PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut Usia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang
Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu Data Susenas BPS 2012
kelamin perempuan.
1
Pada lanjut usia kondisi dan fungsi tubuh pun semakin menurun
sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane
dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14, yaitu immobility (kurang
bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual
impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi),
penyakit gangguan ketika akan tidur malam (insomnia) ,hipertensi dan juga
2
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia; tidur merupakan sebuah
proses biologis yang umum pada semua orang. Tidur dianggap sebagai
2010).
Lansia tidur sekitar 6 jam setiap malam. Sekitar 20% smpai 25% tidur
berupa tidur REM. Tidur tahap IV menurun dengan mencolok dan pada
beberapa keadaan, tidak terjadi tidur tahap IV. Periode tidur REM pertama
berlangsung lebih lama. Banyak lansia terbangun lebih sering di malam hari
dan sering kali memerlukan waktu yang lama untuk dapat kembali tidur.
Karena perubahan dalam tidur tahap IV, lansia mengalami tidur pemulihan
yang lebih sedikit. (kozier et al, 2010). Keragaman dalam perilaku tidur
kronik yang lain. sebagai contoh ,seorang lansia yang mengalami arttritis
usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur dapat terjadi
waktu yang dihabiskan di tempat tidur, waktu yang dipakai untuk tidur
3
menurun sejam atau lebih. (Evan dan Rogers, 1994 dalam Potter &
Perry:2005)
dihadapi oleh lansia. Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati,
gerakan atau sensasi abnormal di kala tidur atau ketika terjaga di tengah
malam; atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan
kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan/ atau tidur
singkat atau tidur nonrestoratif (Zorick, 1994 dalam Potter & Perry : 2005).
dan kuantitas serta kualitas tidurnya tidak cukup. Namun serigkali klien
latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur dan terbangun lebih awal karena
terjadi perubahan tidur lansia pada fase NREM 3 dan 4. Sehingga lansia
hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur dalam (Stanley, 2006 ; Potter &
Perry:2005)
4
Metode penatalaksanaan yang bertujuan meningkatkan kualitas tidur
pada lansia pada umumnya terbagi atas terapi farmakologis dan non
panjang yang berbahaya bagi kesehatan lansia. Hal ini ditunjukkan dari hasil
menggunakan obat tidur. Penggunaan obat tidur secara terus menerus pada
Penurunan fungsi ginjal pada lansia yang diperburuk dengan konsumsi obat-
obatan secara terus menerus akan menyebabkan gagal ginjal. Hal inilah
Dengan demikian diperlukan terapi non farmakologis yang efektif dan aman
nyaman sangat penting untuk membuat klien tertidur, terutama jika efek
penyakit seseorang mempengaruhi tidur. (Potter & Perry, 2005). Salah satu
karoten, flavonoid, asam fenolik, asam urat dan asam nikotinat. Di dalam
madu juga terdapat kandungan mineral dan garam atau zat lain seperti zat
5
besi, sulfur, magnesium, kalsium, kalium, khlor, natrium, fosfor dan sodium
17,1 % air ; 82,4 % karbohidrat ; 0,5 % protein, asam amino, vitamin dan
tersebut terdiri dari 38,5 % fruktosa dan 31 % glukosa. (M. Oka Adi
Parwata, K. Ratnayani, dan Ana Listya. 2010. Aktivitas Anti radikal Bebas
Serta Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu (Ceiba pentandra) dan Madu
kelenjar yang berukuran sekitar 1 cm, terletak pada midline, melekat pada
ujung posterior dari third ventricle di otak. Secara histologis, kelenjar pineal
6
juga disekresikan ke dalam cairan cerebrospinal melalui pineal recess,
pada otak. SCN sering disebut sebagai master circadian clock of the body
faktor, terutama cahaya, aktivitas fisik dan sekresi hormon melatonin oleh
kelenjar pineal. aktivitas NAT akan meningkat 30-70 kali dalam keadaan
sebelum jam tidur normal, kemudian terus meningkat selama malam hari
dan mencapai puncak antara pukul 02.00-04.00 pagi. Setelah itu, sekresi
melatonin akan menurun secara gradual pada pagi hari dan mencapai level
yang sangat rendah pada siang hari. (Ni Luh Putu Ayu Maha Iswari,
7
dihttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=82532&val=970. Di
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu
Sosial Tresna Werdha bahwa terdapat 100 lansia yang dirawat disana.
untuk tertidur pada malam hari, sering terbangun malam hari, merasa tidak
puas dengan tidurnya dan rata-rata mereka tidur hanya 4-5 jam perhari.
minimal 4 sekitar 6 jam perhari, berarti dalam hal ini lansia memiliki
kualitas tidur yang buruk. Selain itu penggunaan terapi alternatif non
8
Lampung. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk meneliti
pengaruh terapi meminum madu terhadap kualitas tidur pada lansia di panti
B. Rumusan Masalah
permasalahan pada lansia. Kualitas tidur yang buruk merupakan salah satu
tidur yang buruk masih mengacu pada terapi farmakologis yang memiliki efek
yang efektif dan aman. Terapi meminum madu merupakan salah satu terapi non
pengaruh terapi Madu terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Natar Lampung selatan.
2. Tujuan Khusus
9
1. Mengidentifikasi karakteristik (jenis kelamin, umur, pendidikan, dan
Selatan.
Lampung Selatan.
Lampung Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
10
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
(insomnia).
Diharapkan bagi lansia dan juga para pengurus panti sosial tresna
berkembang.
terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial Werdha Natar Lampung
selatan. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah terapi meminum
dependen.
11