Anda di halaman 1dari 10

ISSN 0-8s3-1773

JurTtaI
KEDOKTERAN &
KESEHMN
Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

JKK Th.42 No.4 Oktober 2010 rssN 0-8s3-1773

Penerbit:
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Jl. Dr. Moehammad Ali Kompleks RSMH Palemban g30l26,Indonesia
Telp. 07 r l -3 523 42, F ax. 07 1 r -37 343 8, email : j urnal_fkunsri@yahoo. com
!urnaI
KEDOKTERAN &
KESEHATAN
(DAHULU MAJALAH KEDOKTERAN SRWIJAYA}
rssN 0-853-1773
Terakreditasi SK. No.093tD3.412000. tanggal, 20 Maret 2000
Terakreditasi Kembali SK. No.342lD3N12003,30 Juni 2003

Penanggung Jawab Mitra Bestari I Peer Reviewer


Prof. dr. Zarkasih Anwar. Sp(K)
Dekan

Pemimpin Umum
dr. Erial Bahar. M.Sc 1. Prof. dr. Robert Siregar, DTM&H, Sp.KK
Pembantu Dekan I 2. Prof. PM. Chatar, Sp.PK(K)
Prof. dr. H. Azwar Agoes, DAFK, Sp.FK
Ketua Penyunting
Prof. dr. Hermansyah, SpPD-KR 4. Prof. dr. Usman Said, Sp.OG(K)
5. Prof. dr. Suroso A.N, SPKK(K)
Wakil Ketua Penyunting
dr. Syarif Husin, MS 6. Prof. dr. Eddy Mart Salim, Sp.PD-KAI
7. Prof. dr. Syakoni Daud Rusydi, SpOG(K)
Anggota Penyunting
8. dr. Mgs. Roni Saleh. Sp.B
Prof, Dr. dr. H.M.T Kamaluddin, MSc
Prof. dr. H. Rusdi Ismail, SpA(K) 9. dr. Alwi shahab, Sp. S(K)
Prof, dr. K.H.M Arsyad, DABK, Sp.And 10. dr. M. Lawi Yusuf, SpKJ
Prof. dr. A. Kurdi Syamsuri, M.MedEd,Sp.OG(K)
Prof, dr. Chairil Anwar, DAP&E,Sp.Park, PhD 11. Dr. dr. RM. Suryadi Tjek Yan, MPH
Prof. dr. Akmal Sya'roni, DTM, SpPD-KTI 12. Dr. dr. Fahmi ldris. M. Kes
Prof. dr. AliGhanie, Sp.PD, KKV
13. dr. Abla Ghanie, Sp.THT
Prof. dr. Theresia Toruan, Sp.KK(K)
Prof. dr. HardiDarmawan, DTM&H. MPH. FR. STM t4. dr. Darma, Sp.M
Prof. dr. Tan Malak4 MOH, Ph.D 15. dr. Endang Melati Maas, Sp.An (KC)
dr. lvlutiara Budi Azhar, SU, M.MedSc
dr. Yuwono, M. Biomed 16. dr. Ruslan, SpRM
17. dr. Jalalalin, Sp.RM
18. dr. Binsar Silalahi, SpF
Ad istrasi/Sirkulasi
m in
Masito Meiliani A,Md. 19. dr. Mesfi Unita, Sp.Pa
20. dr. Wisman Tjuandra, M.Sc, SppK
Alamat Redalai 21. dr. Ainul Hayat, Sp.Rad
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 22. dr. Hardi Darmawan, DTM&H. MPH. FR.STM
Jln. Dr. Moh. AliKompleks RSMH Palembang
23. Drs. Kusumo Hariyadi, Apt, MS
Kode Pos-30126
Telp (071 l) 352342: Fax (071 l) 373438 24. dr. Nazly Hanim, Danut, MA
E-mail : jumal_fkunsri@yahoo.com 25. dr. Yan Effendi Hasyim, DAHK
26. dr. Riyanto, M.Sc
Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Editorial

Pembaca yang budiman,

Jumpa kali ini redaksi mencoba menampilkan komposisi tulisan berupa hasil penelitian dan tinjauan pustaka.

Memang ini bentuk ideal yang redaksi idamkan. Oleh karena itu dari meja redaksi kami tetap berhmap semoga nomor

kali ini akan selalu menggairahkan nuama kita semua. Mulai dari survei terhadap kinerja kader kesehatan desa
dalam mengisi Kartu Menuju Sehat untuk anak, masalah diare, hubungan antara pendidikan seks remaja dan

lingkungan keluarga, program imunisasi, faktor risiko diabetes mellitus, penyakit tuberculosis, dan masih
banyak lagi tulisan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Mudah-mudahan beberapa tulisan kali ini

tetap menambah minat baca kita dan bahkan meningkatkan gairah untuk turut menyumbang karya sejawat
pada nomor mendatang.

Semoga tulisan pada terbitan ini merangsang sejawat untuk menulis, dan mengirimkannya ke redaksi.
Jurnal ini memang tetap mengharapkan tulisan dari sejawat, utamanya berupa hasil penelitian. Selamat
membaca

Salam Redaksi

JKK, Th, 42, No.4 Oktober 2010


Editorial

Pembaca yang budiman,

Jumpa kali ini redaksi mencoba menampilkan komposisi tulisan berupa hasil penelitian dan tinjauan pustaka.

Memang ini bentuk ideal yang redaksi idamkan. Oleh karena itu dari meja redaksi kami tetap berharap semoganomor

kali ini akan selalu menggairahkan nuansa kita semua. Mulai dari survei terhadap kinerja kader kesehatan desa

dalam mengisi Kartu Menuju Sehat untuk anak, masalah diare, hubungan antara pendidikan seks remaja dan

lingkungan keluarga, program imunisasi, faktor risiko diabetes mellitus, penyakit tuberculosis, dan masih
banyak lagi tulisan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Mudah-rnudahan beberapa tulisan kali ini

tetap menambah minat baca kita dan bahkan meningkatkan gairah untuk turut menyumbang karya sejawat
pada nomor mendatang.

Semoga tulisan pada terbitan ini merangsang sejawat unfuk menulis, dan mengirimkannya ke redaksi.
Jurnal ini memang tetap mengharapkan tulisan dari sejawat, utamanya berupa hasil penelitian. Selamat
membaca

Salum Redsksi

JKK, Th,42, No.4 Oktober 2010


I

I
PENATALAKSANAAN KELOID LOBULUS TELINGA
BILATERAL REKUREN
PADA ANAK USIA 12 TAHUN

Abta Ghanie /
Bagian Ilmu Kesehatan THT- KL Fakultas Kedokteran Unsri/
Depaftemen KTHT-KL RSUp Dr. Mohammad Hoesin palembang
I

Abstract
Keloids is a secondary efiluoresensi of dense accumulation
fibrous tissue which extends qbo
the surface of the skin that prior dermal injury or surgical incisions,
which occurred due
uncontrolled synthesis qnd the excessive accumulatiin of collagen.
Keloids may
::y.|::" ":,the
body frequentty.in th1 ear,to.bul, upper-trunk oia aaro,ia ,ngtoi
the' central face, e.ltelid1
tii
:"::::! ": .and ,ii"'ip",
genitaria. xetiias can be found i" ,ii

i!:::!r::,:lt: l:'o:' and dark-skinned rac.es that usuauy or"uu i, in" ,iiri i";;;;;i
!."::^t:" yrny treatment options that cqn be rike singre'or combination to improve
and reduce recurrence.
ll/e report a fiaelve years old v)omqn that have recurrent bilateral
ear lobule keloids. The
combination of excision ond postoperathte intrqlesional corticosteroid
injection have donefor
the therapy. ',.
a
a
Keywords: keloids, excision, intralesional corticosteroids. v tol
"E
t/) <

Abstrak
C c.:
Q i':
+F
u) .r'
fl
16_i
Keloid adalah efluoresensi sekunder berupa penimbunan padat jaringan fibrosa yang $?
meluas di [Di
atas permukaan kulit yang mengalami luka atau insisi bedah, yanglerjadi Jlll t*.t
akirri,;,;r;y;; alx
aJ
tidak terkendali dan penimbunan yang berlebihan dari kolagen. (etoio dapat
rerjadi dir;;i;;
3D
Ga ll:-
I
bagian badan terutama sering pada lobulus telinga, trunkui atas dan
dalrah a"ltoia t.tupl O_: lot lf
sangat jarang pada wajah, kelopak mata dan genitalia dimana dapat icj
ditemukan untuk semua F
jenis kulit dengan resiko lebih tinggi pada orang Asia aan
hlit berpigmen gelap yang z EJF
l3g*yu terjadi pada, usia dekade ketiga. Banyak pilihan penatalaksinuun iunj daoat
dilakukan secara tunggal maupun kombinasi yang bertujuan untuk meningkatkan
apat ht
menurunkan rekurensi.
respon dan : .(J
Dilaporkan satu kasus keloid lobulus telinga bilateral rekuren pada perempuan
usia 12 tahun.
Telah dilakukan penatalaksanaan kombinasi yaitu tindakan operatif berupa
eksisi dan injeksi
kortikosteroid intralesi pasca operasi.

Kata kunci: keloid, eksisi, kortikosteroid intralesi.

Pendahuluan tinggirerjadinya ketoid dengan insiden


Keloid adalah efluoresensi sekunder berupa
9:*rj\q
15o6.''o''
Insiden pada kulit hitam daln ras Asia
penimbunan padat jaringan fibrcsa yang meluas di bervariasi antara 4,5%o-160/o dengan insiden lebih
atas permukaan kulit yang mengalami luka atau tinggi saat pubertas dan kehamilan.6 Ras Afrika_
insisi bedah, yang terjadi akibat sintesa yang tidak Amerika dibandingkan Kaukasia lebih serine keloid
terkendali dan penimbunan yang berlebihan dari I sampai l6: 1.6 Laki-iaki dan
dengan rentang rasio 5:
kolagen. Keloid sering terjadi setelah trauma kulit perempuan sama untuk tedadi keloid meskipun
lokal seperti laserasi, tato, luka bakar, infeksi, tindik perempuan melebihi laki-laki untuk menindik
telinga, vaksinasi atau operasi,di luar perbatasan telinga. Keloid dilaporkan dapat pada semua umur,
luka asli, tidak mengalami regresi secara spontan, umumnya terjadi pada usia dekade ketig4 tetapi
terus berkembang seirin^g waktu dan cenderung luar biasa pada anak-anak dan orang tua.r,7 Keloid
r'2'3
berulang setelah eksisi. dapat-terjadi disetiap bagian badan terutama sering
Keloid dapat terjadi di seluruh dunia untuk pada lobulus telinga, trunkus atas dan daerah deltoid
semua jenis kulit. Kulit berpigmen gelap lebih tetapi sangat jarang pada wajah, kelopak mata,

JKK, Th. 42, No. 4 Oktober 2010


3058
t0
scalp, tangan, kaki, aksila dan genitalia.r,i Insiden
Fase proliferasi terjadi fibrogenesis yaitu
keloid pada lobulus setelah tindik telinga berkisar
2,5o/o berdasarkan
sintesis kolagen oleh fibroblas diikuti dengan
survei 1000 perawai di rumatr reepitelisasi. Keloid terjadi sebagai respon inflamasi
sakit pendidikan Amerika.s Menurut Marneros dkk
keloid-derived fibrobtast (KFs) melibatkan sekesi
tinjauan 14 pedigree, ada kecenderungan
T"lf."l
familial terjadinya keloid menunjukkan autosomal
abnormal mediator proinflammatory dan respon
abnormal signal inflamasi lainnya. Jika dibandingkan
dominan dengan pola penetrasi inheritans yang dengan normal fibroblast Q{Fs), beberapa studi
tidak komplit.3'6 menunjuklian bahwa KFs meningkatkan ekspresi
Deskripsi keloid pada tulisan Mesir kuno tahun beberapa., sitokin termasuk TGF-p, PDGF dan
1800 yaitu cheloid berasal dari kata ytnani chele CTGF. KFs juga meningkatkan transkripsi banyak
atau kuku ketam. Penggunaan kata keloid pertama resep.tor untuk derajat substansial berlebihan pada
kali oleh Alibert pada tahun 1806 yaitu cheloide yang NFs.
t.3,6

menggambarkan perluasan spontan keloid menyerupai Secara teoritis, peningkatan aberasi penyembuhan
lcuku binatang. Cosman dkh pada tahun 196l pertama sebagai respon seluler menyebabkan perluasin sintesis
kali menulis review sistemik yang menggambarkan kolagen, proteoglikans dan kompon en extracellular
presentasi, karakteristik dan penatalaksanaan keloid.3'a'6,8 m at r ix (ECM) Iainnya.peningkatan
komponen ECM
pada komposisi molekuler keloid menunjukkan
Patogenesis peningkatan level dari acid soluble
Patogenesis terjadinya keloid belum diketahui proteoglikans dan air dibandingkan dengan "illog"n,
jaringan
secara pasti. Penyembuhan luka merupakan kejadian Perkembangan terbari rn.ng.,iui penelitian
yang luar biasa kompleks menunjukkan kemungkinan lo1n.l1l.''n
keloid meliputi growth factois, strain mekanik, ke_
untuk kesalahan proses penyembuhan. Langkah- seimbangan aktivitas anabolik dan kataboli(
langkah krrnci dalam proses penyembuhan luka dan regulasi u9lgyrul apoptosis dan signal epitelial
jalur potensial untuk berkembancnva keloid mesenstmal.' ' "
digambarkan pada gambar l. 3'6
Segera setelah luka terjadi reaksi hemostasis,
platelet secara cepat bereaksi untuk mengisi Patologi
pembuluh darah dan polimerisasi fibrin melintasi Erlich dkk mengkarakterisitik histologi keloid
daerah Iuka.Fase inflamasi, degranulasi platelet dibandingkan kulit normal berupa p.ningkutun
melepaskan sitokin sebagai agen kemotaksis untuk selularitas, vaskularisasi dan jaringan konektif Secara
rekrutmen sel inflamasi, sel epitel dan fibroblas. umum gambaran histologi yang patognomonis yang
Sitokin yang dilepaskan berupa Epidermal Growth secara konsisten ditemukan pada spesimen keloid
Factor(EGF), Insulin-Like Growth Factor SGF), yaitu adanya keloidal-hyatinilized collagen, q
Plateled-derived Growth Factor (PDGF/ dan tong.ue-like advancing edge yang muncul pada
Transform ing Growth Factor
B gGF -B). epidernris dan papillary dermis, horizontql cellular
fbrous band pada retikuler dermis bagian atas dan
p rom inent fas c ia- like fi b r ous b ands.3'a,6

Gambar 2: Patologi keloid. Dikutip dari


Bolognia,Jean. Dermatology.
A. Hypertrophic scar
Gambar l.Patogenesis keloid. Dikutip dari B. Keloid
Bolognia,Jean. Dermatology. C. Keloid close-up

3059 JKK, Th. 42, No. 4 Oktober 2AI0


Keloid Lobufus
tlus

- Diagnosis 2. Operasi Eksisi


itu Keloid mempunyai penampilan umum secara Angka rekurensi setelah eksisi sekitar 45%-100%
;an
klinis berupa lesi yang timbul berupa nodul, awalnya sehingga eksisi tanpa terapi tambahan harus
asi berwarna pink sampai ungu yang sering nyeri, gatal dipertimbaiigkan. Injeksi steroid dapat dilakukan
esi atau keduanya.Epidermis tampak halus dan bagian setelah eksisi keloid.Tegangan luka yang berlebihan
on dermis dari lesi dapat dipalpasi.Onset keloid dapat menyebabkan keloid, disarankan untuk
.a[r bervariasi, timbul paling cepat satu sampai tiga penjahitan luka eksisi dengan tegangan minimal.2'3'7
rdi bulan atau bisatebih dari satu tahun setelah trauma
:si atau inflamasi.Tumbuh melewati garis luka dan 3.Ituioterapi
.arl tidak mengalami regresi spontan dengan respon Dapat digunakan untuk lesi yang lebih kecil.pasien
ak terhadap terapi yang rendah.3'a'7 merasakan nyeri sehingga tidak datang lagi untuk
da terapi sekunder dan penyembuhan jangka panjang.
Secam iz vfrq kioterapi ditemukan memodifikasi
.an DiagnosisBanding sintesis kolagen _ dan diferensiasi KFs menjadi
sis Kemungkinan kesulitan terbesar membedakan fenotip normal.2'l'7
ar keloid adalah dengan hypertropic scar" Biasanya
M timbul langsung setelah adanya luka, terbatas pada 4. Radioterapi
an garis luka, yang dalam perkembangannya akan Secara in vitro meningkatkan apoptosis dari sel.
tfr, menjadi rata dan mempunyai respon yang baik Tidak adastandarisasi dosis energi, wakfu sehingga
an terhadap terapi.3'a'6 mempersulit studi. Radioterapi efektif mencegah
an rekurensi dan tekniknya menggunakan sinar X,
:e- Penatalaksanaan elektron, brachytherapy dosis, rendah atau tinggi.
k, Terapi keloid sering menjadi tantangan karena Radioterapi yang dilakukan s'egera setelah eksisi
ial sering rekuren.LltModalitas terapi tunggal yang efektif mempunyai- efikasi 65%-99% dan rekurensi kurang
belum ada. Terapi kombinasi lebih dianjurkan utuk dari 20o/o.2'3'1
meningkatkan respon dan mengurangi rekurensi.l'3'a
Ada banyak regimen terapi dengan tingkat efikasi 5. Laser
yang bervariasi secara klinis dan ilmiah.6'7'e Karbondioksida dan argon tidak sering digunakan
id Modalitas terapi yang digunakan secara umum ini pada pemakaian secara
karena rekurensi terapi
an dengan efikasi yang baik berupa injeksi steroid tunggal lebih dari 90%. Hasil yang lebih baik
ra intralesi, bedah eksisi, krioterapi, laser, radioterapi dengan menggunakan pulse dye laser. Kombinasi
lg dan gel silikon. Modalitas terapi yang kurang lazim terapi dengan pulse dye laser dan kortikosteroid
id digunakan tetapi dengan efikasi yang mungkin intralesi secara aktual membuat skarlebih lembut
a dipercaya yaitu imiquimod topikal, antimetabolit (5- dan edema yang memfasilitasi penetrasi steroid. Kuo
la Fluorourasil/5-FU dan Bleomicin). Modalitas terapi dkk melaporkan flash-lamp pulsed dye laser
7r lainnya sebagai terapi yang mungkin yaitu pressure menginduksi regresi keloid dengan supresi
tn therapy, retinoids, calcium channel blockers, proliferasi KFs dan induksi apoptosis.?'r'?
mitomycin C dan antihistamin. Studiterbaru dengan
interferon alpha-2b tetapi studi terbaru menunjukkan 6. Gel silikon
efikasi yang minimal.a'5'7 Silikon gel efektif bila digunakan setelah eksisi
untuk mencegah rekurensi keloid 70o/o-80Yo dari
kasus. Efeknya berupa perlunakan skar, mengurangi
l. Injeksi Steroid Intralesi ukuran skar, eritem,dan gejala nyeri dan gatal.2,3'7
Triamcinoloneacetonide secara umum digunakan
dengan konsentrasi T.lmiquimod
l0-40mg/ml tergantung ukuran lesi dengan angka Immune respotse modfier untuk meregulasi
rekurensi 50%.lnjeksi dimulai 40mg/ml setiap 4-6 proinflamatory sitokin termasuk TM-a, jika diberikan
minggu.lnjeksi dapat membantu mendatarkan, secara topikal. TNF-a mengurangi produksi kolagen
melunakkan dan menurunkan gejala keloid. fibroblas-2'3'7
w Komplikasi berupa telangiektasis, atropi dan hipo/
6;
ffi hiperpigmentasi. Injeksi dapat agak nyeri dan untuk lesi 8. 5-Fluorourasil
ffi yang lebih besar, sebaiEya dicampur dengan 5-Fluorourasil merupakan analog pirimidin sebagai
anestesi lokal atau lidokain.''''' antimetabolit pada kemoterapi kanker.Konversi
Triamcinolone acetonide menghambat human intraseluler dapat menghambat sintesis DNA. Digunakan
fibroblast growth in vitro.Efek negatif pada fibroblas secara topikal dengan menekan proliferasi KFs.2,3
mitogenesis juga pada sintesis kolagen, menyebabkan
penuunan produksi TGF-BI dan beta 9. Bleomisin
^meningkatkan
fi bro blas t growth factor (bFGF)."'"

JKK, Th.42, No.4 Oktober 2010 3060


Espana dkk memakai bleomisin 1,5 IU/ml dengan
metode mu I t ip I e-p u n c tur e,7 5Yo skarmendatar. Terap i
ini memerlukan penelitian lebih laqjut.a3'7

10. Terapi Kombinasi


Lahiri dkk menunj ukkan penggunaan kortikosteroid
intralesi diikuti krioterapi yang memberikan reduksi
lebih besar pada ketebalan keloid. Akoc dkk
merekomendasikan kombinasi eksisi diikuti
injeksitriamcinolone acetonid, silicon gel dan
penekanan untuk penatalaksanaan keloid lobulus
telinga.2'3'7
Gambar 3. Telinga pasien sebelum operasi

Laporan kasus Penderita didiagnosis dengan keloid lobulus telinga


Seorang perempuanberusia 12 tahun dengan bilateral rekuren,
keluhan utama benjolan di kedua daun telinga. Sejak Penderita disarankan untuk terapi operasi eksisi
delapan tahun yang lalu os mengeluh setelah ditindik dalam narkose dilanjutkan dengan injeksi kortikosteroid
telinga luka tidak sembuh-sembuh dan rnengoreng. intralesi. Setelah eksisi diberikan rerapi IVFD RL gtt
Lama kelamaan tumbuh benjolarr,di bekas tempat 20xlmnt, injeksi intravena Cefotaxim 2xlgr dan
tindik tersebut. Tidak dirasakan gatal dan nyeri pada anlgetik oral Parasetamol 3x500mg.
benjolan.Setelah itu benjolan dioperasi oleh dokter
bedah dengan pembiusan umum.Pasca operasi enam
bulan timbul lagi benjolan di bekas tempat operasi
yang makin lama makin membesar.Dirasakan sedikit
gatal dan nyeri. Dilakukan operasi kembali oleh
dokter bedah dengan pembiusan umum sebanyak
tiga kali pada usia 6, 8 dan 9 tahun.
Sejakdua tahun yang lalu timbul benjolan lagi
di kedua daun telinga dengan ukuran iebih besar dari
sebelumnya.Dirasakan sedikit gatal dan
nyeri.Dianjurkan untuk dioperasi ulang.Keluarga
tidak ada yang memiliki kecenderungan keloid.
Pemeriksaan fisik pada regio lobulus dextra
tampak benjolan ukuran 2cm dengan permukaan
licin berbatas tegas serta warna sama dengan sekitar,
nyeri minimal, terfiksir, soliter,konsistensi keras.
Regio lobulus sinistra tampak benjolan ukuran 6cm
dengan permukaan licin berbatas, tegas serta warna
merah muda, nyeri minimal, terfiksir, berlobus,
konsistensi keras.

Gambar 4. Telinga pasien dan lobulus yang diangkat


setelah operasi

Fcllow up sepuluh hari pasca operasi


keloid lobulus sinistra, dilakukan pengangkatan
jahitan. Tampak luka baik, kering, datar, garis luka I
s
menyatu.Hasil pemeriksaan histopatologi jaringan
yang dieksisi merupakan keloid. Direncanakan
s

terapi lanjutan injeksi kortikosteroid intralesi dua l


bulan pasca operasi sebanyak empat kali dengan t
interval waktu dua minggu maksimal perinjeksi 5ml. t
Direncanakan pentalaksanaan yang sama untuk a

ketoid lobulus dextra yaitu eksisi dilanjutkan d

kortikosteroid intralesi.

306t JKK, Th.42, No.4 Oktober 2010


Keloid Lobulus

JS
I
ke-loid sering menjadi tantangan karena sering
rekuren.Modalitas terapi tunggal yang efektif belum
ada dan tidak dianjurkan karena angka rekurensi
yang cukup tinggi 45%-100%.Terapi kombinasi
lebih dianjurkan untuk meningkatkan respon dan
mengurangi rekurensi.Terapi kombinasi operasi
eksisi dan kortikosteroid intralesi merupakan salah
safu pilihan terapi dengan hasil yang baik yaitu
angka rektrensi selama lima tahun 8Yo-50yo.s'7
Pada pasien ini belum dapat ditentukan
prognosis secara pasti rekurensinya karena pasien
dapat diikuti hanya tiga bulan. Menurut literatur
keloid tumbuh dengan onset yang bervariasi
beberapa bulan sampai dengan beberapa tahun.r'3'5

\a
lanyak terapi kombinasi lain yang dapat
dilakukan dengan tingkat efikasi yang bervariasi
secara klinis dan ilmiah serta efek samping yang
Si
id
belum dapat diketahui dengan pasti. Krioterapi
dilakukan hanya untuk lesi yang kecil dan
;tt
menimbulkan nyeri sehingga penderita tidak akan
tn
datang lagi untuk terapi jangka panjang. Radioterapi
belum ada standarisasidosis energi, waktu sehingga
mempersulit studi. Dibutuhkan penelirian lebih
Ianjut untuk menentukan terapi kombinasi
terbaik.Penyebab pasti keloid sendiri belum
Gambar 5. Telinga pasienl0 hari setelah operasi diketahui secara pasti, sehingga diperlukan juga
Diskusi penelitian lebih lanjut meskipun sulit dilakukan
Dari kasus diatas, ditemukan keloid lobulus karena tidak ada model untuk penelitian disebabkan
telinga pada seorang perempuan usia 12 tahun. Hal keloid tidak terjadi pada binatang.
ini sesuai dengan literatur, kejadian keloid sama
antara laki-laki dan perempuan dengan tempat Daftar Pustaka
tersering salahsatunya di lobulus telinga.r'7 Umur L Freedberg, Irwin M. Fitzpatrick's Dermatology
terjadinya keloid biasanya dekade ketiga sedangkan in General Medicine, 6thed. New York:
kasus ini terjadi pada usia belasan.r'7 Mekanisme McGraw-Hill, 2003 ;99 1 -2,247 5.
untuk terjadinya keloid belum diketahui dengan 2. Kryger B Zol. Hypertrophic Scars and Keloids.
7
pasti. In Practical Plastic Surgery. Landes Bioscience,
Dari a.namnesis didapatkan timbulnya keloid 2007;ll7-20.
tidak langsung setelah tindik telinga dan operasi 3. Burton S Calaude, Escaravage V. Dermal
eksisi tetapi beberapa waktu dan'terjadi berulang Hypertrophies. In Bolognya,J. Dermatolgy, 2nd
kali sehingga telah dilakukan sebanyak empat kali ed. New York: Mosby,2003;5-17 .

eksisi sebelurnnya. Hal ini sesuai dengan literatur 4. Butler D Paris, Longaker T Michael, Yang P
bahwa keloid dibedakan dengan hyperthropic scar George. Cunent Pfogress ih Keloid Research
dalam hal onset keloid bervariasi, timbul paling and Treatment. Elsevier Inc. 2008; 206(4):731-
cepat satu sampai tiga bulan atau bisa lebih dari satu 41.
tahun setelah trauma atau inflamasi. Tumbuh 5. Dinh Q, Veness m, Rhicards S. Role of
melewati garis luka dan tidak mengalami regresi Adjuvant radiotherapy in recurrent earlobe
spontan dengan respon terhadap terapi yang keloids. Australasian Journal of Dermatology.
rendah.sehingga cenderung untuk rekuren.r'3'8 2004;45: 162-6.
lsl
Pemeriksaan fisik didapatkan benjolan dengan 6. Robles TD, Berg D. Abnormal wound healing :
an
permukaan licin berbatas tegas warna sama dengan keloids. Clinics in Dermatology. Elsevier Inc.
ka
sekitar, agak sedikit gatal dan nyeri, terfiksir, soliter 2007;25:26-32.
an
an
sertakonsistensi keras. Hal ini sesuai dengan 7. Kelly Paul. Update on the Management of
literatur, penampilan umum keloid secara klinis Keloids. Seminars in Cutaneous Medicine and
ua
berupa lesi yang timbul berupa nodul, awalnya Surgery. Elsevier Inc. 2009; 04(002): 7 l-6.
an
berwarna pink sampai ungu yang sering nyeri, gatal 8. Ragoowansi R, Cornes PGS, Glees JP, Powell
nl.
atau keduanya. Epidermis tampak halus dan bagian BW, Moss LH. Ear-lobe keloids : treatment by a
uk
dermis dari lesi dapat dipalpasi."''' protocol of surgical excision and immediate
an
Terapi pada kasus ini adalah kombinasi operasi postoperative adjuvant radiotherapy. British
eksisi dan injeksi kortikosteroid intralesi.6 Terapi Joumal of plastic Surgery. 2001; 54: 504-8.

JKK, Th. 42, No. 4 Oktober 2010 3062


7

9. Patel P Nima, Cervino L. keloid treatment : Is & Aesthetic Surgery. Elsevier Inc. 2010, 63;
there a role for acellular human dermis 1344-8.
(Alloderm). Journal of Plastic, Reconstructive

3063 JKK Th. 42, No. 4 Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai