Anda di halaman 1dari 43

DAFTAR PERATURAN RUMAH SAKIT DI INDONESIA, 2011

3.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

3.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

3.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik


Kedokteran

3.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pelayanan
Darah

3.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Jenis
Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Departemen Kesehatan

3.6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/MENKES/


PER/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan

3.7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/


068/I/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah

3.8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01/Menkes/


146/I/2010 Tentang Harga Obat Generik Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

3.9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK03.01/MENKES/


159/I/2010 Tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penggunaan Obat
Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah

3.10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/MENKES/


PER/I/2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
3.11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 299/MENKES/PER/
II/2010 Tentang Penyelenggaraan Program Internsip Dan Penempatan Dokter
Pasca Internsip

3.12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 317/MENKES/PER/


III/2010 Tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing Di
Indonesia

3.13. Peraturan Menteri Kesehatan Repubuk Indonesia Nomor: 653/MENKES/PER/


VIII/2009 Tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia.

3.14. Peraturan Menteri Kesehatan Ri Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 Tentang


Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota

3.15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 TAHUN 2002 Tentang Pedoman
Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah

3.16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1173/MENKES/


PER/X/2004 Tentang Rumah Sakit Gigi Dan Mulut

3.17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/


SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit

3.18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 269/MENKES/


PER/III/2008 Tentang Rekam Medis

3.19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 780/MENKES/PER/


VIII/2008 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi

3.20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/MENKES/


PER/IV/2007 Tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran

3.21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419/MENKES/


PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter Dan Dokter Gigi
3.22 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.04/2007 Tentang Pembebasan Bea
Masuk Atas Impor Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan Untuk Mencegah
Pencemaran Lingkungan

3.23. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1202/Menkes/SK/


VIII/2003 Tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 Dan Pedoman Penetapan
Indikator Provinsi Sehat Dan Kabupaten/Kota Sehat

3.24. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/


PER/I/2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit
3.25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1636/MENKES/
PER/XI/2010 Tentang Sunat Perempuan

3.26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/


PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit

3.27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1787/MENKES/


PER/XII/2010 Tentang Iklan Dan Publikasi Pelayanan Kesehatan

3.28. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 210/MENKES/


PER/I/2011 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan

3.29. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 330/MENKES/


PER/II/2011 Tentang Pedoman Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan
Hiperaktivitas (GPPH) Pada Anak Serta Penanganannya

3.30 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomo

Kumpulan peraturan tentang rumah sakit sangatlah banyak, mulai dari undang-undang
hingga standar dan pedoman teknis. Semoga kumpulan peraturan tentang rumah
sakityang kami himpun bermanfaat...

1. Undang-undang no. 44 tahun 2009 ttg Rumah Sakit


2. Permenkes no. 147 tahun 2010 ttg Perizinan Rumah Sakit
3. Permenkes no. 340 tahun 2010 ttg Klasifikasi Rumah Sakit
4. Permenkes no. 001 tahun 2012 ttg Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan
5. Permenkes no. 012 tahun 2012 ttg Akreditasi Rumah Sakit
6. Permenkes no. 49 tahun 2013 ttg Komite Keperawatan RS
7. Permenkes no. 82 tahun 2013 ttg Sistem Informasi Manajemen RS
8. Permenkes no. 269 tahun 2008 ttg Rekam Medis
9. Permenkes no. 290 tahun 2008 ttg Persetujuan TIndakan Kedokteran
10. Permenkes no. 659 tahun 2009 ttg Rumah Sakit Kelas Dunia
11. Permenkes no. 755 tahun 2011 ttg Komite Medik
12. Permenkes no. 1248 tahun 2009 ttg Penyelenggaraan Pelayanan Siklotron di RS
13. Permenkes no. 1438 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
14. Permenkes no. 1787 tahun 2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan
Kesehatan
15. Permenkes no. 1691 tahun 2011 ttg Keselamatan Pasien Rumah Sakit
16. Permenkes no. 519 tahun 2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Anestesiologi dan Terapi Intensif di RS.
17. Kepmenkes no. 008 tahun 2009 ttg Standar Pelayanan Kedokteran Nuklir di
Saryankes
18. Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ttg Standar Pelayanan Minimal RS
19. Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ttg Standar Pelayanan Minimal RS_Lampiran
20. Kepmenkes no. 517 tahun 2008 ttg Standar Pelayanan Fisioterapi di Sarana
Kesehatan
21. Kepmenkes no. 603 tahun 2008 ttg Pemberlakuan Pedoman Pelaksanaan
Program RS Sayang Ibu dan Bayi
22. Kepmenkes no. 604 tahun 2008 ttg Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal
pada RSU Kelas B, Kelas C dan Kelas D
23. Kepmenkes no. 779 tahun 2008 ttg Standar Pelayanan Anestersiologi dan
Reaminasi di RS
24. Kepmenkes no. 834 tahun 2010 ttg High Care Unit di RS
25. Kepmenkes no. 856 tahun 2010 ttg IGD di RS
26. Kepmenkes no. 1014 tahun 2008 ttg Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di
Sarana Pelayanan Kesehatan
27. Kepmenkes no. 1069 tahun 2008 ttg Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit
Pendidikan
28. Kepmenkes no. 1087 tahun 2008 ttg Stndar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di RS
29. Kepmenkes no. 1197 tahun 2008 ttg Standar Pelayanan Farmasi di RS
30. Kepmenkes no. 1204 tahun 2004 ttg Persyaratan Kesehatan Laingkungan RS
31. Kepmenkes no. 1335 tahun 2002 ttg Standar Operasional Pengambilan dan
Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan RS
32. Perka Bapeten No. 8 tahun 2011 ttg Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan
Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional

33. Perka Bapeten No. 9 tahun 2011 ttg Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi
Diagnostik dan Intervensional
Peraturan Menteri Kesehatan

Peraturan Menkes Tahun 2014

1. 001 tahun 2014 Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan

2. 002 tahun 2014 Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan

3. 003 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer

4. 004 tahun 2014 Klinik

5. 005 tahun 2014 Sunat Perempuan

6. 006 tahun 2014 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

7. 009 tahun 2014 Cara Distribusi Alat Kesehatan Yang Baik

8. 084 tahun 2014 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus


Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2014 dan Lampiran

Peraturan Menkes Tahun 2013

1. 001 tahun 2013 Pedoman Penyelenggaraan Dan Pembinaan Pos


Kesehatan Pesantren

2. 002 tahun 2013 Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan atau sini dan sini

3. 004 tahun 2013 Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis Dan Anggaran


Badan Layanan Umum Di Lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan atau sini dan sini

4. 005 tahun 2013 Pedoman Tata Laksana Malaria atau sini dan sini

5. 006 tahun 2013 Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat


Terpencil, Dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Tidak
Diminati atau sini

6. 007 tahun 2013 Pedoman Pengangkatan Dan Penempatan Dokter Dan


Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap

7. 009 tahun 2013 Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan atau sini dan sini
8. 010 tahun 2013 Impor Dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, Dan
Prekursor Farmasi dan sini

9. 012 tahun 2013 Pola Tarif Badan Layanan Umum Rumah Sakit Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan

10. 013 tahun 2013 Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian


Tuberkulosis Resistan Obat dan Lampiran

11. 015 tahun 2013 Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui
Dan/Atau Memerah Air Susu Ibu

12. 016 tahun 2013 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi

13. 017 tahun 2013 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat

14. 018 tahun 2013 Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis Dan Anggaran
Badan Layanan Umum Politeknik Kesehatan Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan dan lampiran

15. 019 tahun 2013 Penyelenggaraan Pekerjaan Refraksionis Optisien Dan


Optometris

16. 020 tahun 2013 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi


Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran
2013

17. 021 tahun 2013 Penanggulangan HIV Dan AIDS

18. 022 tahun 2013 Pekerjaan Dan Praktik Ortotis Prostetis

19. 023 tahun 2013 Pekerjaan Dan Praktik Okupasi Terapis

20. 024 tahun 2013 Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Peraktik Terapis Wicara
dan lampiran

21. 025 tahun 2013 Pedoman Rekrutmen Petugas Kesehatan Haji Indonesia
dan lampiran

22. 026 tahun 2013 Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Tenaga Gizi

23. 027 tahun 2013 Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Manajemen


Mutu Laboratorium Pada Unit Pelaksana Teknis Di
Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian
Penyakit

24. 028 tahun 2013 Peringatan Dan Informasi Pada Kemasan Produk
Tembakau

25. 029 tahun 2013 Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan CTKI

26. 030 tahun 2013 Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, Dan
Lemak Serta Pesan Kesehatan Untuk Pangan Olahan
Dan Pangan Siap Saji

27. 031 tahun 2013 Pekerjaan Perawat Anestesi

28. 034 tahun 2013 Tindakan Hapus Tikus Dan Hapus Serangga

29. 035 tahun 2013 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/PER/VII/2010 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan

30. 037 tahun 2013 Tata Cara Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika

31. 039 tahun 2013 Susu Formula Bayi Dan Produk Bayi Lainnya

32. 040 tahun 2013 Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi
Kesehatan dan lampiran

33. 041 tahun 2013 Standar Bubuk Tabur Gizi

34. 042 tahun 2013 Penyelenggaraan Imunisasi

35. 043 tahun 2013 Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik

36. 045 tahun 2013 Pola Tarif Badan Layanan Umum Balai Kesehatan Di
Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan

37. 046 tahun 2013 Registrasi Tenaga Kesehatan

38. 047 tahun 2013 Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan


Perundang-undangan Bidang Kesehatan Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan

39. 048 tahun 2013 Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan


Prosedur E-PURCHASING Berdasarkan E-CATALOGUE

40. 049 tahun 2013 Komite Keperawatan Rumah Sakit


41. 051 tahun 2013 Pedoman Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak

42. 052 tahun 2013 Organisasi Dan Tata Kerja Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Di Lingkungan Kementerian Kesehatan

43. 053 tahun 2013 Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis /


Pendidikan Dokter Gigi Spesialis

44. 054 tahun 2013 Penyelenggaraan Tugas Belajar Sumber Daya Manusia
Kesehatan

45. 056 tahun 2013 Orientasi Calon Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan dan Lampiran

46. 057 tahun 2013 Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan


Metadon dan Lampiran

47. 058 tahun 2013 Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional

48. 059 tahun 2013 Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium Untuk Ibu


Hamil, Bersalin, Dan Nifas

49. 060 tahun 2013 Regionalisasi Politeknik Kesehatan Badan


Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan

50. 061 tahun 2013 Kesehatan Matra

51. 062 tahun 2013 Penyelenggaraan Bank Jaringan Dan / Atau Sel

52. 063 tahun 2013 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Produksi
Kosmetika

53. 064 tahun 2013 Penanggulangan Krisis Kesehatan

54. 065 tahun 2013 Pedoman Pelaksanaan Dan Pembinaan Pemberdayaan


Masyarakat Bidang Kesehatan

55. 066 tahun 2013 Penyelenggaraan Registri Penelitian Klinik

56. 068 tahun 2013 Kewajiban Pemberi Pelayanan Kesehatan Untuk


Memberikan Informasi Atas Adanya Dugaan Kekerasan
Terhadap Anak

57.. 069 tahun 2013 Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas
Kesehatan Tingakt Pertama Dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan

58. 071 tahun 2013 Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional

59. 073 tahun 2013 Jabatan Fungsional Umum Di Lingkungan Kementerian


Kesehatan

60. 074 tahun 2013 Pakaian Dinas Harian Pegawai Negeri Sipil Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan

61. 075 tahun 2013 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia

62. 080 tahun 2013 Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Fisioterapis

63. 082 tahun 2013 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

64. 083 tahun 2013 Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Di Lingkungan


Kementerian Kesehatan

65. 084 tahun 2013 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2014

66. 085 tahun 2013 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun


2013 Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian
Kesehatan

67. 086 tahun 2013 Peta Jalan Pengembangan Industri Alat Kesehatan

68. 087 tahun 2013 Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat

69. 089 tahun 2013 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi


Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran
2014

70 090 tahun 2013 Sentra Pengembangan Dan Penerapan Pengobatan


Tradisional

Peraturan Menkes Tahun 2012

1. 001 tahun 2012 Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

2. 002 tahun 2012 Tata Laksana Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat


(BKTM) Dan Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM)
dan Lampiran

3. 003 tahun 2012 Standar Mineral Mix

4. 004 tahun 2012 Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan
Lampiran

5. 006 tahun 2012 Industri Dan Usaha Obat Tradisional dan Lampiran

6. 007 tahun 2012 Registrasi Obat Tradisional

7. 008 tahun 2012 Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian
Kesehatan

8. 009 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Kusta Dr. Tadjuddin
Chalid Makassar

9. 010 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembang

10. 011 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala
Tangerang

11. 012 tahun 2012 Akreditasi Rumah sakit

12. 2581/MENKES/PER/XUU/2011 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jaminan


Kesehatan Masyarakat

13. 026 tahun 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1871/MENKES/PER/IX/2011 Tentang
Pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
339/MENKES/PER/V/1989 Tentang Pekerjaan Tukang Gigi

14. 027 tahun 2012 Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan

15. 028 tahun 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2409/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Standar Bubuk Tabur
Gizi

16. 029 tahun 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/MENKES/PER/II/2011 Tentang Tarif Pelayanan
Kesehatan Bagi Peserta PT Askes (Persero)

17. 030 tahun 2012 Jadwal Retensi Arsip Substantif Dan Fasilitatif Non
Keuangan Dan Non Kepegawaian Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan

18. 032 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan

19. 033 tahun 2012 Bahan Tambahan Pangan

20. 034 tahun 2012 Batas Maksimum Melamin Dalam Pangan

21. 035 tahun 2012 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat
Perubahan Iklim

22. 036 tahun 2012 Rahasia Kedokteran

23. 037 tahun 2012 Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan


Masyarakat

24. 039 tahun 2012 Juklak Penyelesaian Kerugian Negera di Lingkungan


Kementerian Kesehatan

25. 040 tahun 2012 Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan


Masyarakat

26. 041 tahun 2012 Penyaluran Tunjangan Profesi Dosen di Lingkungan Poltek
Kesehatan Kementerian Kesehatan

27. 042 tahun 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2407/MENKES/SK/XII/2011 Tentang Pelayanan Kesehatan
Haji

28. 043 tahun 2012 Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri
Sipil Di Lingkungan Kementerian Kesehatan

29. 045 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Jakarta

30.. 046 tahun 2012 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi
Pecandu, Penyalahguna, Dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika Yang Dalam Proses Atau Yang Telah Diputus Oleh
Pengadilan

31 047 tahun 2012 Pendayagunaan Perawat Ke Luar Negeri

32. 048 tahun 2012 Penyelenggaraan Bank Sel Punca Darah Tali Pusat

33 049 tahun 2012 Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu Di


Lingkungan Kementerian Kesehatan
34 050 tahun 2012 Penyelenggaraan Laboratorium Pengolahan Sel Punca
Untuk Aplikasi Klinis

35 051 tahun 2012 Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas


Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi Dan Wilayah Birokrasi
Bersih Dan Melayani Di Lingkungan Kementerian
Kesehatan

36 054 tahun 2012 Penyelenggaraan Pekerjaan Teknisi Gigi

37 055 tahun 2012 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Kesehatan Tahun Anggaran 2013

38. 056 tahun 2012 Standar Kompetensi Jabatan Pegawai Negeri Sipil Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan dan Lampiran

39. 057 tahun 2012 Pola Karier Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan dan Lampiran

40 058 tahun 2012 Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat Gigi

41 059 tahun 2012 Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan. Adapun Peraturan/Keputusan Menkes Tersebut adalah


sebagai Berikut :

1. Tahun 2004 :

1. KMK No. 128 ttg Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,

2. KMK No. 983 ttg Pedoman Penyelenggaraan Warung Obat Desa,

3. KMK No. 1027 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek,

4. KMK No. 1059 ttg Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi,

5. KMK No. 1138 ttg Tanda Penghargaan Ksatria Bakti Husada Dan Manggala
Karya Bakti Husada,
6. KMK No. 1197 ttg Standar Pelayanan Farmasi Di RS,

7. KMK No. 1204 ttg Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS

2. Tahun 2005 :

1. KMK No. 496 ttg Pedoman Audit Medis Di RS,

2. KMK No. 631 ttg Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws)
Di RS,

3. KMK No. 836 ttg Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan
Bidan,

4. KMK No. 926 ttg Pedoman Pelaksanaan Pemilihan PNS DEPKES Berprestasi
Tingkat Nasional,

5. KMK No. 1031 ttg Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan,

6. KMK No. 1389 ttg Komite Ahli Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan
Tuberkolosis,

7. KMK No. 1415 ttg Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga,

8. KMK No. 1507 ttg Pedoman Pelayanan Konseling Dan Testing HIV-AIDS Secar
Sukarela (VCT),

9. KMK No. 1508 ttg Rencana Kerja Jangka Menengah Perawatan, Dukungan dan
Pengobatan Untuk ODHA,

10. KMK No. 1534 ttg Kurikulum Pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan,

11. KMK No. 1537 ttg Kurikulum Pendidikan Diploma IV Fisioterapi,

12. KMK No. 1553 ttg Kurikulum Pendidikan Diploma IV Teknik Elektromedik, KMK
No. 1554 ttg Kurikulum Pendidikan Diploma IV Teknik Radiologi,

