Topik : Imunisasi
Waktu : 30 menit
Peserta/Sasaran : Ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita warga Rw 02 Kp. tengah
Jumlah : 25 Orang
Tujuan :
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu memahami berbagai macam imunisasi
dasar .
2. Tujuan khusus
LAMPIRAN MATERI
Imunisasi Dasar
I. PENDAHULUAN
Dibandingkan dengan 10 tahun lalu, cakupan beberapa imunisasi rutin yang wajib
diberikan sesuai program pemerintah cenderung menurun. Hal ini mengakibatkan sejumlah
penyakit infeksi pada bayi, seperti campak, belum teratasi dan masih mengancam bayi yang
tidak diimunisasi.
Sejumlah daerah belum optimal melakukan imunisasi, dengan cakupan kurang dari 90
persen pada tahun 2008. Untuk imunisasi campak di Papua baru tercakup 60,7 persen, Sulawesi
Barat 77,6 persen, dan Nusa Tenggara Timur 74,2 persen. Campak merupakan penyakit yang
ditandai oleh demam tinggi dan adanya bintik-bintik merah. Penyakit ini di dunia membunuh
satu dari 1.000 kasus infeksi.
Tidak tercapainya target imunisasi hingga mencakup semua bayi, di beberapa daerah,
antara lain disebabkan pemahaman masyarakat yang masih terbatas bahkan keliru terhadap
imunisasi, terutama di perkotaan. Adapun di pedesaan karena minimnya infrastruktur dan
rendahnya cara hidup sehat.
Beberapa manfaat imunisasi yang wajib diberikan itu antara lain vaksin hepatitis B
mencegah infeksi hepatitis B, vaksin BCG untuk menghindari tuberkulosis berat, vaksin DPT
untuk mencegah difteri, batuk rejan (pertusis) dan tetanus. Adapun vaksin polio untuk
menghindari penyakit polio.
Namun, cakupan imunisasi yang wajib diberikan itu menurun beberapa tahun terakhir
dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Sebagai contoh, cakupan imunisasi DPT tahun 1997 secara
nasional mencapai 100 persen atau lebih, sedangkan tahun 2008 cakupannya turun menjadi
91,6 persen. Dengan sasaran imunisasi pada bayi sekitar 5 juta anak, ini berarti ada sekitar
420.000 bayi tidak mendapat vaksin DPT.
Kondisi ini menyebabkan sejumlah penyakit infeksi pada anak balita belum bisa diatasi
hingga tak ada lagi kasus. Sebagai contoh, angka kasus campak tahun 2007 berjumlah 18.488
orang. Polio muncul tahun 2005 setelah tidak ditemukan sejak tahun 1995 meski berhasil
dieliminasi setelah imunisasi nasional.
Mencegah infeksi
Imunisasi merupakan hal mendasar untuk diberikan kepada setiap anak. Masa depan
bangsa ditentukan anak saat ini. Karena itu, salah satu sasaran Millennium Development Goals
2015 adalah menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, membasmi berbagai penyakit
infeksi, kata Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bagriul Hegar.
Sejauh ini, kematian anak di bawah usia satu tahun di Indonesia sangat tinggi. Menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia, angka kematian bayi tahun 2007 adalah 34 per 1.000
kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di antara negara ASEAN, ujar
Sri Rezeki S Hadinegoro, Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI.
Sekitar 75 persen dari kematian bayi di bawah umur 1 tahun karena infeksi saluran
napas akut (ISPA), komplikasi perinatal (bayi umur 0-28 hari), dan diare. Karena itu, upaya
mengatasi ketiga penyebab utama kesakitan dan kematian itu harus diutamakan. Banyak
penyakit terkait ISPA bisa dicegah dengan imunisasi, antara lain campak, pertusis, Hib, dan
pneumokokus.
Imunisasi juga mencegah penyakit di masa depan. Sebagai contoh, hepatitis B pada bayi
bisa mencegah kanker hati pada usia produktif. Karena 90 persen bayi yang dilahirkan ibu
dengan infeksi hepatitis B akan terinfeksi virus itu, 95 persen di antaranya berkembang menjadi
kronik dan kanker hati.
Pemberian vaksin dapat melindungi anak dari serangan berbagai penyakit infeksi yang bisa
menyebabkan kematian dan kecacatan. Imunisasi merangsang sistem imunologi tubuh untuk
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit, kata
Sri Rezeki.
Keuntungan vaksin dapat dirasakan secara individu, sosial, dan menunjang sistem
kesehatan nasional. Jika seorang anak telah mendapat vaksinasi, 80-95 persen akan terhindar
dari penyakit itu. Hal ini memutus rantai penularan penyakit dari anak ke anak lain atau orang
dewasa yang hidup bersama, menurunkan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit,
mencegah kematian dan kecacatan seumur hidup.
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, pemerintah terus melakukan kegiatan
vaksinasi. Itu terus berlanjut di seluruh Indonesia, katanya.
Mengenai adanya kelompok dalam masyarakat yang menolak imunisasi, Menkes
menyatakan, penolakan memang pernah terjadi, tetapi sekarang ini sudah jauh berkurang.
Saya lakukan pendekatan kepada mereka selama dua tahun, kata Menkes.
Menkes menyatakan, empat vaksin wajib seperti polio, DPT, campak, dan BCG adalah
produksi dalam negeri. Karena itu, saat melakukan pendekatan kepada kelompok-kelompok
yang menolak vaksin tersebut, ia menjelaskan bahwa keempat vaksin diproduksi oleh Bio
Farma. Bio Farma sudah mengekspor vaksin produksinya dan sudah menguasai 35 persen pasar
dunia.
Tjandra Yoga menyatakan, cakupan imunisasi tidak menurun, tetapi berfluktuasi dari
tahun ke tahun. Pada hepatitis B, penurunan cakupan imunisasi tahun 2007 terjadi karena
perubahan kebijakan, yaitu menggabungkan DPT dan hepatitis B apabila bayi sudah berusia di
atas tujuh hari.
Dalam menjalankan program imunisasi rutin, kendala yang dihadapi adalah banyak
posyandu yang tidak aktif lagi di banyak daerah. Karena itu, revitalisasi posyandu mulai
dilakukan agar bayi terpantau kesehatannya dan mendapat imunisasi lengkap.
Tujuan imunisasi
Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi
serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
Penyakit yang Dapat di Cegah Dengan Imunisasi
a. TBC
Kemerah-merahan disekitar suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah
suntikan, dan terjadi pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan (biasanya di daerah
ketiak).
Bila terjadi hal tersebut di atas yang penting adalah menjaga kebersihan terutama daerah
sekitar luka dan segera bawa ke dokter.
Penderita difteri, pertusis, dan tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan yang
memadai maka berakibat fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah ketiga penyakit
tersebut di atas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali bersama dengan BCG dan
polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak masing-masing 4 minggu (1 bulan).
Imunisasi ulangan dapat dilakukan 1 tahun setelah imunisasi ketiga dan pada saat usia masuk
sekolah dasar (5-6 tahun). Imunisasi selanjutnya dianjurkan tiap lima tahun dengan imunisasi
DT (tanpa pertusis).
c. Poliomyelitis
Imunisasi polio di Indonesia dilakukan dengan cara meneteskan vaksin sebanyak 2 tetes
di mulut. Pertama kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan.
Kemudian diulang dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan dilakukan satu
tahun, setelah imunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun). Imunisasi tambahan dapat
diberikan apabila ada resiko kontak dengan virus ganas.
d. Hepatitis B
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk
program pemerintah di Indonesia adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang dibuat dari
plasma darah penderita hepatitis B. Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah untuk bayi baru
lahir (0 7 bulan) dengan satu kali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan kemudian mendapat satu
kali lagi. Setelah itu, imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan, mengenai
waktu pemberian suntikan yang ketiga ada beberapa pendapat. Untuk pelaksanaan program
diberikan 1 bulan setelah suntikan kedua. Hal ini semata-mata untuk kemudahan dalam
pelaksanaan, tetapi kekebalan yang didapat tidaklah berbeda. Imunisasi hepatitis B ulangan
dilakukan setiap 5 tahun sekali.
e. Campak
KIPI adalah kejadian sakit yang mungkin timbul setelah imunisasi. kejadian ini umumnya
terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
BCG = setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat
suntikan. setelah 2-3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil yang menjadi luka
dengan garis tengah sekitar 10 mm. jangan diberi obat apapun, dan biarkan luka tetap terbuka.
luka tersebut akan sembuh dengan sendirinya dan meninggalkan parut yang kecil.
DPT = kadang-kadang bayi menderita panas setelah mendapat vaksin ini. tetapi panas
ini umumnya akan sembuh dalam 1-2 hari. sebagian bayi merasa nyeri, sakit, merah atau
bengkak di tempat suntikan. sedangkan sebagian bayi lainnya tidak. keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu pengobatan, akan sembuh sendiri.
Polio
2. Diare,
Campak = anak mungkin panas pada hari ke 5-12 sesudah suntikan. kadang2 disertai
kemerahan pada kulit seperti campak. hal ini adalah gejala penyakit campak ringan dan
umumnya setelah 1-2 hari akan hilang.
1. lebih sering meneteki (ASI) dari biasanya, untuk menjamin bayi/anak menerima cukup zat
cair.jika bayi berusia lebih dari 6 bulan boleh diberi tambahan air minum.
3. mengompres dahi bayi dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat.
MOTTO :
www.infoibu.com/tipsinfosehat/jadwalimunisasi.htm
www.surabaya-ehealth.org/e.../imunisasi-pada-bayi-dan-balita
www.ayahbunda.co.id/imunisasi
www.health.vic.gov.au/__.../Fin_INDON_ENG_DTPhepbPHib.pdf
www.detiknews.com
www.indonesiaindonesia.com
www.scribd.com
www.suaramerdeka.com
www.inilah.com
IMUNISASI DASAR
Disusun Oleh :
NIM : P37324108050
2009-2010