3.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pelayanan
Darah
3.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Jenis
Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Departemen Kesehatan
3.15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 TAHUN 2002 Tentang Pedoman
Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah
Kumpulan peraturan tentang rumah sakit sangatlah banyak, mulai dari undang-undang
hingga standar dan pedoman teknis. Semoga kumpulan peraturan tentang rumah
sakityang kami himpun bermanfaat...
33. Perka Bapeten No. 9 tahun 2011 ttg Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi
Diagnostik dan Intervensional
Peraturan Menteri Kesehatan
3. 003 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer
2. 002 tahun 2013 Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan atau sini dan sini
4. 005 tahun 2013 Pedoman Tata Laksana Malaria atau sini dan sini
7. 009 tahun 2013 Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan atau sini dan sini
8. 010 tahun 2013 Impor Dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, Dan
Prekursor Farmasi dan sini
9. 012 tahun 2013 Pola Tarif Badan Layanan Umum Rumah Sakit Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan
11. 015 tahun 2013 Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui
Dan/Atau Memerah Air Susu Ibu
12. 016 tahun 2013 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi
13. 017 tahun 2013 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
14. 018 tahun 2013 Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis Dan Anggaran
Badan Layanan Umum Politeknik Kesehatan Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan dan lampiran
20. 024 tahun 2013 Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Peraktik Terapis Wicara
dan lampiran
21. 025 tahun 2013 Pedoman Rekrutmen Petugas Kesehatan Haji Indonesia
dan lampiran
22. 026 tahun 2013 Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Tenaga Gizi
24. 028 tahun 2013 Peringatan Dan Informasi Pada Kemasan Produk
Tembakau
26. 030 tahun 2013 Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, Dan
Lemak Serta Pesan Kesehatan Untuk Pangan Olahan
Dan Pangan Siap Saji
28. 034 tahun 2013 Tindakan Hapus Tikus Dan Hapus Serangga
29. 035 tahun 2013 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/PER/VII/2010 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan
30. 037 tahun 2013 Tata Cara Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika
31. 039 tahun 2013 Susu Formula Bayi Dan Produk Bayi Lainnya
32. 040 tahun 2013 Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi
Kesehatan dan lampiran
35. 043 tahun 2013 Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
36. 045 tahun 2013 Pola Tarif Badan Layanan Umum Balai Kesehatan Di
Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan
42. 052 tahun 2013 Organisasi Dan Tata Kerja Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Di Lingkungan Kementerian Kesehatan
44. 054 tahun 2013 Penyelenggaraan Tugas Belajar Sumber Daya Manusia
Kesehatan
45. 056 tahun 2013 Orientasi Calon Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan dan Lampiran
51. 062 tahun 2013 Penyelenggaraan Bank Jaringan Dan / Atau Sel
52. 063 tahun 2013 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Produksi
Kosmetika
57.. 069 tahun 2013 Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas
Kesehatan Tingakt Pertama Dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan
58. 071 tahun 2013 Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional
60. 074 tahun 2013 Pakaian Dinas Harian Pegawai Negeri Sipil Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan
61. 075 tahun 2013 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia
65. 084 tahun 2013 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2014
67. 086 tahun 2013 Peta Jalan Pengembangan Industri Alat Kesehatan
68. 087 tahun 2013 Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat
4. 004 tahun 2012 Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan
Lampiran
5. 006 tahun 2012 Industri Dan Usaha Obat Tradisional dan Lampiran
7. 008 tahun 2012 Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian
Kesehatan
8. 009 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Kusta Dr. Tadjuddin
Chalid Makassar
9. 010 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembang
10. 011 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala
Tangerang
13. 026 tahun 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1871/MENKES/PER/IX/2011 Tentang
Pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
339/MENKES/PER/V/1989 Tentang Pekerjaan Tukang Gigi
15. 028 tahun 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2409/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Standar Bubuk Tabur
Gizi
16. 029 tahun 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/MENKES/PER/II/2011 Tentang Tarif Pelayanan
Kesehatan Bagi Peserta PT Askes (Persero)
17. 030 tahun 2012 Jadwal Retensi Arsip Substantif Dan Fasilitatif Non
Keuangan Dan Non Kepegawaian Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan
18. 032 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan
21. 035 tahun 2012 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat
Perubahan Iklim
26. 041 tahun 2012 Penyaluran Tunjangan Profesi Dosen di Lingkungan Poltek
Kesehatan Kementerian Kesehatan
27. 042 tahun 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2407/MENKES/SK/XII/2011 Tentang Pelayanan Kesehatan
Haji
28. 043 tahun 2012 Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri
Sipil Di Lingkungan Kementerian Kesehatan
29. 045 tahun 2012 Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Jakarta
30.. 046 tahun 2012 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi
Pecandu, Penyalahguna, Dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika Yang Dalam Proses Atau Yang Telah Diputus Oleh
Pengadilan
32. 048 tahun 2012 Penyelenggaraan Bank Sel Punca Darah Tali Pusat
37 055 tahun 2012 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Kesehatan Tahun Anggaran 2013
38. 056 tahun 2012 Standar Kompetensi Jabatan Pegawai Negeri Sipil Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan dan Lampiran
39. 057 tahun 2012 Pola Karier Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan dan Lampiran
