Anda di halaman 1dari 5

SI ANAK SOLEH BERKISAH ;

Pada malam hari saya duduk di sisi ayah sembari membaca


Surah al-Baqarah. Saya membaca al-Baqarah hingga selesai.
Setelah itu saya terasa mengantuk. Saya pun tidur. Malah saya
mendapati seakan-akan kehidupanku diliputi senyuman indah.
Hatiku pun terasa tenteram.

Setelah itu dengan taufik Allah saya terbangun dan berwuduk


serta bersolat. Sesudah itu, untuk kedua kalinya saya terasa
mengantuk lagi. Saya masih di atas sejadah. Lantas saya terdengar
suara atau himbauan:

Bangunlah, bagaimana anda tertidur justeru Allah Maha


Rahman tak tidur. Bagaimana hal ini berlaku. Bukankah ini saat
mustajab, saat yang Allah tak pernah menolak doa hamba-Nya.
Lalu saya pun bangun seakan-akan saya teringat perkara yang selama ini saya
terlupa. Saya menadahkan tangan sambil menatap si ayah yang koma, air
mata saya pun derai belinang. Sambil bermunajat dan berdoa:




.



.

.

***

Ayahku ini adalah salah seorang hamba-Mu. Beliau ditimpa bencana lalu
kami terima dengan rela dan sabar. Malah kami hanya memuji-Mu. Kami
mengimani suratan takdir-Mu ke atasnya.

Allahumma ya Allah, ayahku ini dalam genggaman ketentuan dan rahmat-


Mu. Allahumma ya Allah, Tuhan yang melimpahkan kesembuhan kepada
Nabi Ayub dari ujian yang dihadapi baginda. Dikau jua lah yang
mengembalikan semula Nabi Musa kepada ibu baginda. Dikau
menyelamatkan Nabi Yunus dari perut ikan. Dikau juga yang menjadikan
api sejuk dan menyelamatkan Nabi Ibrahim.

Justeru, anugerahilah kesembuhan kepada ayahku dari penderitaan yang


dialami beliau. Alahumma ya Allah, mereka menduga bahawa ayahku
sangat tipis harapa untuk sembuh. Allahumma ya Allah, justeru kekuasan
dan keagungan hanyalah milik-Mu. Kelembutan belai kasihmu yang
kudambakan. Lenyapkanlah penderitaan ayahku ini.
Kemudian, untuk ketiga kalinya, saya tertidur lagi. Menjelang fajar saya
terlena. Lantas saya terdengar suara sayup-sayup sampai menggamit

Kamu ini siapa? Apa yang kamu lakukan di sini?

Saya bangkit mencari sumber suara tersebut. Saya menoleh ke kanan dan
kiri, namun tak terlihat seorang jua pun. Kemudian kedua kalilnya suara
tersebut menggamit lagi.

Rupanya, suara tersebut suara ayah sendiri. Saya sungguh terharu, tak
terdaya mengawal diriku. Saya terus merangkul si ayah dengan riang
gembira. Justeru si ayah menepis diriku, sembari berisighfar.

Malah berujar Takutlah kepada Allah, engkau tak halal bagi diriku. Saya
pun terus membujuk manjaSayalah puteri ayah, Asma.

Si ayah pun terdiam seribu bahasa.


Lantas saya menemui para doktor menceritakan peristiwa yang berlaku. Mereka pun
berkejar. Setelah melihat si ayah mereka merasa kagum keanehan. Seorang doktor
warga Amerika berujar dengan nada yang gegap Subhanallah. Seorang doktor warga
Mesir berujar:

Maha Suci Allah, yang menghidupkan semula tulang belulang yang sudah hancur

Justeru si ayah tak tahu apa yang berlaku, sehinggalah kami yang bercerita. Beliau pun
menangis seraya berkata:

Allah lah sebaik-baik Penjaga dan Pemelihara. Allah pasti mengurus hamba yang
saleh dengan baik. Demi Allah, apa yang teringat bagi saya hanya sebelum kejadian
tersebut saya ingin berhendi sejenak untuk bersolat duha. Saya tak teringat, adakah
saya memang bersolat atau tidak.

Ummu Asma selanjutnya berkisah Abu Asama pun pulang ke pangkuan kami seperti
janji ikrar setia yang kumiliki. Usia beliau mendekati 46 tahun. Kami dianugerahi lagi
seorang anak lelaki. Alhamdulillah sekarang usia putera kami masuk dua tahun.

Anda mungkin juga menyukai