PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan masalah diantaranya
sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui konsep teori Pitiriasis Versikolor dan Pitiriasis
Alba
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Pitiriasis Versikolor
dan Pitiriasis Alba.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Pitiriasis Versikolor dan Pitiriasis
Alba.
2. Untuk mengetahui etiologi Pitiriasis Versikolor dan Pitiriasis Alba.
3. Untuk mengetahui Epidemologi Pitiriasis Versikolor dan Pitiriasis
Albadi Indonesia dan di Dunia.
4. Untuk mengetahui saja manifestasi klinis Pitiriasis Versikolor dan
Pitiriasis Alba.
5. Untuk mengetahui patofisiologi Pitiriasis Versikolor dan Pitiriasis
Alba.
6. Untuk mengetahui cara menentukan diagnosis Pitiriasis Versikolor
dan Pitiriasis Alba.
7. Untuk mengetahui saja diagnosis banding dari Pitiriasis Versikolor
dan Pitiriasis Alba.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Pitiriasis Versikolor dan
Pitiriasis Alba baik secara medis maupun keperawatan?
9. Untuk mengetahui saja pemeriksaan penunjang pada Pitiriasis
Versikolor dan Pitiriasis Alba.
10. Untuk mengetahui prognosis dari Pitiriasis Versikolor dan Pitiriasis
Alba.
11. .Untuk mengetahui pengkajian, diagnose, serta perencanaan pada
klien dengan pitiriasis versikolor dan Pitiriasis Alba.
BAB II
KONSEP TEORI
2
Pitiriasis Versikolor disebabkan oleh Malassezia furfur.
Pitiriasi versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan
asimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang
bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-
kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan
kulit kepala. (Siregar R.S. 2004)
Tinea versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang
ditandai dengan adanya macula di kulit, skuama halus disertai rasa
gatal. (Siregar, 2002)
3
Gambar 1.2. pitiriasis alba
4
Pitiriasis versikolor disebabkan oleh Malassezia Furfur
Robin atau disebut juga Pityrosporum Orbiculare.(Siregar .R.S.
2004).
Penyakit ini disebabkan oleh ragi malassezia, yang
merupakan komensal kulit normal pada folikel pilosebaseus. Ini
merupakan kelainan yang biasa di dapatkan di daerah beriklim
sedang, bahkan lebih sering lagi terdapat didaerah beriklim tropis.
Alasan mengapa multiplikasi ragi tersebut sampai terjadi dan
menimbulkan lesi kulit pada orang-orang tertentu belum diketahui.
(Robin Graham-Brown & Tony Burns, 2005)
5
dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan pada daerah yang lebih
dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien mengunjungi
dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1%
diantara penyakit kulit. Pitiriasis versikolor kebanyakan menyerang
orang muda. Group umur yang terkena 25-30 tahun pada pria dan
20-25 pada wanita.
6
sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya
bercak tersebut.
Klinis
7
2.4.2 Manifestasi Klinis Pitiriasis Alba
Manifestasi klinis penyakit ini berupa lesi hipopigmentasi ,
bulat atau oval, macular atau bercak yang agak menonjol dengan
skuama halus. Lesi ini dapat eritematosa ringan dan relative terlihat
jelas tetapi berbatas tidak tegas. Lesi terjadi pada wajah, leher,
tubuh bagian atas dan lengan atas. Rasa gatal minimal atau tidak
gatal. (Richard E. Behram, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin.
2000)
8
Idiopatik : ditandai oleh lesi nonsquamous yang simetris
berbatas tegas dan berwarna putih di mana cenderung untuk
merusak permukaan kulit pada daerah tungkai dan lengan
secara ekstensif. Varian ini memberikan respon yang jelek
dengan pengobatan.
9
1. Endogen: kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika,
imunodefisiensi, sindrom Cushing, malnutrisi.
2. Eksogen: kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian,
penggunaan emolien yang berminyak.
10
Namun pendapat ini kurang tepat untuk menjelaskan hipopigmentasi
pada pitiriasis versikolor karena beberapa kasus hipopigmentasi pada
pitiriasis versikolor tanpa terpapar oleh sinar matahari.
11
2.6.1 Pathway
M. Furfur
Malassezia furfur
Memproduksi asam
Menjadi patogen azelaik
Menganggu
produksi melanin
Pitiriasis
Versikolor
Hipopigmentasi Kurangnya
Memicu timbulnya pengetahuan
Gangguan rasa
pruritus/gatal
nyaman (gatal) Kurang percaya diri
Ansietas
G3 pola
Gangguan konsep
tidur Respon menggaruk Terjadi Inflamasi diri: citra diri
di kulit
G3 integritas kulit
Resiko infeksi
12
2.5.2 Patofisiologi Pitiriasis Alba
Penyakit ini terutama terjadi pada anak-anak; berupa lesi
hipopigmentasi , bulat atau oval, macular atau bercak yang agak
menonjol dengan skuama halus. Lesi ini dapat eritematosa ringan
dan relative terlihat jelas tetapi berbatas tidak tegas. Lesi terjadi
pada wajah, leher, tubuh bagian atas dan lengan atas. Rasa gatal
minimal atau tidak gatal. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi erupsi
tampaknya mengalami eksaserbasi karena sering dan dianggap
sebagai bentuk eksema ringan. Lesi dapat bertambah besar dan
berkurang tetapi akhirnya menghilang. (Richard E. Behram, Robert
M. Kliegman, Ann M. Arvin. 2000)
Pitriasis alba juga telah diketahui sebagai suatu manifestasi
dari dermatitis atopik.Penelitian terakhir mengenai etiologi pitriasis
alba yang dilakukan pada tahun 1992, dimana Abdallah
menyimpulkanStaphylococcus aureus merupakan elemen penting
dalam menimbulkan manifestasi klinis penyakit ini. Faktor
lingkungan sepertinya sangat berpengaruh walaupun mungkin bukan
berupa agen etiologis langsung, paling tidak dapat memperburuk
atau memperbaiki lesi.
Dalam penelitian pada 9 pasien dengan pitiriasis alba yang
luas, ditemukan densitas dari melanosit yang normal berkurang pada
daerah lesi tanpa adanya aktivitas sitoplasmik. Melanosom
cenderung lebih sedikit dan lebih kecil namun pola distribusi dalam
keratinosit normal. Hipopigmentasi utamanya diakibatkan oleh
berkurangnya jumlah melanosit aktif dan penurunan jumlah dan
ukuran dari melanosomes pada daerah lesi kulit. Transfer melanosom
di keratinosit secara umum tidak terganggu. Gambaran histologis
kurang spesifik. Hiperkeratosis dan parakeratosis tidak selalu ada
dan sepertinya tidak berperan penting dalam patogenesis dari
hipomelanosis. Beragam derajat jumlah edema dan sekret lemak
intrasitoplasmik dapat terlihat.
13
2.6.2 Pathway
Menginvasi epidermis
Pitiriasis Alba
Berkurangnya jumlah
melanosit aktif
Pigmen melanosit tidak
terbentuk
Kurang pengetahuan Terjadi hipopigmentasi
Ansietas Timbul rasa kurang Gangguan citra diri
percaya diri
14
berwarna kuning keemasan dan pada sediaan langsung kerokan kulit
dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-
spora bulat yang dapat berkelompok.(Siregar.2004)
15
banding dengan : Pitiriasis versikolor, Vitiligo, Psoriasis,
Depigmentasi post inflamasi yang didiagnosis dengan riwayat klinis
dari lesi inflamasi pada tempat yang hipokromik.
16
5. Beritahu pasien bahwa daerah hipopigmentasi perlu waktu
yang lama untuk repigmentasi, dan keadaan yang bertahan
lama ini janganlah di anggap sebagai suatu kegagalan
pengobatan.
6. Memberikan motivasi pada klien agar tidak merasa malu lagi.
17
a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%
Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok
bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan
dengan kapas alkohol 70% lalu dikerok dengan scalpel steril dan
hasil kerokan kulit ditampung dalam lempeng-lempeng steril
pula. Sebagian dari bahan tadi kita periksa langsung dengan
KOH 10% yang diberi tinta parker biru hitam. Dipanaskan
sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah
mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur akan kelihatan
garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-
jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat, atau seperti butir-butir
yang bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa
tampak tampak pendek-pendek, lurus atau bengkok disertai
banyak butiran kecil yang bergerombol.
b. Pembiakan
Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat
dibiakan pada media buatan.Pemeriksaan dengan sinar wood
dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi
sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena
infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna emas sampai
orange.
2.9.2 Pemeriksaan Penunjang Pitiriasis Alba
Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan potassium hidroksida (KOH)
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan pitiriasis versikolor,
tinea fasialis atau tinea korporis.
2. Pemeriksaan histopatologi dari biopsi kulit
Pemeriksaan histopatologis dari biopsi kulit tidak banyak
membantu karena tidak patognomonik untuk menegakkan
diagnosis. Pada pemeriksaan histopatologis didapatkan : adanya
akantosis ringan, spongiosis dengan hiperkeratosis dan
parakeratosis setempat, pigmentasi melanin yang irreguler pada
lapisan basal kulit. Kadang ditemukan pula kelenjar sebum yang
atrofi.
3. Pemeriksaan mikroskop elektron
18
Terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran
melanosom.
19
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Identitas Klien:
jenis kelamin :pitiriasis versikolor dan pitiriasis alba dapat
menyerang pria dan wanita (Siregar,2002)
Alamat : pada daerah tropis dan daerah subtropics
Usia :pitiriasis versikolor dapat menyerang hampir
semua umur. (Siregar,2002). Tapi kebanyakan
menyerang orang muda. Group umur yang terkena
25-30 tahun pada pria dan 20-25 pada wanita.
Sedangkan Pitiriasis Alba sering terjadi pada anak-
anak.(Richard E. Behram, Robert M. Kliegman,
Ann M. Arvin. 2000)
Pekerjaan :pitiriasis versikolor dan pitiriasis alba sering
menyerang orang dengan keadaan berkeringat
banyak, karena menyebabkan startum korneum
melunak sehingga mudah dimasuki malassezia
furfur . (Siregar,2002)
2. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Pada pasien dengan Pitiriasis Versikolor biasanya klien mengatakan
malu karena adanya bercak-bercak putih ataupun kecoklatan dan
kehitaman (masalah kosmetik) serta disertai rasa gatal (Siregar,2004).
Sedangkan pada pasien dengan Pitiriasis Alba biasanya klien
mengatakan malu karena adanya bercak putih terutama pada wajah
(masalah kosmetik). (Richard E. Behram, Robert M. Kliegman, Ann
M. Arvin. 2000)
20
tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut.
(Siregar,2004).
Sedangkan pada pasien dengan Pitiriasis Alba biasanya klien
mengatakan adanya bercak-bercak putih. Lesi terjadi pada wajah,
leher, tubuh bagian atas dan lengan atas sehingga membuat pasien
merasa malu. Biasanya rasa gatal minimal atau tidak gatal.(Richard
E. Behram, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 2000)
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang
ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya,dan apakah pasien memiliki riwayat
penyakit alergi atau tidak.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum biasanya baik, kesadaran composmentis.
b. TTV:
- TD : normal (120/90 110/80 mmHg)
- Nadi : normal (60 100 x/ menit)
- Suhu : normal (36,7-37,5 C)
- RR : normal (16 20x/menit)
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Pemeriksaan kepala dan leher:
a. Kepala dan rambut
21
Kepala : biasanya tidak ada.
Rambut : Penyebaran rambut merata, bersih/kotor.
Wajah : Pada pitiriasis versikolor biasanya adabercak
putih ataupun kecoklatan dan kehitaman apabiala pitiriasis
versikolor mengenai wajah. Sedangkan pada pasien
pitiriasis alba biasanya ada lesi putih atau hipopigmentasi
pada wajah.
b. Mata (penglihatan) : biasanya tidak ada kelaianan.
c. Hidung (penciuman) : Tidak ada kelainan
d. Telinga (pendengaran) : biasanya tidak ada kelaianan.
e. Mulut dan gigi : biasanya tidak ada kelainan,
f. Leher :adanya bercak putih ataupun
kecoklatan dan kehitaman apabiala pitiriasis versikolor
mengenai leher.
2. Pemeriksaan Thoraks/ dada :
a. Paru- paru
Inspeksi : bentuk simetris, pengembangan paru kanan
dan kiri simetris, ada atau tidaknya retraksi otot bantu
nafas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : ada /tidak bunyi nafas tambahan.
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus kordis tidak teraba
Perkusi :
a. Batas jantung kanan atas: ICS II LPS dextra
b. Batas jantung kanan bawah : ICS V LPS dextra
c. Batas jantung kiri atas: ICS II LMC sinistra
d. Batas jantung kiri bawah: ICS VI LAA sinistra.
