Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN EPILEPSI

A. Pengkajian
a) Identitas pasien
1. Nama
2. umur
3. alamat
4. suku,
5. bangsa
6. pendidikan
7. pekerjaan.

b) Pemeriksaan umum

a.) Kepala
Pengkajian kepala meliputi : ukuran , kesimetrisan, distribusi rambut dan
lingkar kepala. Pada klien dengan epileapsi biasanya klien mengeluhkan
nyeri oleh karena adanya spasme atau penekanan pada tulang tengkorak
akibat peningkatan TIK sewaktu kejang.

b.) Mata

Pengkajian mata meliputi ketajaman penglihatan, gerakan ekstra ocular,


kesimetrisan, penglihatan warna, warna konjungtiva, warna sclera, pupil, reflek
cahaya kornea. Pada klien dengan epilepsi saat terjadi serangan klien biasanya
mata klien cenderung seperti melotot bahkan pada sebagian anak lensa mata
dapat terbalik sehingga pupil tidak Nampak.
c) Hidung

Pengkajian hidung meliputi : fungsi penciuman, kesimetrisan, amati ukuran


dan bentuk, kebersihan dan epitaksis. Pada penderita epilepsi jarang di temukan
kelainan pada hidung.

d) Mulut

Pengkajian pada mulut meliputi : pemeriksaan bibir terhadap warna,


kelembaban, lesi, gusi, lidah dan dalam palatum terhadap kelembaban,
pendarahan, jumlah gigi dan tonsil. Pada penderita epilepsi biasanya
ditemukan adanya kekakuan pada rahang.
e) Telinga

Pengkajian pada telinga meliputi: hygiene, kesimetrisan, ketajaman


pendengaran.
f) Leher

Pengkajian pada leher meliputi : pemeriksaan gerakan kepala ROM (Range


Of Motion), pembengkakan dan distensi vena. Pada sebagian penderita
epilepsi juga ditemukan kaku kuduk pada leher.

g) Dada

Pengkajian pada dada meliputi : kesimetrisan, amati jenis pernafasan, amati


kedalaman dan regularitas, bunyi nafas dan bunyi jantung.

h) Abdomen

Pengkajian pada abdomen meliputi : pemeriksaan warna dan keadaan kulit


abdomen, auskultasi bising usus, perkusi secara sistemik pada semua area
abdomen, palpasi dari kuardan bawah keatas. Pada penderita epilepsi biasanya
terdapat adanya spasme abdomen.
i) Ekstermitas

Atas : pengkajian meliputi : kesimetrisan, antara tangan kanan dan kiri, kaji
kekuatan ektermitas atas dengan menyuruh anak meremas jarinya. Pada
penderita epilepsi biasanya terdapat aktivitas kejang pada ekstermitas
Bawah : pengkajianya meliputi kesimetrisan antara kaki kanan dan kiri, kaji
kekuatan ektermitas bawah. Pada penderita epilepsi biasanya terdapat aktivitas
kejang pada ekstemitas
j) Genetalia

Pengkajian pada genetalia meliputi ; pemeriksaan kulit sekitar daerah anus


terhadap kemerahan dan ruam, pemeriksaan anus terhadap tanda-tanda fisura,
hemoroid, polip, atresia ani.

keluhan utama:

Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya ketempat pelayanan


kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai
mulut berbuih. Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak
baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga mengeluh anaknya atau anggota
keluarganya sering berhenti mendadak bila diajak bicara.

c). Riwayat penyakit sekarang:

kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.

d). Riwayat penyakit dahulu:

Trauma lahir, Asphyxia neonatorum


Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
Ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
Tumor Otak
Kelainan pembuluh darah
Demam
Stroke
gangguan tidur
penggunaan obat
hiperventilasi
stress emosional

e). Riwayat penyakit keluarga:

Pandangan yang mengatakan penyakit ayan merupakan penyakit keturunan


memang tidak semuanya keliru, sebab terdapat dugaan terdapat 4-8% penyandang
ayan diakibatkan oleh faktor keturunan.

f) Riwayat psikososial

Intrapersonal : klien merasa cemas dengan kondisi penyakit yang


diderita.
Interpersonal : gangguan konsep diri dan hambatan interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit epilepsi (atau ayan yang lebih umum di
masyarakat).

g). Pemeriksaan fisik (ROS)

1) B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi apnea,


aspirasi

2) B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis

3) B3 (brain): penurunan kesadaran

4) B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine

5) B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia alfi

6) B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat menggerakkan


anggota tubuh, mengeluh meriang.
B . Diagnosa Keperawatan

1) Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan


keseimbangan).

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva

3) Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk
penyakit epilepsi dalam masyarakat

4) Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea dan apnea

5) Intoleransi aktivitas b.d penurunan kardiac output, takikardia

6) Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pada nervus organ sensori persepsi

7) Ansietas b.d kurang pengetahuan mengenai penyakit

8) Resiko penurunan perfusi serebral b.d penurunan suplai oksigen ke otak

D. Intervensi dan rasional

1) Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).

Tujuan : Klien dapat mengidentifikasi faktor presipitasi serangan dan dapat


meminimalkan/menghindarinya, menciptakan keadaan yang aman untuk klien,
menghindari adanya cedera fisik, menghindari jatuh

Kriteria hasil : tidak terjadi cedera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak
ada memar, tidak jatuh
Intervensi Rasional
Observasi:

Identivikasi factor lingkungan yang Barang- barang di sekitar pasien dapat


memungkinkan resiko terjadinya cedera membahayakan saat terjadi kejang
Pantau status neurologis setiap 8 jam Mengidentifikasi perkembangan atau
penyimpangan hasil yang diharapkan
Mandiri:

Jauhkan benda- benda yang dapat Mengurangi terjadinya cedera seperti


mengakibatkan terjadinya cedera pada akibat aktivitas kejang yang tidak
pasien saat terjadi kejang terkontrol
Pasang penghalang tempat tidur pasien Penjagaan untuk keamanan, untuk
mencegah cidera atau jatuh
Letakkan pasien di tempat yang rendah Area yang rendah dan datar dapat
dan datar mencegah terjadinya cedera pada pasien
Tinggal bersama pasien dalam waktu Memberi penjagaan untuk keamanan
beberapa lama setelah kejang pasien untuk kemungkinan terjadi kejang
kembali
Menyiapkan kain lunak untuk mencegah Lidah berpotensi tergigit saat kejang
terjadinya tergigitnya lidah saat terjadi karena menjulur keluar
kejang
Tanyakan pasien bila ada perasaan yang Untuk mengidentifikasi manifestasi awal
tidak biasa yang dialami beberapa saat sebelum terjadinya kejang pada pasien
sebelum kejang

Kolaborasi: Mengurangi aktivitas kejang yang


berkepanjangan, yang dapat mengurangi
Berikan obat anti konvulsan sesuai advice
suplai oksigen ke otak
dokter
Edukasi:

Anjurkan pasien untuk memberi tahu jika Sebagai informasi pada perawat untuk
merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, segera melakukan tindakan sebelum
atau mengalami sesuatu yang tidak biasa terjadinya kejang berkelanjutan
sebagai permulaan terjadinya kejang.
Berikan informasi pada keluarga tentang Melibatkan keluarga untuk mengurangi
tindakan yang harus dilakukan selama resiko cedera
pasien kejang

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva

Tujuan : jalan nafas menjadi efektif

Kriteria hasil : nafas normal (16-20 kali/ menit), tidak terjadi aspirasi, tidak ada
dispnea

Intervensi Rasional
Mandiri:

Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut menurunkan resiko aspirasi atau masuknya
dari benda / zat tertentu / gigi palsu atau alat sesuatu benda asing ke faring.
yang lain jika fase aura terjadi dan untuk
menghindari rahang mengatup jika kejang
terjadi tanpa ditandai gejala awal.

Letakkan pasien dalam posisi miring,


permukaan datar

meningkatkan aliran (drainase) sekret,


Tanggalkan pakaian pada daerah leher / dada
mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan
dan abdomen nafas

untuk memfasilitasi usaha bernafas / ekspansi


dada
Melakukan suction sesuai indikasi

Mengeluarkan mukus yang berlebih,


menurunkan resiko aspirasi atau asfiksia.

Membantu memenuhi kebutuhan oksigen agar


tetap adekuat, dapat menurunkan hipoksia
Kolaborasi
serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang
Berikan oksigen sesuai program terapi menurun atau oksigen sekunder terhadap
spasme vaskuler selama serangan kejang.

3) Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit
epilepsi dalam masyarakat

Tujuan: mengurangi rendah diri pasien

Kriteria hasil:

- adanya interaksi pasien dengan lingkungan sekitar

- menunjukkan adanya partisipasi pasien dalam lingkungan masyarakat

Intervensi Rasional
Observasi:

Identifikasi dengan pasien, factor- factor yang Memberi informasi pada perawat tentang
berpengaruh pada perasaan isolasi sosial factor yang menyebabkan isolasi sosial pasien
pasien
Mandiri:

Memberikan dukungan psikologis dan Dukungan psikologis dan motivasi dapat


motivasi pada pasien membuat pasien lebih percaya diri
Kolaborasi

Kolaborasi dengan tim psikiater Konseling dapat membantu mengatasi


perasaan terhadap kesadaran diri sendiri.
Rujuk pasien/ orang terdekat pada kelompok Memberikan kesempatan untuk mendapatkan
penyokong, seperti yayasan epilepsi dan informasi, dukungan ide-ide untuk mengatasi
sebagainya. masalah dari orang lain yang telah mempunyai
pengalaman yang sama.
Edukasi:

Anjurkan keluarga untuk memberi motivasi Keluarga sebagai orang terdekat pasien, sangat
kepada pasien mempunyai pengaruh besar dalam keadaan
psikologis pasien
Memberi informasi pada keluarga dan teman Menghilangkan stigma buruk terhadap
dekat pasien bahwa penyakit epilepsi tidak penderita epilepsi (bahwa penyakit epilepsi
menular dapat menular).
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

EPILEPSI

OLEH :

KELOMPOK 5 :

1. DEWI WAHYUNI
2. LESTARI
3. RIA SAPUTRI
4. RUSTAN EFENDI
5. SRI GANTI D.RONTA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

TP : 2015

Anda mungkin juga menyukai