Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi
berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari). Faktor yang mempengaruhi
diare : Lingkungan Gizi Kependudukan, Pendidikan Sosial Ekonomi dan Prilaku
Masyarakat.

Penyakit Diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti
halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun
dengan tata-laksana Diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dapat ditekan
seminimal mungkin. Pada bulan Oktober 1992 ditemukan strain baru yaitu Vibrio
Cholera 0139 yang kemudian digantikan Vibrio cholera strain El Tor di tahun 1993 dan
kemudian menghilang dalam tahun 1995-1996, kecuali di India dan Bangladesh yang
masih ditemukan. Sedangkan E. Coli 0157 sebagai penyebab Diare berdarah dan HUS (
Haemolytic Uremia Syndrome ). KLB pernah terjadi di USA, Jepang, Afrika selatan dan
Australia. Dan untuk Indonesia sendiri kedua strain di atas belum pernah terdeteksi.

Pada tanggal 1 Februari 2010 UPT Surveilans Data dan Informasi Dinas Kesehatan
Propinsi Sulawesi Tengah menerima informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli
bahwa telah terjadi KLB diare dengan kematian akibat diare sejumlah 4 orang yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Dakopamean tepatnya di Desa Lingadan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas Tim Gerak Cepat penanggulangan KLB Dinas
Kesehatan Propinisi Sulawesi Tengah bersama Dinas Kesehatan Tolitoli melakukan
penyelidikan epidemiologi dimulai pada tanggal 2 Februari 2010. Penyelidikan ini untuk
melakukan konfirmasi kejadian dan mengidentifikasi faktor-faktor yang di duga berperan
dalam kejadian tersebut.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
terjadinya Kejadian Luar Biasa Diare.
2. Untuk cara pencegahan dan penanggulangannya
BAB II

PEMBAHASAN

PENYIDIKAN KLB ( Kejadian Luar Biasa ) DIARE

A. Definisi Diare

Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan frekuensi yang
tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair. (Bagian ilmu
kesehatan anak FK UI, 1998).Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan
tanpa lender darah. (Aziz, 2006).Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi
dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan
tiga kali atau lebih perhari. (Ramaiah,2002).Diare merupakan salah satu gejala dari
penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.
(Ngastiyah, 2003).

Jadi diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja yang encer.

B. Epidemiologi Diare

Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan environment, yang diuraikan sebagai berikut:

1. Host

Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak terjadi pada balita,
dimana daya tahan tubuh yang lemah/menurun system pencernaan dalam hal ini adalah
lambung tidak dapat menghancurkan makanan dengan baik dan kuman tidak dapat
dilumpuhkan dan betah tinggal di dalam lambung, sehingga mudah bagi kuman untuk
menginfeksi saluran pencernaan. Jika terjadi hal demikian, akan timbul berbagai macam
penyakit termasuk diare.

2. Agent
Agent merupakan penyebab terjadinya diare, sangatlah jelas yang disebabkan oleh
faktor infeksi karena faktor kuman, malabsorbsi dan faktor makanan. Aspek yang paling
banyak terjadi diare pada balita yaitu infeksi kuman e.colli, salmonella, vibrio chorela
(kolera) dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebih dan patogenik (memanfaatkan
kesempatan ketika kondisi lemah) pseudomonas. (Widjaja, 2004).

3. Environment

Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi antara penjamu


(host) dengan faktor agent. Lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu
lingkungan biologis (flora dan fauna disekitar manusia) yang bersifat biotik:
mikroorganisme penyebab penyakit, reservoir penyakit infeksi (binatang, tumbuhan),
vector pembawa penyakit, tumbuhan dan binatang pembawa sumber bahan makanan,
obat, dan lainnya. Dan juga lingkungan fisik, yang bersifat abiotic: yaitu udara, keadaan
tanah, geografi, air dan zat kimia. Keadaaan lingkungan yang sehat dapat ditunjang oleh
sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan dan kebiasaan masyarakat untuk
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pencemaran lingkungan sangat mempengaruhi
perkembangan agent yang berdampak pada host (penjamu) sehingga mudah untuk timbul
berbagai macam penyakit, termasuk diare.

C. Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :

1. Diare akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja
yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yang berlangsung
kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat
dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan
dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan
dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare
dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
2. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari
diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

3. Diare kronik

Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-
infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang
menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik
adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.

D. Etiologi Diare

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor infeksi

a) Infeksi enteral

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri:

Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan


sebagainya.

(b) Infeksi virus:

Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus


dan lain-lain.

(c) Infestasi parasite :

Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica,


Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).

b) Infeksi parenteral

Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis
Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor Malabsorbsi

a) Malabsorbsi karbohidrat

b) Malabsorbsi lemak

c) Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak
yang lebih besar.

5. Faktor Pendidikan

Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP
ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik
pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah.

6. Faktor pekerjaan

Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan.


Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga
mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.

7. Faktor umur balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-
24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan.

8. Faktor lingkungan

Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasisi lingkungan.
Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
9. Faktor Gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare
tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal
ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi
yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.

10. Faktor sosial ekonomi masyarakat

Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab


diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya
beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih
yang memenuhi persyaratan kesehatan.

11. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi

Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang
tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman
pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan
dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-
alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri

Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota

virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida

albikan).

E. Patogenesis Diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Mukosa usus halus adalah epitel berpori,
yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan
osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara
osmotic dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan
isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga
terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik
akan pindah dari cairan ekstraseluler kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus
sama dengan cairan ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan mediator abnormal
misalnya enterotoksin, menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi
klorida disel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan
sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare. Diare mengakibatkan
terjadinya:

a) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hypokalemia.

b) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan


sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan
berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun
dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal.

c) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena diare
dan muntah. Kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena
takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam
bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah
menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan, sehingga akibat
hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat menyebabkan kejang dan koma
(Suharyono, 2008).

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula. Patogenesis diare akut adalah:

a) Masuknya jasad renik yang msih hidup kedalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.

b) Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) didalam usus halus.

c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin Diaregenik).

d) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan


diare.

Patogenesis Diare kronis: Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya


ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.

F. Pengertian KLB ( Kejadian Luar Biasa ) Diare

Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian


kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah (Permenkes RI No.949/Menkes/SK/

VIII/2004).

Kriteria KLB Diare, sesuai Permenkes RI no.1501/

MENKES/PER/X/2010:

1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud pada pasal 4


Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/2010. (Konfirmasi kolera) yang sebelumnya
tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.

2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama

(tiga) kurun waktu dalam jam, hari, atau minggu berturut turut.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu.

4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu)

bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per
bulan dalam tahun sebelumnya.

5. Rata rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama

1(satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau

lebih dibandingkan dengan rata rata jumlah kejadian

kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.

6. Angka kematian kasus (CFR) dalam 1(satu) kurun

waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih

dibandingkan dengan angka kematian kasus pada suatu periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama.

Jadi KLB diare adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau
kematian akibat penyakit diare, yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.

G. Tindakan atau Tatalaksana Penderita Diare Saat KLB

1. Penyelidikan KLB diare

a) Tujuan

1) Memutus rantai penularan

2) Menegakkan diagnosa penderita yang dilaporkan

3) Mengidentifikasi etiologi diare.

4) Memastikan terjadinya KLB Diare


5) Mengetahui distribusi penderita menurut waktu, tempat dan orang.

6) Mengidentifikasi sumber dan cara penularan penyakit diare

7) Mengidentifikasi populasi rentan

b) Tahap penyelidikan

1) Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis informasi termasuk faktor risiko


yang ditemukan.

2) Membuat kesimpulan berdasarkan tempat, orang dan waktu

2. Pemunutasan rantai penularan diare

a) Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang

mencakup : air bersih, jamban, pembuangan sampah dan air limbah.

b) Promosi kesehatan yang mencakup : pemanfaatan

jamban, air bersih dan minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat.

3. Penanggulangan KLB diare

a) Mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC)

TCG terdiri dari unsur lintas program dan lintas sektor.

b) Pembetukan Pusat Rehidrasi (Posko KLB Diare)

Pusat Rehidrasi dibentuk dengan maksud untuk

menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan. Pusat


Rehidrasi dipimpin oleh seorang dokter dan dibantu oleh tenaga kesehatan yang dapat
melakukan tatalaksana kepada penderita diare. Tempat yang dapat dijadikan sebagai
Pusat Rehidrasi adalah tempat yang terdekat dari lokasi KLB diare dan

terpisah dari pemukiman.

Adapun tugas dari Pusat Rehidrasi adalah :


1) Memberikan pengobatan penderita diare sesuai dengan tatalaksana standar serta
mencatat perkembangan penderita

2) Melakukan pencatatan penderita : nama, umur, jenis kelamin, alamat lengkap, masa
inkubasi, gejala, diagnosa/klasifikasi dan lain-lain.

3) Mengatur logistik obatobatan dan lain lain.

4) Pengambilan sampel usap dubur penderita sebelum diterapi.

5) Penyuluhan kesehatan kepada penderita dan

keluarganya.

6) Menjaga agar Pusat Rehidrasi tidak menjadi

sumber penularan.

7) Membuat laporan harian/mingguan penderita

diare baik rawat jalan maupun rawat inap.

8) Sistem rujukan

c) Penemuan penderita Diare secara aktif untuk mencegah kematian di masyarakat,


dengan kegiatan :

1) Penyuluhan intensif agar penderita segera mencari pertolongan.

2) Mengaktifkan Posyandu sebagai Pos Oralit.

3) Melibatkan Kepala Desa/RW/RT atau tokoh masyarakat untuk membagikan oralit


kepada warganya yang diare

d) Analisis tatalaksana penderita untuk memperoleh gambaran :

1) Ratio pengunaan obat (oralit, Zinc, RL, antibiotika)

2) Proporsi derajat dehidrasi

3) Proporsi penderita yang dirawat di Pusat Rehidrasi.

H. Sistem Pencatatan atau Pelaporan Saat KLB Diare


1. Pengumpulan data diare

a) Laporan Rutin

Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit

melalui SP2TP (LB), SPRS (RL), STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk
penyakit yang dapat menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan mingguan (W2).
Untuk dapat membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari (register) penderita diare
yang datang ke sarana kesehatan, posyandu atau kader agar dapat dideteksi tandatanda
akan terjadinya KLB/wabah sehingga dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan
secepatnya. Laporan rutin ini dikompilasi oleh petugas RR/Diare di Puskesmas kemudian
dilaporkan ke Tingkat Kabupaten/Kota melalui laporan bulanan (LB) dan STP setiap
bulan.

Petugas/Pengelola Diare Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi dari masing-masing


Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi dengan menggunakan
formulir rekapitulasi diare. Dari tingkat Propinsi direkap berdasarkan kabupaten/kota
secara rutin (bulanan) dan dikirim ke Pusat.

b) Laporan KLB diare

Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan

dalam periode 24 jam (W1) dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi :

1) Kronologi terjadinya KLB

2) Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya

3) Keadaan epidemiologis penderita

4) Hasil penyelidikan yang telah dilakukan

5) Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut

c) Pengumpulan data melalui studi kasus

Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya pada pertengahan
atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui base line data sebelum atau setelah
program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk perencanaan di
tahun yang akan datang.

2. Pengolahan, analisa dan interprestasi

Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel
atau grafik, kemudiandianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini sebaiknya dilakukan
berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat, sehingga kalau terdapat permasalahan segera
dapat diketahui dan diambil tindakan pemecahannya.

3. Penyebarluasan hasil interprestasi

Hasil analisis dan interpretasi terhadap data yang telah

dikumpulkan, diumpanbalikkan kepada pihak-pihakyang berkepentingan yaitu kepada


pimpinan di daerah (kecamatan hingga Dinkes Propinsi) untuk mendapatkan tanggapan
dan dukungan penangganannya.

I. Organisasi Yang Dilibatkan Dalam Penanggulangan Diare

Organisasi yang terlibat dalam penganggulangan KLB diare antara lain adalah :

1) Unit Pelayanan Kesehatan

2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

3) Dinas Kesehatan Propinsi

4) Departemen Kesehatan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Diare adalah Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi
berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari). Faktor yang mempengaruhi
diare : Lingkungan Gizi Kependudukan, Pendidikan Sosial Ekonomi dan Prilaku
Masyarakat.

Penyakit Diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti
halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun
dengan tata-laksana Diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dapat ditekan
seminimal mungkin.

3.2. Saran

Cegahlah penyakit diare dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan dan asupan gizi
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Rustam. 2011. Kejadian Luar Biasa Diare.


http://rustam-sentramedia.tripod.com/diare.htm
Diakses pada tanggal 19 Desember 2013.
http://buletinsulteng.wordpress.com/2011
http://essyarikahayu.blogspot.co.id/2016/05/penyelidikan-klb-kejadian-luar-
biasa.html

Anda mungkin juga menyukai