepatuhan tersebut
dukungan sosial).
5
Mergosono Kota Malang dimana cakupan UCI tahun 2013 hanya mencapai 62%.
1.2 Rumusan Masalah
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi status imunisasi dasar pada bayi
pada bayi usia 12-23 bulan di Kelurahan Mergosono Kota Malang tahun
2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi faktor pengetahuan ibu terhadap status imunisasi dasar
pada bayi
1.3.2.2 Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap status imunisasi dasar pada
bayi
1.3.2.3 Mengidentifikasi faktor kepercayaan terhadap status imunisasi dasar pada
bayi
yang dapat dicegah dengan imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11
bulan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Imunisasi
2.1.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti untuk
suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak. Kebanyakan dari
penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan
seorang anak.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi
sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif
1. Pada bayi dan anak yang sehat, tidak boleh diberikan pada mereka yang :
- Sedang sakit
7
3. Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa
kadaluarsa.
6. Mengetahui jadwal vaksinasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang
tepat.
(Depkes, 2000)
(2010), yang diwajibkan oleh pemerintah. Imunisasi dasar atau PPI (Program
awal penyakit ini adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar
keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri
pada dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain tergantung organ yang diserang.
Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah terinfeksi terjadi respon imunitas selular
paha kanan atas dengan dosi 0,1 ml untuk anak diatas 1 tahun, pada bayi baru
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini
menbentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
h. Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
Pembentukkan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena
penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan
merusak hati. Penyebaran penyakit ini terutama melalui suntikan yang tidak aman,
dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada
anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah,
gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi
pucat, warna kuning bisa terkihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa
menjadi kronis dan menimbulkan Cirrosis hepatic yakni kanker hati dan
menimbulkan kematian.
c. Vaksin
Vaksin ini terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang dinamakan HbsAg, yang
bayi lahir. Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis
berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan
selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah
lahir.
g. Efek Samping
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat penyuntikkan
dan sistematis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pernafasan).
3. Imunisasi DPT
a. Tujuan
Imunisasi DPT bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu
2010).
b. Kriteria Penyakit
1. Difteri
Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae.
Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit
ini adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan, dan demam ringan. Dalam
dua sampai tiga hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan
berakibat kematian.
2. Pertusis
Adalah penyakit pada saluran pernafasan yang dapat disebabkan oleh bakteri
Bordettela pertusis. Penyebarannya melalui tetesan kecil yang keluar dari batuk
dan bersin. Gejalanya adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan
yang lama kelamaan batukmenjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang
cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat
menyebabkan kematian.
3. Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan
dalam. Gejala awal penyakit ini adalah kaku otot pada rahang, disetai kaku pada
11
leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Gejala
pada usia 2 bulan, DPT 2 diberikan pada usia 3 bulan, DPT 3 diberikan pada usia
4 bulan selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Ulangan booster diberikan 1
diberikan di paha tengah luar atau subcutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
f. Kontraindikasi
Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak riwayat kejang komplek. Juga
tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk rejan dalam tahap awal pada
4. Imunisasi Polio
a. Tujuan
Imunisasi polio bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis (Proverati,
2010).
b. Kriteria penyakit
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga
virus yang berhubungan yaitu virus polio 1, 2, 3. Secara klinis penyakit polio
adalah dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut. Penyebarannya
demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian
bisa tejadi jika otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
c. Vaksin
Vaksin polio ada dua jenis yaitu :
1. Inactivated polio vaccine (IPV= vaksin salk) mengandung virus polio yang
2 tetes (0,1 ml) langsung ke dalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok
menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya
sedang menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
g. Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis
droplet bersin dan batuk dari penderita. Gejala awal penyakit ini adalah demam,
bercak kemerahan, batuk, pilek dan mata merah. Selanjutnya timbul ruam pada
muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi
13
campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran nafas
(pneumonia).
c. Vaksin
Vaksin dari virus hidup (CAM 70-chick chorioallantonik membrane) yang
d. Waktu pemberian
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan oleh karena masih ada antibodi
yang diperoleh dari ibu. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6
secara subcutan (SC) dengan dosis 0,5 ml. Sebelum disuntikkan, vaksin campak
terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia berisi 5 ml
pelarut aquades.
f. Kontraindikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh diberikan pada orang yang
vaksinasi.
Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
pada minimal 80% bayi di suatu wilayah. Gerakan Akselerasi Imuninasi Nasional
desa/kelurahan pada tahun 2014 melalui suatu gerakan yang dilaksanakan oleh
pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat dan berbagai pihak terkait secara
didasarkan hasil analisa setempat dan didukung berbagai pihak terkait termasuk
Tahun 2010 hingga Tahun 2014 sehingga penyakit yang dapat dicegah dengan
b. Tujuan Khusus
1. Tersedianya sumber daya pendukung yang memadai termasuk Nakes
untuk melaksanakan kegiatan imunisasi dasar lengkap pada bayi 0-11 bulan.
2. Terselenggaranya kegiatan imunisasi dasar lengkap pada usia 0-11 bulan di
minimal 90%
4. Tercapainya penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunissi
untuk kuantitas dan kualitas guna mendukung imunisasi pada bayi 0-11 bulan.
2. Tersedianya dukungan politis dan komitmen share holders/stake holders di
bersumber APBD dan sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan.
3. Terselanggaranya peningkatan kunjungan ibu dan bayi pada kegiatan
1. Pemantapan peran dan fungsi antara Pemerintah Pusat, Daerah, dan stake
secara berenjang mulai dari tingkat Pusat hingga ke tingkat daerah dan
pengguna.
4. Peningkatan peran serta masyarakat untuk kegiatan imunisasi.
5. Pemantapan mutu pelayanan Imunisasi berdasarkan Norma Standar Prosedur
cakupan rendah (daerah kantong), rawan social, rawan penyakit (KLB) dan
daerah-daerah sulit.
(Depkes, 2010)
2.2.6 Strategi
1. Meningkatkan kemampuan dan kinerja tenaga kesehatan baik pengelola di
kegiatan imunisasi.
4. Meningkatkan manajemen kegiatan imunisasi termasuk PWS dan pencatatan
wilayah/ daerah/ desa yang sudah mencapai UCI Desa di tahun sebelumnya.
7. Meningkatkan pelayanan imunisasi guna meningkatkan cakupan UCI di
2014 yang menyebutkan bahwa salah satu kegiatan imunisasi adaah pencapaian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
masyarakat dari yang positif menjadi lebih positif, selain itu pengetahuan juga
diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang terjadi setelah
banyak pengetaahuan
18
a. Tahu (Know)
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangannya yang telah diterima. Oleh sebab
b. Memahami (comprehension)
benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mrnggunkan materi yang telah
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
imunisasi dapat dilihat dari seseorang mengingat tentang pengertian imunisasi dan
sebagai berikut :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan bahkan mungkin sebelum
berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
20
baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagi prinsip
orang lain yang menerima dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan
pengalaman yang pernah diperoleh. Sekarang cara yang digunakan atau disebut
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umunya makin
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
Wawan&Dewi (2010), usia a kcdalah umur individu yang terhitung mulai saat
yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan
merupaakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang
kebudayaan dapat ditinjau secara umum . Menurut Setiadi, (2010) budaya adalah
bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa dan rasa, kata
budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta budhayah, yaitu bentuk jamak
dari buddhi yang berarti budi atau akal . Dalam bahasa Inggris kata budaya
berasal dari kata culture . Dengan demikian kebudayaan berarti hal hal yang
culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan
mengubah alam .
Menurut E.B. Taylor dalam Setiadi,(2010) budaya adalah suatu
keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang
mana peraturan yang dianggap baik untuk menjaga kebutuhan dan keselamatan
hidup, adat istiadat dan tradisi- tradisi hidup yang dipakai turun-temurun.
(Soekanto,2005)
Masalah sosial tidak sama antara masyarakat yang satu dengan yang lainya
penyebab penyakit dan stress, pengobatan penyakit, perilaku koping yang tepat
dapat diterima dan sesuai dengan budaya masyarakat yang menerima pelayanan.
mereka. Hal ini meliputi status kesehatan dan sumber yang dapat membantu
kesehatan
b. Kepercayaan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan di
beberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun, karena
yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut
amoral, artinya manusia tidak memiliki nilai positif dimata manusia lainya.
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut
usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.
Bailon dan Maglaya dalam Setiadi (2008) menyatakan, bahwa keluarga adalah
dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau
adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama
budaya.
Sudiharto (2007), menyatakan setiap anggota keluarga mempunyai
struktur peran formal dan informal, misalnya ayah mempunyai peran formal
keluarga memiliki bayi dengan status imunisasi lengkap (79,6%), sebaliknya ibu-
ibu yang tidak didukung keluarga memiliki bayi status imunisasi tidak lengkap
yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya mendapatkan pelayanan kesehatan.
25
pentingnya imunisasi anak yang bekerja sama dengan perangkat desa dan petugas
Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal gaib, tetapi hanyalah
keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan sering dapat bersifat
terhadap sesuatu tersebut masuk akal. Orang percaya bahwa dokter pasti dapat
mempercayakan air putih yang diberi mantera oleh seorang dukun bisa
Hal ini bahwa orang percaya kepada sesuatu dapat disebabkan karena ia
(Notoatmodjo, 2010).
2.5 Konsep Komunikasi
26
bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi
perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara/bunyi atau
diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain tersebut merespons
atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan stimulus. Oleh sebab
itu reaksi atau respons, baik dalam bentuk bahasa maupun simbol-simbol ini
menggunakan stimulus atau respons dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun
(Notoatmodjo, 2007).
2.5.2 Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi
pihak lain.
5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
seperti berikut.
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang
lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang
disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat
isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan
itu sendiri.
4. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan
atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
28
Situasi
Karakteristik Ibu
- Tempat pelayanan
- Usia imunisasi jauh
- Pekerjaan - Jadwal pemberian
- Pendidikan
PendapatanIbu Pengetahuan Ibu
imunisasi tidak tidak tepat
- Jumlah anak - Ketidakhadiran petugas
imunisasi
Komunikasi Tenaga
Status Imunisasi Dasar - Orang tua sibuk
Kesehatan pada Bayi - Kurangnya
Kualitas vaksin
Pelayanan Imunisasi
- - Penerapan
Anak sakit desntralisasi
- Dukungan Keluarga - belum
Biaya tidak terjangkau
berjalan
-- Kepercayaan
Dukungan Tokoh - Terlalu lama
- Kurangnya dana menunggu
masyarakat operasional imunisasi rutin
- Keterangan:
Dukungan Kader - Kurangnya koordinasi lintas
- Dukungan : Yang diteliti sektor
Tetangga/Kerabat : Yang tidak diteliti - Keterlambatan
pendidtribusian vaksin
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian analisis faktor-faktor- yang berhubungan
Kekurangan jumlah,
dengan status imunisasi dasar pada bayi kualitas & distribusi SDM
3.2 Hipotesis - Sistem survailans kurang
3.2.1 Faktor Pengetahuan Ibu
terintegrasi
H1: Faktor pengetahuan mempengaruhi status imunisasi dasar pada bayi
dll
di Kelurahan Mergosono34Kota Malang.
H0: Faktor pengetahuan ibu tidak mempengaruhi status imunisasi dasar
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
potong lintang (cross sectional). Oleh karena itu data untuk tiap variable diambil
hanya satu kali dan dalam waktu yang sama. Pada penelitian cross sectional peneliti
mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel terikat (efek)
dengan melakukan pengukuran sesaat. Jadi pada penelitian ini tidak ada tindak lanjut
Melakukan analisis.
4.2.1 Populasi
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
adalah penelitian populasi (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 12-23 bulan di Kelurahan
4.2.2 Sampel
30
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(2010), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika
subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau
lebih. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai bayi usia
1. Ibu dari anak berusia 12-23 bulan yang tinggal di Kelurahan Mergosono Kota
Malang.
a. Variabel independen
b. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status imunisasi dasar pada
bayi.
Asmoro, 2011). Definisi operasional dalam penelitian ini ada pada tabel 4.1 :
untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang hal-hal
yang diketahui. Bentuk atau jenis pertanyaan tertutup dan diisi pada kuesioner
Sedangkan untuk memperoleh data tentang status imunisasi dasar pada bayi
berdasarkan kriteria-kriteria.
