A. PENGERTIAN
Terapi inhalasi uap (nebulizer) adalah cara pengobatan dengan alat nebulizer yang
dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol terus menerus, dengan tenaga
yang berasal dari udara yang dipadatkan, atau gelombang ultrasonik. Aerosol yang berbentuk
uap dihirup penderita melalui mouth piece atau sungkup. Bronkodilator yang diberikan
dengan nebulizer memberikan efek bronkodilatasi (pelebaran bronkus) tanpa menimbulkan
efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis
nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang menghasilkan partikel aerosol terus-menerus,
ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan
inhalasi, sehingga obat tidak banyak terbuang.
B. INDIKASI
1. Penderita sesak dengan penumpukan secret yang kental
2. Untuk pengobatan asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), sindrom obstruktif post
tuberkulosis, fibrosis kistik, bronkiektasis, keadaan atau penyakit lain dengan sputum
yang kental dan lengket. Penderita yang tidak dapat mengeluarkan secret secara fisiologis
C. KONTRAINDIKASI
1. Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung.
2. Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Kontraindikasi relatif pada pasien
dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan rusepno.,dr. Alatas.,dkk.(1985).Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.
Jakarta:Infomedika.Suriadi.,Rita Yuliani.(2006).Buku Pegangan Klinik Asuhan
Keperawatan pada Anak.Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya.
Rasmin M, Rogayah R, Wihastuti R, Fordiastiko, Zubaedah, Elsina S. Prosedur Tindakan Bidang
Paru dan PernapasanDiagnostik dan Terapi. Bagian Pulmonologi FKUI. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2001; 59-64.
Setiawati A, Zunilda SB, Suyatna FD. Pengantar Farmakologi. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy
R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian
Farmakologi FKUI. Jakarta. 1995; 6.
Sowden betz.,(2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.Jakarta:
EGC.http://hermaninton.blogspot.com/2011/01/askep-asma-pada-anak.html
Esi. 2016. Pemasangan Nebulizer (online). (http://www.alatnebulizer.com/2016/02/pemasangan-
nebulizer.html, diakses 28 Juli 2017)
Dokmud. 2010. Terapi Inhalasi Respiratori (online).
(https://dokmud.wordpress.com/2010/06/03/terapi-inhalasi-respiratory/, diakses 28 Juli
2017)
Anonymous. 2013. Nebulizer (online).
(http://adeputrasuma.blogspot.co.id/2013/10/nebulizer.html, diakses 28 Juli 2017)
SOP PEMBERIAN NEBULIZER
Peralatan PersiapanAlat :
1. Nebulizer 1 set.
2. Obat untuk terapi aerosol dan pengencernya bila diperlukan
(Ventolin)
3. Stetoskop.
4. Tissue.
5. Nierbeken/bengkok.
6. Suction (kalau perlu).
7. Oksigen
Persiapan Klien :
1. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian terapi inhalasi
nebulizer.
2. Memberikan posisi yang nyaman bagi klien; semifowler atau
duduk.
Fase Kerja A. Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan.
2. Memasang sampiran.
3. Memakai handscoen bersih.
4. Memasukkan obat kewadahnyabagian dari alat nebulizer
(dosisanakdandewasa : 2,5 mg, lalu di tingkatkansampai 5
mg. Dapat di ulangi 4x seharidengan nebulizer)
5. Menghubungkan nebulizer dengan listrik
6. Menyalakan mesin nebulizer (tekan power on) dan
mengecek out flow apakah timbul uap atau embun.
7. Menghubungkan alat ke mulut atau menutupi hidung dan
mulut (posisi) yang tepat.
8. Menganjurkan agar klien untuk melakukan nafas dalam,
tahan sebentar, lalu ekspirasi.
9. Setelah selesai, mengecek keadaan umum klien, tanda-tanda
vital, dan melakukan auskultasi paru secara berkala selama
prosedur.
10. Menganjurkan klien untuk melakukan nafas dalam dan
batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Unit terkait RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
KONSEP PEMASANGAN SUCTION (PENGISAP LENDIR)
A. PENGERTIAN
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan
nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009).
Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang dilakukan
dengan memasukkan selang catheter suction melalui selang endotracheal (Syafni, 2012).
Dapat disimpulkan hisap lendir merupakan tindakan untuk mempertahankan
kepatenan jalan nafas dengan mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri dengan memasukkan catheter suction ke endotracheal tube
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat.
B. TUJUAN
1. Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas dengan menjaga kelancaran dan
membebaskan jalan napas dari lendir/sekret yang menyumbat/menumpuk.
2. Memenuhi kebutuhan oksigenisasi
C. INDIKASI
1. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance), apabila:
a. Pasien tidak mampu batuk efektif.
b. Diduga aspirasi
2. Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila ditemukan:
a. Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas tambahan.
b. Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan.
c. Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernafasan.
3. Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium.
4. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi.
5. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal. (Smeltzer et al, 2002)
D. KONTRAINDIKASI
Klien yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring (terutama
sebagai akibat penghisapan lendir melalui trakea), gangguan perdarahan, edema laring,
varises esofagus, pembedahan trakea, pembedahan gaster dengan anastomosis dan infark
miokard
E. KOMPLIKASI
1. Hipoksemia
2. Trauma jalan nafas
3. Infeksi nosokomial
4. Respiratory arrest
5. Bronkospasme
6. Perdarahan pulmonal
7. Disritmia jantung
8. Hipertensi/hipotensi
9. Nyeri
10. Kecemasan. (Kozier & Erb, 2002)
Petugas Perawat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Tempatkan pasien pada posisi telentang dengan kepala miring ke
arah perawat
3. Gunakan sarung tangan
4. Hubungkan kateter pengisap dengan slang alat pengisap
5. Mesin pengisap dihidupkan
6. Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan kateter
pengisap kedalam kom berisi aquades/Nacl 0,9% untuk
mempertahankan tingkat kesterilan
7. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
8. Gunakan alat pengisap dengan tekanan 110-150 mmHg untuk
dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-59 mmHg
untuk bayi (potter & perry, 1995)
9. Tarik dengan memutar kateter pengisap tidak lebih dari 15 detik
10. Bilas kateter dengan aquades/Nacl 0,9 %
11. Lakukan pengisapan antara pengisapan pertama dengan
berikutnya:
a. Minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk
b. Apabila pasien mengalami distress pernapasan
c. Biarkan istirahat 20-30 detik sebelum melakukan pengisapan
berikutnya
d. Setelah selesai, kaji jumlah ,konsistensi , warna ,bau sekret,
dan respons pasien terhadap tindakan tersebut.
12. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
A. PENGERTIAN
Adalah metode pemberian yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi
oksigen yang tepat melalui cara non infasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga
memungkinkan udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan.
Masker ini digunakan terutama bagi pasien PPOM (penyakit paru obstruksi menahun)
karena memberikan suplemen oksigen tingkat rendah, sehingga menghindari resiko
dorongan hipoksik. (Brenda, Suzanne, 2001)
C. KERUGIAN
1. Masker harus dilepaskan sehingga pasien tidak dapat makan, minum, dan minum obat.
2. Konsentrasi oksigen : 24 50 %
3. Aliran oksigen : 4 10 LPM
D. INDIKASI
1. Severe chronic obstructive pulmonary disease
2. Severe cystic fibrosis
3. Severe bronchiectasis
4. Severe neuromuscular/chest wall disorders
5. Morbid obesity
DAFTAR PUSTAKA
Administration of oxyangen, humidification, and aerosol therapy. In: Pierce LNB. Mechanical
ventilation and intensive respiratory care. WB Saunders Co. 1995.p. 92-121
Anonymous. 2013. Pemasangan Oksigen (online).
(https://arnita10.wordpress.com/2013/11/12/pemasangan-oksigen/, diakses 30 Juli 2017)
Febriyani, Rina. Standar Operasional Prosedur Oksigenasi (online).
(http://filekeperawatan.blogspot.co.id/2015/09/standar-operasional-prosedur-
oksigenasi.html, diakses 31 Juli 2017)
Pujianto, Ahmat. 2014. Teknik Pemberian Oksigen (online).
(http://fijaytrangki.blogspot.co.id/2014/08/teknik-pemberian-oksigen-sistem-aliran.html, diakses
30 Juli 2017)
SOP PEMBERIAN OKSIGEN MENGGUNAKAN
MASKER VENTURI
Petugas Perawat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur dan sapa nama pasien
3. Menanyakan peraetujuan atau kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
2. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
3. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada
progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
melukai klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan
kebutuhan klien
4. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
5. Ada gelembung udara pada humidifier.
6. Pasang jet adapter kecepatan aliran oksigen sesuai kebutuhan
7. Terasa oksigen keluar dari masker.
8. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke
bawah (sesuaikan dengan kontur wajah klien).
9. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker
nyaman dan tidak sempit.
10. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat,
tergantung kondisi dan keadaan umum pasien
11. Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien
melakukan inspirasi
12. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu
13. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi
setiap 8 jam
14. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly
untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan
15. Cuci tangan
16. Evaluasi respon pasien
17. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
D. Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Mencuci tangan
5. Mendokumentasikan hasil kegiatan
A. PENGERTIAN
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang sering
digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang berasal dari
luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran
pernafasan tersebut.
Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya,
seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran
napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda
asing.
B. KLASIFIKASI
1. Sumbatan parsial
Tersedak terjadi bila benda asing masuk ke arah paru-paru dan menyumbat jalan nafas ke
arah paru-paru. Bila penderita bisa menghilangkan penyumbatan dengan cara batuk-batuk
keras, maka tidak perlu dilakukan pertolongan lagi. Tetapi bila penderita terus tersedak
sehingga sesak nafas, maka perlu segera dilakukan pertologan pertama.
2. Sumbatan total
Perlu tindakan segera dan anda hanya mempunyai waktu 3 menit untuk mengambil
sumbatan sebelum terjadi kerusakan otak karena kekurangan oksigen.
Kelainan klinis yang terjadi ditentukan oleh 3 faktor :
a. Lokasi dari obstruksi yang terjadi
Bila obstruksi terjadi sebelum karina, maka obstruksi tersebut berbahaya
dibandingkan bila terjadi di bagian distal dari bronkus. Hal ini disebabkan oleh
karena obstruksi ini bersifat total, disamping itu mekanisme konpensasi pada
obstruksi distal lebih baik dari obstruksi di proksimal.
b. Tingkat dari obstruksi yang terjadi
Makin total suatu tingkat obstruksi, maka makin berbahaya. Tetapi suatu
obstruksi parsial dapat pula menimbulkan check valve phenomen, artinya udara dapat
masuk pada jalan pernapasan akan tetapi tidak dapat keluar sehingga menimbulkan
emfisema yang disebabkan oleh karena udara yang terperangkap (air tappering)
c. Fase obstruksi yang terjadi
Pada obstruksi yang akut, kelainan perubhan faal baru, maupun hemodinamik
lebih cepat timbul tanpa sempat dikompensasi oleh mekanisme tubuh.
C. KOMPLIKASI
1. Nyeri abdomen,ekimosis.
2. Fraktur iga.
3. Cedera atau trauma pada organ-organ di bawah abdomen dan dada.
4. Gagal nafas, kor pulmonal, septikemia
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan
partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Jika tidak bisa, maka dapat
menggunakan beberapa metode di bawah ini yang tujuanya adalah mengeluarkan benda
benda asing sehingga jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing.
1. Pengambilan
Buka mulut pasien bersihkan benda asing yang ada di dalam mulut pasien dengan
mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus dengan secarik kain,
bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing
2. Dihisap
Posisikan pasien terlentang/miring, kepala lebih rendah dari rungkai.
Buka mulut korban lebar-lebar.
Hisap dengan bahan yang dapat meresap cairan.
Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap dengan pipa karet
menggunakan semprot penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan pipa
penghisap mekanik/listrik
3. Abdomen Thrust
a. Jika pasien dalam keadaan berdiri atau duduk
Anda berdiri di belakang klien.
Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang
lengan kanan tersebut dengan lengan kiri. Posisi lenan anda pada abdomen klien
yakni dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat atau umbilicus.
Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen kea rah
dalam dan atas.
Jika diperlukan, ulangi abdominal trust beberapa kali untuk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
Kaji jalan napas sesering mungkin untuk memastikan kebersihan tindakan ini.
b. Jika pasien dalam keadaan supine atau unconscious
Anda mengambil posisi berlutut atau mengangkangangi paha klien.
Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda yang menempel di
abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan di atas pusat atau umbilicus.
Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen ke arah
dalam dan atas
Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan yang
dilakukan. Jika perlu, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan
laringoskopi dan jika tampak utamaka mengekstraksi benda asing tersebut
menggunakan Kelly atau megil forcep.
4. Chest Trust
a. Jika posisi klien dudu atau berdiri
Anda berdiri di belakan klien.
Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area midsternal di
atas prosesus xipideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kearah spinal. Jika perlu ulangi chest
thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.
b. Jika posisi klien supine
Anda mengambil posisi berlutut atau mengakangi paha klien.
Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda dan posisikan bagian
bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien
(sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi chest
thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.
Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan faring klien dengan laringoskopi
dan jika tampak utamakan mengestraksi benda asing tersebtu menggunakan Kelly
atau megil forcep.
E. INDIKASI
Untuk menghilangkan obstruksi pada jalan nafas atas.
F. KONTRAINDIKASI
1. Pada klien sadar, batuk volunteer menghasilan aliran udara yang besar dan dapat
menghilangkan obstruksi.
2. Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yang mengalami cedera dada, seperti
flail chest, cardiac contusion, atau fraktur strnal (simon& Brenner, 1994).
3. Pada klien yang sedang hamil tua atau yang sangat obesutas, disarankan dilakukan chest
thrusts.
4. Posisi tangan yang tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada organ-
organ yang ada di bawahnya selama dilakukan chest thrust.
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Perawat memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga
2. Perawat menyiapkan alat dan didekatkan pada pasien
3. Perawat memeriksa lokasi di telinga dengan baik dengan
langsung memakai lampu kepala
4. Perawat menentukan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
letak dan jenis benda asing yang masuk ketelinga/hidung
5. Perawat memakai alat sonde telinga/hidung sesuai ukuran benda
asingnya
6. Kemudian memasukkan sonde kedalam telinga/hidung dengan
arah masuk melalui bagian luar benda asing tersebut
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan