Anda di halaman 1dari 16

PEMBUATAN MEDIA TANAM JAMUR TIRAM PUTIH

(Pleurotus ostreatus) DI LOKASI BUDIDAYA JAMUR TEGAL


ILAT SOREANG

LAPORAN PENELITIAN

Oleh:

ALIGAN RAMADHAN 1147020005


ATEH RANI 1147020010
FAUZIAH KARLINA 1147020021
IMAS RISMAWATI 1147020032
LUCKY ADITYA P. 1147020040
NUR SADRINA GHAISANI 1147020047
RISSA ROCHIMAH 1147020056
VINA HERAWATI 1147020073

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017 M /1438 H
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis dengan dua
musim dan curah hujan cukup tinggi setiap tahunnya. Tingginya curah hujan
menyebabkan kondisi lingkungan yang lembab pada sebagian besar
wilayahnya. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang potensial
bagi jamur untuk tumbuh dan berkembang sehingga banyak jamur yang
ditemukan disetiap wilayah Indonesia, salah satunya yaitu pada daerah Jawa
Barat.
Sebagaimana yang kita ketahui selama ini bahwa jamur dikategorikan
menjadi dua, yaitu jamur yang potensial untuk dikonsumsi dan jamur yang
dapat bersifat racun apabila dikonsumsi. Salasatu jamur yang banyak dan biasa
dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah jamur tiram putih (P.ostreatus).
Tingginya permintaan pasar akan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia
berimbas pada peningkatan produksi pangan, termasuk pada produksi jamur
tiram putih (P.ostreatus). Di Pasaran jamur tiram putih (P.ostreatus)banyak
dibutuhkan masyarakat baik dalam bentuk sebelum diolah maupun dalam
bentuk olahan siap makan.
Petani-petani jamur masih terbatas keberadaannya, kebanyakan dari
mereka membudiddayakan jamur yang dapat dikonsumsi seperti jamur tiram
putih (P.ostreatus). Salahsatu tempat budidaya jamur tiram putih (P.ostreatus)
di Jawa Barat terletak pada Wilayah Soreang, Bandung Selatan. Di lokasi
tersebut jamur tiram putih (P.ostreatus) diproses dari mulai pembuatan bibit
hingga menjadi jamur yang siap dipanen dan didistribusikan pada konsumen.
Salahsatu proses dalam budidaya jamur tiram putih (P.ostreatus) adalah
pembuatan media tanam. Media tersebut merupakan bagian penting sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya jamur tiram putih (P.ostreatus).
Keberhasilan dalam panen dan kualitas jamur tiram putih (P.ostreatus)
dipengaruhi oleh media. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai
prosedur pembuatan media tanam jamur tiram putih (P.ostreatus) dan faktor
faktor yang dapat mempengaruhi media tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara pembuatan media tanam bagi jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus)?
2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi media tanam jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus)?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada prosedur pembuatan media tanam jamur
tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan faktor faktor yang mempengaruhi
media tersebut.
1.4 Tujuan
1. Mengetahui prosedur pembuatan media tanam jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus).
2. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi media tanam jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur Tiram atau Oyster Mushroommerupakan jamur perombak kayu.
Adabeberapa spesies yaitu Pleurotus ostreatus(Tiram putih), Pleutorus flabelatus
(Tirammerah), Pleurotus sajor-caju, P. sapidus, P.cornucopiae, dan P. eryngii.
Jamur ini dapattumbuh pada serbuk gergaji, jerami padi,sekam, limbah kapas,
limbah daun teh,klobot jagung, ampas tebu, limbah kertas,dan bahan lignoselulosa
lain(Sumarsih, 2008).
Budidaya jamur tiram putih sama seperti berbagai macam jamur yang
dapat dikonsumsi, yaitumemerlukan lignin sebagai sumber nutrisinya yang
dikonsumsi dengan mengubah makromolekulkarbohidrat menjadi molekul gula
yang lebih sederhana dengan bantuan enzim ligninase yangdihasilkannya. Selain
itu lignin tidak hanya terdapat komponen pokok limbah kayu, seperti serbuk
kayugergaji, tetapi tapi juga terdapat pada hampir semua limbah pertanian yang
juga mengandunghemiselulosa, selulosa, makro elemen penting, protein, dan
vitamin(Sutarman, 2012).
Jamur Tiram dapat ditanam padabahan yang mengandung lignoselulosa
tanpadipersiapkan lebih dahulu sepertidifermentasi atau tanpa
dikomposkanterlebih dahulu. Pertumbuhan miseliumpada bagas lebih cepat
dibandingkan jerami dan sekam padi. Untuk jamur Tiram putih sangat cocok
ditanam pada media kayu gergajian dari kayu Albizia (Sumarsih, 2008).
Jamur tiram putih merupakan satu contoh jamur budidaya yang di habitat
alaminya tumbuh pada kayu-kayu lapuk.Dalam pembudidayaannya biasanya
digunakan media dari bahan yang berselulosa seperti serbuk gergaji yang
merupakan limbah dari tempat pengolahan kayu.Media serbuk gergaji tidak bisa
langsung dipakai, biasanya dibiarkan berbulan-bulan baru siap digunakan. Hal ini
disebabkan karena kandungan senyawa tertentu dari media bahan dasar sendiri
yang membuat proses dekomposisi media menjadi lambat yang juga memberi
dampak pada pertumbuhan dan produksi jamur nantinya. Perlakuan ini bertujuan
untuk mempercepat waktu persiapan dalam pengolahan sehingga lebih
memudahkan jamur dalam melisis media (Kasmawati dkk., 2013).
Jamur tiram putih mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia, protein
nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat mencegah timbulnya
penyakit darah tinggi dan jantung serta untuk mengurangi berat badan dan
diabetes.Kandungan asam folat (vitamin B komplek) yang tinggi dapat
menyembuhkan anemia dan obat antitumor.Jamur tiram putih dapat digunakan
untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan kekurangan
zat besi (Pasaribu, 2002).
Media substitusi berupa baglog sisa penanaman jamur yang mempunyai
ciri ciri serbuk log ringan, masih ditumbuhi miselium berwarna putih dan
biasanya digunakan kembali oleh pengusaha jamur untuk pembuatan pupuk
kompos.Pembuatan media sangat penting diperhatikan karena berpengaruh
terhadap daya tumbuh jamur dan produktivitasnya (Utoyo, 2010).
Sumber selulosa pada umumnya berasal dari limbah, misalnya jerami,
bongkol jagung, serbuk gergaji, bagase, daundaunan dan limbah kertas.Selulosa
dapat dikompos dengan mudah dan cepat hanya oleh organismeorganisme
tertentu yang spesifik yang ditemukan diantara bakteri, jamur aktinomicetes dan
binatangbinatang tingkat rendah (Fardiaz, 1988).
Faktor lingkungan yang berpengaruhmeliputi suhu, sinar matahari, pH,
CO2,kelembapan, kandungan air, ukuran partikel,viabilitas kultur, dan
kontaminan.Kandungan air pada mediapenanaman yang sesuai untuk
pertumbuhanmiselium adalah 60 - 70%. Ukuran partikelsubstrat untuk jerami
adalah 2 - 3 cm.Kelembapan relatif udara minimum 75%.Suhu optimum untuk
pertumbuhan miseliumadalah 250C, dan pH optimumnya 5,5 - 6,5(Sumarsih,
2008).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di lokasi budidaya jamur tiram putih (P.ostreatus)
Tegal Ilat, Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat pada hari sabtu tanggal 22
April 2017 dan Uji pH di Laboratorium Biologi Universitas Islam Negri Sunan
Gunung Djati Bandung pada tanggal 27 April 2017
3.2 Metode dan Desain
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif di lokasi budidaya jamur tiram
putih (P.ostreatus) dan secara eksperimental untuk menguji pH air serta
campuran media yang digunakan di Laboratorium Biologi Universitas Islam
Negri Sunan Gunung Djati Bandung.
3.3 Prosedur Penelitian
A. Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah kamera, alat rekam, alat
tulis dan termoeter. Sedangkan bahan yang digunakan dalam peneitian adalah pH
indikator universal.
B. Pengambilan data
Data deskriptif diambil dari hasil wawancara secara serta melihat langsung
proses pembuatan media dari awal persiapan hingga penyimpanan media kepada
pegawai yang menangani bagian media.
C. Pengukuran pH dan Suhu
Sampel media dari lokasi diambil dan diuji di laboratorium menggunakan
kertas pH Universal. Media tersebut diambil dari baglog yang telah siap diberi
bitbit dan diambil dari baglog yang telah selesai difermestasi sebelum disterilisasi
sebagai perbandingan. Selain media, sampel air yang digunakan untuk
pencampuran media juga diambil sampelnya dan diukur pHnya. Suhu pada lokasi
pembuatan dan penyimpanan media diukur secara langsung dilokasi dengan
menggunakan termometer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel 1. Media Tanam Jamur Tiram(Pleurotus ostreatus)


Gambar Keterangan
Bibit jamur terdiri dari:
Bekatul
Serbuk kayu Albasiah
Kapur
Jagung
Bibit Jamur
(Dokumentasi Pribadi, 2017)
Pada proses ini medium ditambahkan
bibit jamur secukupnya dan disumbat
dengan kain majun. Dimana kain
majun berfungsi untuk sirkulasi udara.

Proses Pemasukan Bibit Jamur ke


Medium
(Dokumentasi Pribadi, 2017)
Medium jamur pada minggu pertama
masih belum menampakkan perubahan
yang signifikan.

Medium Jamur 1 Minggu


(Dokumentasi Pribadi, 2017)
Medium jamur pada minggu ke-3
sudah mulai tampak putih dikarenakan
miselium sudah mulai tumbuh dan
menyebar.

Medium Jamur 3 Minggu


(Dokumentasi Pribadi, 2017)

Media merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan


keberhasilan budidaya jamur. Pemilihan bahan yang cocok merupakan kunci
suksesbagi pertumbuhan jamur. Pada hasil pengamatan mengenai medium,
medium (baglog) terdiri dari beberapa komposisi yaitu bekatul, serbuk kayu
albasiah dan kapur yang sudah di sterilisasi yang dimasukkan kedalam plastik,
dalam satu kantung medium (baglog) beratnya sebesar 800 gram yang diberi bibit
jamur yang dalam satu kantung beratnya 3 gram dari bibit tersebut bisa
dimasukkan kedalam medium sebanyak 6-7 kantung medium. Medium yang telah
ditutupyang menariknya itu Bapak Fajar selaku pemilik budidaya ini
menambahkan kain majun sebagai bahan penutup yang berfungsi sebagai sirkulasi
udara bagi jamur dan memudahkan timbulnya jamur ke permukaan. Baglog
tersebut kemudian disimpan selama 1 bulan, apabila medium tersebut tampak
berwarna putih akibat miselium yang tumbuh menyebar maka medium siap untuk
dimasukkan pada ruang perawatan sampai akhirnya terbentuk jamur tiram putih
yang siap panen.Ratusan Baglog yang telah terpakai atau telah masa panen maka
baglog tersebut dibuang dan tidak dipakai kembali, untuk mengurangi limbahnya
baglog tersebut dijadikan pupuk.
Baglog harus dalam keadaan hangat yang optimum tidak terlalu panas
ataupun dingin itu bisa dibuktikan dari pegawai bapak Fajar sendiri bahwa jika
musim hujan medium tersebut akan cepat busuk dan jika suhu panas maka akan
timbul kontaminasi pada medium yang tampak berwarna hijau dan akan muncul
jamur salak (jamur yang mengeluarkan bau seperti salak). Pengukuran suhu
diruangan budidaya ini yang yaitu 21C hal tersebut ternyata bukan merupakan
suhu optimum bagi jamur yang menurut Utama dkk.,(2013) suhuoptimum jamur
berkisar 27 -30 C mungkin pada pengukuran suhu diruangan tersebut terpengaruh
pada keadaan suhu di waktu pagi yang masih dingin saat pengamatan.
Menurut Husein (2002) jamur pangan pada umumnya tumbuh pada media
kayu. Budidaya jamur tiram putih pada dasarnya memerlukan lignin sebagai
sumber nutrisinya yang dikonsumsi dengan mengubah makromolekulkarbohidrat
menjadi molekul gula yang lebih sederhana dengan bantuan enzim ligninase
yangdihasilkannya. Oleh karena itu penambahan komposisi pada medium perlu
diperhatikan sebagai sumber nutrisinya. Media tumbuh atau substrat yang
digunakan pada jamur tiram ini adalah sebagai berikut :
a. Kayu albasiah
Secara umum kayuditambahkan kedalam media sebagai nutrisi bagi jamur
karena kayu menurut Husein (2002) banyak mengandung selulosa,
hemiselulosa,dan lignin yang merupakan tiga enzim yang dibutuhkan
jamuruntuk mendegradasi lignoselulosa.
Penambahan kayu albasiah pada medium ini dipilih karena menurut
narasumber proses pertumbuhan jamurnya lebih cepat dari teksturnya yang halus
hal tersebut pun diperkuat oleh literaturmenurut Fadillah (2010) kayu albasiah
ini bahannyayang lunak sehingga memudahkan proses pengukusan dan
penyerapannutrisi serta senyawa-senyawa lainnya yang diperlukan untuk
pertumbuhanjamur. Kayu albasiah/sengon ini mengandung selulosa
(49,40%),hemiselulosa (24,59%), lignin (26,8%), abu (0,60%), silika
(0,20%)(Martawijaya,dkk, 1989).

b. Bekatul
Penambahan bekatul dalam media tanam jamur sangat di perlukankarena
pertumbuahn miselium bisa tumbuh dengan cepat Menurut Astawan (2004),
bahwa bekatul adalah hasil penggilingan padi yang sering digunakan untuk
makanan ternak. Dalam proses penggilingan padi di Indonesia bekatul adalah
proses penyosoan kedua
setelahdedak.Prosespenggilinganmerupakanprosespenghilangandedak dan bekatul
dari bagian endosperma atau kulit ari pada beras. Bekatul sangat cocok untuk
dijadikan media campurankarenadi dalamnyaterdapatsumber
karbohidrat,karbon,nitrogen,fosforsertavitaminB1danB2.
Kandungan karbohidratyang terdapatbekatul sebesar 84,36%.Fungsi dari
karbohidrat tersebut sebagai sumber karbon sehingga dapat
menambahnutrienpada mediatanam.Karbonmerupakanunsur penting yang
dibutuhkan jamur sebagai sumber energi dalam menjalankan
aktivitasmetabolismenya.Penambahankarbohidratlebih banyakpada
mediatanamjamurdapatmempercepatmunculnyatubuhbuah dan menambah berat
segar tubuh buah jamur tiram putih (Chang (2005) dalam Lukas (2012).
Kandungannitrogenyang terdapatpadabekatul3,41%
menyebabkanpertumbuhanmiselium lebihcepat. Menurut Ervina (2002)dalam
penelitian Darliana (2012) adanya nitrogendapatmenumbuhkanmiseliumlebih
tebal.Jamurmembutuhkan nitrogendari
substrat,nitrogenakandigunakanuntukmembentuk protoplasma
yangmerupakankomponendaridindingsel.selain itu terkandung u nsurfosfor pada
bekatulsebesar0,46%menyebabkanpertumbuhanmiseliumlebih banyak. Terdapat
juga protein yang menurut Adiyuwono (2000) dalam Purnamasari (2013), protein
pada bekatul dapat mempercepat penyebaran miselium. . Selain itu, vitamin,
mineral dan lemak yang terdapat di media bekatul
sebagainutrisi,substrat,penghasilkaloridan pupukalamibagi pertumbuhan jamur
tiram sehingga menghasilkan pertumbuhan jamur yangbaik. Karbon sebagai
sumber N dan thiamin (vitamin B1) berfungsi dalampembentukandan
perkembanganjamurtiramputih.
Sehingga adanya kandungan nutrisi yang cukup banyak dari bekatul dapat
menunjangmetabolismejamuruntukpertumbuhanmiseliumlebih cepat.
Berdasarkanhasil penelitianDarliana(2012) bahwapenambahannutrisipada
bekatulberpengaruhnyataterhadap panjang miselium pada semua umur
pengamatan.
c. Kapur
Selain itu penambahan kapur dalam pencampuran media tanam, menurut
Adiyuwono (2000) dalam Purnamasari (2013)digunakan
sebagaipenetraljugamengandungnutrisiyang membantupertumbuhan miselium
dan sebagai sumbermineral serta pengatur pH.
Bahan- bahan tersebut dipakai agar menghasilkan pertumbuhan jamur
yang baik, Hal inimembuktikan bahwa miselium jamurtiram putih tumbuh baik
padasubstrat dengan nutrisi lengkap yang cukup sebagai nutrisi miselium jamur
tiram putih (Utama dkk., 2013).
d. Biji jagung
Biji jagung yang ditambahkan pada media bibit untuk perbanyakan jamur
dipilih karena menurut Subowo (2012) mengandung gula (monosakarida)yang
merupakan sumber karbon bagipertumbuhan jamur.Komposisi kimia dari
bijijagung yaitu, air 13,5 %, protein 10%, lemak 4 %, zat tepung 6 %,pentose 6 %,
gula 1,4 % dan serat2,04 %.
Semua sumber nutrisi bagi jamur sangat berpengaruh pada proses
pertumbuhan jamur takaran komposisinya pun harus sesuai apabila tidak
adabeberapa kemungkinan yang menjadipenyebab kurang tersedianya unsurhara
bagi miselium jamur menurut Utama dkk., (2013) diantaranya sebagai berikut:
1. Bahan organik yangdigunakan berkualitas rendah,terutama bila terjadi
kerusakansebelum digunakan
2. Prosesfermentasi tidak berjalan denganbaik, sehingga beberapa
senyawakompleks tidak terurai dengan baikmenjadi senyawa sederhana
yangsiap diserap oleh miselium jamurtiram putih
3. Kemungkinanlain yang terjadi dari hilangnyasejumlah senyawa sederhana,
yangterbuang akibat pencucian danperebusan.
4.2Tabel 2. Pengujian pH
Gambar Keterangan
Media tanah
media yang sudah di pack pH 7
media yang baru di steamer
diluar pH 6
media yang belum di steamer
pH 7

pH Media
(Dokumentasi Pribadi, 2017)

Berdasarkan uji pH tersebut ternyata ph dari mediadalam beberapa


pengamatan ternyata rentang pH nya yaitu termasuk kategori netral hal ini
sesuai dengan literatur menurut (Achmad, Arlianti dan Azmi, 2011) hampir
semua miselium jamur tumbuh optimal pada pH antar 6,5-7,0 namun menurut
Utama dkk., (2013) selama pertumbuhan miselium akanterjadi perubahan pH
pada mediatanam, yaitu dengan adanya prosesperombakan lignoselulosa
yangmenghasilkan asam-asam organik .
Berbagai faktor yang dapatmempengaruhi pertumbuhanmiselium jamur
yaitu menurut (Sumarsih, 2008)meliputi :
1. Suhu
Suhu optimum untuk pertumbuhan miseliumadalah 27-30C
2. Sinar matahari
3. pH
Secara umum menurut (Achmad, Arlianti dan Azmi, 2011) hampir semua
miselium jamur tumbuh optimal pada pH antar 6,5-7,0.
4. CO2
5. Kelembaban
6. Kandungan air
Kandungan air pada mediapenanaman yang sesuai untuk
pertumbuhanmiselium adalah 60 - 70%
7. Ukuran partikel
Ukuran partikelsubstrat untuk jerami adalah 2 - 3 cm.Kelembapan
relatif udara minimum 75%.
8. Viabilitas kultur
9. Kontaminan
Pada budidaya jamur ini ternyata masih ada beberapa
kontaminasi pada media. Berdasarkan pemaparan dan hasil pengamatan,
di temukan jamur jenis lain yang tumbuh pada media. Hal ini
menunjukkan telah terjadi kontaminasi pada media. Baglog dapat
mengalami kontaminasi jamur liar saat masih dalam masa inkubasi.
Bahkan tingkat kontaminasinya dapat mencapai 85-90% dari baglog yang
diinkubasi (Widyastanto, 2012).
Penyebabnya terjadinya hal tersebut adalah karena komposisi
baglog menggunakan konsentrasi nutrisi yang tinggi, sedangkan suhu
dalam ruangan inkubasi panas dan pengap karena cuaca panas. Hal inilah
yang memicu munculnya bakteri termofilik dan jamur lain yang aktif
bekerja pada suhu tinggi dan didukung dengan nutrisi tinggi pada baglog.
Dan proses perombakan bahan-bahan organik itu akan memunculkan
organisme-organisme lain seperti jamur-jamur liar (selain jamur tiram
yang di tanam), dan kemunculan jamur-jamur liar tersebut adalah sebagai
bentuk kontaminasi bagi baglog jamur. Akhirnya miselium jamur akan
terganggu pertumbuhannya dan juga menyerap sari makanan dari baglog
(Widyastanto, 2012).
Kinerja bakteri dan jamur liar pada baglog akan lebih aktif jika
didukung dengan kondisi ruangan yang panas dan pengap dengan
pemberian nutrisi yang tinggi pada jamur, sehinga menimbulkan
kontaminasi jamur liar. Sedangkan jika nutrisi pada baglog jamur lebih
rendah, tidak terjadi kontaminasi jamur liar walau kondisi ruangan
inkubasi panas dan pengap (Widyastanto, 2012).
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan media


terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu komposisi bahan campuran,
lamanya proses steamer serta faktor eksternal yang dapat memengaruhi media
seperti suhu dan pH

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, M.T., Arlianti dan C. Azmi, 2011. Panduan Lengkap Jamur. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Astawan,Made.2004.KandunganGiziAnekaBahanMakanan.Jakarta: PTGramedia
Darliana, Ina. 2012. Pengaruh Penambahan Bekatul dan Limbah Cair Tahu
UntukMediaPertumbuhanDan ProduksiJamurTiramPutih
(Pleurotusostreatus).Forumpenelitian.UNBAR.
Fadillah, Nur. 2010. Tips Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Genius Publisher.
Fardiaz, S. 1988. Mikrobiologi Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor (IPB).
Husein, S. 2002. Pengaruh Macam Serbuk Gergaji terhadap Produksi dan
Kandungan Nutrisi Tiga Jenis Jamur Kayu.Jurnal Tropika. Vol. 10 No. 1:
79-86.
Kasmawati, dkk. 2013. Pertumbuhan Miselium Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatusL.) pada Media Tanam Campuran Baglog Bekas.Lampung :
Semirata FMIPA.
Lukas,Suhamowo.Budipramana,Isnawati.2012.Pertumbuhanmiselium
danProduksiTubuhBuahJamurTiramPutih(PleorotusOstreatus)
DenganMemanfaatkanKulitAriBijiKedelaiSebagaiCampuran
PadaMediaTanam.Jurnal.Vol1.Surabaya:JurusanBiologi,
UniversitasNegeriSurabaya
Pasaribu, T. 2002. Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar.Jakarta : PT.
Gramedia.
Putra Utama, Dusep Suhendar, Lisa Herlisa Romalia .Penggunaan berbagai
macam media tumbuh dalam pembuatan bibit induk jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus) 2013.Jur.Agroekoteknologi 5 (1) : 45 53
Purnamasari, Anisa. 2013. Produktifitas Jamur Tiram Putih
(Pleurotusostreatus)Pada MediaTambahanSerabutKelapa.Skripsi.
Surakarta:FkipBiologi,UniversitasMuhammadiyahSurakarta.
Sumarsih, S. 2008. Budidaya Jamur Tiram Dengan Media.Jakarta : Penebar
Swadaya.
Sutarman. 2012. Keragaan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus)
Pada Media Serbuk Gergaji dan Ampas Tebu Bersuplemen Dedak dan
Tepung Jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan.Vol. 12 (3): 163-
168.
Subowo, Y.B., dan H.J.D.Latupapua. 1998.Pengaruh Bobot danKomposisi
Media,Rangsangan Suhu danKimiawi terhadapPembentukan Tubuh
BuahJamur Shiitake. BeritaBiologi Vol. 4 No. 4: 167-173.
Utoyo, N. 2010. Bertanam Jamur Kuping di Lahan Sempit. Jakarta : PT.
AgroMedia Pustaka.
Widyastanto, Dian. 2012. Pengaruh Cuaca dan Hawa Panas Terhadap Penggunaan
Nutrisi Tinggi Pada Baglog (Pada masa Inkubasi).
(https://dyanwidyastanto.wordpress.com/). Diakses pada tanggal 27 April
2017 pukul 12:46.
Wijaya, Kartasujana, A.I., Mandang, Y.I, Prawira, S.A, dan Kadir, K.1989. Altas
Kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Badan Penelitian danPengembangan
Kehutanan Departemen Kehutanan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai