Anda di halaman 1dari 21

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi kualitas tidur dan faktor-faktor gangguan tidur pada penderita

hipertensi. Adapun aspek kualitas tidur yang diidentifikasi adalah waktu latensi

tidur, frekuensi terbangun, lama tidur semalam, kepuasan tidur, kedalaman tidur,

rasa lemah/ lelah saat bangun tidur, dan perasaan tidak segar saat bangun di pagi

hari (Buysse et al, 2000); sedangkan faktor-faktor gangguan tidur meliputi aspek

fisik yaitu pusing, rasa tidak nyaman, sulit bernafas, sukar tidur, mudah lelah dan

aspek lingkungan yaitu suara, cahaya dan suhu, yang dapat digambarkan pada

skema di bawah ini:

Gambar 2. Kualitas tidur dan faktor-faktor gangguan tidur pada penderita


hipertensi

Faktor-faktor gangguan tidur

Kualitas tidur
Fisik
- Masa latensi tidur - Pusing
- Frekuensi terbangun - Rasa tidak nyaman
- Lama tidur semalam - Sulit bernafas
- Kepuasan tidur - Sukar tidur
- Kedalaman tidur - Mudah lelah
- Rasa lemah/ lelah saat
bangun tidur
- Perasaan tidak segar saat Lingkungan
bangun tidur di pagi hari - Suara
- Cahaya
- Suhu

Universitas Sumatera Utara


2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Kualitas tidur adalah kepuasan individu terhadap tidur, yang meliputi

waktu latensi tidur waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tertidur, lama waktu tidur

yaitu yaitu total waktu yang dibutuhkan untuk tidur dalam satu malam, frekuensi

terbangun yaitu banyaknya waktu terbangun yang dialami dalam satu malam,

kepuasan tidur yaitu perasaan cukup atau terpenuhi kebutuhan tidur seseorang

dalam satu malam, rasa lemah/ lelah saat bangun tidur, perasaan tidak segar saat

bangun tidur di pagi hari, yang diukur dengan menggunakan kuesioner kualitas

tidur.

Faktor-faktor gangguan tidur merupakan hal-hal yang membuat individu

merasa terganggu saat tidur yang diukur dengan menggunakan kuesioner faktor-

faktor gangguan tidur yang dapat berupa faktor fisik yaitu gangguan seccara fisik

meliputi pusing, rasa tidak nyaman, sulit bernafas, sukar tidur, mudah lelah dan

faktor lingkungan meliputi suara, suhu, cahaya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif yaitu

penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status

suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat

penelitian dilakukan yang bertujuan untuk membuat penjelasan secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu (Arikunto, 2005). Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengidentifikasi

kualitas tidur dan faktor-faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah penderita hipertensi yang rawat jalan

di Puskesmas Medan Johor. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti

sebelum penelitian, jumlah penderita hipertensi yang rawat jalan di Puskesmas

Medan Johor selama 1 Februari 2009 sampai 30 Oktober 2009 adalah 143

penderita.

2.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian poopulasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat, 2009). Pada penelitian ini yang

menjadi sampel adalah penderita hipertensi yang rawat jalan di Puskesmas Medan

Johor.

Menurut Arikunto (2006), penentuan sampel yang digunakan jika

populasi lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih dari

Universitas Sumatera Utara


populasi dan dianggap representatif. Berdasarkan teori tersebut, peneliti

menetapkan penetuan jumlah responden adalah 25% dari jumlah populasi yaitu 35

orang.

Adapun kriteria inklusi responden dalam penelitian ini adalah:

2.2.1. Responden terdiagnostik sebagai penderita hipertensi yang ditunjukkan

dengan surat dokter.

