Anda di halaman 1dari 7

MAR

19

Analisis Rasio

Analisis Rasio

Analisis rasio digunakan untuk membuat perbandingan antar waktu (rasio horizontal)
atau antar perusahaan (rasio perusahaan dibandingkan dengan rasio industry = rasio
vertical).
Saat kita mengamati setiap rasio, kita harus bertanya : apa yang berusaha diukur
rasio tersebut dan mengapa informasi itu penting?
Rasio digunakan baik untuk keperluan internal (manajemen perusahaan) maupun
eksternal (pemegang saham, pemasok, pembeli, pemerintah termasuk pajak dan
BPS, kreditur, investor, karyawan dll)

Kategori Rasio Keuangan

1. Short-term solvency or liquidity ratios (rasio likuiditas).


Sesuai dengan namanya short-term solvency dimaksudkan untuk menyediakan
informasi mengenai tingkat likuiditas perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan membayar tagihan-tagihan jangka pendek tanpa mengalami masalah
keuangan. Dengan demikian, rasio ini berfokus pada aset lancar dan likuiditas jangka
pendek. Rasio likuiditas terutama menarik bagi para kreditur jangka pendek.
Mengingat para manajer keuangan terus berhubungan dengan bank dan kreditur
jangka pendek lainnya, pemahaman atas rasio ini sangat penting. Semakin tinggi
nilai rasionya, akan semakin baik tingkat likuiditas perusahaan. Namun angka rasio
likuiditas yang terlalu tinggi, akan berakibat sebaliknya terhadap rasio profitabilitas
(keuntungan).

2. Long-term solvency or financial leverage ratios (rasio solvabilitas / pengungkit)


Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan jangka panjang perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan / kewajiban jangka panjangnya terutama terhadap
pinjaman jangka panjang. Pengungkit (leverage) adalah istilah yang digunakan untuk
pinjaman. Karena bila perusahaan hanya menggunakan modal sendiri dalam
beraktivitas (operasinya), maka akan membutuhkan waktu lama untuk mencapai
target pertumbuhan yang dikehendaki. Untuk itu , sepanjang dapat mengendalikan
tingkat resiko yang timbul dari pinjaman (berupa pembayaran bunga yang tetap harus
dibayar walau perusahaan menderita kerugian), maka perusahaan dapat
menggunakan pengungkit untuk mendongkrak kinerjanya.
Semakin tinggi rasio ini, semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban keuangan jangka panjangnya.

3. Asset management or turnover ratios (rasio aktivitas)


Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan aset perusahaan
sehingga disebut juga sebagai asset utilization ratios. Rasio ini dapat diartikan
sebagai ukuran terhadap omzet (turnover/sales). Jadi rasio ini dimaksudkan untuk
memberi gambaran seberapa efisien dan intensif perusahaan menggunakan aset-
asetnya untuk menghasilkan penjualan.
Semakin besar rasio turnover semakin baik, karena hal ini berarti perusahaan dapat
memanfaatkan asetnya lebih optimal (perusahaan semakin sering menggunakan
aset-asetnya). Contoh : perputaran persediaan 6 kali (dalam setahun) lebih baik
dibanding dengan perputaran persediaan 5 kali.
Ada perusahaan-perusahaan yang memang sengaja mengambil keuntungan tipis
namun dalam jumlah transaksi yang sering sehingga secara keseluruhan,
perusahaan-perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan yang besar. Contoh :
pasar swalayan.
Rasio ini bisa juga dinyatakan dalam ukuran waktu. Kebalikan dengan ukuran
turnover (perputaran aset), semakin lama waktu aset tersebut berputar (digunakan
dalam 1 siklus usaha), maka semakin buruk efisiennya. Contoh : umur piutang yang
lamanya 6 bulan kurang efisien dibanding dengan umur piutang yang 3 bulan.

4. Profitability ratios / measures (rasio profitabilitas / rentabilitas)


Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan
aset-asetnya dan mengelola usahanya sehingga menghasilkan laba bersih (bottom
line).
Semakin tinggi nilai rasionya, berarti kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih semakin baik, tentunya ini berdampak positif terhadap kinerja perusahaan.

5. Market value ratios (rasio nilai pasar)


Rasio ini untuk mengetahui nilai pasar per lembar saham dari perusahaan. Rasio ini
hanya dapat digunakan untuk perusahaan yang telah menjual sahamnya di pasar
modal (perusahaan terbuka / emiten). Semakin tinggi nilainya, berarti masyarakat
semakin mempercayai perusahaan tersebut.

Contoh :
PT Maju Semangat
Laporan Posisi Keuangan
untuk periode yang berakhir tanggal
(dalam miliar rupiah)

Aset 2012 2011 Liabilitas dan


Ekuitas 2012 2011
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek
Kas & Setara Kas 696 58 Utang
Usaha 307 303
Piutang Usaha 956 992 Utang
Wesel 26 119
Persediaan 301 361 Lainnya 1.66
2 1.353
Lainnya 303 264 Jumlah 1.9
95 1.775
Jumlah 2.256 1.675
Liabilitas Jangka
Panjang 843 1.091
Aset Tidak Lancar
Aset Tetap
Net 3.138 3.358 Ekuitas 2.556 2.167
Jumlah 5.394 5.033 Jumlah 5.3
94 5.033

PT Maju Semangat
Laporan Laba Rugi (Komprehensif)
Tahun 2012
(dalam miliar rupiah)

Penjualan Bersih 5.000


Beban Pokok Penjualan (2.006)
Beban Usaha (1.740)
Penyusutan (116)
Laba Sebelum Bunga dan Pajak 1.138
Beban Bunga 7
Laba Sebelum Pajak 1.131
Pajak (34%) 442
Laba Bersih 689

(dalam rupiah penuh)


Laba per Saham (Earning per Share / EPS) 3,61
Dividend per Share 1,08

Angka perhitungan di bawah ini untuk tahun 2012 dan disajikan dalam miliar rupiah
(kecuali hasilnya)

Ad 1. Menghitung rasio likuiditas (liquidity ratios) tahun 2012


Current Ratio (Rasio Lancar) = CA / CL = Aset Lancar / Likuiditas Jangka Pendek =
2.256 / 1.995 = 1,13 kali (=113%) artinya 1 rupiah utang (liabilitas) jangka pendek
perusahaan dijamin pembayarannya dengan 1,13 rupiah aset lancar. Semakin tinggi
nilai rasio lancar ini semakin baik (semakin besar jaminan untuk pembayaran utang
jangka pendek perusahaan).
Quick Ratio (Rasio Cepat) = (CA Inventory) / CL = (2.256 301) / 1.995 = 0.98 kali
(98%). Artinya 1 rupiah utang jangka pendek perusahaan dijamin pembayarannya
oleh 0,98 rupiah aset cepat (kas dan setara kas serta piutang usaha).
Cash Ratio (Rasio Kas) = Cash / CL = 696 / 1.995 = 0.35 kali (35%) artinya 1 rupiah
utang jangka pendek perusahaan dijamin pembayarannya oleh 0,35 rupiah kas dan
setara kas.
NWC to Total Assets = NWC / TA = (2.256 1.995) / 5.394 = 0,05 (5%) menunjukkan
jumlah likuiditas jangka pendek perusahaan terhadap total aset yang dimiliki
perusahaan. Semakin rendah nilainya menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan
yang rendah.
Interval Measure = CA / average daily operating costs =2.256 / ((2.006 + 1.740)/365) =
219.8 hari. Rasio ini menunjukkan seberapa lama perusahaan dapat terus berjalan
(contoh kasus : bila perusahaan dilanda pemogokan sehingga arus kas perusahaan
menderita kekeringan). Dalam kasus di atas perusahaan tetap dapat berjalan
selama 220 hari atau lebih dari 7 bulan. Bila pemogokan lebih dari 220 hari, maka
perusahaan tidak dapat beroperasi lagi. Yang dimaksud dengan daily operating
cost mencakup beban pokok penjualan dan beban usaha yang bersifat tunai.

Ad 2. Menghitung rasio pengungkit (leverage ratios)


Total Debt Ratio = (TA TE) / TA = (5.394 2.556) / 5.394 = 52.61% artinya sebanyak
52,61% aset perusahaan dibelanjai (didanai) oleh dana pinjaman. Semakin besar
rasio ini berdampak semakin besar resiko bagi kreditur dalam hal pengembalian
pinjamannya.
Debt/Equity = TD / TE = (5.394 2.556) / 2.556 = 1,11 kali artinya 1 rupiah dana modal
sendiri (ekuitas) diikuti oleh 1,11 rupiah dana pinjaman atau dana pinjaman 1,11 kali
dari dana sendiri alias lebih besar dana pinjaman dibanding dana sendiri (ekuitas).
Equity Multiplier = TA / TE = 1 + D/E = 1 + 1,11 = 2,11 kali artinya dengan modal sendiri
(ekuitas) sebesar 1 rupiah dapat menghasilkan aset sebesar Rp 2,11. Berarti 1 rupiah
ekuitasnya digandakan sehingga menjadi 2,11 rupiah aset.
Long-term debt ratio = LTD / (LTD + TE) = 843 / (843 + 2.556) = 24,80%. Rasio ini
menunjukkan seberapa besar sumber dana jangka panjang merupakan modal
pinjaman. Sumber dana jangka panjang (dikenal dengan istilah total capitalization)
terdiri dari liabilitas jangka panjang dan ekuitas (modal sendiri). Sebagian analis
keuangan lebih tertarik kepada pinjaman jangka panjang dibanding pinjaman jangka
pendek karena pinajaman jangka pendek kerap berubah di samping utang usaha
lebih mencerminkan praktek dagang dibanding kebiajakan manajemen utang.

Ad 3. Menghitung rasio aktivitas (Coverage Ratios)


Times Interest Earned (TIE) / Interest Coverage Ratio = EBIT / Interest = 1.138 / 7 =
162,57 kali artinya 1 rupiah beban bunga dijamin pembayarannya oleh 162,57 rupiah
laba usaha. Artinya memberi kepastian dalam pembayaran bunga bila semakin besar
rasionya. Masalah yang dihadapi TIE adalah karena rasio ini didasarkan pada EBIT
yang bukan merupakan ukuran dari tersedianya dana tunai untuk membayar beban
bunga, karena di dalam EBIT sudah dikurangi beban penyusutan yang merupakan
beban non tunai.
Cash Coverage = (EBIT + Depreciation) / Interest = (1.138 + 116) / 7 = 179,14 kali
artinya 1 rupiah beban bunga dijamin pembayarannya oleh 179,14 rupiah laba usaha
tunai. EBIT + Depreciation dikenaldenganistilah EBITD (dibaca ebbit-dee) atau
EBITDA yaitu laba sebelum bunga, pajak dan penyusutan.
Yang dimaksud dengan penyusutan di sini adalah beban non tunai dalam pengertian
luas , termasuk di dalamnya adalah depresiasi (penyusutan atas aset tetap), deplesi
(penyusutan atas tanah produktif), amortisasi (penyusutan atas aset lain-lain /
intangible assets seperti goodwill, trademark, patent, copyrights, organization costs,
preoperating expenses, license / franchise fee dll) dan bad debt expenses (beban
penghapusan piutang).

Menghitung rasio persediaan


Inventory Turnover = Cost of Goods Sold / Inventory = 2.006 / 301 = 6,66 kali artinya
dalam 1 tahun persediaan berputar sebanyak 6,66 kali. Berputar maksudnya sejak
persediaan dibeli dan masuk ke gudang sampai persediaan itu keluar kembali saat
dijual dihitung satu kali perputaran. Semakin cepat perputaran persediaan, semakin
efisen pemanfaatan aset perusahaan berupa persediaan.
Days Sales in Inventory (Inventory days on hand) = 365 / Inventory Turnover = 365 /
6,66 = 55 hari artinya lama persediaan berada di gudang selama 55 hari. Semakin
lama barang berada di gudang menunjukkan barang tersebut tidak laku dijual.

Menghitung rasio piutang


Receivables Turnover = Sales / Accounts Receivable = 5.000 / 956 = 5,23 kali artinya
dalam 1 tahun, piutang berputar sebanyak 5,23 kali. Maksudnya berputar di sini
dihitung sejak terjadinya penjualan secara kredit sehingga menimbulkan piutang
usaha sampai dilunasinya piutang usaha tersebut. Semakin cepat perputarannya
berarti semakin cepat piutang tertagih.
Days Sales in Receivables (A/R days collection) = 365 / Receivables Turnover = 365 /
5,23 = 70 hari artinya lamanya piutang usaha tertagih selama 70 hari. Umur piutang
ini harus dibandingkan dengan syarat pembayaran. Idealnya umur piutang tidak boleh
melampaui syarat pembayaran (term of payment)

Menghitung perputaran total aset


Total Asset Turnover = Sales / Total Assets = 5.000 / 5.394 = 0,93 kali artinya dalam 1
tahun, total aset perusahaan berputar sebanyak 0,93 kali. Sangat tidak umum untuk
TAT <1, terutama jika perusahaan memiliki sangat banyak (besar) aset tetap. Karena
hal ini berarti ibarat perusahaan mengalami obesitas (kegemukan) sehingga sulit
menghasilkan penjualan yang memadai , sampai aset perusahaan tidak dapat
berputar bahkan sekali saja dalam setahun.
Capital Intensity Ratio = Total Assets / Sales = 5.394 / 5.000 = 1,08 kali artinya untuk
menghasilkan 1 rupiah penjualan diperlukan total aset sebesar 1,08 rupiah.
NWC Turnover = Sales / NWC = 5,000 / (2,256 1,995) = 19.16 kali artinya modal kerja
perusahaan berputar sebanyak 19,16 kali dalam setahun.
Fixed Asset Turnover = Sales / NFA = 5.000 / 3.138 = 1,59 kali artinya aset tetap
perusahaan berputar 1,59 kali dalam setahun. Nilai aset tetap yang digunakan di sini
adalah nilai bukunya (book value). Bisa juga digunakan harga perolehan (cost) dari
aset tetap. Bila terdapat perbedaan yang besar antara perputaran aset tetap bruto
(yakni bila digunakan aset tetap sesuai dengan harga perolehannya) dengan
perputaran aset tetap neto (bila digunakan nilai buku aset tetap), hal ini berarti aset
tetap perusahaan telah lama disusutkan (lama digunakan) sehingga nilai bukunya
menjadi kecil. Hal ini dapat berindikasi bahwa aset tetap perusahaan digunakan
secara efisien atau sebaliknya perusahaan tidak melakukan peremajaan aset
tetapnya.
Di samping itu dapat pula dihitung rasio seperti Payables Turnover (rumusnya
Purchases / Accounts Payable) dan A/P payments days (rumusnya 365 / Payables
Turnover).
Seluruh angka 365 menunjukkan jumlah hari dalam setahun. Untuk tahun kabisat,
maka angka ini diubah menjadi 366 hari.

Ad. 4 Menghitung Rasio Keuntungan (profitabilitas / Profitability Measures)


Profit Margin = Net Income / Sales = 689 / 5.000 = 13,78% artinya laba bersih (bottom
line) perusahaan sebesar 13,78% dari nilai penjualan atau 1 rupiah penjualan
menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,14.
Return on Assets (ROA) Tingkat Pengembalian Aset / Rentabilitas Ekonomis = Net
Income / Total Assets = 689 / 5.394 = 12,77% artinya penggunaan 1 rupiah total aset
menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,13.
Return on Equity (ROE) = Tingkat Pengembalian Ekuitas (modal sendiri) =
Rentabilitas Ekuitas Net Income / Total Equity = 689 / 2.556 = 26,96% artinya setiap 1
rupiah modal yang ditanamkan menghasilkan Rp 0,27 keuntungan bersih.

Ad. 5 Menghitung Nilai Pasar (Market Value Measures)


Harga Pasar = Rp 87,65 per lembar
Saham yang beredar = 190,9 juta
PE Ratio = Price per share / Earnings per share = Rp 87,65 / 3,61 = 24,28 kali artinya
harga pasar saham besarnya 24,28 kali dari laba per saham yang dihasilkan.
Market-to-book ratio = market value per share / book value per share = 87,65 / (2.556 /
190,9) = 6,55 kali artinya nilai pasar perusahaan 6,55 kali dari harga bukunya. Nilai
pasar di atas nilai buku menunjukkan perusahaan baik.

Formula Du Pont (the Du Pont Identity)


ROE = NI / TE
Kalikan dengan 1 (TA/TA) sehingga menjadi ROE = (NI / TE) (TA / TA)
ROE = (NI / TA) (TA / TE) = ROA * EM
Kalikan dengan 1 (sales/sales) sehingga menjadi ROE = (NI / TA) (TA / TE) (Sales /
Sales)
ROE = (NI / Sales) (Sales / TA) (TA / TE)
ROE = PM * TAT * EM
Profit Margin (PM) merupakan ukuran atas efisiensi usaha perusahaan (seberapa
baik perusahaan dapat mengendalikan biaya).
Total Aset Turnover (TAT) merupakan ukuran atas efisiensi penggunaan aset
perusahaan seberapa baik perusahaan mengelola asetnya.
Equity Multiplier (EM) merupakan ukuran atas tingkat pengungkit keuangan
perusahaan.
Dengan demikian menurut Du Pont, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity /
ROE) tergantung seberapa jauh perusahaan berhasil mengendalikan biayanya,
seberapa baik perusahaan mengelola asetnya dan seberapa besar angka pengganda
ekuitas (seberapa besar perusahaan menggunakan modal sendiri/ekuitas).
Pada contoh di atas :
ROE = ROA x EM = 12,77% x 2,11 = 26,96%
Atau
ROE = PM x TAT x EM = 13,78% x 0,93 x 2,11 = 26,96%

Mengapa Perlu Mengevaluasi Laporan Keuangan? Siapa saja pihak yang


berkepentingan terhadap evaluasi Laporan Keuangan?
1. Untuk keperluan internal (manajemen) yakni untuk mengevaluasi kinerja (dikaitkan
dengan pemberian kompensasi / imbal hasil ke karyawan dan perbandingan antar
divisi) dan merencanakan masa depan (memberi petunjuk dalam memperkirakan
arus kas di masa mendatang).
2. Untuk keperluan eksternal yakni : kreditur (untuk mengetahui kemampuan
perusahaan melunasi pinjaman dan membayar bunga), pemasok (kemampuan
perusahaan melunasi / membayar semua pembeliannya/utang nya), pembeli (semakin
baik perusahaan, pembeli akan yakin akan produk yang ditawarkan) dan pemegang
saham (seberapa besar perusahaan akan memberi tingkat hasil / return atas
investasi dalam saham yang dipunyainya , bagaimana perbandingannya dengan
tingkat bunga pinjaman).

Tolok Ukur
Rasio kurang berguna bila tidak bisa dibandingkan.
Membandingkan rasio dari waktu ke waktu , disebut sebagai analisa kecenderungan
waktu (Time-trend analysis). Rasio ini digunakan untuk melihat bagaimana kinerja
perusahaan berubah dari waktu ke waktu. Analisa ini bisa digunakan untuk
keperluan internal maupun eksternal.
Sedangkan bila rasio perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis atau satu
industry, disebut analisa industry (Peer Group Analysis). Contoh : rasio keuangan PT
Hyundai Indonesia dibandingkan dengan rasio industry otomotif. Adapun yang
dimaksud dengan rasio industry adalah rata-rata rasio dari seluruh perusahaan yang
berada dalam industry yang sama (misal : otomotif)

Masalah Potensial
- Tidak ada teori yang mendasari untuk mengetahui rasio mana yang paling relevan.
- Tolok ukur menemui kesulitan saat menghadapi perusahaan-perusahaan yang
berbeda.
- Globalisai dan persaingan internasional membuat perbandingan rasio lebih sulit
karena adanya perbedaan peraturan akuntansi.
- Terdapat kebijakan akuntansi seperti untuk persediaan : FIFO, average dll.
- Adanya perbedaan tahun fiskal.
- Adanya pos-pos (kejadian) istimewa (seperti : bencana alam dll)

Anda mungkin juga menyukai