Hal ini tentunya dapat terjadi karena gagalnya salah satu proses pada proses
pengendalian manajemen sektor publik. Salah satu bentuk kegagalan ini dapat terlihat dari
salah satu contoh kasus yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia dan menimbulkan polemik
selama kurang lebih delapan bulan. Kasus tersebut adalah kasus rencana dan tertundanya
pembangunan gedung baru untuk DPR.
Lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan rakyat (DPR) yang seharusnya bekerja
mewakili kepentingan rakyat dan memperjuangkan spirasi rakyat, nyatanya bekerja untuk
kepentingan diri, kelompok dan partainya. Fenomena itu tampak dari tidak sensitif dan
responsifnya anggota DPR terhadap kebutuhan dasar dan kondisi kehidupan masyarakat. Di
tengah himpitan ekonomi serta merosotnya daya beli masyarakat misalnya, anggota DPR
malah berinisiatif membangun kantor DPR dengan harga mencapai kurang lebih Rp 1, 138
triliun. Rencana tersebut jelas mencederai rasa keadilan masyarakat. Publik pun bereaksi serta
mempersoalkannya hingga rencana pembangunan gedung DPR itu tak terdengar lagi
kejelasannya sekarang.
Jadi, ada indikasi rencana pemecahan paket, sehingga potensi kerugian negara