13. KMK No. 1582 ttg Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah), KMK
No. 1611 ttg Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi,

14. KMK No. 1626 ttg Pedoman Pemantauan Dan Penanggulangan Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI),

15. KMK No. 1653 ttg Pedoman Penanganan B encana Bidang Kesehatan.

3.Tahun 2006 :
1. KMK No. 241 ttg Standar Pelayanan Laboratorium Kesehatan Pemeriksa HIV
dan Infeksi Oportunistik,

2. KMK No. 279 ttg Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan


Masyarakat di Puskesmas,

3. KMK No. 284 ttg Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut,

4. KMK No. 364 ttg Pedoman Pengendalian Demam Tifoid,

5. KMK No. 424 ttg Pedoman Pengendalian Cacingan,

6. KMK No. 494 ttg Penetapan Rumah Sakit dan Satelit Uji Coba Pelayanan Terapi
Rumatan Metadon,

7. KMK No. 879 ttg Rencana Strategi Nasional Untuk Mencapai Sound Hearing
2030

4. Tahun 2007 :

1. KMK No. 039 ttg Pedoman Penyelenggaraan Kedokteran Gigi Keluarga,

2. KMK No. 042 ttg Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
dan Penanggulangan KLB Malaria,

3. KMK No. 043 ttg Pedoman Pelatihan Malaria,

4. KMK No. 044 ttg Pedoman Pengobatan Malaria,

5. KMK No. 145 ttg Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan,

6. KMK No. 221 ttg Penyelenggara Riset Pembinaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kedokteran (RISBIN I,KMK No. 275 ttg Pedoman Surveilans Malaria,

7. KMK No. 342 ttg Pejabat Yang Berwenanang Memberikan Informasi Kepada
Pers Dan Atau Masyarakat,

8. KMK No. 342 ttg Pejabat Yang Berwenang Memberikan Informasi Kepada Pers
dan atau Masyarakat,

9. KMK No. 369 ttg Standar Profesi Bidan,

10. KMK No. 370 ttg Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan, KMK
No. 371 ttg Standar Profesi Teknisi Elektromedis,

11. KMK No. 372 ttg Standar Profesi Teknisi Gigi,


12. KMK No. 373 ttg Standar Profesi Sanitarian,

13. KMK No. 374 ttg Standar Profesi Gizi,

14. KMK No. 375 ttg Standar Profesi Radiografer,

15. KMK No. 376 ttg Standar Profesi Fisioterapi,

16. KMK No. 377 ttg Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, KMK
No. 378 ttg Standar Profesi Perawat Gigi,

17. KMK No. 423 ttg Kebijakan Peningkatan Kualitas Dan Akses Pelayanan Darah,
KMK No. 424 ttg Pedoman Kespel Dalam Rangka Karkes,

18. KMK No. 424 ttg Pedoman Upaya Kesehatan Pelabuhan dalam Rangka
Karantina Kesehatan,

19. KMK No. 425 ttg Pedoman Penyelenggaraan Karantina Kesehatan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan,

20. KMK No. 431 ttg Pengendalian Resiko Kesehatan Lingkungan Di Pelabuhan-
Bandara-Pos Lintas Batas,

21. KMK No. 432 ttg Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di Rumah Sakit,

22. KMK No. 474 ttg Perubahan Atas PERMENKES No. 518 Th 2009 ttg Tarif
Pelayanan Kesehatan ASKES Di B,

23. KMK No. 483 ttg Pedoman Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP),

24. KMK No. 562 ttg Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan,

25. KMK No. 563 ttg Keanggotaan Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Masa
Bakti 2007 2011,

26. KMK No. 585 ttg Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Puskesmas,
KMK No. 671 ttg Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Program Upaya
Kesehatan Perorangan,

27. KMK No. 893 ttg Pedoman Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Pengobatan
Filariasis,

28. KMK No. 1017 ttg Penunjukan Sarana Pelayanan Kesehatan Sbg Tempat
Pengujian,
29. KMK No. 1017 ttg Penunjukan Sarana Pelayanan Kesehatan Sbg Tempat
Pengujian Kesehatan Bagi Pejabat,

30. KMK No. 1033 ttg Pedoman Umum Perencanaan Pinjaman dan atau Hibah Luar
Negeri Bidang Kesehatan,

31. KMK No. 1045 ttg Penetapan Wilayah Pengesahan Pemberian International
Certificate of Vaccination ,

32. KMK No. 1105 ttg Pedoman Penanganan Medis Korban Massal Akibat Bencana
Kimia,

33. KMK No. 1161 ttg Penetapan Rumah Sakit Berdasarkan Indonesia Diagnostic
Related Group (INA-DRG),

34. KMK No. 1165 ttg Pola Tarif Rumah Sakit Badan Layanan Umum,

35. KMK No. 1224 ttg Pedoman Klasifikasi dan Kodifikasi Jenis Pemeriksaan,
Spesimen, Metode Pemeriksa,

36. KMK No. 1225 ttg Pedoman Sisfo Laboratorium Kesehatan (SILK)

5. Tahun 2008 :

1. KBM MENKES Dan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional No. 171 ttg
Pemanfaatan Tenaga Nuklir,

2. Kesepakatan Kerja Sama Antara MENKES RI Dengan Kepala Staff TNI AD No.
590 ttg Kerja Sama Bidang ,

3. KMK No 828 ttg juknis SPM, KMK No. 120 ttg Standar Pelayanan Medik
Hiperbarik,

4. KMK No. 121 ttg Standar Pelayanan Medik Herbal,

5. KMK No. 129 ttg Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,

6. KMK No. 267 ttg Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Daerah,
KMK No. 274 ttg Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi Dalam
Pelaksanaan Program Jamkesmas,

7. KMK No. 298 ttg Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan,

8. KMK No. 299 ttg Penunjukan Wakil Indonesia Untuk Executive Commitee, KMK
No. 302 ttg Harga Obat Generik,
9. KMK No. 350 ttg Penetapan Rumah Sakit Pengampu Dan Satelit Program Terapi
Rumatan Metadon,

10. KMK No. 378 ttg Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik Di Rumah Sakit,

11. KMK No. 379 ttg Petunjuk Teknis Administrasi Klaim Verifikasi Program
JAMKESMAS,

12. KMK No. 406 ttg Pembentukan Pemuda Siaga Peduli Bencana (DASI PENA),
KMK No. 444 ttg Penganugerahan Tanda Penghargaan Mandala Karya Bakti
Husada Arutala,

13. KMK No. 448 ttg Penganugerahan Tanda Penghargaan Ksatria Bakti Husada
Arutala,

14. KMK No. 457 ttg Penetapan Indikator Pencapaian 17 Sasaran Grand Strategy
DEPKES RI,

15. KMK No. 459 ttg Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Internasional


Pengurangan Resiko Bencana,

16. KMK No. 517 ttg Standar Pelayanan Fisioterapi Di Sarana Kesehatan,

17. KMK No. 519 ttg Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat,

18. KMK No. 522 ttg Penunjukan Laboratorium Pemeriksaan Narkotika Dan
Psikotropika,

19. KMK No. 538 ttg Komponen Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Pendidikan
Dokter Spesialis-Dokter Gigi ,

20. KMK No. 544 ttg Standar Prosedur Operasional Pelayanan Publik Di Lingkungan
Departemen Kesehatan,

21. KMK No. 547 ttg Standar Profesi Terapis Wicara,

22. KMK No. 571 ttg Standar Profesi Okupasi Terapis,

23. KMK No. 572 ttg Standar Profesi Refraksionis Optisien,

24. KMK No. 573 ttg Standar Profesi Asisten Apoteker,

25. KMK No. 603 ttg Pemberlakuan Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit
Sayang Ibu Dan Bayi,
26. KMK No. 604 ttg Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit
Umum Kelas B, Kelas C Dan K,

27. KMK No. 605 ttg Standar Balai Laboratorium Kesehatan Dan Balai Besar
Laboratorium Kesehatan,

28. KMK No. 606 ttg Pedoman Pelaksanaan Ujian Dinas Dan Ujian Kenaikan
Pangkat,

29. KMK No. 779 ttg Standar Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah
Sakit,

30. KMK No. 804 ttg Honorarium Tenaga Pelaksana Verifikasi Pelaksanaan Program
Jamkesmas,

31. KMK No. 852 ttg Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,

32. KMK No. 922 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan,

33. KMK No. 1014 ttg Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan,

34. KMK No. 1022 ttg Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik, KMK
No. 1023 ttg Pedoman Pengendalian Penyakit Asma,

35. KMK No. 1061 ttg Penetapan Rumah Sakit Rujukan Haji,

36. KMK No. 1062 ttg Penghargaan Bagi Kabupaten-Kota di Luar Pulau Jawa yang
Telah Menjadi Desa-Kelur,

37. KMK No. 1158 ttg Standar Pemeriksaan Kesehatan TKI

6. Tahun 2009 :

1. KMK No 060 Tahun 2009 tth Testing HIV,

2. KMK No 406 Tahun 2009 ttg Kes Jiwa Komunitas,

3. KMK No 421 Tahun 2009 ttg Pemeriksaan CTKI,

4. KMK No 854 Tahun 2009 ttg Pengendalian Penyakit Jantung,

5. KMK No 1190 Tahun 2009 ttg Bansos,

6. KMK No 1241 Tahun 2009 ttg Tenaga Verifikasi,


7. KMK No 1250 Tahun 2009 ttg Kendali Mutu Radiodiagnostik,

8. KMK No 1278 Tahun 2009 ttg TB dan HIV,

9. KMK No. 159 ttg Penunjukan RS Umum Pusat Nasional RSCM Jakarta Sebagai
Pusat Litbang dan Pelayanan,

10. KMK No. 160 ttg Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi Dalam
Penyelenggaraan Program JAMKEsmas,

11. KMK No. 230 ttg Pilot Proyek Pengendalian Flu Burung Dan Kesiapsiagaan
Menghadapi Pandemi Influen,

12. KMK No. 237 ttg Fisikawan Medik,

13. KMK No. 237 ttg Standar Kurikulum Pelatihan Fungsional Fisikawan Medik, KMK
No. 261 ttg Farmakope Herbal,

14. KMK No. 293 ttg Eliminasi Malaria Di Indonesia,

15. KMK No. 300 ttg Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza, KMK
No. 311 ttg Penetapan Penyakit Flu Baru H1N1 Sebagai Penyakit Yang Dapat
Menimbulkan Wabah,

16. KMK No. 316 ttg Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas,

17. KMK No. 364 ttg Pedoman Penanggulangan Tuberkolosis (TB),

18. KMK No. 374 ttg Sistem Kesehatan Nasional,

19. KMK No. 439 ttg Perubahan Kedua Atas PERMENKES No. 1575 Th 2005 ttg
Organisasi Dan Tata Kerja DEP,

20. KMK No. 442 ttg Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia,

21. KMK No. 443 ttg Penetapan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan,

22. KMK No. 444 ttg Tim Kesiapsiagaan Penanggulangan Penyakit Flu Baru H1N1
(MEXICAN STRAIN) Nasional,

23. KMK No. 474 ttg Perubahan Atas PERMENKES No. 518 Th 2009 ttg Tarif
Pelayanan Kesehatan ASKES,

24. KMK No. 579 ttg Penunjukan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Jakarta sbg Pusat Litbang ,
25. KMK No. 830 ttg Pedoman Pelaksanaan Penyediaan Obat Dan Vaksin,

26. KMK No. 834 ttg Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Medis Sel Punca, KMK
No. 857 ttg Penilaian Kinerja SDM Kesehatan,

27. KMK No. 922 ttg Pembagian Urusan,

28. KMK No. 923 ttg Laboratorium Pro Justisia,

29. KMK No. 1142 ttg Pedoman Pengendalian Osteoporosis,

30. KMK No. 1196 ttg Pedoman Penyelnggaraan Balai Penobatan Haji Indonesia Di
Arab Saudi,

31. KMK No. 1226 ttg Pedoman Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan,

32. KMK No. 1259 ttg Juknis Pelayanan Jamkesmas Bagi Maskin Akibat Bencana,
Penghuni Panti Sosial,

33. KMK No. 1262 ttg Komnas Pelayanan Darah

7, Tahun 2010 :

1. KMK No. 156 ttg Pemberian Insentif Bagi Tenaga Kesehatan,

2. KMK No. 160 ttg RENSTRA_2010-2014,

3. KMK No. 217 ttg Pencabutan Atas Keputusan MENKES RI Nomor 116-
MENKES-SK-II-2008 ttg Tim Pembina,

4. KMK No. 316 ttg Harga Vaksin Program Imunisasi Tahun 2010,

5. KMK No. 329 ttg Bantuan Sosial Untuk Pelayanan Kesehatan Di DTPK Tahun
2010,

6. KMK No. 400 ttg Pedoman Rekrutmen Petugas Kesehatan Haji Indonesia, KMK
No. 482 ttg Gerakan Imunisasi Nasional GAIN UCI,

7. KMK No. 493 ttg Penetapan Kabupaten-Kota Pelaksana Pemerikasaan Dan


Pembinaan Kesehatan Haji 2010,

8. KMK No. HK.03.01-146 ttg Harga Obat Generik


INFORMED CONSENT
Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45 serta
Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka Informed Consent
adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI
No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan dalam memberikan informasi kepada
pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat / paramedik lainnya sebagai saksi
adalah penting. Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga
terdekatnya tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan
kelalaian. Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga
terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan
berdasarkan KUHP Pasal 351. Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum
suatu tindakan kedokteran dilaksanakan adalah:

1. Diagnosa yang telah ditegakkan.


2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran
tersebut.
5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara
pengobatan yang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan
tindakan kedokteran :
a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.
b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang
akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1
Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan
tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada
persetujuan ( Ayat 2 ). Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum
dimintakan persetujuan tindakan kedokteran adalah:

1. Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter harus segera bertindak
untuk menyelamatkan jiwa.
2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi
dirinya.
Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.

Tujuan Informed Consent:


a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya
tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan
tanpa sepengetahuan pasiennya.
b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat
negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan
medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )

Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan sebagai tindakan
melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily
assault ). Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan
tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi
persetujuan, sebelum dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan
kedokteran harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).

Sumber: Buku Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008
TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang :
bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 45 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, perlu mengatur kembali Persetujuan Tindakan Medik dengan
Peraturan Menteri Kesehatan;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2803);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1996 Nomor 39 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 191/Menkes-Kesos/SK/II/2001 tentang Perubahan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 157/Menkes/SK/III/1999 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang
Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007 tentang Perubahan Pertama Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan.

M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERSETUJUAN
TINDAKAN KEDOKTERAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau
rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien.
5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan.
6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
7. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan
perundang-undangan atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya,
mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan
(retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat
keputusan secara bebas.

BAB II
PERSETUJUAN DAN PENJELASAN
Bagian Kesatu
Persetujuan
Pasal 2
(1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan.
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.
Pasal 3
(1) Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
(2) Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diberikan dengan persetujuan lisan.
(3) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk
pernyataan yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan dalam bentuk
ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang dapat diartikan
sebagai ucapan setuju.
(5) Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
Pasal 4
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.
(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dokter atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien
setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat.
Pasal 5
(1) Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang
memberi persetujuan sebelum dimulainya tindakan.
(2) Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan.
(3) Segala akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab yang
membatalkan persetujuan.
Pasal 6
Pemberian persetujuan tindakan kedokteran tidak menghapuskan tanggung gugat
hukum dalam hal terbukti adanya kelalaian dalam melakukan tindakan kedokteran yang
mengakibatkan kerugian pada pasien

Bagian Kedua
Penjelasan
Pasal 7
(1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien
dan/atau keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.
(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan
diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar.
(3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c. Altematif tindakan lain, dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Perkiraan pembiayaan.
Pasal 8
(1) Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi :
a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut;
b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding;
c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan
kedokteran;
d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.
(2) Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan meliputi :
a. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,
terapeutik, ataupun rehabilitatif.
b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah
tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.
c. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan
tindakan yang direncanakan.
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan.
e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat
risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.
(3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko
dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan,
kecuali:
a. risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum
b. risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya sangat ringan
c. risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (unforeseeable)
(4) Penjelasan tentang prognosis meliputi:
a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam);
b. Prognosis tentang fungsinya (ad functionam);
c. Prognosis tentang kesembuhan (ad sanationam).
Pasal 9
(1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus diberikan secara lengkap
dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk
mempermudah pemahaman.
(2) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan didokumentasikan
dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelasan
dengan mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan tanda tangan pemberi penjelasan
dan penerima penjelasan.
(3) Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan tersebut dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan,
maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan tersebut kepada keluarga
terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.
Pasal 10
(1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diberikan oleh dokter atau dokter
gigi yang merawat pasien atau salah satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang
merawatnya.
(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan
penjelasan secara langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada
dokter atau dokter gigi lain yang kompeten.
(3) Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Tenaga kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah tenaga
kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada
pasien.
Pasal 11
(1) Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter
yang akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan.
(2) Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan dasar daripada persetujuan.
Pasal 12
(1) Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya
dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
(2) Setelah perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan, dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada pasien atau
keluarga terdekat.

BAB III
YANG BERHAK MEMBERIKAN PERSETUJUAN
Pasal 13
(1) Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten atau keluarga terdekat.
(2) Penilaian terhadap kompetensi pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh dokter pada saat diperlukan persetujuan

BAB IV
KETENTUAN PADA SITUASI KHUSUS
Pasal 14
(1) Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing/withholding life
support) pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien.
(2) Persetujuan penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan
dari tim dokter yang bersangkutan.
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberikan secara tertulis.
Pasal 15
Dalam hal tindakan kedokteran harus dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah
dimana tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak, maka
persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan.

BAB V
PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Pasal 16
(1) Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
(2) Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud kedokteran pada ayat (1)
harus dilakukan secara tertulis.
(3) Akibat penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjadi tanggung jawab pasien.
(4) Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memutuskan hubungan dokter dan pasien.

BAB VI
TANGGUNG JAWAB
Pasal 17
(1) Pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah mendapat persetujuan menjadi
tanggung jawab dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan kedokteran.
(2) Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas pelaksanaan persetujuan
tindakan kedokteran.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melibatkan organisasi profesi terkait
sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Pasal 19
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan
administratif sesuai dengan kewenangannya masing-masing
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran
lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan Surat Ijin Praktik

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 21
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang rnengetahuinya, rnemerintahkan pengundangan Peraturan ini
dengan penernpatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Maret 2008
Menteri Kesehatan,

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)

PENDAHULUAN RISIKO B3 DI RUMAH SAKIT Kebijakan pemerintah ttg


SJSN Peraturan & Perundangan ttg Standar Pelayanan RS & Hak Pasien
Risiko kerugian thdp kesehatan manusia, makhluk hidup lainnya , atau
kerusakan sarana, prasarana dan lingkungan hidup sekitarnya akibat B3
Terjadinya kebakaran yang berhubungan dengan B3 flameable Terjadinya
peledakan B3 explosive; Kejadian keracunan B3 toxic Menumpuknya limbah
B3 di lingkungan RS, infeksi nosokomial di lingkungan RS
2. MASALAH PENYIMPANAN B3 & LIMBAH 3 1. Penyimpanan tidak per jenis
LB3 2. Tatacara cara penyimp. LB3 tdk benar 3. Kapasitas TPS LB3 tdk sesuai
dg jml LB3 yg dihasilkan 4. Penyimp. sludge IPAL di luar TPS LB3 5.
Permasalahan jml LB3 skala besar 6. Dsb. 1 2 5 4 3

3. Permasalahan Sejauh mana pemahaman Rumah Sakit terhadap kebijakan


& peraturan B3 ? Sejauh mana kepatuhan terhadap kebijakan dan peraturan
tersebut. ?

4. Problema Identifikasi, Pencatatan & Pelaporan, Berdampak Status Proper RS


BIRU Seluruh limbah B3 yang dihasilkan dan atau potensial dihasilkan
teridentifikasi, tercatat, dan terdata pengelolaannya MERAH Tidak
mengidentifikasi seluruh limbah B3 Tidak melakukan Pencatatan jenis LB3 yang
dihasilkan secara teratur Tidak seluruh LB3 dilakukan pendataan pengelolaan
lanjutan. Melakukan kesalahan yang sama dengan tahun sebelumnya. HITAM
Melakukan pemalsuan data dan keterangan terkait pengelolaan limbah B3
Bagaimana di Rumah Sakit Kita ?

5. PERENCANAA N PENDIDIKAN PENGAWASAN MULTI DISIPLIN Pemimpin


merencanakan ruang, peralatan & sumber daya yg dibutuhkan mendukung yan
klinis yg aman Staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas bagaimana cara
mengurangi risiko & cara utk memantau & melaporkan situasi-2 yg berisiko Ada
kriteria kinerja utk mengevaluasi sistem penting & mengidentifikasi perbaikan
yg diperlukan Langkah manajemen Siklus Risiko

6. RS hrs menyediakan fasilitas fungsional & supportif yg Aman terkait dg B3


bagi pasien, keluarga, staf & pengunjung Fasilitas RS fisik, medis, peralatan
lainnya & SDM terkait dg B3 harus dikelola secara Aman, efektif dan Efsien
Mengurangi & mengendalikan bahaya & risiko, mencegah kecelakaan & cedera
dan memelihara kondisi aman
7. Unit independen di RS (kantin, bank, toko di RS) RS wajib pastikan unit tsb
patuh manajemen fasilitas & rencana RS sbb : Keselamatan & keamanan
Manajemen bahan-2 berbahaya Manajemen keadaan darurat Penanganan
kebakaran Upaya Mllui Standarisasi

8. Tujuan RS ,Pimpinan, Staf dan Pegawai RS dapat menjelaskan : 1. Standar


Akreditasi Rumah Sakit (SARS) a. Sasaran SARS b. Standar MFK dalam
Sasaran SARS c. Standar MFK 5 2. Identifikasi : a. Peraturan & Perundangan
Ttg MFK 5 b. Identifikasi Standar dan Elemen MFK 3. Penyusunan Dokumen : a.
Kebijakan Ttg MFK 5 b. Penyusunan Pedoman Ttg MFK 5 c. Penyusunan
Panduan dan d. Penyusunan SPO MFK 5 4. Rencana Implementasi & Evaluasi
dg manajemen PDCA

9. KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT (KARS) 2012 GOALS

10. Arti logo KARS 1. Logogram : Huruf Q : Quality huruf S : Safety


Gambar Panah : menggambarkan kesinambungan pelayanan

11. Arti logo KARS 2. Nama organisasi : Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 3.
Warna merah adalah wujud dari independensi yang menjunjung tinggi integritas
dan kredibilitas profesionalisme KARS sebagai lembaga akeditasi independen. 4.
Nuansa warna merah adalah wujud dari dinamika profesionalisme yang akan
terus berkembang maju di masa depan.

12. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran 2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. UU No.
44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit 4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun
2007 tentang Pembagian urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Propinsi & Pemda Kab/Kota. 5. Kepmenkes No. 922 Tahun 2008 tentang
Pedoman Teknis Pembagian Urusan Pemerintah, antara Pemerintah, Propinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 6. Permenkes No 12 Tahun 2012
tentang akreditasi 7. Permenkes No. 147 Tahun 2010 tentang Perizinan RS 8.
Permenkes No. 340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi RS

13. UU NO. 44 /2009: RUMAH SAKIT 1) Dalam upaya peningkatan mutu


pelayanan RS wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun
sekali 2) Akreditasi RS sebagaimana dimaksud pd ayat (1) dilakukan oleh suatu
lembaga independen baik dari dalam/luar negeri berdasarkan standar akreditasi
yg berlaku 3) Lembaga independen sbgmana dimaksud pd ayat (2) ditetapkan
oleh Menteri 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi RS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), & ayat (2) diatur dgn Peraturan Menteri

14. Bimtek Surveior Persiapan Akreditasi.pdf Kewajiban RS dan Pimpinan RS


thd Sarana ,SDM RS & Hak Pasien

15. PERATURAN MENTERI KESEHATAN No. 12 Tahun 2012 Pasal 3 : Ayat 3


Rumah sakit wajib mengikuti akreditasi nasional Ayat 5 Rumah Sakit yang
akan mengikuti akreditasi internasional harus sudah mendapatkan status
akreditasi nasional Ayat 7 Rumah sakit baru yang telah memperoleh izin
operasional dan beroperasi sekurang kurangnya 2 tahun wajib mengajukan
permohonan akreditasi

16. 1917 Dr.E.A.Codman (Ahli Bedah). 1918 The American College of Surgeons
menyusun Hospital Standardization Programme. 1951 Terbentuknya Joint
Commission on Accreditation of Hospital. 1953 1965 Standar diubah 6 kali.
KARS dari 1995 2007 : 6 x perubahan standar Awal Akreditasi di Dunia 17

17. AKREDITASI DI INDONESIA AKREDITASI NASIONAL 2007 AKREDITASI


NASIONAL 2012 AKREDITASI INTERNASION AL Sistem Jaminan Sosial
Nasional_Kesehatan Dikawal dg Peraturan Pemerintah(STANDAR)

18. RS di Masa Mendatang Memberikan Yanmed Prima Kualitas layanan/mutu


Lebih peka pada kebutuhan masyarakat Patien Safety Oriented Kompetitif
Menyediakan layanan baru sesuai perkembangan iptek Lebih efektif Tarif lebih
terjangkau Menciptakan kepuasan pasien , provider , masyarakat RS Berkelas
Dunia Standar Akreditasi RS Deming : Mutu =apapun yang menjadi kebutuhan
dan keinginan konsumen Crosby : Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
yang telah

19. AKREDITASI RUMAH SAKIT

20. STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT VERSI 2012 Kelompok Standar


Pelayanan berfokus pada pasien SASARAN II: SASARAN IV : MILLENIUM
DEVELOPMENT GOALS (3 bab) SASARAN I: SASARAN III: Sasaran
Keselamatan Pasien RS STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT Kelompok
Standar Manajemen Rumah Sakit

21. I. Sasaran PelayananberFokus Pasien 1. Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan (APK) 2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 3. Asesmen
Pasien (AP) 4. Pelayanan Pasien 5. Pelayanan Anastesi dan Bedah (PAB) 6.
Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) 7. Pendidikan Pasien dan Keluarga
(PPK)

22. II. Sasaran Manajemen 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien


(PMKP) 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 3. Tata Kelola
Kepemimpinaan dan Pengarahan (TKP) 4. Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) 5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) 6. Manajemen
Komunikasi dan Informasi

23. III. Sasaran Keselamatan pasien (Patient Safety) 1. Ketepatan Identfikasi


pasien 2. Komunikasi yang efektif 3. Keamanan Obat 4. Keamanan operasi 5.
Pengurangaan resiko Infeksi 6. Pengurangan Resiko pasien jatuh

24. IV. Sasaran Millenium Development Goals 1. Penurunan Angka Kematian


bayi & Peningkatan Kesehatan Ibu 2. Penurunaan angka Kesaakitan HIV/AIDS
3. Penurunaan Angka Kesakitan TB
25. HASIL PENILAIAN AKREDITASI BARU NASIONAL

26. Penilaian 1. Sasaran keselamatan pasien rumah sakit (SKP) 2. Hak pasien
dan keluarga (HPK) 3. Pendidikan pasien dan keluarga (PPK) 4. Peningkatan
mutu dan keselamatan pasien (PMKP) 5. Millenium Development Goals (MDGs)
6. Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 7. Asesmen Pasien (AP)
8. Pelayanan Pasien (PP) 9. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 10.
Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 11. Manajemen Komunikasi dan Informasi
(MKI) 12. Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS) 13. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) 14. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan
( TKP) Mayor Minor Pratama Madya Paripur na Mayor Minor Utama Mayor Minor

27. Umum : meningkatkan mutu pelayanan RS Khusus : 1. Memberi jaminan,


kepuasan dan perlindungan masyarakat 2. Memberi pengakuan bagi RS yang
telah menerapkan standar 3. Menciptakan lingkungan internal RS yang kondusif
untuk pe-nyembuhan dan pengobatan pasien sesuai standar struktur, proses dan
hasil (outcome) Tujuan Akreditasi RS MANFAAT AKREDITASI RS 1. Sebagai
alat bagi pemilik dan pengelola RS meng-ukur kinerja RS 2. Melindungi
masyarakat dari pelayanan sub standar / malpraktek 3. Meningkatkan citra RS
dan kepercayaan masyara-kat

28. 29 Bimbingan dan Panduan Serta Pustaka ttg Akreditasi

29. RENCANA STRATEGIS Thd MFK Rumah Sakit 1. Keselamatan dan


Keamanan a. Keselamatan---Suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung,
halaman/ground dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau
risiko bagi pasien, staf dan pengunjung b. Keamanan----Proteksi dari kehilangan,
pengrusakan dan kerusakan, atau akses serta penggunaan oleh mereka yang
tidak berwenang

30. RENCANA STRATEGIS Thd MFK Rumah Sakit 2. Bahan berbahaya-----


penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan bahan
berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang
secara aman. 3. Keputusan Manajemen upaya2 tsb Bukan krn Akreditasi,
Melainkan sbg Bagian RENSTRA RS

31. LANGKAH PIMPINAN RS/Unit Kerja I. RENCANA RS Lakukan


IDENTIFIKASI Resiko Lingkungan spesifik apa , Yg akan Merugikan RS ? II.
PENDIDIKAN / EDUKASIONAL Bagaimana Rumah Sakit Melakukan Edukasi
Staf Tentang Peranan dan Tanggung Jawab thd MFK III. PELAKSANAAN
Bagaimana Rumah Sakit Menjalankan Tugas dan Fungsi Patuh/Sesuai Prosedur
dan Pengawasan untuk Memperkecil Dampak dan Risiko terhadap Psien,
Keluarga , Staf. Sarana, dan Lingkungan hidup RS

32. TELUSUR RISIKO Kelola B3 33 1. Penyimpanan tidak per jenis LB3 2.


Tatacara cara penyimp. LB3 tdk benar 3. Kapasitas TPS LB3 tdk sesuai dg jml
LB3 yg dihasilkan 4. Penyimp. sludge IPAL di luar TPS LB3 5. Permasalahan B3
DI di R.Produksi 6. Dsb. 1 2 4 3 5

33. TELUSUR Risiko FASILITAS Gudang, YanFar & Tempt tidur px

34. Flow chart Langkah Strategi KEBIJAKAN PEDOMAN PANDUAN SPO Satu
Kegiatan Instruksi kerja RS / Unit Kerja Rumah Sakit UU & Peraturan Nas SARS
Standar Profesi PARS J C I KAR S

35. LANGKAH TEHNIS olh RS/Unit Kerja PENYUSUNAN DOKUMEN MFK 5 1.


IDENTIFIKASI STANDAR DAN ELEMENNYA 2. IDENTIFIKASI PERATURAN &
PERUNDANGAN NASIONAL 3. MEMBUAT KEBIJAKAN RUMAH SAKIT 4.
MEMBUAT PEDOMAN 5. MEMBUAT PANDUAN / MEMBUAT SPO

36. LANGKAH TEHNIS PENYUSUNAN DOKUMEN MFK 5 6. Pendidikan (Diklat)


7. Pelaksanaan 8. Respon 9. Monitor 10. Perbaikan LANGKAH IMPLEMENTASI
PERENCANAAN DG PDCA SIKLUS (Lihat Ganchart Kegiatan )
37. Kepemimpinan dan perencanaan MFK 1; 2; 3; 3.1 Keselamatan dan
keamanan MFK 4; 4.1; 4.2 Bahan berbahaya MFK 5 Kesiapan menghadapi
bencana MFK 6; 6.1 Pengamanan kebakaran MFK 7; 7.1; 7.2; 7.3 Peralatan
medis MFK 8; 8.1; 8.2 Sistem utilisasi (Sistem pendukung) MFK 9; 9.1; 9.2; 10;
10.1; 10.2 Pendidikan staf MFK 11; 11.1; 11.2; 11.3

38. Identifikasi MFK 5 ( B3) Apa yg hrs dilakukan MFK5 ? B-3 Perencanaan
Pendidikan/Eduka si Pelaksanaan Respond Monitor Perbaikan

39. 1. Identifikasi Elemen MFK 5 Standar MFK 5 RS mempunyai renc. tentang


inventaris, penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya serta
pengendalian dan pembuangan bahan dan limbah berbahaya. Elemen Penilaian
MFK 5 1. RS mengidentifikasi bahan & limbah berbahaya & memp. daftar
terbaru/mutakhir dari bahan berbahaya tsb di RS. (lihat juga AP5.5, EP 1, &
AP.6.6, EP 1) identifikasi risiko 2. Renc utk penanganan, penyimpanan &
penggunaan yg aman disusun & diimplementasikan/diterapkan (lihat juga AP.5.1,
Maksud& Tujuan, & EP 3; AP.5.5, EP 3; AP.6.2, EP 4; dan AP.6.6, EP 3)

40. 1. Identifikasi Elemen MFK 5 3. Rencana untuk pelaporan dan investigasi


dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya disusun dan diterapkan.
4. Rencana untuk penanganan limbah yang benar di dalam rumah sakit dan
pembuangan limbah berbahaya secara aman dan sesuai ketentuan hukum
disusun dan diterapkan. (lihat juga AP.6.2, EP 4) 5. Rencana untuk alat dan
prosedur perlindungan yang benar dalam penggunaan, ada tumpahan dan
paparan disusun dan diterapkan. (lihat juga AP.5.1, EP 4; AP.6.2, EP 5; dan
AP.6.6, EP 5)

41. 1. Identifikasi Elemen MFK 5 6. Rencana untuk mendokumentasikan


persyaratan, meliputi setiap izin, lisensi, atau ketentuan persyaratan lainnya
disusun dan diterapkan. 7. Rencana untuk pemasangan label pada bahan dan
limbah berbahaya disusun dan diterapkan. (lihat juga AP.5.5, EP 5; dan AP.6.6,
EP 5) 8. Bila terdapat unit independen dalam fasilitas pelayanan pasien yang
akan disurvei, rumah sakit memastikan bahwa unit tersebut mematuhi rencana
penanganan bahan berbahaya.

42. No El. Program Elemen Unit Terkait Telah Ada /Belum Ada 24 identifikasi B3
di RS 1. Rumah sakit mengidentifikasi bahan dan limbah berbahaya dan
mempunyai daftar terbaru/mutakhir dari bahan berbahaya tersebut di rumah
sakit. (lihat juga AP.5.5, EP 1, dan AP.6.6, EP 1) 27 pelatihan penanganan B3 4.
Rencana untuk penanganan limbah yang benar di dalam rumah sakit dan
pembuangan limbah berbahaya secara aman dan sesuai ketentuan hukum
disusun dan diterapkan. (lihat juga AP.6.2, EP 4) 28 5. . 1. Identifikasi Elemen
MFK 5 Untuk Unit Kerja

43. NASIONAL PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TTG Pengelolaan


B3 Undang-undang Peraturan Pemerintah PMK, KMK Pedoman TTG
Pengelolaan B3 2. RS IDENTIFIKASI PERATURAN & PERUNDANGAN
NASONAL

44. 2. Identifikasi Peraturan Nasional UU 32 Tahun 2009 PP 74/Thn 2001 PP


18 jo PP 85 Tahun 1999 Peraturan Lainnya Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan (Pasal 58 61) Pengelolaan B3 Pengelolaan Limbah B3 -
Keputusan Kepala Bapedal - Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup -
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

45. 2. Identifikasi Peraturan & Perundangan Pengelolaan B3 & Limbah Tentang


UU 32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup PP 74 /Tahun
2001 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Bacun (B3) PP 18 /199 jo PP 85/199
PP 18 /199 jo PP 85/199 Kepdal 01/BAPEDAL/09/95 Tata Cara & Persyaratan
Teknis Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3 Kepdal 02/BAPEDAL/09/95
Dokumen Limbah B3 Kepdal 03/BAPEDAL/09/95 Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah B3 Kepdal 04/BAPEDAL/09/95 Tata Cara Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Penimbunan
Limbah B3
46. 2. Identifikasi Peraturan & Perundangan Pengelolaan B3 dan Limbah
Tentang Kepdal 05/BAPEDAL/09/95 Simbol dan Label Kepdal
68/BAPEDAL/05/94 Tata Cara Memperoleh Izin Pengelolaa Limbah B3 Kepdal
02/BAPEDAL/01/98 Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
PermenLH 03/2007 Fasilitas Reception Facility (Penyimpanan) di Pelabuhan
PermenLH 02/2008 Pemanfaatan Limbah B3 PermenLH 18/2009 Tata Cara
Perizinan Limbah B3 PermenLH 30/2009 NSPK (Norma, Standar, Prosedur,
Kriteria) Pengelolaan Limbah B3 PermenLH 33/2009 Tata Cara Pemulihan
Kontaminasi Limbah B3 PP 27 Tahun 2012 Izin Lingkungan

47. Nama Std P . P yang berlak u (Y/T) Jika Ya Nama Peraturan Perundangan
(PP) Ringkasan P.P Bagaimana kaitannya dengan standar Apakah isi P.P Lebih
ketat dari Standar ( ya/tidak ) Apakah ada badan Regulator yang melakukan
inspeksi on-site untuk menilai kepatuhan melaksanakan P.P MANAJEMEN
FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) MFK.1 MFK.4. 2 MFK.5 MFK.9. 2 1.
(Hasil Identifikasi STANDAR dan Peraturan & Perundangan TTG Pengelolaan B3
dan Limbah , LIHAT TABEL)

48. TABEL IDENTIFIKASI PERATURAN & STANDAR 1. IDENTIFIKASI


PERATURANIDENTIFIKASI REGULASI _ ANALISA GAB DAN RTL KELOLA
B3.xlsx 2. IDENTIFIKASI PERATURANIDENTIFIKASI PERATURAN MFK DAN
PROSES SUSUN DOKUMEN MFK 5.xlsx

49. Peraturan Regulasi TTG Pengelolaan B3 Pedoman tata Naskah TTG


Pengelolaan B3 PEDOMAN TATA NASKAH AKREDITASI DI RSDS MEI
2013PEDOMAN TATA NASKAH- 2013.doc 3. Penyusunan Dokumen Akreditasi

50. Kebijakan TTG Pengelolaan B3 Rangkaian Konsep dan Azas yang


menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, Ke
pemimpinan dan cara bertindak TTG Pengelolaan B3 Pengertian Kebijakan
51. Pedoman TTG Pengelolaan B3 Kumpulan ketentuan dasar yg memberi
arah bagaimana sesuatu dilakukan ; hal pokok yg menjadi dasar (pegangan,
petunjuk, dsb) untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu (KARS) TTG
Pengelolaan B3 Pengertian Pedoman

52. Pedoman TTG Pengelolaan B3 Pedoman adalah naskah dinas yang


memuat acuan yang bersifat umum di lingkungan instansi pe merintah yang
perlu dija barkan ke dalam petunjuk operasional / teknis dan pe nerapannya
disesuaikan dg karakteristik instansi / organisasi ybs (RSDS) TTG Pengelolaan
B3 Pengertian Pedoman

53. Panduan TTG Pengelolaan B3 Buku Petunjuk TTG Pengelolaan B3


Pengertian Panduan

54. SPO TTG Pengelolaan B3 Prosedur = bagian ini merupakan bagian utama
yang menguraikan langkah - langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja
tertentu. Setiap langkah kegiatan harus dinyatakan dengan kalimat perintah /
instruksi. ( PERINTAH AKTIF UTK DILAKSANAKAN ) !!! TTg Pengelolaan B3
Pengertian SPO

55. SPO TTG Pengelolaan B3 merupakan flow charting dari suatu kegiatan
yang meng gambarkan dengan jelas tentang siapa melakukan apa , dimana ,
dan kapan. TTg Pengelolaan B3 Pengertian SPO

56. RUMAH SAKIT REGULASI TTG Pengelolaan B3 Kebijakan Pelayanan


RS Pedoman Pengorganisasian Pedoman/Panduan Pelayanan SPO
RKA/RBA Revisi / Penyesuaian Dokumen yg sdh ada TTG Pengelolaan B3 3.
Membuat Kebijakan RS (Dokumen Akreditasi Tingkat RS)

57. PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO Jl. MAYJEN PROF. Dr. MOESTOPO
NO.6-8 TELP. (031) 5501011 - 5501012 S U R A B A Y A PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA
NOMOR : TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) ,
RADIOAKTIF DAN PELUMAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr.SOETOMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO

58. Unit Kerja REGULASI (Ketentuan Tertulis) TTG Pengelolaan B3


Kebijakan Pelayanan di Unit Kerja Pedoman Pengorganisasian Pedoman
Pelayanan SPO Program Revisi / Penyesuaian Dokumen yg sdh ada TTG
Pengelolaan B3 4. Menyusun Pedoman (Dokumen Akreditasi Tgkt Unit Kerja)

59. FORMAT DOKUMEN MACAM DOKUMEN 1. KEBIJAKAN 2. PEDOMAN 3.


PANDUAN ISI FORMAT PEDOMAN TATA NASKAH AKREDITASI DI RSDS
MEI 2013

60. Unit Kerja REGULASI (Ketentuan Tertulis) TTG Pengelolaan B3


Kebijakan Pelayanan di Unit Kerja Pedoman Pengorganisasian Pedoman
Pelayanan SPO Program Revisi / Penyesuaian Dokumen yg sdh ada TTG
Pengelolaan B3 5. Menyusun SPO (Dokumen Akreditasi langkah-langkah
kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu)

61. FORMAT S P O MACAM DOKUMEN 1. S P O ISI FORMAT SPO TTG B3


BIMB MFK1. PROTAP PENGADAAN B3 EDIT 1 FEB 2013.docx SPO TTG B3
BIMB MFK2. PROTAB PENYIMPANAN B3 EDIT 1 FEB 2013 28.doc SPO TTG
B3 BIMB MFK5.PENANGGULANGAN KONTAMINAN B3 TERPAPAR PD KULIT
DAN RAMBUT EDIT 1.docx SPO TTG B3 BIMB MFK7.PENANGGULANGAN
KONTAMINAN B3 PD MATA PEKERJE EDIT 1 FEB 2013 28.docx

62. 6. PENDIDIKAN (DIKLAT ) TTG MFK Pendidikan/Edukasi Bagaimana RS


melakukan edukasi staf tentang peranan dan tanggung jawab terhadap MFK ?

63. Kesela matan Keama nan B 3 & Limba h Pencegaha n kebakaran Alat Medis
& Labora torium utilita s Manaj Kedarurata n Rencan a MARE T SD JUNI Diklat
MARE T SD JUNI Pelaks a Naan MARE T SD JUNI Respo n MARE T SD JUNI
Monito r MARE T SD Jadwal MANAJEMEN SIKLUS TTG B3

64. N O IDENTIFIKASI PERATURAN & PERUNDANGAN TTGMFK 5 DAN


MEMBUAT DOKUMEN PERAT URAN NASIO NAL STANDA R DAN ELEME N
KEBIJA KAN RS PEDO MAN RS PANDU AN / SPO GANDA MATERI DIKLAT
NARA SUMBER PIC 1 RENCAN A 2 DIKLAT 3 PELAKSA NAAN 4 RESPON 5
MONITO R 6 PERBAIK AN Jadwal MANAJEMEN SIKLUS TTG B3

65. Train of The Trainer (TOT) olh Pembimbing dr KARS

66. Diklat & Diskusi Peserta

67. 7. PELAKSANAAN RENCANA TTG MFK Pelaksanaan Prosedur dan


pengawasan (fisik dan manusia) apa yang dilaksanakan oleh rumah sakit untuk
memperkecil dampak dari risiko terhadap pasien, pengunjung dan staf
.Pelaksanaan: 1. Kebijakan 2. Pedoman 3. SPO 4. Program

68. Proses Pelaksanaan inventarisasi bahan & limbah berbahaya


penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya; pelaporan dan
investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya;
pembuangan limbah berbahaya yang benar; peralatan dan prosedur
perlindungan, pada tumpahan (spill) atau paparan (exposure);
pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau ketentuan
persyaratan lainnya; MSDS pemasangan label yang benar pada bahan dan
limbah berbahaya. Pelaksanaan di Unit Kerja Menggunakan SPO masing2
TTG Pengelolaan B3

69. SPO , Peta Risiko, TPS & APD diimplementasikan Peta Lokasi B3 SPO
Tersusun TPS & APD

70. Implementasi Label High Alert ,Masker & Handschoen Label High Alert
71. Implementasi Penyimpanan B3 & Limbah di Gudang Penandaan B3

72. Respon Prosedur apa yang dilaksanakan RS atas sebuah


insiden/kegagalan MFK ? Bagimana, kapan dan kepada siapa masalah,
insiden, dan/atau kegagalan MFK dilaporkan di dalam rumah sakit ? 8. RESPON
PELAKSANAAN TTG MFK

73. Monitor Bagaimana kinerja MFK (kegiatan manusia dan komponen fisik) di
monitor rumah sakit ? Kegiatan monitor apa yang telah dilakukan dalam waktu
12 bulan terakhir ? Metode : Kuesioner Wawancara Observasi 9.
MONITOR PELAKSANAAN TTG MFK

74. RS MELAKUKAN PENGAWASAN 1. merencanakan semua aspek dari


program; 2. melaksanakan program; 3. mendidik staf; 4. memonitor dan
melakukan uji coba program; 5. melakukan evaluasi dan revisi program secara
berkala; 6. memberikan laporan tahunan ke badan pengelola tentang
pencapaian program 7. menyelenggarakan pengorganisasian dan pengeleloaan
secara konsisten dan terus-menerus Pengawasan thd Implementasi SPO &
Insiden Pencatatan (Data) TTG Pengelolaan B3

75. MANAJEMEN FASILITAS & KESELAMATAN PROGRAM MANAJEMEN


RISIKO FASILITAS PERLU PANITIA RISIKO FASILITAS/ INDIVIDU YG
MENGAWASI PANITIA BUAT PROGRAM PENGAWASAN DATA-DATA
INSIDEN KESELAMATAN KERJA PROGRAM PENGAWASAN a. merencanakan
program; b. melaksanakan program; c. mendidik staf; d. memonitor & uji coba
program; e. evaluasi dan revisi program; f. memberikan laporan tahunan g.
pengorganisasian dan pengeleloaan secara konsisten dan terus-menerus Data
insiden dipergunakan pengembangan/peningkatan program

76. PEMERIKSAAN FASILITAS No RUANGAN KONDISI (atap/langit; pintu/pintu


emergency; kunci; ventilasi; penerangan; lantai; rambu-2/label; jalur evakuasi,
tangga; manajemen peralatan, perkabelan,dll) 1. Ruang Bayi Keamanan , MPO,
HPK, MKI, PMKP/data, MFK 2. Ruang Anak Keamanan , MPO, HPK, MKI,
PMKP/data, MFK 3. Ruang ICU Keamanan , MPO, HPK, MKI, PMKP/data, MFK
4. Ruang OK Keamanan , MPO, HPK, MKI, PMKP/data, MFK 5. Laboratorium
Keamanan , MKI, PMKP/data, MFK 6. Radiologi Keamanan , MKI, PMKP/data,
MFK

77. No Sarana Fungsi 9. Gudang Umum Penyimpanan B3, rambu-2 10. Gudang
Tempat menyimpan bahan berbahaya Penyimpanan B3, rambu-2 11. Gudang
Farmasi Penyimpanan B3, rambu-2 12. Gudang tempat meyimpan oksigen
Penyimpanan B3, rambu-2 13. Dok tempat penerimaan Barang PEMERIKSAAN
FASILITAS (MFK)

78. HASIL TELUSUR DI IRD & GDC 1. AUDIT INTERNAL MFK5


_B3IRD1.LAPORAN AUDIT ITERNAL IRD LT1 _LABORATORIUM.docx 2.
AUDIT INTERNAL MFK5 _B3PDT3.LAPORAN AUDIT ITERNA2 PDT_PK.docx

79. Perbaikan Masalah MFK apa yang sekarang di analisis ? Tindakan apa
telah dilakukan sebagai hasil dari kegiatan monitoring MFK ? 10. PERBAIKAN
PELAKSANAAN TTG MFK

80. Kesela matan Keama nan B 3 & Limba h Pencegaha n kebakaran Alat Medis
& Labora torium utilita s Manaj Kedarurata n Rencan a JULI SD SEPT Diklat
JULI SD SEPT Pelaks a Naan JULI SD SEPT Respo n JULI SD SEPT Monito r
JULI SD Jadwal rencana Perbaikan thd masing2 MFK

81. Diskusi Rencana Perbaikan dg Manajemen & Pembimbing

82. PERBAIKAN RESPON MONITORING PELAKSANAAN DIKLAT


PERENCANAAN Manajemen Siklus Risiko Secara Konsisten

83. PENUTUP RS/Unit Kerja/Staf Telah Memahami ttg 1. Peraturan &


Perundangan yg Mewajibkan RS & Pimpinan ttg Pelayanan Kesehatan & Hak
Pasien 2. Standar & Elemen yg digunakan RS 3. Langkah Strategis RS dkm
SARS 4. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi: a. Kebijakan b. Pedoman
c. Panduan/SPO 6. Melalui Edukasi (Diklat) untuk sosialisasi SARS 7.
Pelaksanaannya dg mengimplementasikan : a. SPO yg digunakan b. Peralatan
Pelindung diri (APD) c. Investigasinya & Pelaporannya pd kejadian Exposure 8.
Respon & Pengawasannya 9. Rencana Tindak lanjut & Perbaikannya

84. Alarm , Deteksi Api & APAR

85. Contoh Simbol B3

86. Contoh Simbol B3

Anda mungkin juga menyukai