3) Menjelaskan maksud dan yujuan prosedur kerja kepada responden
4) Minta persetujuan ibu untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani
inform consent
b. Pelaksanaan
1) Memberikan kuesioner pada responden untuk memperoleh data
2) Mencatat hasil jawaban dari responden
berikut:
33
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
3. Memasukkan data (data entry) atau processing
Setelah diedit dan dikoding, data diproses melalui program komputer yaitu
koreksi.
dalam bentuk tabel dan narasi. Tiap variabel diinterpretasikan secara kuantitatif.
2. Analisa Bivariat
adalah uji Chi square, sedangkan variable independen yang bersakala ordinal, uji
diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan anatara faktor pengetahuan,
pengaruh social budaya, komunikasi tenaga kesehatan, dan situasi dengan status
pengaruh social budaya, komunikasi tenaga kesehatan, dan situasi dengan status
Kepala Puskesmas Arjowinangun serta pihak terkait dan peneliti lebih dulu
menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian ini kepada responden, dengan
demikian responden tidak merasa dirugikan apabila terkait dalam penelitian ini.
yang akan terjadi selama pengumpulan data, dan responden bersedia untuk diteliti,
4.8.2 Anonimity
35
4.8.3 Confidentiality
4.8.4 Beneficience
tentang imunisasi, mendapatkan kepuasan karena dapat berpartisipasi dan keluar dari
rutinitasnya dan kepuasan karena dapat membantu orang lain dari hasil penelitian ini
4.8.5 Justice
Keadilan bagi responden penelitian ini dapat berupa perlakuan yang sama dan
hak untuk dijaga kerahasiannya. Perlakuan yang diharapkan sebagai bentuk keadilan
a. Pemilihan responden yang adil dan dipilih berdasarkan tujuan penelitian, bukan
b. Tidak ada perilaku yang memberatkan jika responden mengundurkan diri dari
klarifikasi.
Populasi
Ibu-ibu yang memiliki bayi usia 12-23 bulan di Kelurahan Megosono
Kota Malang berjumlah 372 orang
Teknik sampling:
Cluster Random sampling
Sampel
Ibu-ibu yang memiliki bayi usia 12-23 bulan di
Kelurahan Megosono Kota Malang berjumlah 37 orang
Pengumpulan data kuesioner
Analisa Data
Uji Spearman rank
Uji Chi square
Penarikan Kesimpulan
P value > 0,05 maka Ho diterima, tidak ada hubungan
P value <Gambar 4.1 Kerangka
0,05 maka Ho ditolak,kerja
ada analisis
hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan status
imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang
BAB 5
37
HASIL PENELITIAN
terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dan 79 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan
Malang, sebelah Timur kota Malang dan berjarak kurang lebih 4 km dari
Kelurahan Mergosono.
Kelurahan Mergosono mempunyai 19 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
diadakan setiap satu bulan dengan hari dan minggu yang berbeda-beda di tiap
pemeliharaan kesehatan bayi dan balita serta pemeliharaan kesehatan ibu hamil,
ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Akses menuju posyandu terjangkau oleh
warga yang tinggal di Kelurahan Mergosono, biasanya warga sering berjalan kaki
pada meja IV, apabila kader menemui masalah kesehatan, kader harus
imunisasi bayi usia 3-14 bulan. Pelayanan imunisasi di Posyandu tidak dipungut
Tabel 5.1 menunjukkan data bahwa hampir seluruh responden berusia 20-
SMA/SMK yaitu sebesar 45,9 % (17 responden) dan berpendidikan SMP sebesar
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu
berikut:
dengan status imunisasi dasar lengkap yaitu sebesar 67.6% (25 orang) dan hampir
setengah responden memiliki balita dengan status imunisasi dasar tidak lengkap
Alasan orang tua tidak melengkapi imunisasi dasar anaknya disajikan dalam
Alasan F %
Tempat pelayanan jauh 0 0
Jadwal tidak pas 5 25
Petugas imunisasi tidak hadir 0 0
Ibu sibuk/bekerja 7 35
Anak sedang sakit 4 20
Terlalu lama menunggu 0 0
Tidak ada transportasi 0 0
Tidak ada biaya/biaya tidak 0 0
terjangkau 4 20
Sering pindah rumah
Total 20 100
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa alasan orang tua tersering untuk tidak
pas (5 orang), anak sedang sakit (4 orang), dan sering pindah rumah (4 orang).
5.6 berikut:
berikut:
41
berikut:
Kesehatan
penilaian yang baik terhadap komunikasi tenaga kesehatan, yaitu sebesar 54,1%.
5.3.1 Hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi
Hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi dapat
Tabel 5.10 Tabel silang antara pengetahuan ibu dengan satus imunisasi dasar pada
bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang
tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Status Imunisasi
Total
Pengetahuan
Tidak Lengkap Lengkap p value
Ibu
F % F % F %
Kurang 4 66,7 2 33,3 6 100 0,022*
Cukup 5 38,5 8 61,5 13 100 r: 0,375
Baik 3 16,7 15 83,3 18 100
*Uji Spearmans Rho
pengetahuan kurang, memiliki bayi dengan status imunisasi tidak lengkap, yaitu
ibu menunjukkan angka p value sebesar 0,022. Angka p value sebesar 0,022 <
(0,05), sehingga H0 ditolak, yakni ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah.
5.3.2 Hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar pada bayi
Tabel 5.11 Tabel silang antara dukungan keluarga dengan satus imunisasi dasar
pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Status Imunisasi
Dukungan Total
Keluarga Tidak Lengkap Lengkap p value
F % F % F %
Tidak 9 90 1 10 10 100 0,000**
mendukung 3 11,1 24 88,9 27 100
Mendukung
**Uji Chi-Square
lengkap, yaitu sebesar 90%. Hampir seluruh responden yang tidak mendapatkan
dukungan keluarga, memiliki bayi dengan status imunisasi dasar tidak lengkap,
menunjukkan p value sebesar 0,000. Angka p value sebesar 0,000 < (0,05),
sehingga H0 ditolak, yakni ada hubungan antara dukungan keluarga dengan status
Kota Malang.
44
Tabel 5.12 Tabel silang antara kepercayaan dengan satus imunisasi dasar pada
bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang
tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Status Imunisasi
Total
Kepercayaan Tidak Lengkap Lengkap p value
F % F % F %
Tidak percaya 3 100 0 0 3 100 0,028***
Percaya 9 26,5 25 73,5 34 100
***Uji Fishers Exact
terhadap imunisasi, memiliki bayi dengan status imunisasi tidak lengkap, yaitu
imunisasi, memiliki bayi dengan status imunisasi lengkap, yaitu sebesar 73,5%.
menunjukkan p value sebesar 0,028. Angka p value sebesar 0,028 < (0,05),
Kota Malang.
pada bayi
45
Tabel 5.13 Tabel silang antara komunikasi tenaga kesehatan dengan satus
imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang tanggal 26 Januari 8 Februari 2015
Status Imunisasi
Komunikasi Total
Tenaga Tidak Lengkap Lengkap p value
Kesehatan
F % F % F %
Kurang 6 100 0 0 6 100 0,000*
Cukup 6 54,5 5 45,5 11 100 r: 0.810
Baik 0 0 20 100 20 100
*Uji Spearmans Rho
komunikasi tenaga kesehatan kurang, memiliki bayi dengan status imunisasi tidak
tenaga kesehatan baik, memiliki bayi dengan status imunisasi lengkap, yaitu
sebesar 100%.
sebesar 0,000 < (0,05), sehingga H0 ditolak, yakni ada hubungan antara
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Alasan Orang Tua Tersering untuk Tidak Melengkapi Imunisasi Bayinya
tidak melengkapi imunisasi bayinya adalah ibu sibuk/bekerja, yaitu sebesar 35%
(7 orang). Hal ini tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan di Poliklinik
Jakarta, alasan yang dikemukakan orang tua untuk tidak melengkapi imunisasi
sebagian besar adalah anak sering sakit (misalnya demam dan batuk/pilek), dan
masih ada yang menyatakan karena cemas/takut dan tidak tahu (Juniatiningsih,
2007). Hasil coverage survey pada tahun 2009-2010 yang menyatakan bahwa
alasan terbanyak anak tidak mendapatkan imunisasi adalah karena anak sakit,
yaitu sebesar 20% (Depkes, 2010). Ketidakselarasan ini dapat terjadi berkaitan
6.2 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Dasar pada Bayi
47
ibu menunjukkan angka p value sebesar 0,022. Angka p value sebesar 0,022 <
(0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
subjek mulai mengenal ide baru serta belajar memahami yang pada akhirnya
kemauan ibu untuk memberikan imunisasi dasar pada bayi. Pada penelitian ini
kekuatan korelasi antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi
adalah lemah. Hal ini didapatkan dari nilai korelasi Spearman sebesar 0,375.
55
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Odusanya pada tahun 2008 di Nigeria yang menunjukkan bahwa pengetahaun ibu
penting untuk terbentuknya perilaku (Idwar dalam Rizani, 2009). Pengetahuan ibu
biaya dan waktu), serta keuntungan yaitu efektivitas dari anjuran medis tersebut
Pengetahuan adalah sesuatu yang perlu tetapi pada umumnya tidak cukup satu
faktor dalam mengubah perilaku individu atau kelompok (Gust, 2004). Pendapat
masalah tersebut.
Bayi
menunjukkan p value sebesar 0,000. Angka p value sebesar 0,000 < (0,05),
imunisasi yang lengkap dibandingkan dengan yang meliliki status imunisasi tidak
lengkap.
49
sebaliknya ibu-ibu yang tidak didukung keluarga memiliki bayi status imunisasi
hasil analisis dan uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan peran serta ibu membawa anaknya untuk diimunisasi, diperoleh
p = 0,003. Peran serta membawa anaknya untuk diimunisasi yang baik cenderung
merupakan bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan
pentingnya imunisasi pada anak bisa dilakukan oleh petugas kesehatan bekerja
sama dengan kader kesehatan dan perangkat setempat. Hal ini diharapkan dapat
yang bekerja/sibuk. Jika dukungan keluarga baik, hal ini bisa diminimalisir.
jadwal.
50
menunjukkan p value sebesar 0,028. Angka p value sebesar 0,028 < (0,05),
memiliki anak dengan status imunisasi lengkap dibandingkan dengan ibu yang
Amerika Serikat. Banyak orang tua pada anak-anak yang diimunisasi lengkap
Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal gaib, tetapi hanyalah
keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. (Notoatmodjo, 2010). Pada
penelitian ini, terdapat hasil yang sama pada faktor pegetahuan ibu (p=0,022) dan
faktor kepercayaan (p=0,028). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan
2010).
51
sebesar 0,000 < (0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vincent (2003) yang
6,8, 95% CI 2,4-19,2). Peninjauan sistematik dari studi kualitatif yang dilakukan
anak menunjukkan bahwa salah satu hambatannya adalah komunikasi yang buruk.
tentang vaksinasi terutama tentang keuntungan dan risiko imunisasi jika tidak
dapat dikembangkan peneliti adalah fungsi dan peran profesi kesehatan untuk
menjaga kepatuhan imunisasi sangatlah besar sehingga jika peran edukasi profesi
kesehatan tidak dilaksanakan dengan optimal akan tampak nilai kepatuhan yang
rendah dan penurunan motivasi ibu pada regimen preventif yang panjang ini
52
(Robin, 2004). Kemudian peran konselor yang juga dapat dijalankan dengan
pengetahuan tentang risiko dan manfaat imunisasi sehingga informasi yang salah
mengurangi rasa sakit saat penyuntikan, dan mengizinkan jadwal imunisasi yang
meminimalkan suntikan pada satu kunjungan, bekerja sama dengan orang tua
hormat dengan orang tua sehingga keputusan orang tua untuk tidak
kepercayaaan dan hubungan hormat, orang tua lebih mungkin bisa dipengaruhi
faktor kuat yang berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi. Dengan
tentang imunisasi. Tidak hanya berdiskusi dengan ibu, tenaga kesehatan juga
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
seperti di Puskesmas, bisa bekerja sama dengan kader kesehatan dan perangkat
kepada ibu yang memiliki bayi/balita, namun juga kepada anggota keluarga yang
lain. Bila anggota keluarga yang lain dilibatkan, diharapkan dapat meningkatkan
ketertarikan pada topik yang sama untuk meneliti faktor-faktor lain yang
mempengaruhi status imunisasi dasar pada bayi seperti masalah mutu, kerjasama
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, et al, 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.
Jakarta: EGC
Friedman, 2003. Family Nursing Research, Theory and Practice. New Jersey:
Prentice Hall.
Marimbi, Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar
pada Balita. Jogjakarta: Nuha Medika.