1. Tahun 2004 :
5. KMK No. 1138 ttg Tanda Penghargaan Ksatria Bakti Husada Dan Manggala
Karya Bakti Husada,
6. KMK No. 1197 ttg Standar Pelayanan Farmasi Di RS,
2. Tahun 2005 :
2. KMK No. 631 ttg Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws)
Di RS,
3. KMK No. 836 ttg Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan
Bidan,
4. KMK No. 926 ttg Pedoman Pelaksanaan Pemilihan PNS DEPKES Berprestasi
Tingkat Nasional,
6. KMK No. 1389 ttg Komite Ahli Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan
Tuberkolosis,
8. KMK No. 1507 ttg Pedoman Pelayanan Konseling Dan Testing HIV-AIDS Secar
Sukarela (VCT),
9. KMK No. 1508 ttg Rencana Kerja Jangka Menengah Perawatan, Dukungan dan
Pengobatan Untuk ODHA,
10. KMK No. 1534 ttg Kurikulum Pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan,
12. KMK No. 1553 ttg Kurikulum Pendidikan Diploma IV Teknik Elektromedik, KMK
No. 1554 ttg Kurikulum Pendidikan Diploma IV Teknik Radiologi,
13. KMK No. 1582 ttg Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah), KMK
No. 1611 ttg Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi,
14. KMK No. 1626 ttg Pedoman Pemantauan Dan Penanggulangan Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI),
15. KMK No. 1653 ttg Pedoman Penanganan B encana Bidang Kesehatan.
3.Tahun 2006 :
1. KMK No. 241 ttg Standar Pelayanan Laboratorium Kesehatan Pemeriksa HIV
dan Infeksi Oportunistik,
3. KMK No. 284 ttg Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut,
6. KMK No. 494 ttg Penetapan Rumah Sakit dan Satelit Uji Coba Pelayanan Terapi
Rumatan Metadon,
7. KMK No. 879 ttg Rencana Strategi Nasional Untuk Mencapai Sound Hearing
2030
4. Tahun 2007 :
2. KMK No. 042 ttg Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
dan Penanggulangan KLB Malaria,
6. KMK No. 221 ttg Penyelenggara Riset Pembinaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kedokteran (RISBIN I,KMK No. 275 ttg Pedoman Surveilans Malaria,
7. KMK No. 342 ttg Pejabat Yang Berwenanang Memberikan Informasi Kepada
Pers Dan Atau Masyarakat,
8. KMK No. 342 ttg Pejabat Yang Berwenang Memberikan Informasi Kepada Pers
dan atau Masyarakat,
10. KMK No. 370 ttg Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan, KMK
No. 371 ttg Standar Profesi Teknisi Elektromedis,
16. KMK No. 377 ttg Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, KMK
No. 378 ttg Standar Profesi Perawat Gigi,
17. KMK No. 423 ttg Kebijakan Peningkatan Kualitas Dan Akses Pelayanan Darah,
KMK No. 424 ttg Pedoman Kespel Dalam Rangka Karkes,
18. KMK No. 424 ttg Pedoman Upaya Kesehatan Pelabuhan dalam Rangka
Karantina Kesehatan,
19. KMK No. 425 ttg Pedoman Penyelenggaraan Karantina Kesehatan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan,
20. KMK No. 431 ttg Pengendalian Resiko Kesehatan Lingkungan Di Pelabuhan-
Bandara-Pos Lintas Batas,
21. KMK No. 432 ttg Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di Rumah Sakit,
22. KMK No. 474 ttg Perubahan Atas PERMENKES No. 518 Th 2009 ttg Tarif
Pelayanan Kesehatan ASKES Di B,
23. KMK No. 483 ttg Pedoman Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP),
24. KMK No. 562 ttg Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan,
25. KMK No. 563 ttg Keanggotaan Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Masa
Bakti 2007 2011,
26. KMK No. 585 ttg Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Puskesmas,
KMK No. 671 ttg Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Program Upaya
Kesehatan Perorangan,
27. KMK No. 893 ttg Pedoman Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Pengobatan
Filariasis,
28. KMK No. 1017 ttg Penunjukan Sarana Pelayanan Kesehatan Sbg Tempat
Pengujian,
29. KMK No. 1017 ttg Penunjukan Sarana Pelayanan Kesehatan Sbg Tempat
Pengujian Kesehatan Bagi Pejabat,
30. KMK No. 1033 ttg Pedoman Umum Perencanaan Pinjaman dan atau Hibah Luar
Negeri Bidang Kesehatan,
31. KMK No. 1045 ttg Penetapan Wilayah Pengesahan Pemberian International
Certificate of Vaccination ,
32. KMK No. 1105 ttg Pedoman Penanganan Medis Korban Massal Akibat Bencana
Kimia,
33. KMK No. 1161 ttg Penetapan Rumah Sakit Berdasarkan Indonesia Diagnostic
Related Group (INA-DRG),
34. KMK No. 1165 ttg Pola Tarif Rumah Sakit Badan Layanan Umum,
35. KMK No. 1224 ttg Pedoman Klasifikasi dan Kodifikasi Jenis Pemeriksaan,
Spesimen, Metode Pemeriksa,
36. KMK No. 1225 ttg Pedoman Sisfo Laboratorium Kesehatan (SILK)
5. Tahun 2008 :
1. KBM MENKES Dan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional No. 171 ttg
Pemanfaatan Tenaga Nuklir,
2. Kesepakatan Kerja Sama Antara MENKES RI Dengan Kepala Staff TNI AD No.
590 ttg Kerja Sama Bidang ,
3. KMK No 828 ttg juknis SPM, KMK No. 120 ttg Standar Pelayanan Medik
Hiperbarik,
6. KMK No. 267 ttg Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Daerah,
KMK No. 274 ttg Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi Dalam
Pelaksanaan Program Jamkesmas,
8. KMK No. 299 ttg Penunjukan Wakil Indonesia Untuk Executive Commitee, KMK
No. 302 ttg Harga Obat Generik,
9. KMK No. 350 ttg Penetapan Rumah Sakit Pengampu Dan Satelit Program Terapi
Rumatan Metadon,
10. KMK No. 378 ttg Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik Di Rumah Sakit,
11. KMK No. 379 ttg Petunjuk Teknis Administrasi Klaim Verifikasi Program
JAMKESMAS,
12. KMK No. 406 ttg Pembentukan Pemuda Siaga Peduli Bencana (DASI PENA),
KMK No. 444 ttg Penganugerahan Tanda Penghargaan Mandala Karya Bakti
Husada Arutala,
13. KMK No. 448 ttg Penganugerahan Tanda Penghargaan Ksatria Bakti Husada
Arutala,
14. KMK No. 457 ttg Penetapan Indikator Pencapaian 17 Sasaran Grand Strategy
DEPKES RI,
16. KMK No. 517 ttg Standar Pelayanan Fisioterapi Di Sarana Kesehatan,
18. KMK No. 522 ttg Penunjukan Laboratorium Pemeriksaan Narkotika Dan
Psikotropika,
19. KMK No. 538 ttg Komponen Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Pendidikan
Dokter Spesialis-Dokter Gigi ,
20. KMK No. 544 ttg Standar Prosedur Operasional Pelayanan Publik Di Lingkungan
Departemen Kesehatan,
25. KMK No. 603 ttg Pemberlakuan Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit
Sayang Ibu Dan Bayi,
26. KMK No. 604 ttg Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit
Umum Kelas B, Kelas C Dan K,
27. KMK No. 605 ttg Standar Balai Laboratorium Kesehatan Dan Balai Besar
Laboratorium Kesehatan,
28. KMK No. 606 ttg Pedoman Pelaksanaan Ujian Dinas Dan Ujian Kenaikan
Pangkat,
29. KMK No. 779 ttg Standar Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah
Sakit,
30. KMK No. 804 ttg Honorarium Tenaga Pelaksana Verifikasi Pelaksanaan Program
Jamkesmas,
31. KMK No. 852 ttg Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
33. KMK No. 1014 ttg Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan,
34. KMK No. 1022 ttg Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik, KMK
No. 1023 ttg Pedoman Pengendalian Penyakit Asma,
35. KMK No. 1061 ttg Penetapan Rumah Sakit Rujukan Haji,
36. KMK No. 1062 ttg Penghargaan Bagi Kabupaten-Kota di Luar Pulau Jawa yang
Telah Menjadi Desa-Kelur,
6. Tahun 2009 :
9. KMK No. 159 ttg Penunjukan RS Umum Pusat Nasional RSCM Jakarta Sebagai
Pusat Litbang dan Pelayanan,
10. KMK No. 160 ttg Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi Dalam
Penyelenggaraan Program JAMKEsmas,
11. KMK No. 230 ttg Pilot Proyek Pengendalian Flu Burung Dan Kesiapsiagaan
Menghadapi Pandemi Influen,
13. KMK No. 237 ttg Standar Kurikulum Pelatihan Fungsional Fisikawan Medik, KMK
No. 261 ttg Farmakope Herbal,
15. KMK No. 300 ttg Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza, KMK
No. 311 ttg Penetapan Penyakit Flu Baru H1N1 Sebagai Penyakit Yang Dapat
Menimbulkan Wabah,
19. KMK No. 439 ttg Perubahan Kedua Atas PERMENKES No. 1575 Th 2005 ttg
Organisasi Dan Tata Kerja DEP,
20. KMK No. 442 ttg Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia,
21. KMK No. 443 ttg Penetapan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan,
22. KMK No. 444 ttg Tim Kesiapsiagaan Penanggulangan Penyakit Flu Baru H1N1
(MEXICAN STRAIN) Nasional,
23. KMK No. 474 ttg Perubahan Atas PERMENKES No. 518 Th 2009 ttg Tarif
Pelayanan Kesehatan ASKES,
24. KMK No. 579 ttg Penunjukan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Jakarta sbg Pusat Litbang ,
25. KMK No. 830 ttg Pedoman Pelaksanaan Penyediaan Obat Dan Vaksin,
26. KMK No. 834 ttg Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Medis Sel Punca, KMK
No. 857 ttg Penilaian Kinerja SDM Kesehatan,
30. KMK No. 1196 ttg Pedoman Penyelnggaraan Balai Penobatan Haji Indonesia Di
Arab Saudi,
31. KMK No. 1226 ttg Pedoman Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan,
32. KMK No. 1259 ttg Juknis Pelayanan Jamkesmas Bagi Maskin Akibat Bencana,
Penghuni Panti Sosial,
7, Tahun 2010 :
3. KMK No. 217 ttg Pencabutan Atas Keputusan MENKES RI Nomor 116-
MENKES-SK-II-2008 ttg Tim Pembina,
4. KMK No. 316 ttg Harga Vaksin Program Imunisasi Tahun 2010,
5. KMK No. 329 ttg Bantuan Sosial Untuk Pelayanan Kesehatan Di DTPK Tahun
2010,
6. KMK No. 400 ttg Pedoman Rekrutmen Petugas Kesehatan Haji Indonesia, KMK
No. 482 ttg Gerakan Imunisasi Nasional GAIN UCI,
Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan
tindakan kedokteran :
a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.
b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang
akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1
Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan
tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada
persetujuan ( Ayat 2 ). Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum
dimintakan persetujuan tindakan kedokteran adalah:
1. Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter harus segera bertindak
untuk menyelamatkan jiwa.
2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi
dirinya.
Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.
Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan sebagai tindakan
melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily
assault ). Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan
tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi
persetujuan, sebelum dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan
kedokteran harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2803);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1996 Nomor 39 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 191/Menkes-Kesos/SK/II/2001 tentang Perubahan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 157/Menkes/SK/III/1999 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang
Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007 tentang Perubahan Pertama Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan.
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERSETUJUAN
TINDAKAN KEDOKTERAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau
rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien.
5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan.
6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
7. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan
perundang-undangan atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya,
mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan
(retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat
keputusan secara bebas.
BAB II
PERSETUJUAN DAN PENJELASAN
Bagian Kesatu
Persetujuan
Pasal 2
(1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan.
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.
Pasal 3
(1) Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
(2) Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diberikan dengan persetujuan lisan.
(3) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk
pernyataan yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan dalam bentuk
ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang dapat diartikan
sebagai ucapan setuju.
(5) Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
Pasal 4
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.
(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dokter atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien
setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat.
Pasal 5
(1) Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang
memberi persetujuan sebelum dimulainya tindakan.
(2) Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan.
(3) Segala akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab yang
membatalkan persetujuan.
Pasal 6
Pemberian persetujuan tindakan kedokteran tidak menghapuskan tanggung gugat
hukum dalam hal terbukti adanya kelalaian dalam melakukan tindakan kedokteran yang
mengakibatkan kerugian pada pasien
Bagian Kedua
Penjelasan
Pasal 7
(1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien
dan/atau keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.
(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan
diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar.
(3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c. Altematif tindakan lain, dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Perkiraan pembiayaan.
Pasal 8
(1) Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi :
a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut;
b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding;
c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan
kedokteran;
d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.
(2) Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan meliputi :
a. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,
terapeutik, ataupun rehabilitatif.
b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah
tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.
c. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan
tindakan yang direncanakan.
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan.
e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat
risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.
(3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko
dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan,
kecuali:
a. risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum
b. risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya sangat ringan
c. risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (unforeseeable)
(4) Penjelasan tentang prognosis meliputi:
a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam);
b. Prognosis tentang fungsinya (ad functionam);
c. Prognosis tentang kesembuhan (ad sanationam).
Pasal 9
(1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus diberikan secara lengkap
dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk
mempermudah pemahaman.
(2) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan didokumentasikan
dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelasan
dengan mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan tanda tangan pemberi penjelasan
dan penerima penjelasan.
(3) Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan tersebut dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan,
maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan tersebut kepada keluarga
terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.
Pasal 10
(1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diberikan oleh dokter atau dokter
gigi yang merawat pasien atau salah satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang
merawatnya.
(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan
penjelasan secara langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada
dokter atau dokter gigi lain yang kompeten.
(3) Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Tenaga kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah tenaga
kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada
pasien.
Pasal 11
(1) Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter
yang akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan.
(2) Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan dasar daripada persetujuan.
Pasal 12
(1) Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya
dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
(2) Setelah perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan, dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada pasien atau
keluarga terdekat.
BAB III
YANG BERHAK MEMBERIKAN PERSETUJUAN
Pasal 13
(1) Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten atau keluarga terdekat.
(2) Penilaian terhadap kompetensi pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh dokter pada saat diperlukan persetujuan
BAB IV
KETENTUAN PADA SITUASI KHUSUS
Pasal 14
(1) Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing/withholding life
support) pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien.
(2) Persetujuan penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan
dari tim dokter yang bersangkutan.
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberikan secara tertulis.
Pasal 15
Dalam hal tindakan kedokteran harus dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah
dimana tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak, maka
persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan.
BAB V
PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Pasal 16
(1) Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
(2) Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud kedokteran pada ayat (1)
harus dilakukan secara tertulis.
(3) Akibat penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjadi tanggung jawab pasien.
(4) Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memutuskan hubungan dokter dan pasien.
BAB VI
TANGGUNG JAWAB
Pasal 17
(1) Pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah mendapat persetujuan menjadi
tanggung jawab dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan kedokteran.
(2) Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas pelaksanaan persetujuan
tindakan kedokteran.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melibatkan organisasi profesi terkait
sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Pasal 19
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan
administratif sesuai dengan kewenangannya masing-masing
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran
lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan Surat Ijin Praktik
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 21
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang rnengetahuinya, rnemerintahkan pengundangan Peraturan ini
dengan penernpatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Maret 2008
Menteri Kesehatan,
11. Arti logo KARS 2. Nama organisasi : Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 3.
Warna merah adalah wujud dari independensi yang menjunjung tinggi integritas
dan kredibilitas profesionalisme KARS sebagai lembaga akeditasi independen. 4.
Nuansa warna merah adalah wujud dari dinamika profesionalisme yang akan
terus berkembang maju di masa depan.
16. 1917 Dr.E.A.Codman (Ahli Bedah). 1918 The American College of Surgeons
menyusun Hospital Standardization Programme. 1951 Terbentuknya Joint
Commission on Accreditation of Hospital. 1953 1965 Standar diubah 6 kali.
KARS dari 1995 2007 : 6 x perubahan standar Awal Akreditasi di Dunia 17
26. Penilaian 1. Sasaran keselamatan pasien rumah sakit (SKP) 2. Hak pasien
dan keluarga (HPK) 3. Pendidikan pasien dan keluarga (PPK) 4. Peningkatan
mutu dan keselamatan pasien (PMKP) 5. Millenium Development Goals (MDGs)
6. Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 7. Asesmen Pasien (AP)
8. Pelayanan Pasien (PP) 9. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 10.
Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 11. Manajemen Komunikasi dan Informasi
(MKI) 12. Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS) 13. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) 14. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan
( TKP) Mayor Minor Pratama Madya Paripur na Mayor Minor Utama Mayor Minor
34. Flow chart Langkah Strategi KEBIJAKAN PEDOMAN PANDUAN SPO Satu
Kegiatan Instruksi kerja RS / Unit Kerja Rumah Sakit UU & Peraturan Nas SARS
Standar Profesi PARS J C I KAR S
38. Identifikasi MFK 5 ( B3) Apa yg hrs dilakukan MFK5 ? B-3 Perencanaan
Pendidikan/Eduka si Pelaksanaan Respond Monitor Perbaikan
42. No El. Program Elemen Unit Terkait Telah Ada /Belum Ada 24 identifikasi B3
di RS 1. Rumah sakit mengidentifikasi bahan dan limbah berbahaya dan
mempunyai daftar terbaru/mutakhir dari bahan berbahaya tersebut di rumah
sakit. (lihat juga AP.5.5, EP 1, dan AP.6.6, EP 1) 27 pelatihan penanganan B3 4.
Rencana untuk penanganan limbah yang benar di dalam rumah sakit dan
pembuangan limbah berbahaya secara aman dan sesuai ketentuan hukum
disusun dan diterapkan. (lihat juga AP.6.2, EP 4) 28 5. . 1. Identifikasi Elemen
MFK 5 Untuk Unit Kerja
47. Nama Std P . P yang berlak u (Y/T) Jika Ya Nama Peraturan Perundangan
(PP) Ringkasan P.P Bagaimana kaitannya dengan standar Apakah isi P.P Lebih
ketat dari Standar ( ya/tidak ) Apakah ada badan Regulator yang melakukan
inspeksi on-site untuk menilai kepatuhan melaksanakan P.P MANAJEMEN
FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) MFK.1 MFK.4. 2 MFK.5 MFK.9. 2 1.
(Hasil Identifikasi STANDAR dan Peraturan & Perundangan TTG Pengelolaan B3
dan Limbah , LIHAT TABEL)
54. SPO TTG Pengelolaan B3 Prosedur = bagian ini merupakan bagian utama
yang menguraikan langkah - langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja
tertentu. Setiap langkah kegiatan harus dinyatakan dengan kalimat perintah /
instruksi. ( PERINTAH AKTIF UTK DILAKSANAKAN ) !!! TTg Pengelolaan B3
Pengertian SPO
55. SPO TTG Pengelolaan B3 merupakan flow charting dari suatu kegiatan
yang meng gambarkan dengan jelas tentang siapa melakukan apa , dimana ,
dan kapan. TTg Pengelolaan B3 Pengertian SPO
63. Kesela matan Keama nan B 3 & Limba h Pencegaha n kebakaran Alat Medis
& Labora torium utilita s Manaj Kedarurata n Rencan a MARE T SD JUNI Diklat
MARE T SD JUNI Pelaks a Naan MARE T SD JUNI Respo n MARE T SD JUNI
Monito r MARE T SD Jadwal MANAJEMEN SIKLUS TTG B3
69. SPO , Peta Risiko, TPS & APD diimplementasikan Peta Lokasi B3 SPO
Tersusun TPS & APD
70. Implementasi Label High Alert ,Masker & Handschoen Label High Alert
71. Implementasi Penyimpanan B3 & Limbah di Gudang Penandaan B3
73. Monitor Bagaimana kinerja MFK (kegiatan manusia dan komponen fisik) di
monitor rumah sakit ? Kegiatan monitor apa yang telah dilakukan dalam waktu
12 bulan terakhir ? Metode : Kuesioner Wawancara Observasi 9.
MONITOR PELAKSANAAN TTG MFK
77. No Sarana Fungsi 9. Gudang Umum Penyimpanan B3, rambu-2 10. Gudang
Tempat menyimpan bahan berbahaya Penyimpanan B3, rambu-2 11. Gudang
Farmasi Penyimpanan B3, rambu-2 12. Gudang tempat meyimpan oksigen
Penyimpanan B3, rambu-2 13. Dok tempat penerimaan Barang PEMERIKSAAN
FASILITAS (MFK)
79. Perbaikan Masalah MFK apa yang sekarang di analisis ? Tindakan apa
telah dilakukan sebagai hasil dari kegiatan monitoring MFK ? 10. PERBAIKAN
PELAKSANAAN TTG MFK
80. Kesela matan Keama nan B 3 & Limba h Pencegaha n kebakaran Alat Medis
& Labora torium utilita s Manaj Kedarurata n Rencan a JULI SD SEPT Diklat
JULI SD SEPT Pelaks a Naan JULI SD SEPT Respo n JULI SD SEPT Monito r
JULI SD Jadwal rencana Perbaikan thd masing2 MFK