2.2.2. Berusia 20-54 tahun

2.2.3. Bersedia menjadi responden

2.3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling dalam penelitian ini

menggunakan teknik non probability sampling dengan purposive sampling, yaitu

teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang sudah dikenal sebelumnya sesuai dengan kriteria

inklusi yang telah ditentukan (Nursalam, 2008).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Medan Johor. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2011. Adapun alasan peneliti memilih

lokasi ini karena Puskesmas Medan Johor memiliki kriteria sampel penelitian, di

samping itu lokasi ini mudah dijangkau peneliti dan penelitian tentang kualitas

tidur dan faktor-faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi belum pernah

dilakukan di Puskesmas Medan Johor.

Universitas Sumatera Utara


4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas

Keperawatan USU, selanjutnya mengirim surat permohonan ke Dinas Kesehatan

kota Medan dan selanjutnya kepada Kepala Puskesms Medan Johor. Peneliti

melakukan penelitian setelah mendapat persetujuan.

Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik dalam

pengumpulan data yaitu: peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur

penelitian kepada responden. Apabila responden bersedia untuk diteliti maka

terlebih dahulu responden harus menandatangani lembar persetujuan (informed

consent) lalu mengisi pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di kuesioer. Namun

jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati haknya dan responden diberi kebebasan untuk memilih apakah

bersedia mengisi kuesioner atau menolaknya. Peneliti tidak mencantumkan nama

responden dalam lembar kuesioner yang diisi oleh responden demi menjaga

kerahasiaan responden. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu untuk

menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden (Nursalam,

2003).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada

tinjauan pustaka. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari 3 bagian yaitu

Kuesioner Data Demografi (KDD), Kuesioner Kualitas Tidur (KKT), Kuesioner

Faktor-Faktor Gangguan Tidur (KFGT).

Universitas Sumatera Utara


5.1. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Kuesioner Data Demografi digunakan untuk mengkaji data demografi

pasien yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan agama, status perkawinan,

pekerjaan, penghasilan per bulan.

5.2. Kuesioner Kualitas Tidur (KKT)

Kuesioner Kualitas Tidur yang digunakan adalah berupa pertanyaan

untuk mengidentifikasi kualitas tidur pasien yang meliputi lamanya waktu tidur

pada malam hari, waktu yang diperlukan untuk memulai tidur, frekuensi

terbangun pada malam hari dan kepulasan tidur. Kuesioner ini diadopsi dari The

Sleep Quality Questionaires (SQQ) (Karota-Bukit, 2003).

5.3. Kuesioner Faktor-Faktor Gangguan Tidur (KFGT)

Kuesioner Faktor-Faktor Gangguan Tidur berisi beberapa pertanyaan

yang dibagi dalam dua komponen faktor utama yang mengganggu tidur pasien,

yaitu faktor fisik dan lingkungan. Kuesioner ini terdiri dari 10 item, yaitu 6 item

untuk faktor fisik, dan 4 item faktor ligkungan. Nilai 1 adalah tidak ada gangguan

tidur, nilai 2 adalah gangguan tidur ringan, nilai 3 adalah gangguan tidur sedang,

nilai 4 adalah gangguan tidur berat.

6. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data

yaitu peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin kepada bagian

Universitas Sumatera Utara


pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan kepada lokasi penelitian yaitu

Puskesmas Medan Johor.

Peneliti menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan

pengisian kuesioner, responden yang bersedia diminta menandatangani informed

consent (surat persetujuan). Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang

mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Peneliti tetap mendampingi

responden selama mengisi kuesioner.

7. Analisa Data

Semua data yang telah terkumpul dianalisa melalui beberapa tahapan.

Tahap pertama adalah editing yaitu memeriksa kelengkapan data dan memastikan

bahwa semua pilihan dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk. Tahap

kedua adalah coding yaitu memberi angka tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah analisa data pada waktu melakukan tabulasi analisa data.

Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi

menggunakan analisa deskriptif yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel

distribusi frekuensi dan persentase.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai kualitas tidur dan

faktor-faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Medan Johor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juni

minggu pertama 2011 dan jumlah seluruh responden dalam penelitian ini

sebanyak 35 orang. Berikut ini dijabarkan deskripsi dan persentase karakteristik

responden, kualitas tidur dan faktor-faktor gangguan tidur pada penderita

hipertensi.

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada tabel 2 ditampilkan deskripsi karakteristik responden yang mencakup

usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, agama, status perkawinan, pekerjaan,

penghasilan perbulan, lokasi tempat tinggal, dan jumlah teman sekamar. Data

yang diperoleh menunjukkan responden berada pada kelompok usia 41 54 tahun

(66%) dan 20-40 tahun (34%), mayoritas responden berjenis kelamin perempuan

(77%) dan suku Batak (40%). Latar belakang pendidikan mayoritas tamat SMA

(43%), responden beragama Islam (80%) dan dengan status perkawinan menikah

(80%). Pekerjaan mayoritas responden adalah sebagai ibu rumah tangga (54%)

dan 60% menyatakan bahwa penghasilannya <Rp 600.000,-. Selain itu

kebanyakan responden berlokasi tempat tinggal di pemukiman rumah penduduk

yang padat (80%) dan mayoritas responden menyatakan memiliki teman sekamar

1-2 orang (63%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden kualitas tidur
dan faktor-faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi (N=35)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia
20-40 tahun 12 34
41-54 tahun 23 66

Jenis Kelamin
Perempuan 27 77
Laki-laki 8 23

Suku
Batak 14 40
Jawa 13 37
Minang 3 8
Melayu 2 6
Cina 2 6
Nias 1 3

Pendidikan
SD 10 29
SMP 7 20
SMA 15 43
Perguruan Tinggi 3 8

Agama
Islam 28 80
Kristen 6 17
Budha 1 3

Status Perkawinan
Menikah 28 80
Janda 7 20

Pekerjaan
Ibu rumah tangga 19 54
Pegawai swasta/ Wiraswasta 9 26
Buruh 7 20

Penghasilan per bulan


< Rp 600.000,00 21 60
Rp 600.000,00 Rp 1.000.000,00 9 26
> Rp 1.000.000,00 5 14

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. (Lanjutan)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Lokasi tempat tinggal


Pemukiman rumah penduduk yang padat 28 80
Di pinggir jalan umum/ jalan raya 7 20

Jumlah teman sekamar


Sendiri 2 6
1-2 orang 22 63
3-4 orang 11 31

1.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur

Pada tabel 3 ditampilkan distribusi frekuensi dan persentase deskripsi

responden berdasarkan kualitas tidur pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Medan Johor. Hasil penelitian mengenai kualitas tidur menunjukkan

bahwa terdapat 37% responden yang menderita hipertensi menyatakan bahwa

mereka memiliki total jam tidur selama 5-6 jam, 37% responden yang menyatakan

bahwa mereka membutuhkan waktu 31-60 menit untuk mulai tertidur, 60%

responden yang menyatakan bahwa frekuensi terbangun mereka ketika tidur di

malam hari sekitar 1-2 kali. Selain itu, ada 37% responden yang menyatakan

bahwa mereka merasa sedikit mengantuk ketika responden bangun tidur di pagi

hari, 28% responden yang menyatakan bahwa mereka tidur dengan sangat

nyenyak di malam hari, 54% responden yang menyatakan bahwa perasaan segar

yang mereka rasakan di pagi hari hanya sedang-sedang saja, dan terdapat 46%

reponden yang merasa sedikit lemah atau lelah saat melakukan aktivitas mereka di

pagi hari.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase kualitas tidur pada penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor (N=35)

Parameter Tidur Frekuensi Persentase (%)

Total jam tidur di malam hari


< 5 jam 5 14
5 6 jam 13 37
6 7 jam 10 29
> 7 jam 7 20

Waktu yang dibutuhkan untuk tertidur


> 60 menit 8 23
31 60 menit 13 37
16-30 menit 6 17
< 15 menit 8 23

Frekuensi terbangun
3 4 kali 14 40
1 2 kali 21 60

Perasaan saat bangun pagi


Sangat mengantuk 2 6
Mengantuk 12 34
Sedikit mengantuk 13 37
Segar 8 23

Kenyenyakan tidur di malam hari


Sebentar-bentar terbangun 9 26
Tidur dan kemudian terbangun 8 23
Tidur tetapi tidak nyenyak 8 23
Tidur sangat nyenyak 10 28

Perasaan segar saat bangun di pagi hari


Sangat segar 7 20
Sedang 19 54
Cukup segar 2 6
Tidak sama sekali 7 20

Perasaan saat beraktivitas di pagi hari


Sangat lemah atau sangat lelah 5 14
Lemah atau lelah 5 14
Sedikit lemah atau lelah 16 46
Tidak lemah atau lelah sama sekali 9 26

Universitas Sumatera Utara


1.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Faktor-Faktor Gangguan Tidur pada
Penderita Hipertensi

Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian tentang faktor-faktor gangguan

tidur pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor, yaitu

terdapat 86% responden yang pernah mengalami pusing ketika tekanan darah

meningkat dan 37% di antaranya menyatakan bahwa pusing menyebabkan

gangguan tidur ringan dan 37% juga responden yang menyatakan bahwa pusing

menyebabkan gangguan tidur sedang. Mayoritas responden pernah mengalami

rasa tidak nyaman (83%) saat tekanan darah meningkat dan 52% di antaranya

menyatakan bahwa rasa tidak nyaman menyebabkan gangguan tidur ringan. Ada

37% responden yang pernah mengalami sulit bernafas saat tekanan darahnya

tinggi dan 38% di antaranya menyatakan mengalami gangguan tidur ringan.

Terdapat 60% responden yang pernah mengalami sukar tidur saat tekanan

darahnya tinggi dan 43% di antaranya menyatakan bahwa mereka mengalami

gangguan tidur ringan. Persentase responden yang pernah mengalami mudah lelah

saat tekanan darahnya tinggi 80% dan 32% di antaranya menyatakan mengalami

gangguan tidur sedang.

Selain itu, ada juga faktor lingkungan yang dapat menyebabkan

gangguan tidur dimana didapati hasilnya sebanyak 57% responden pernah

mengalami gangguan tidur akibat suara bising dari keluarga dan 35% di antaranya

menyatakan mengalami gangguan tidur ringan. Tidur dengan sorot lampu ruangan

yang terlalu terang dialami oleh 43% responden dan 47% di antaranya tidak

mengalami gangguan tidur. Sebanyak 27 orang (77%) responden yang

menyatakan pernah tidur di ruangan dengan suhu yang telalu panas dan 33% di

antaranya mengalami gangguan tidur sedang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pengalaman
dan tingkat gangguan tidur pada penderita hipertensi berdasarkan
pengalaman (N=35)
Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur

Faktor Gangguan Tdk


Tidur Ggn Ggn Ggn
Ya Tidak ada
ringan sedang berat
n (%) n (%) ggn
n (%) n (%) n (%)
n (%)

Faktor-faktor fisik
Pusing 30 (86) 5 (14) 4 (13) 11 (37) 11 (37) 4 (13)
Rasa tidak nyaman 29 (83) 6 (17) 1 (3) 15 (52) 8 (28) 5 (17)
Sulit bernafas 13 (37) 22 (63) 3 (23) 5 (38) 4 (31) 1 (8)
Sukar tidur 21 (60) 14 (40) 3 (14) 9 (43) 6 (29) 3 (14)
Mudah lelah 28 (80) 7 (20) 7 (25) 8 (29) 9 (32) 4 (14)

Faktor lingkungan
Suara bising dari 20 (57) 15 (43) 6 (30) 7 (35) 3 (15) 4 (20)
keluarga
Sorot lampu 15 (43) 20 (57) 7 (47) 4 (27) 2 (13) 2 (13)
ruangan yang
terlalu terang
Suhu ruangan 27 (77) 8 (23) 4 (15) 7 (26) 9 (33) 7 (26)
terlalu panas

2. Pembahasan

2.1. Karakteristik Responden

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas berusia

41-54 tahun (66%). Secara teori, usia merupakan faktor resiko hipertensi dimana

semakin bertambahnya usia semakin besar resiko terkena hipertensi, terutam

sistolik (Dalimartha dkk, 2008) dan responden mayoritas berjenis kelamin wanita

(77%), hal ini berbeda dengan yang diungkapkan Dalimartha dkk (2008) bahwa

hipertensi lebih mudah menyerang kaum lelaki daripada perempuan. Hal ini

mungkin dikarenakan hanya sedikit lelaki yang menyadari bahwa ia menderita

hipertensi seperti yang telah dilaporkan oleh August (1999).

