Anda di halaman 1dari 10

HANDOUT

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Semester : IV (Empat)

Dosen Pengajar : Ifah Latifah Amd.Keb

Waktu : 3 x 50 menit

Pokok Bahasan : Komplikasi dan penyulit pada kehamilan dan persalinan

Sub Pokok Bahasan : Kehamilan dengan penyakit gangguan jiwa :

1. Depresi
2. Psikosa
3. Psikoneurosa

Objektif Perilaku Siswa (OPS)

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian depresi.


2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian psikosa.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian psikoneurosa.

REFERENSI :

1. Prawirohardjo, Sarwono, 2011, Ilmu Kebidanan, Jakarta ,YBP-SP.


2. Hawari, Dadang, 2001, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta, Badan
Penerbit FKUI.
3. Di akses pada tanggal 10 april 2016 pukul 17.30 WIB
https://www.scribd.com/doc/91719235/Kehamilan-Dgn-Penyakit-Gangguan-
Jiwa
4. Saifuddin, Abdul Bari,2009, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal,Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

1
KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT GANGGUAN JIWA

I. Depresi

Istilah depresi adalah istilah yang menyangkut mood,gejala, atau sindroma.


Mood atau feeling blue adalah perasaan seseorang yang berkaitan dengan
perasaan sedih dan frustasi. Beberapa perempuan mengalami hal ini dalam
berbagai derajat beberapa minggu setelah persalinan. Gejala dapat merupakan
bagian dari gangguan fisik atau psikologik seperti alkoholisme, skizoprenia, atau
penyakit yang di sebabkan oleh virus. (Prawirohardjo, 2011 hal: 861)

Depresi pada wanita hamil, di tandai oleh perasaan sedih, tidak bergairah,
menyendiri, penurunan berat badan, insomnia, kelemahan, rasa tidak di hargai
dan pada kasus yang berat, ada keinginan untuk melakukan bunuh diri.
(Saifuddin, 2009 hal : 329)
Sindroma adalah sekumpulan gejala yang berhubungan dengan perubahan
mood. Ada dua tipe reaksi depresi :
A. Postpartum blues
Postpartum blues, di namakan juga postnatal blues atau baby blues adalah
gangguan mood yang menyertai suatu persalinan. Biasanya terjadi dari hari
ke-3 sampai ke-10 dan umumnya terjadi akibat perubahan hormonal. Hal ini
umum terjadi kira-kira antara 10-17% dari perempuan. Di tandai dengan
menangis, mudah tersinggung, cemas, menjadi pelupa dan sedih. Hal ini tidak
berhubungan dengan kesehatan ibu ataupun bayi,komplikasi obstetrik,
perawatan di rumah sakit, status sosial, atau pemberian asi atau susu formula.
Gangguan ini dapat terjadi dari berbagai latar belakang budaya tetapi lebih
sedikit terjadi pada budaya dimana seseorang bebas mengemukakan
perasaannya dan adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya.

2
B. Depresi
Kondisi ini termasuk sindroma depresi nonpsikotik yang dapat terjadi selama
kehamilan dan persalinan. Umumnya keadaan ini terjadi dalam beberapa
minggu atau bulan setelah persalinan. Insidensi antara 10-15%. Gejala-
gejalanya meliputi perubahan mood, pola tidur, makan, konsentrasi atau libido
dan mungkin gangguan somatik, fobia, dan ketakutan. Depresi pasca
persalinan mempunyai kecenderungan untuk rekuren pada kehamilan
berikutnya. Terapinya mencakup dukungan lingkungan terhadap ibu tersebut,
psikoterapi dan obat-obat anti depresi (di berikan dengan sangat hati-hati
mengingat pengaruhnya pada kehamilan dan menyusui). Jika di butuhkan,
pasien dapat di rawat di rumah sakit.(Prawirohardjo, 2009, hal :862)

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
(affective/mood disorder), yang di tandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :

1. Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun,


tidak semangat, merasa tidak berdaya.
2. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan.
3. Nafsu makan menurun.
4. Berat badan menurun.
5. Konsentrasi dan daya ingat menurun.
6. Gangguan tidur : insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya
hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali di
sertai dengan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya
mimpi orang yang telah meninggal.
7. Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak
berdaya).

3
8. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi
melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun.
9. Gangguan seksual (libido menurun).
10. Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri. (Hawari, 2001,
hal: 91)
II. Psikosa
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu
terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk
menanggulanginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan
adaptasi dan mengatasi stresor tersebut, sehingga timbullah keluhan-
keluhan antara lain berupa stres, cemas dan depresi.
Dari sekian banyak jenis stresor psikososial yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, para pakar memberikan beberapa contoh antara lain sebagai
berikut :
A. Perkawinan
Dalam masyarakat modern dan industri seperti sekarang ini,
lembaga perkawinan adalah lembaga atau institusi yang paling
banyak menderita. Salah satu faktor yang menyebabkan krisis
perkawinan adalah tidak di amalkannya kehidupan religius dalam
rumah tangga. Di Amerika Serikat misalnya disebutkan bahwa
dalam tiga dekade terakhir 70% rumah tangga berakhir dengan
perceraian. Di sebutkan pula bahwa dari 5 perkawinan dalam 5
tahun pertama, 3 perkawinan berakhir dengan perceraian. Salah
satu penyebab perceraian adalah ketidak setiaan (perselingkuhan).
B. Problem orang tua
Menjadi orang tua pada zaman sekarang ini tidak semudah
seperti pada zaman dahulu (misalnya pada tahun 60-an) hal ini di
sebabkan karena kondisi tatanan sosial dan ekonomi sudah jauh

4
berbeda. Orang tua zaman dahulu mempunyai anak banyak tidak
menjadi masalah, tidak demikian halnya sekarang banyak anak di
anggap merepotkan. Oleh karena itu problem orang tua zaman
sekarang adalah bahwa yang penting bukan berapa banyak jumlah
anak, melainkan yang utama adalah kualitas dari anak yang di
asuhnya.
C. Hubungan interpersonal (antar pribadi)
Hubungan antar sesama (perorangan /individual) yang tidak
baik dapat merupakan sumber stres. Misalnya hubungan yang
tidak serasi, tidak baik atau buruk dengan kawan dekat atau
kekasih, antara sesama rekan, antara atasan dan bawahan,
pengkhianatan.
D. Pekerjaan
Kehilangan pekerjaan (PHK, Pensiun) yang berakibat pada
pengangguran akan berdampak pada gangguan kesehatan bahkan
bisa sampai pada kematian.
E. Lingkungan hidup
Kondisi lingkungan hidup yang buruk besar pengaruhnya bagi
kesehatan seseorang. Misalnya masalah perumahan, polusi,
penghijauan dan lain-lain yang merupakan sarana dan prasarana
pemukiman hendaknya memenuhi syarat kesehatan lingkungan.
Selain dari pada itu yang tidak kalah pentingnya adalah suasana
kehidupan yang bebas dari gangguan kriminalitas yaitu keamanan
dan ketertiban masyarakat.
F. Perkembangan
Yang di maksudkan disini adalah tahapan perkembangan baik
fisik maupun mental seseorang (siklus kehidupan). Misalnya masa
remaja, masa dewasa, menopause, usia lanjut dan lain sebagainya.
Yang secara alamiah akan di alami oleh setiap orang. Dan, apabila

5
tahapan perkembangan tersebut tidak dapat di lampaui dengan baik
(tidak mampu beradaptasi), yang bersangkutan dapat mengalami
stres. (Hawari, 2001, hal: 3)
G. Manajemen gangguan psikologik pada kehamilan dan
persalinan.
Pada masa antenatal seleksi pasien dengan riwayat gangguan
psikologik harus di lakukan. Perhatikan pada pasien yang hamil
dengan riwayat gangguan psikik saat hamil dan persalinan/ nifas
sebelumnya, karena kecenderungan gangguan psikik yang lebih
berat sangat tinggi. Di butuhkan suatu komunikasi baik antara
dokter dengan pasien untuk kemudian dapat memberikan saran dan
psikoterapi yang memadai. Beberapa langkah dalam mengenali,
mencegah, dan mengobati kelainan psikik pada saat antenatal
antara lain :
1. Buatlah suatu perencanaan bersama untuk mengenali kelainan
psikik pada ibu hamil. Dengan menyadari adanya kelainan
psikik ini, seluruh personil dapat memberikan terapi awal.
2. Berikan penjelasan tentang tahap-tahap persalinan/nifas pada
keluarganya.
3. Dengarkan dan berilah tanggapan apabila pasien menyatakan
keluhannya. Lakukan pemeriksaan secara cermat. Apabila di
perlukan, periksalah pelengkap diagnostik dengan laboratorium
ataupun USG, foto rontgen, MRI, dan sebagainya untuk
mendapatkan keyakinan dan kemantapan langkah-langkah
kehamilan dan persalinan selanjutnya.
4. Ajaklah dan arahkan pasien dan keluarganya pada persiapan
untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan penyulit pada
saat kehamilan dan persalinan sedemikian rupa sehingga
pasien atau keluarganya mempunyai kepercayaan yang tinggi

6
terhadap kemampuan dokter atau sarana pelayanan yang ada.
Informasi yang jelas dan terbuka disertai dengan komunikasi
yang baik dengan suami dan keluarga ibu hamil tersebut akan
merupakan dukungan yang sangat berarti. (Prawirohardjo,
2011, hal :862)
III. Psikoneurosa
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat di sebutkan sebagai neurosa saja
adalah gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat
adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut
tidak dapat mengatasi konfliknya. Oleh karena ketegangannya tidak
mereda akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian
terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar
tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).
Oleh karena itu, psikoneurosis bukanlah suatu penyakit. Penderita
psikoneurosis biasanya adalah orang yang taraf kecerdasannya cukup
tinggi. Mereka cukup kritis untuk menilai situasi atau motif-motif yang
saling bertentangan sehingga mereka sangat merasakan adanya konflik.
Sebaliknya orang yang tidak cukup tinggi taraf kecerdasannya, kurang
kritis untuk mengerti konflik-konflik yang ada. Berbeda dengan gangguan
psikotik, pada psikoneurosa tidak terjadi disorganisasi kepribadian yang
serius dalam kaitannya dengan realitas eksternal. Biasanya penderita
memiliki sejarah hidup yang penuh kesulitan, di barengi tekanan-tekanan
batin dan peristiwa yang luar biasa. Atau mengalami kerugian psikis yang
besar sekali, karena terampas dari lingkungan sosial yang baik kasih
sayang sejak usia yang sangat muda. Proses pengkondisian yang buruk
terhadap mental pasien itu menumbuhkan simpton-simpton mental yang
patologis atau menimbulkan macam-macam bentuk gangguan mental.
Dengan demikian gejala atau karakteristik dari penderita psikoneurosa
diantaranya : penderita tidak mampu mengadakan adaptasi terhadap

7
lingkungannya, tingkah lakunya jadi abnormal dan aneh-aneh serta
penderita biasanya tidak mengerti dirinya sendiri dan membenci pula diri
sendiri. Sebab-sebab yang utama penyakit psikoneurosa atau lebih populer
di singkat dengan neurosa, antara lain ialah : faktor-faktor psikologis dan
cultural, yang menyebabkan timbulnya banyak stres dan ketegangan-
ketegangan kuat yang kronis pada seseorang. Sehingga pribadi mengalami
frustasi dan konflik-konflik emosional dan pada akhirnya mengalami satu
mental breakdown.
(https://www.scribd.com/doc/91719235/Kehamilan-Dgn-Penyakit-
Gangguan-Jiwa di akses pada tanggal 10 april 2016 pukul 17.30 WIB).
Sebab-sebab lainnya adalah di antaranya :
1. Ketakutan terus menerus dan sering tidak rasional. Misalnya : bagi
ibu hamil takut memikirkan terus sakitnya melahirkan.
2. Ketidakseimbangan pribadi.
3. Konflik-konflik internal yang serius, khususnya yang sudah di
mulai sejak masa kanak-kanak.
4. Kurang adanya usaha dan kemauan.
5. Lemahnya pertahanan diri (memakai defence mechanism yang
negative).
A. Jenis-jenis Neurosis
1. Neurosis cemas
a. Gejala neurosis
1). Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala
ringan seperti mengambang, mudah lelah, keringat dingin.

2).Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik,


depresi.

8
b. Faktor penyebab
Faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara
psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun
seperti kemarahan yang di pendam.
c. Terapi neurosis cemas
Ada beberapa jenis terapi yang dapat di pilih untuk
menyembuhkan neurosis cemas, yaitu :
1). Psikoterapi individual
2). Psikoterapi kelompok
3). Psikoterapi analitik
4). Sosioterapi
5). Farmakoterapi
2. Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang
tanpa di kehendaki oleh penderita. Gejala ini sering timbul dan
hilang secara tiba-tiba. Terutama bila penderita menghadapi situasi
yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis histeria
1). Histeria minor atau reaksi konfersi
Pada histeria minor kecemasan di ubah atau di konversikan
menjadi gangguan fungsional susunan syaraf somatomotorik
atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh dan kejang-
kejang.
2). Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang di alami
penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa
fungsi kepribadian satu dengan yang lainnya sehingga bagian

9
yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul
gejala : amnesia, somnabulisme, fugue dan kepribadian ganda.
c. Sebab-sebab histeria
1). Ada presdiposisi pembawaan berupa pembawaan sistem syaraf
yang lemah.
2).Tekanan mental yang di sebabkan oleh kesusahan, kekecewaan,
shock dan pengalaman traumatis.
3). Kondisi fisik yang buruk seperti sakit-sakitan, gangguan
pikiran dan badaniah.
d. Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa tekhnik terapi yang dapat di lakukan antara lain :
1). Tekhnik hipnosis
2). Psikoterapi suportif
3). Tekhnik asosiasi bebas
4). Farmakoterapi

(https://www.scribd.com/doc/91719235/Kehamilan-Dgn-Penyakit-
Gangguan-Jiwa di akses pada tanggal 10 april 2016 pukul 17.30
WIB).

10

Anda mungkin juga menyukai