PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru adalah salah satu penentuan dan kriteria guru
berkualitas. guru memegang peranan strategis terutama dalam membentuk karakter
bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Peran dan
posisi guru tidak dapat digantikan sekalipun oleh teknologi yang amat canggih. Begitu
penting arti guru bagi kita, sehingga sudah selayaknya apabila kita menaruh
perhatianbesarterhadapkeberadaanguru agar dapat berkiprah
secara profesional sesuai harapan semua pihak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru
1. Pengertian kualifikasi guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang
diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu.[1] Dalam definisi lain
kualifikasi diartikan sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis
untuk mengisi jenjang kerja tertentu.
Jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian atau kecakapan
khusus. Dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagain keahlian atau kecakapan
khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi
pendidikan dan seterusnya. Bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat dari segi derajat
lulusannya. Seperti dalam UU Sisdiknas 2003, ditetapkan bahwa untuk menjadi guru Sekolah
Dasar (SD) harus lulusan Strara satu ( S.1). [2]
Kualifikasi guru adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan guru
dengan melalui pendidikan khusus keahlian. Guru yang qualified adalah guru yang
memenuhi kualifikasi pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Guru profesional harus memenuhi kriteria dari segi kualifikasi dan kompetensi yang
dibuktikan dengan sertifikat profesional. Artinya guru pada tiap satuan pendidikan harus
memenuhi kualifikasi akademik dengan bidang keilmuan yang relevan dengan bidang studi
atau mata pelajaran yang mereka ajarkan di sekolahnya sehingga mereka disebut kompeten
untuk bidang pekerjaannya. Persoalannya banyak guru pada jenjang pendidikan dasar yang
memperoleh kesarjanaannya di luar bidang studi atau mata pelajaran yang diampu. Tentu saja
guru dengan kualifikasi seperti itu, menurut peraturan perundangan belum bisa dikatakan
guru profesional.
Pasal 42 UU No 20/2003 dan PP 19 tahun 2005 menyatakan bahwa Pendidik harus
memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.[3] Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dimiliki
guru sebelum melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional dan sebagai persyaratan
untuk mengikuti uji kompetensi dalam memperoleh sertifikat pendidik profesional.
Kualifikasi akademik guru yang dipersyaratkan dalam PP tersebut, meliputi: Pendidik untuk
anak usia dini minimum D-IV..
Pendidik pada SD/MI minimum D-IV Atau S1 bidang pendidikan SD/MI,
Pendidik pada SMP/MTs minimum D-IV atau S1 kependidikan sesuai mata pelajaran yang
diajarkan dan sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs
Pendidik pada SMA/MA dan SMK, minimum D-IV Atau S1 kependidikan sesuai mata
pelajaran yang diajarkan dan sertifikat guru untuk SMA/MA..
2. Pengertian Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru adalah sebuah upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran
dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteran
guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang telah memiliki
sertifikat pendidik.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi ini
diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar professional guru. Sertifikasi bagi guru
prajabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan
pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan
dalam bentuk portofolio.
Penilaian portofolio ini digunakan sebagai pengakuan atas standar profesionalitas
guru dalam bentuk kumpulan dokumen yang menggambarkan kualitas guru yang mengarah
pada sepuluh komponen, yaitu kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman
mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas,
prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah,
pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, penghargaan yang relevan dengan
bidang pendidikan.[4]
Perlunya ada sertifikat pendidik bagi guru dan dosen, bukan saja untuk memenuhi
persyaratan sebuah profesi yang menuntut adanya kualifikasi minimum dan sertifikasi, juga
dimaksudkan agar guru dan dosen dapat diberi tunjangan profesi oleh negara. Tunjangan
profesi itu diperlukan sebagai syarat mutlak sebuah profesi agar penyandang profesi dapat
hidup layak dan memadai, apalagi hingga saat ini guru dan dosen masih tergolong kelompok
yang berpengahasilan rendah yang harus dibantu meningkatkan kesejahteraan melalui
undang- undang.
Berdasarkan kepentingan tersebut, maka dalam Undang- Undang Guru dan Dosen
dengan tegas dirumuskan pada pasal 16, bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi
guru yang diangkat oleh pemerintah dan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat yang memiliki sertifikat pendidik yang besarnya setara dengan satu kali gaji
pokok yang diangkat oleh pemerintah pada tingkatan masa kerja dan kualifikasi yang sama.
Tunjangan profesi ini dialokasikan dalam APBN dan APBD. Subtansi yang sama bagi dosen
diatur dalam pasal 53 UUGD. Dengan demikian maka diskriminasi antara guru dan dosen
yang berstatus PNS dan non-PNS tidak akan terjadi lagi.[5]
Guru dituntut profesional dengan memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional. Cara mendapatkan guru seperti itu melalui kualifikasi, kompetensi, uji
kompetensi dan sertifikasi. Dengan demikian guru profesional harus memiliki sertifikat
profesi. Sertifikasi diberikan secara individual kepada Pendidik sebagai pengakuan atas
kompetensinya dalam keahlian dan keterampilan kependidikan juga sebagai lisensi untuk
melakukan pekerjaan Pendidik.
Sertifikasi mempunyai jenjang dari tingkat basic sampai advance dengan masa berlaku sesuai
ketentuan dan perlu pendaftaran pada setiap kurun waktu tertentu sesuai dengan sistem yang
diberlakukan. Sertifikasi merupakan proses pengambilan keputusan kelayakan individu
dalam jabatan tertentu. Proses tersebut terdiri dari kegiatan[6]:
a. Pengujian; yaitu mengukur tingkat kompetensi Pendidik yang ditetapkan berdasarkan standar
kompetensi Pendidik.
b. Pendidikan Profesi; diberikan kepada Pendidik untuk memperoleh sertifikasi yang
diselenggarakan oleh LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
c. Penetapan Sertifikat; diperoleh setelah mengikuti Pendidikan profesi dan dinyatakan lulus
Pendidikan profesi dan uji kompetensi.
B. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru
Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) menyatakan bahwa sertifikasi sebagai
bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya.[7] Di samping itu,
guru yang memiliki sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan
profesi. Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh UUGD adalah sebesar satu kali
gaji pokok untuk setiap bulannya.
Dengan adanya peningkatan kesejahteraan guru diharapkan akan terjadi peningkatan
mutu pendidikan nasional dari segi proses yang berupa layanan dan hasil yang berupa luaran
pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
secara eksplisit mengisyaratkan adanya standarisasi isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sertifikasi bertujuan untuk:
a. Mencetak calon Pendidik qualified dalam melaksanakan tugas pokok fungsi pendidik untuk
meningkatkan kualitas sekolah.
b. Menentukan tingkat kelayakan Pendidik dalam menyelenggarakan layanan pendidikan.
c. Memperoleh gambaran tentang kompetensi Pendidik yang dapat digunakan sebagai alat
pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kualitas pendidikan.
Dengan adanya sertifikasi pendidik, diharapkan kompetensi guru sebagai pengajar
akan meningkat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang
memenuhi standar minimal dan kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran dapat meningkat. Oleh karena itu, diharapkan akan terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa.
Sebagaimana lazim dipahami di kalangan pendidikan guru, sosok utuh kompetensi
profesional guru terdiri atas kemampuan:
a. mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani;
b. menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran, baik dari segi substansi dan metodologi bidang
ilmu (disciplinary content knowledge), maupun pengemasan bidang ilmu yang menjadi bahan
ajar dalam kurikulum (pedagogical content knowledge);
c. menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, yang mencakup perancangan program
pembelajaran berdasarkan serangkaian keputusan situasional, implementasi program
pembelajaran termasuk penyesuaian sambil jalan (midourse) berdasarkan on going
transactional decision berhubungan dengan adjustments dan reaksi unik (idiosyncratic
response) dari peserta didik terhadap tindakan guru, mengakses proses dan hasil
pembelajaran, dan menggunakan hasil asesmen terhadap proses dan hasil pembelajaran
secara berkelanjutan;
d. mengembangkan kemampuan professional secara berkelanjutan[8].
Oleh karena itu, rujukan dasar yang digunakan dalam penyelenggaraan sertifikasi
guru adalah sosok utuh kompetensi professional guru tersebut. Peningkatan mutu guru lewat
program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah
apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, diharapkan
kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya bagus, maka kegiatan belajar-mengajar pun
menjadi bagus. Kegiatan belajar-mengajar yang bagus diharapkan dapat membuahkan
pendidikan yang bermutu. Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi.
Menurut Muslich manfaat sertifikasi antara lain sebagai berikut[9].
a. Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga
dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.
b. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan professional yang
akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya
manusia di negeri ini.
c. Menjadi wahana penjamin mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi
pengguna layanan pendidikan.
d. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang
potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki
jabatan tertentu
2. Kualifikasi guru adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan guru dengan
melalui pendidikan khusus keahlian
3. Sertifikasi guru adalah sebuah upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan
kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu
pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan
4. Manfaat dan Tujuan Sertifikasi Guru adalah untuk Mencetak calon Pendidik qualified dalam
melaksanakan tugas pokok fungsi pendidik untuk meningkatkan kualitas sekolah