Chapter III-VI 2
Chapter III-VI 2
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
hipertensi. Adapun aspek kualitas tidur yang diidentifikasi adalah waktu latensi
tidur, frekuensi terbangun, lama tidur semalam, kepuasan tidur, kedalaman tidur,
rasa lemah/ lelah saat bangun tidur, dan perasaan tidak segar saat bangun di pagi
hari (Buysse et al, 2000); sedangkan faktor-faktor gangguan tidur meliputi aspek
fisik yaitu pusing, rasa tidak nyaman, sulit bernafas, sukar tidur, mudah lelah dan
aspek lingkungan yaitu suara, cahaya dan suhu, yang dapat digambarkan pada
Kualitas tidur
Fisik
- Masa latensi tidur - Pusing
- Frekuensi terbangun - Rasa tidak nyaman
- Lama tidur semalam - Sulit bernafas
- Kepuasan tidur - Sukar tidur
- Kedalaman tidur - Mudah lelah
- Rasa lemah/ lelah saat
bangun tidur
- Perasaan tidak segar saat Lingkungan
bangun tidur di pagi hari - Suara
- Cahaya
- Suhu
waktu latensi tidur waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tertidur, lama waktu tidur
yaitu yaitu total waktu yang dibutuhkan untuk tidur dalam satu malam, frekuensi
terbangun yaitu banyaknya waktu terbangun yang dialami dalam satu malam,
kepuasan tidur yaitu perasaan cukup atau terpenuhi kebutuhan tidur seseorang
dalam satu malam, rasa lemah/ lelah saat bangun tidur, perasaan tidak segar saat
bangun tidur di pagi hari, yang diukur dengan menggunakan kuesioner kualitas
tidur.
merasa terganggu saat tidur yang diukur dengan menggunakan kuesioner faktor-
faktor gangguan tidur yang dapat berupa faktor fisik yaitu gangguan seccara fisik
meliputi pusing, rasa tidak nyaman, sulit bernafas, sukar tidur, mudah lelah dan
1. Desain Penelitian
suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
Populasi pada penelitian ini adalah penderita hipertensi yang rawat jalan
Medan Johor selama 1 Februari 2009 sampai 30 Oktober 2009 adalah 143
penderita.
Sampel adalah bagian poopulasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat, 2009). Pada penelitian ini yang
menjadi sampel adalah penderita hipertensi yang rawat jalan di Puskesmas Medan
Johor.
populasi lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih dari
menetapkan penetuan jumlah responden adalah 25% dari jumlah populasi yaitu 35
orang.
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2011. Adapun alasan peneliti memilih
lokasi ini karena Puskesmas Medan Johor memiliki kriteria sampel penelitian, di
samping itu lokasi ini mudah dijangkau peneliti dan penelitian tentang kualitas
tidur dan faktor-faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi belum pernah
kota Medan dan selanjutnya kepada Kepala Puskesms Medan Johor. Peneliti
jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap
responden dalam lembar kuesioner yang diisi oleh responden demi menjaga
2003).
5. Instrumen Penelitian
kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada
tinjauan pustaka. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari 3 bagian yaitu
pasien yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan agama, status perkawinan,
untuk mengidentifikasi kualitas tidur pasien yang meliputi lamanya waktu tidur
pada malam hari, waktu yang diperlukan untuk memulai tidur, frekuensi
terbangun pada malam hari dan kepulasan tidur. Kuesioner ini diadopsi dari The
yang dibagi dalam dua komponen faktor utama yang mengganggu tidur pasien,
yaitu faktor fisik dan lingkungan. Kuesioner ini terdiri dari 10 item, yaitu 6 item
untuk faktor fisik, dan 4 item faktor ligkungan. Nilai 1 adalah tidak ada gangguan
tidur, nilai 2 adalah gangguan tidur ringan, nilai 3 adalah gangguan tidur sedang,
7. Analisa Data
Tahap pertama adalah editing yaitu memeriksa kelengkapan data dan memastikan
bahwa semua pilihan dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk. Tahap
kedua adalah coding yaitu memberi angka tertentu pada kuesioner untuk
1. Hasil
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai kualitas tidur dan
Medan Johor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juni
minggu pertama 2011 dan jumlah seluruh responden dalam penelitian ini
hipertensi.
penghasilan perbulan, lokasi tempat tinggal, dan jumlah teman sekamar. Data
(66%) dan 20-40 tahun (34%), mayoritas responden berjenis kelamin perempuan
(77%) dan suku Batak (40%). Latar belakang pendidikan mayoritas tamat SMA
(43%), responden beragama Islam (80%) dan dengan status perkawinan menikah
(80%). Pekerjaan mayoritas responden adalah sebagai ibu rumah tangga (54%)
yang padat (80%) dan mayoritas responden menyatakan memiliki teman sekamar
Usia
20-40 tahun 12 34
41-54 tahun 23 66
Jenis Kelamin
Perempuan 27 77
Laki-laki 8 23
Suku
Batak 14 40
Jawa 13 37
Minang 3 8
Melayu 2 6
Cina 2 6
Nias 1 3
Pendidikan
SD 10 29
SMP 7 20
SMA 15 43
Perguruan Tinggi 3 8
Agama
Islam 28 80
Kristen 6 17
Budha 1 3
Status Perkawinan
Menikah 28 80
Janda 7 20
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 19 54
Pegawai swasta/ Wiraswasta 9 26
Buruh 7 20
mereka memiliki total jam tidur selama 5-6 jam, 37% responden yang menyatakan
bahwa mereka membutuhkan waktu 31-60 menit untuk mulai tertidur, 60%
malam hari sekitar 1-2 kali. Selain itu, ada 37% responden yang menyatakan
bahwa mereka merasa sedikit mengantuk ketika responden bangun tidur di pagi
hari, 28% responden yang menyatakan bahwa mereka tidur dengan sangat
nyenyak di malam hari, 54% responden yang menyatakan bahwa perasaan segar
yang mereka rasakan di pagi hari hanya sedang-sedang saja, dan terdapat 46%
reponden yang merasa sedikit lemah atau lelah saat melakukan aktivitas mereka di
pagi hari.
Frekuensi terbangun
3 4 kali 14 40
1 2 kali 21 60
tidur pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor, yaitu
terdapat 86% responden yang pernah mengalami pusing ketika tekanan darah
gangguan tidur ringan dan 37% juga responden yang menyatakan bahwa pusing
rasa tidak nyaman (83%) saat tekanan darah meningkat dan 52% di antaranya
menyatakan bahwa rasa tidak nyaman menyebabkan gangguan tidur ringan. Ada
37% responden yang pernah mengalami sulit bernafas saat tekanan darahnya
Terdapat 60% responden yang pernah mengalami sukar tidur saat tekanan
gangguan tidur ringan. Persentase responden yang pernah mengalami mudah lelah
saat tekanan darahnya tinggi 80% dan 32% di antaranya menyatakan mengalami
mengalami gangguan tidur akibat suara bising dari keluarga dan 35% di antaranya
menyatakan mengalami gangguan tidur ringan. Tidur dengan sorot lampu ruangan
yang terlalu terang dialami oleh 43% responden dan 47% di antaranya tidak
menyatakan pernah tidur di ruangan dengan suhu yang telalu panas dan 33% di
Faktor-faktor fisik
Pusing 30 (86) 5 (14) 4 (13) 11 (37) 11 (37) 4 (13)
Rasa tidak nyaman 29 (83) 6 (17) 1 (3) 15 (52) 8 (28) 5 (17)
Sulit bernafas 13 (37) 22 (63) 3 (23) 5 (38) 4 (31) 1 (8)
Sukar tidur 21 (60) 14 (40) 3 (14) 9 (43) 6 (29) 3 (14)
Mudah lelah 28 (80) 7 (20) 7 (25) 8 (29) 9 (32) 4 (14)
Faktor lingkungan
Suara bising dari 20 (57) 15 (43) 6 (30) 7 (35) 3 (15) 4 (20)
keluarga
Sorot lampu 15 (43) 20 (57) 7 (47) 4 (27) 2 (13) 2 (13)
ruangan yang
terlalu terang
Suhu ruangan 27 (77) 8 (23) 4 (15) 7 (26) 9 (33) 7 (26)
terlalu panas
2. Pembahasan
41-54 tahun (66%). Secara teori, usia merupakan faktor resiko hipertensi dimana
sistolik (Dalimartha dkk, 2008) dan responden mayoritas berjenis kelamin wanita
(77%), hal ini berbeda dengan yang diungkapkan Dalimartha dkk (2008) bahwa
hipertensi lebih mudah menyerang kaum lelaki daripada perempuan. Hal ini
hal ini berkaitan dengan pekerjaan responden yang umumnya sebagai ibu rumah
tangga (54%) dan 20% sebagai buruh dimana umumnya penadapatan . Mayoritas
responden memiliki status perkawinan menikah, dimana hal ini berkaitan dengan
jumlah teman sekamar responden dimana ada 63% responden yang memiliki
teman sekamar 1-2 orang dan ada 31% responden yang memiliki teman sekamar
3-4 orang. Dalam hal ini, ada responden yang menyatakan bahwa mereka
memiliki balita yang juga tidur dengan responden dan menjadi salah satu faktor
2.2.Kualitas Tidur
energi, tak ada satu pun mahluk hidup yang dapat bertahan dalam keadaan stres
terus menerus, dan tidur merupakan periode tanpa aktivitas sehingga tubuh
terhindar dari tuntutan sehari-hari. Selain periode istirahat, selanjutnya tidur pun
bahwa lamanya waktu tidur mayoritas responden pada malam hari adalah 5-6 jam
(37%). Hal ini menyatakan bahwa respoden tidak mendapatkan tidur yang cukup
sebagaimana yang tertera dalam referensi terdahulu tentang kebutuhan tidur orang
31-60 menit (37%). Hasil penelitian ini berbeda dengan kondisi yang normal yaitu
waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur adalah <20 menit (Schachter, 2008).
terbangun 3-4 kali. Hal ini dimungkinkan terjadi karena berbagai faktor seperti
yang telah dinyatakan oleh Potter & Perry (2005) bahwa seseorang dapat
terbangun karena adanya berbagai faktor, baik itu faktor fisik, lingkungan maupun
psikologi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada 37% reponden yang mengalami
pusing, selain itu ada juga yang terganggu diakibatkan rasa tidak nyaman (52%),
beraktivitas di pagi hari (46%), hal ini dapat disebabkan karena total waktu
seseorang yang tidak mendapatkan tidur yang cukup akan merasa kelelahan saat
beraktivitas keesokannya.
yang mengalami pusing karena tekanan darahnya meningkat dan dari 30 orang
tersebut terdapat 37% responden yang mengalami gangguan tidur ringan dan 37%
responden yang mengalami gangguan tidur sedang yang diakibatkan oleh pusing
saat tekanan darah meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Albertie (2006)
yang menyatakan bahwa pusing akan menyebabkan gangguan tidur dan apabila
pusing tidak diatasi dan mengakibatkan pusing semakin parah maka akan semakin
gangguan tidur ringan. Berdasarkan penelitian Lee et al (2008), rasa tidak nyaman
merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan tidur dimana seseorang akan
merasa gelisah dan sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak. Potter & Perry
(2005) juga menyatakan hal yang serupa yaitu ketidaknyamanan fisik merupakan
penyebab utama kesulitan untuk tidur atau sering terbangun pada malam hari.
kadang ada kesulitan untuk jatuh tertidur lagi ketika sudah terbangun akibat
kesulitan bernafas dan ini dapat menyebabkan nyeri kepala dan perasaan tidak
gangguan tidur rigan. Martin (2000) menyatakan bahwa kesulitan tidur dapat
yang kesulitan tidur biasanya tidak mendapatkan tidur yang cukup sehingga akan
mudah lelah ketika tekanan darah meningkat dan 32% menyatakan mengalami
gangguan tidur sedang karena faktor mudah lelah. Hal ini sesuai dengan Shapiro
tidur, dimana biasanya seseorang yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka
bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam.
antaranya adalah suara bising dari keluarga, sorot lampu ruangan yang terlalu
terang dan suhu ruangan yang terlalu panas (Potter & Perry, 2005). Pada
penelitian ini didapati ada 57% responden yang pernah berada pada lingkungan
tertundanya tidur dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur. WHO
(2004) juga menyatakan hal yang sama namun WHO menambahkan bahwa
sebagian besar responden tidak mengeluhkan kurang tidur tetapi memiliki tidur
yang non-restoratif, mengalami kelelahan dan atau sakit kepalapada saat bangun
Sorot lampu ruangan yang terlalu terang pernah dirasakan oleh 15 orang
tidur. Hasil ini tidak sesuai dengan Lee (1997) yang menyatakan bahwa sorot
lampu yang terlalu terang dapat menyebabkan gangguan tidur dan dapat
sedang. Hasil ini sesuai dengan Potter & Perry (2005) ruangan yang terlalu panas/
mengganggu tidur seseorang. Lee (1997) juga menyatakan hal serupa, bahwa
seseorang akan mengalami gangguan tidur apabila tidur di ruangan yang terlalu
1. Kesimpulan
mayoritas responden adalah wanita (77%) dan mayoritas tergolong pada usia
dewasa madya (66%) dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (54%) dengan
penduduk yang padat (80%) dan mayoritas memiliki teman sekamar 1-2 orang
(63%).
yang dapat dilihat dari total waktu tidur pada malam hari 5-6 jam (37%), lama
waktu yang dibutuhkan untuk tertidur 31-60 menit (37%) dan frekuensi terbangun
karena faktor fisik di antaranya adalah pusing (367%) pada tingkat gangguan
ringan dan 37% pada tingkat gangguan sedang, rasa tidak nyaman (52%) pada
tingkat gangguan ringan, sulit bernafas (38%) pada tingkat gangguan ringan,
sukar tidur (43%) pada tingkat gangguan ringan dan mudah lelah (32%) pada
tingkat gangguan sedang. Selain itu ada juga faktor lingkungan yang dapat
mengganggu tidur di antaranya adalah suara bising dari keluarga (35%) dengan
tingkat gangguan ringan dan suhu ruangan yang terlalu panas (33%) dengan
yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebaiknya mempunyai sampel yang
lebih banyak yang mewakili dari beberapa Wilayah Kerja Puskesmas. Di samping
itu perlu diperhatikan apakah gejala klinis dari penderita hipertensi yang
juga perlu diidentifikasi skala tiap-tiap bagian dari faktor gangguan tidur yang
dialami oleh penderita hipertensi seperti faktor fisik yaitu pusing, rasa tidak
nyaman, sulit bernafas, sukar tidur, dan mudah lelah serta faktor lingkungan yaitu
suara/ kebisingan, sorot lampu ruangan yang terlalu terang, dan suhu ruangan
yang terlalu panas. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk menambahkan
adanya faktor lain yang menyebabkann gangguan tidur selain gejala fisik penyakit
intervensi yang tepat melalui pendidikan kesehatan tentang kualitas tidur dan
kesehatan untuk memberikan promosi kesehatan tentang kualitas tidur dan faktor-
faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi dan bagaimana cara mendapatkan