Universitas Sumatera Utara


Terdapat 60% responden mempunyai penghasilan dibawah Rp 600.000,

hal ini berkaitan dengan pekerjaan responden yang umumnya sebagai ibu rumah

tangga (54%) dan 20% sebagai buruh dimana umumnya penadapatan . Mayoritas

responden memiliki status perkawinan menikah, dimana hal ini berkaitan dengan

jumlah teman sekamar responden dimana ada 63% responden yang memiliki

teman sekamar 1-2 orang dan ada 31% responden yang memiliki teman sekamar

3-4 orang. Dalam hal ini, ada responden yang menyatakan bahwa mereka

memiliki balita yang juga tidur dengan responden dan menjadi salah satu faktor

responden terbangun ketika balita menangis saat tidur di malam hari.

2.2.Kualitas Tidur

Tidur merupakan proses yang sangat diperlukan untuk penghematan

energi, tak ada satu pun mahluk hidup yang dapat bertahan dalam keadaan stres

terus menerus, dan tidur merupakan periode tanpa aktivitas sehingga tubuh

terhindar dari tuntutan sehari-hari. Selain periode istirahat, selanjutnya tidur pun

merupakan periode pemulihan (Bastaman, 1988). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa lamanya waktu tidur mayoritas responden pada malam hari adalah 5-6 jam

(37%). Hal ini menyatakan bahwa respoden tidak mendapatkan tidur yang cukup

sebagaimana yang tertera dalam referensi terdahulu tentang kebutuhan tidur orang

dewasa adalah 7-8 jam dalam sehari (Patlak, 2005).

Waktu yang dibutuhkan mayoritas responden untuk dapat tertidur adalah

31-60 menit (37%). Hasil penelitian ini berbeda dengan kondisi yang normal yaitu

waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur adalah <20 menit (Schachter, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Hal ini sesuai dengan pernyataan Mansoor (2002) bahwa penderita hipertensi

memiliki waktu yang lebih lama untuk mulai tertidur.

Mayoritas responden terbangun 1-2 kali (60%) sedangkan 40%-nya

terbangun 3-4 kali. Hal ini dimungkinkan terjadi karena berbagai faktor seperti

yang telah dinyatakan oleh Potter & Perry (2005) bahwa seseorang dapat

terbangun karena adanya berbagai faktor, baik itu faktor fisik, lingkungan maupun

psikologi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada 37% reponden yang mengalami

pusing, selain itu ada juga yang terganggu diakibatkan rasa tidak nyaman (52%),

suhu yang panas (33%), dll.

Sebagian besar responden menyatakan merasa sedikit lemah/ lelah saat

beraktivitas di pagi hari (46%), hal ini dapat disebabkan karena total waktu

kebutuhan tidur yang tidak tercukupi. Bastaman (1988) menyatakan bahwa

seseorang yang tidak mendapatkan tidur yang cukup akan merasa kelelahan saat

beraktivitas keesokannya.

2.3.Faktor-faktor Gangguan Tidur

2.3.1. Faktor-faktor Fisik

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa ada 30 orang (86%) responden

yang mengalami pusing karena tekanan darahnya meningkat dan dari 30 orang

tersebut terdapat 37% responden yang mengalami gangguan tidur ringan dan 37%

responden yang mengalami gangguan tidur sedang yang diakibatkan oleh pusing

saat tekanan darah meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Albertie (2006)

yang menyatakan bahwa pusing akan menyebabkan gangguan tidur dan apabila

pusing tidak diatasi dan mengakibatkan pusing semakin parah maka akan semakin

Universitas Sumatera Utara


meningkat juga tingkat gangguan tidurnya. Selain itu Rains (2006) juga

menambahkan bahwa pusing dapat menyebabkan seseorang terbangun dari

tidurnya sehingga total jam tidur menjadi berkurang.

Responden mayoritas pernah mengalami rasa tidak nyaman ketika

tekanan darah meningkat (83%) dan 52% di antaranya menyatakan mengalami

gangguan tidur ringan. Berdasarkan penelitian Lee et al (2008), rasa tidak nyaman

merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan tidur dimana seseorang akan

merasa gelisah dan sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak. Potter & Perry

(2005) juga menyatakan hal yang serupa yaitu ketidaknyamanan fisik merupakan

penyebab utama kesulitan untuk tidur atau sering terbangun pada malam hari.

Kesulitan bernafas hanya pernah dialami oleh 13 orang responden (37%)

dan 38% di antaranya menyatakan mengalami gangguan tidur ringan. Menurut

Boynton (2003), kesulitan bernafas dapat menyebabkan seseorang sering

terbangun dari tidurnya di malam hari. Japardi (2002) menambahkan, kadang-

kadang ada kesulitan untuk jatuh tertidur lagi ketika sudah terbangun akibat

kesulitan bernafas dan ini dapat menyebabkan nyeri kepala dan perasaan tidak

enak ketika bangun di pagi hari.

Sebanyak 60% responden pernah mengalami kesukaran tidur saat

tekanan darahnya meningkat dan 43% di antaranya menyatakan mengalami

gangguan tidur rigan. Martin (2000) menyatakan bahwa kesulitan tidur dapat

menyebabkan berbagai gangguan tidur dan ia juga menambahkan bahwa orang

yang kesulitan tidur biasanya tidak mendapatkan tidur yang cukup sehingga akan

mempengaruhi aktivitasnya di pagi hari.

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, terdapat 80% responden menyatakan pernah mengalami

mudah lelah ketika tekanan darah meningkat dan 32% menyatakan mengalami

gangguan tidur sedang karena faktor mudah lelah. Hal ini sesuai dengan Shapiro

et al (1993) yang menyatakan bahwa kelelahan dapat menyebabkan gangguan

tidur, dimana biasanya seseorang yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka

bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam.

2.3.2. Faktor-faktor Lingkungan

Gangguan tidur juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, di

antaranya adalah suara bising dari keluarga, sorot lampu ruangan yang terlalu

terang dan suhu ruangan yang terlalu panas (Potter & Perry, 2005). Pada

penelitian ini didapati ada 57% responden yang pernah berada pada lingkungan

yang terkadang menimbulkan suara bising dan 35% di antaranya mengalami

gangguan tidur ringan. Menurut Hanning (2009), kebisingan dapat menyebabkan

tertundanya tidur dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur. WHO

(2004) juga menyatakan hal yang sama namun WHO menambahkan bahwa

sebagian besar responden tidak mengeluhkan kurang tidur tetapi memiliki tidur

yang non-restoratif, mengalami kelelahan dan atau sakit kepalapada saat bangun

pagi dan kantuk yang berlebihan di siang hari.

Sorot lampu ruangan yang terlalu terang pernah dirasakan oleh 15 orang

responden (43%) dan mayoritas di antaranya (47%) tidak mengalami gangguan

tidur. Hasil ini tidak sesuai dengan Lee (1997) yang menyatakan bahwa sorot

lampu yang terlalu terang dapat menyebabkan gangguan tidur dan dapat

menghambat sekresi melatonin pada tubuh. Hal ini mungkin dikarenakan

Universitas Sumatera Utara


responden tidak menyadari bahwa sebenarnya telah terjadi pergeseran sirkadian,

dimana jadwal tidur maju secara bertahap (Sack et al, 2007).

Mayoritas responden (77%) pernah tidur dengan suhu ruangan yang

terlalu panas dan 33% di antaranya menyatakan mengalami gangguan tidur

sedang. Hasil ini sesuai dengan Potter & Perry (2005) ruangan yang terlalu panas/

terlalu dingin seringkali menyebabkan seseorang gelisah. Keadaan ini akan

mengganggu tidur seseorang. Lee (1997) juga menyatakan hal serupa, bahwa

seseorang akan mengalami gangguan tidur apabila tidur di ruangan yang terlalu

panas ataupun terlalu dingin.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 35 orang responden

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor diperoleh bahwa

mayoritas responden adalah wanita (77%) dan mayoritas tergolong pada usia

dewasa madya (66%) dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (54%) dengan

pengahasilan <Rp 600.000,00. Mayoritas responden tamatan SMA (43%) dengan

status perkawinan menikah (80%), berlokasi tempat tinggal di pemukiman rumah

penduduk yang padat (80%) dan mayoritas memiliki teman sekamar 1-2 orang

(63%).

Secara keseluruhan, mayoritas responden tidak dapat tidur dengan baik

yang dapat dilihat dari total waktu tidur pada malam hari 5-6 jam (37%), lama

waktu yang dibutuhkan untuk tertidur 31-60 menit (37%) dan frekuensi terbangun

1-2 kali (60%).

Faktor-faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi dapat terjadi

karena faktor fisik di antaranya adalah pusing (367%) pada tingkat gangguan

ringan dan 37% pada tingkat gangguan sedang, rasa tidak nyaman (52%) pada

tingkat gangguan ringan, sulit bernafas (38%) pada tingkat gangguan ringan,

sukar tidur (43%) pada tingkat gangguan ringan dan mudah lelah (32%) pada

tingkat gangguan sedang. Selain itu ada juga faktor lingkungan yang dapat

mengganggu tidur di antaranya adalah suara bising dari keluarga (35%) dengan

tingkat gangguan ringan dan suhu ruangan yang terlalu panas (33%) dengan

tingkat gangguan sedang.

Universitas Sumatera Utara


2. Rekomendasi

2.1. Rekomendasi bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini hanya dilakukan pada 35 orang responden penderita

hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Medan Johor. Untuk penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebaiknya mempunyai sampel yang

lebih banyak yang mewakili dari beberapa Wilayah Kerja Puskesmas. Di samping

itu perlu diperhatikan apakah gejala klinis dari penderita hipertensi yang

menyebabkan tidurnya terganggu sebelum diidentifikasi tingkat gangguannya dan

juga perlu diidentifikasi skala tiap-tiap bagian dari faktor gangguan tidur yang

dialami oleh penderita hipertensi seperti faktor fisik yaitu pusing, rasa tidak

nyaman, sulit bernafas, sukar tidur, dan mudah lelah serta faktor lingkungan yaitu

suara/ kebisingan, sorot lampu ruangan yang terlalu terang, dan suhu ruangan

yang terlalu panas. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk menambahkan

pertanyaan terbuka pada kuesioner faktor-faktor gangguan tidur untuk mengetahui

adanya faktor lain yang menyebabkann gangguan tidur selain gejala fisik penyakit

tertentu maupun lingkungan.

2.2. Rekomendasi bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi

pendidikan keperawatan tentang gambaran kualitas tidur dan faktor-faktor

gangguan tidur pada penderita hipertensi sehingga perawat-perawat dapat

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada penderita hipertensi,

terkhusus mengenai tidurnya.

Universitas Sumatera Utara


2.3. Rekomendasi bagi Praktek Keperawatan

Sebaiknya peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberikan

intervensi yang tepat melalui pendidikan kesehatan tentang kualitas tidur dan

faktor-faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi.

2.4. Rekomendasi bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelayanan

kesehatan untuk memberikan promosi kesehatan tentang kualitas tidur dan faktor-

faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi dan bagaimana cara mendapatkan

kualitas tidur yang baik terkhusus ditujukan kepada lansia.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai