Anda di halaman 1dari 2

ANALISA CERITA PENDEK

Robohnya Surau Kami

Abstraksi
Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis,
Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat.Maka
kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang
kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu
nanti akan Tuan temui sebuah surau.Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir
melalui empat buah pancuranmandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui
seorang tua yang biasanya duduk disana dengan segala tingkah ketuaanya dan ketaatannya
beribadat.

Orientasi latar belakang cerita


Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang
dipungutnya sekali se-Jumat dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id
kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih di kenal sebagai pengasah pisau.
Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi
sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya.

Komplikasi konflik dalam cerita


Sebelum kakek meninggal kakek sempat bercerita tentang Ajo Sidi. Ajo sidi adalah seorang
pembual yang datang kepada kakek sebelum kakek meninggal, si pembual itu menceritakan
seseorang bernama Haji Shaleh, yang dulunya di dunia selalu beribadah kepada Tuhan, taat
menjalankan perintahNya dan selalu takwa kepadaNya. Namun, di akhirat Haji Shaleh,
malah dimasukkan ke dalam neraka, bahkan ditempatkan pada keraknya neraka. Kemudian
Haji Saleh datang menuntut kepada Tuhan atas semua apa yang dia kerjakan. Ternyata apa
yang dikerjakan itu justru salah. Haji Saleh tidak seharusnya hanya mementingkan dirinya
sendiri untuk beribadah dan sembahyang setiap waktunya demi masuk surga dan
melupakan kewajibannya kepada anak dan istrinya sehingga jatuh dalam kemelaratan. Itu
yang membuat haji Saleh di masukan dalam neraka.

Evaluasi penyelesainya konflik


Kakek merasa marah dan tersinggung karena cerita Ajo Sidi, tidak hanya itu, Kakek juga jadi
pendiam dan kelihatan murung setelah pertemuannya dengan Ajo Sidi. Di Surau yang
merupakan tempat tinggalnya itu Kakek hanya duduk termenung dan memikirkannya seolah
ia merasakan apa yang dirasakan Haji Shaleh. Entah bagaimana Kakek merasa bersalah dan
sangat berdosa. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya, dia pun tak
memikirkan hidupnya sendiri. Segala kehidupannya lahir batin diserahkan kepadaNya. Dia
tak berusaha mengusahakan orang lain. Bahkan dia tak pernah membunuh seekor lalat pun.
Padahal dia hidup berkaum, bersaudara namun sedikitpun tak memperdulikannya. Dia
selalu bersujud, memuji dan berdoa kepadaNya.

Resolusi solusi dari konflik


Keesokan harinya, kakek ditemukan meninggal dengan keadaan yang mengenaskan. Ia
menggorok lehernya dengan pisau cukur. Ternyata Ajo Sidi telah meninggalkan pesan
kepada istrinya untuk membelikan tujuh lapis kain kafan untuk kakek. Berita kematian kakek
sudah tersebar ke seluruh kampung, semua warga kampung mengurus jenazah kakek.
Semua warga mengantar kepergian jenazah kakek ke makam.

Koda amanat yang dapat diambil oleh pembaca


Jika kita rajin shalat, mengaji dan kegiatan ritual keagamaan lainnya karena kita takut masuk
neraka dan karena menginginkan pahala dan keselamatan hanya untuk diri kita sendiri.
Sebab itu, kita melupakan kebutuhan orang lain. Jika demikian, maka kesalehan agama yang
kita miliki tak lebih superfisial saja sifatnya. Kita tidak sepenuhnya ikhlas. Kita lupa bahwa
belajar dan bekerja dengan sungguh- sungguh adalah juga ibadah. Berbuat baik terhadap
sesama makhluk hidup juga ibadah. Dan bahwa kita mempunyai tangungjawab sosial
terhadap masyarakat dan sekeliling kita.

SHOOFI AZZAHRA SALSABILA


XI MULTIMEDIA

Anda mungkin juga menyukai