Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

FIELD TRIP DI RUANG ICU


RS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
VENTILATOR

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

ASTI IRAWATI 201310420311052


IKA FILANA SAIDATUN NISA 201310420311054
SANTI 201310420311055
TILLATUL LAILI 201310420311056
RIA REZKI OKTAVINI M. T. 201310420311057
MEIDINA JULIANI 201310420311058
YUSUF ADI SAPUTRA 201310420311059
PEBRIAN FITRAH RAMADHANI 201310420311061
ESHAF CAESAR BOBBY 201310420311062
FAIZUL IHSAN 201310420311063
ANDRY ARUNG SETIAWAN 201310420311065
MUHAMMAD IQBAL RAJIF 201310420311066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

1
DAFTAR ISI

BAB I (PENDAHULUAN) .

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan

BAB II (PEMBAHASAN) .....................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh hampir
semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus mempunyai
pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar dapat beradaptasi
terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku untuk profesi keperawatan,
khususnya area keperawatan kritis di ruang perawatan intensif (intensif care
unit/ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-pasien
yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan hidup mereka,
diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump, dll. Dengan
adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat yang ada di ruang
perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu menggunakan teknologi yang
sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena perawat yang akan selalu ada di sisi
pasien selama 24 jam.
Ventilasi mekanik yang lebih dikenal dengat ventilator merupakan teknologi
medis yang ditransfer oleh dokter kepada perawat dan kemudian ditransform oleh
keperawatan sehingga menjadi bagian dari keperawatan. Perawat pemula yang
pengetahuan dan pengalaman teknologinya masih kurang akan menganggap ventilator
sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa melakukan monitoring dan
merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada perawat yang sudah berpengalaman
akan memanfaatkan dan menggunakan ventilator sebagai bagian dari keperawatan
untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada pasien di ruang kritis dan
akan berdampak positif terhadap profesi keperawatan.
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi
pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia,
hiperkapnia berat dan gagal napas. Ventilator mekanik merupakan salah satu aspek

3
yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang kritis di Intensive
Care Unit (ICU), dengan penggunaan di Amerika Serikat mencapai 1,5 juta per tahun.

Ventilator memberikan bantuan dengan mengambil alih pernafasan pasien


yang dapat di set menjadi mode bantuan sepenuhnya atau bantuan sebagian. Mode
Bantuan sepenuhnya diantaranya VC (Volume Control) PC (Pressure Control), CMV
(Control Minute Volume).
Penguasaan terhadap teknologi akan menjadi modal bagi perawat untuk
mengontrol pekerjaannya (Alasad, 2002). Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di
rumah sakit khususnya perawat ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman
dasar mengenai penggunaan ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat
membantu perawat dalam memberikan pelayanan secara optimal.

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari ventilator
2. Untuk mengetahui macam-macam ventilator
3. Untuk mengetahui fungsi ventilator untuk manusia
4. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja ventilator dengan kondisi pasien
yang berbeda-beda jenis penyakitnya
5. Untuk mengetahui prosedur apa saja yang dilakukan sebelum pemasangan
ventilator
6. Untuk mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan oleh mesin ventilaor di
tubuh manusia

4
BAB II
DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN VENTILATOR


Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.
Ventilasi mekanik merupakan peralatan wajib pada unit perawatan intensif atau
ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001). Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik
yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan
udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang
digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi ( Brunner dan Suddarth, 2002). Ventilasi mekanik
(Ventilator) adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal
pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal.
(Bambang Setiyohadi, 2006)

2.2 TUJUAN PEMASANGAN VENTILATOR


1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

2.3 INDIKASI PEMASANGAN VENTILATOR


1. Pasien dengan gagal nafas.
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi

5
ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan
ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan
disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat
berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot
pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung.
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan
primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan
konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi
mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk
menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada
klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi
mekanik.
5. Mekanis

a. Respirasi rate > 35 x / menit


b. Tidal volume kurang dari 5 cc/kg BB
c. Maksimum inspirasi force dari 2 mmHg
d. Gagal nafas akut disertai asidosis respiratorik yang tidak bisa diatasi
dengan pengobatan biasa
e. Apnea
6. Oksigenasi
a. PaO2 kurang dari 60 mmHg dengan FiO2room air 21 %
b. PaO2 kurang dari 70 mmHg dengan FiO240 %
c. PaO2 kurang dari 100 mmHg dengan FiO2100 %

6
d. Hipoksemia yang telah mendapat terapi oksigen maksimum namun tidak
ada perbaikan.
7. Ventilasi
a. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
b. Ketentuan tersebut diatas tidak berlakupada klien dengan COPD dan
statusasmatikus

2.4 MACAM-MACAM VENTILATOR


1. Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung
ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan
udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator
jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan
kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral
amiotrifik dan miastenia gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi
karena tidak bias melawan resistensi dan conplience paru, disamping itu
ventla tor tekanan negative ini digunakan pada awal awal penggunaan
ventilator.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif
yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
2. Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi
menjadi empat jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow
Cycle.
a. Volume Cycled Ventilator.
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di
ruangan unit perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya
berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator
adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal
yang konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa

7
dengan gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan
bagi pasien dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan
lapang paru (atelektasis, edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume cycled
pemberian tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan
jika tekanannya berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan
penggunaan pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat
rentan terhadap tekanan, sehingga memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
volutrauma.
b. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi
terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain
paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien
yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan, sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami
gangguan pada luas lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat
dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit).
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
d. Berbasis aliran (Flow Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran
yang sudah diset.

2.5 MODE OPERASIONAL PADA VENTILATOR


Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan
ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari
mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini
diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau
bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan

8
ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa
menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode
ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien
berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan
ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan
terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled
Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten
Positive Pressure Ventilation)
2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten
Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan
nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada
frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau
ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu
pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga
pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV
diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal
sehingga masih memerlukan bantuan.
3. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang
masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal.
Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak
mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
4. CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien
yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah
untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien
dilepas dari ventilator.

2.6 SETTING VENTILATOR


Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit

9
Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu
menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm
RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar
10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah
8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal
mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK
cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan
dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien
menggunakan time cycled.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh
ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan
ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan
AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
1. Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume
tidal atau mempertahankan tekanan.
2. Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
3. Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
udara pernapasan
4. Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase
inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan
PaO2.

10
e. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume
cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya.
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan
pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai
sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah
antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah
seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien
yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator
disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka
semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya
diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap
i. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir
ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan
sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

2.7 KOMPLIKASI
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru

11
a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena
akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik
dengan tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
a. Vasokonstriksi cerebral : Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri
(PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
b. Oedema cerebral : Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas
normal akibat dari hipoventilasi.
c. Peningkatan tekanan intra kranial
d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan tidur.
4. Pada sistem gastrointestinal
a. Distensi lambung, illeus
b. Perdarahan lambung
5. Gangguan lainnya
Obstruksi jalan nafas, Hipertensi, Tension pneumotoraks, Atelektase, Infeksi
pulmonal, Kelainan fungsi ginjal, Kelainan fungsi susunan saraf pusat.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Ventilator memberikan
bantuan dengan mengambil alih pernafasan pasien yang dapat di set menjadi mode
bantuan sepenuhnya atau bantuan sebagian. Mode Bantuan sepenuhnya diantaranya
VC (Volume Control) PC (Pressure Control), CMV (Control Minute Volume).
Beberapa keadaan seperti asidosis dan alkalosis membuat keadaan tubuh
membuat kompensasi dengan berbagai cara untuk menyeimbangkan keadaan PH
darah mendekati normal 7,35-7,45 dan kadar PO2 dalam darah mendekati 80-100
mmHg. Kompensai dapat berupa hyperventilasi jika keadaan hipoksemia, atau
pemenjangan waktu ekspirasi jika terjadi hyperkarbia (peningkatan kadar CO2 dalam
darah). Tetapi kompensasi alamiah tidak sepenuhnya dapat mengembalikan kadar
asam basa dalam darah menjadi normal, tetapi dapat mengakibatkan kelelahan otot-
otot nafas dan pasien pada akhirnya menjadi hipoventilasio dan terjadi apneu.

3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat khususnya
mahasiswa tentang materi Ventilator Mekanik dapat meningkat. Dari yang belum tahu
menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi semakin mengerti. Dan demi
kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

13
DAFTAR PUSTAKA

Lanken PN. Mechanical ventilation. In: Lanken PN, ed. The Intensive Care Unit
Manual. 2nd ed. Philadelphia: Saunders Inc.; 2007, 13-30.
Manno MS. Managing mechanical ventilation. Nursing2005; 35: 36-41.
Marino PL. Principles of mechanical ventilation. In: Marino PL, ed. The Icu Book.
3rd ed. New York: Lippincott Williams and Wilkins,Inc.; 2007, 457-511.
Pilbeam SP. History of resuscitation, intubation and early mechanical ventilation.
In: Pilbeam SP ed. Mechanical Ventilation; Physiological and Clinical
Applications.3rd ed. St.Louis Missouri: Mosby Inc.; 2004, 4-17.
Pietropaoli AP. Approach to mechanical ventilation. In:Apostolakos MJ,
Papadakos PJ, eds. The Intensive Care Manual. Singapore: Mc Graw-Hill;
2001, 81-6
Vines D. Non invasive positive pressure ventilation. In: Wilkins R, ed. Egans
Fundamentals of Respiratory Care. 8th ed. St. Louis Missouri: Mosby
Inc;
2003, 407-15.
Whiteley SM. Complications of artificial ventilation. In: Whiteley SM, ed.
Intensive Care. 2nd ed.Philadelphia: Churchill Livingstone; 2006, 107-10.

14

Anda mungkin juga menyukai