- Auskultasi : BJ 1 di ICS V dan BJ 2 di ICS II, bunyi
tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
3. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi :Biasanya ada bercak putih ataupun kecoklatan dan
kehitaman apabila pitiriasis versikolor mengenai abdomen,
karena biasanya sering mengenai pada daerah abdomen.
Auskultasi : biasanya bising usus normal 5-12x/menit.
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : biasanya bunyi timpani.
4. Pemeriksaan Ekstremitas : Biasanya tidak terdapat kelainan.
5. Pemeriksaan Integumen:
Inspeksi:
22
Pada pitiriasis versikolor biasanya ada bercak putih ataupun
kecoklatan dan kehitaman pada daerah punggung, lengan
atas, dada, perut, paha dan leher. (Siregar, 2004).
Sedangkan pada pasien pitiriasis alba biasanya berupa lesi
hipopigmentasi , bulat atau oval, macular atau bercak yang
agak menonjol dengan skuama halus. Lesi ini dapat
eritematosa ringan dan relative terlihat jelas tetapi berbatas
tidak tegas. Lesi terjadi pada wajah, leher, tubuh bagian
atas dan lengan atas. (Richard E. Behram, Robert M.
Kliegman, Ann M. Arvin. 2000)
Terdapat fisura apabila digaruk secara berlebihan.
Palpasi: periksa adanya odema atau tidak, kulit teraba panas
apabila terjadi infeksi sekunder.
23
meliputi:body image, harga diri, peran, identitas akan terjadi
perubahan, seiring dengan rasa malu dengan keadaannya.
8. Pola sensori dan kognitif
Biasanya pola sensori dan kognitif pasien tidak terganggu.
9. Pola reproduksi seksual
Biasanya tidak ada gangguan pada pola reproduksi seksualnya.
10. Pola penanggulangan stres
Biasanya akan cenderung mencari infoprmasi mengenai
penyakitnya dan pengobatan agar cepat sembuh dari penyakitnya.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien menganggap bahwa semua penyakit pasti ada
obatnya dan semuanya sudah kehendak Allah SWT.
24
3.3 Perencanaan
NO DX NOC NIC
1. Gangguan konsep diri (citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dan
diri) b.d perubahan penampilan selama ..x24 jamdiharapkan pasien dapat klien
2. Dorong klien untuk menyatakan perasaanya,
diri sekunder akibat penyakit. mengembangkan peningkatan kemauan
terutama cara ia merasakan sesuatu, berpikir, atau
DS: Biasanya pasien untuk menerima keadaan diri, dengan
memandang dirinya sendiri.
mengatakan malu dengan kriteria hasil:
3. Dorong klien untuk megajukan pertanyaan
keadaan dirinya. a. Klien menilai keadaan dirinya
mengenai masalah kesehatan, pengobatan, dan
DO: terhadap hal-hal yang realistik
kemajuan pengobatan dan kemungkinan hasilnya.
a. Pasien tampak mengurung tanpa menyimpang 4. Beri informasi yang dapat di percaya dan
b. Menyatakn dan menunjukan
diri menguatkan informasi yang telah di berikan
b. Pasien tidak mau peningkatan konsep diri 5. Jernihkan kesalahann persepsi individu tentang
c. Dapat menunjukan adaptasi yang
berinteraksi dengan orang dirinya, mengenai perawatan dirinya.
baik dan menguasai kemampuan 6. Hindari kata-kata yang mengancam atau
lain
c. Cemas diri memojokan klien,
7. Lindungi privasi (hak-hak pribadi) dan jamin
lingkungan yang kodusif
8. Kaji kembali tanda dan gejala gengguan harga
diri, gangguan citra tubuh, dan perubahan
penampilan peran
25
9. Beri penjelasan dan penyuluhan tentang konsep
diri yang positif
2. Gangguan rasa nyaman b.d Tingkat kenyamanan terpenuhi 1. Kaji keadaan TTV
2. Kaji tingkat ketidaknyamanan secara
pruritus. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
selama 3 x 24 jam diharapkan gatal
durasi, frekwensi, kualitas dan faktor presipitasi.
berkurang atau hilang.
3. Bantu pasien dan keluarga untuk melakukan
Dengan KH :
teknik distraksi.
TTV pasien menunjukkan dalam 4. Jelaskan bahwa menggaruk hanya akan
batasan yang normal : menimbulkan kulit lebih gatal.
TD : 90/70 120/90 mmHg 5. Ajarkan menggunakan air hangat, tetapi tidak
RR : 16-24 x/menit panas untuk mandi.
T : 36,5-37,5 0 C 6. Anjurkan agar pasien menggunakan baju yang
N : 60-100 x/ menit
Ekspresi wajah rileks longgar, tenunan yang tidak terlalu rapat, kain
Eritema berkurang yang terbuat dari katun,dan tidak kasar.
Gatal berkurang 7. Kolaborasi dengan petugas lab dala pemeriksaan
Respon menggaruk (-)
Kerokan kulit daerah lesi dengan kerokan kulit.
8. Kolaborasi dengan dokter dalam obat-obatan
KOH 10 % : tidak tampak elemant
untuk meredakan rasa gatal : Antijamur topikal
jamur
meliputi : seperti klotrimazol, ketokonazol, atau
mikonazol.
3 Gangguan integritas kulit Integritas jaringan : membran mukosa Perawatan kulit: pembersihan dan peningkatan
26
berhubungan dengan infalamasi dan kulit: keutuhan structural dan fungsi proses penyembuhan pada luka.
pada jaringan kulit fisiologi dari kulit dan membrane 1. Kaji adanya kemerahan
2. Observasi ekstremitas untuk warna, panas,
DS : pasien mengatakan gatal mukosa.
keringat, nadi, tekstur, edema, dan luka
pada kulit
3. Inspeksi kulit dan membran mukosa untuk
D0 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kemerahan, panas, drainase
gangguan pada permukaan selama ..x24 jam diharapkan tidak 4. Monitor adanyainfeksi
5. Catat perubahan kulit dan membrane mukosa
kulit (epidermis) terjadi kerusakan integritas kulit dengan
6. Monitor kulit diarea kemerahan
Kerusakan pada lapisan kulit KH : 7. Ajarkan perawatan kulit
(dermis). 8. Kolaborasi pemberian anti jamur.
- Pasien Menunjukkan integritas
jaringan : kulit dan membran mukosa
tidak ada gangguan
- Pasien menunjukkan rutinitas
perawatan kulit yang optimal
27
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pitiriasis Versikolor disebabkan oleh Malassezia furfur. Pitiriasi
versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan asimtomatik
serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan
ini umumnya menyerang badan dan kadang-kadang terlihat di ketiak, sela
paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. (Siregar R.S. 2004).
Pitiriasis alba (suatu eksema derajat rendah) merupakan penyebab
hipopigmentasi yang sangat umum pada anak-anak terutama pada kulit
yang berwarna gelap. Bercak bercak pucat dengan sedikit skuama pada
permukaan kulit tampak pada wajah dan lengan atas. Kelainan ini biasanya
memberi respons (walaupun pelan-pelan) terhadap pemakaian pelembab,
tetapi mungkin juga membutuhkan steroid topical yang ringan. Ada
kecenderungan menghilang saat pubertas.
Pitiriasis versikolor disebabkan oleh Malassezia Furfur Robin atau
disebut juga Pityrosporum Orbiculare. (Siregar .R.S. 2004).
Sampai saat ini belum ditemukan adanya etiologi yang definitif
walaupun beberapa usaha telah dilakukan untuk menemukan adanya
mikroorganisme pada lesi kulit
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan isi makalah ini.Kami juga berharap, setelah
membaca makalah ini kita menjadi lebih mengetahui tentang konsep teori
dan konsep askep Pitiriasis Versikolor dan Pitiriasis Alba, sehingga kita
dapat mengaplikasikannya dalam lapangan praktek ataupun setelah kita
menempuh dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
28
Siregar, R.S. 2004. Altlas berwarna saripati penyakit kulit. Jakarta : EGC
Lippincott Williams & Wilkins. 2008. Atlas Kedokteran Kegawatdaruratan.
Penerbit Erlangga
Richard E. Behram, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson. Volume 3. Edisi 15. Jakarta; EGC.
Robin Graham-Brown & Tony Burns (2005), Lecture Notes on Dermatologi Edisi
kedelapan, Jakarta: Erlangga
Lutfia Dwi Rahariyani. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Integumen. Jakarta: EGC
29