Dermatitis Seboroik
Disusun oleh:
Muhammad bin Shahrulzaman
112015441
Dokter Pembimbing:
Dr. Hendrik Kunta Adjie, SpKK
1
STATUS UJIAN
ILMU PENYAKIT KULIT& KELAMIN
RS HUSADA JAKARTA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 11 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Belum bekerja
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Kedoya Selatan, Jakarta
Keluhan Utama:
Gatal dan perih di kulit kepala sejak 4 hari lalu.
2
Gatal dan perih kadang masih dirasakan terutama saat berkeringat. Pasien mengaku aktif dan
sering berkeringat saat memakai kerudung di sekolah. Pasien juga ada mengalami ketombe dan
sering bertukar shampoo untuk menghindari gatal di kepalanya. Pasien menyangkal adanya
keluhan rambut rontok. Pasien mengatakan tidak terdapat lesi di tempat lain dan ini merupakan
kali pertama pasien mengalami seperti ini. Ibu pasien mengatakan pasien tidak mempunyai alergi
obat mahupun makanan.
1. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Cukup (BB=30 kg)
Vital sign
Tekanan darah : Tidak diperiksa
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : Afebris
Kepala : Normochepal
Mata : Konjunctiva tidak anemis, tidak ikterik
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Genitalia : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
2. Status Dermatologikus
Distribusi : Lokalisata
3
Regio : Kulit kepala (Skalp)
Efloresensi primer : Plak dengan dasar eritematosa ringan
Ukuran : Plakat
Jumlah : Soliter
Bentuk : Tidak teratur
Efloresensi sekunder : Skuama putih
Sifat lesi : Permukaan kasar, dasar eritematosa, kering, sisik
berminyak, warna putih kekuningan
4
5
III. Pemeriksaan Penunjang
- Tidak dilakukan.
IV. Resume
Telah datang seorang anak berusia 11 tahun dibawa keluarganya ke RS Husada dengan
keluhan gatal dan perih di kulit kepala (scalp) sejak 4 hari lalu. Gatal dirasakan semakin
hebat saat berkeringat. Lesi pada awalnya sebesar ibu jari semakin membesar dan
menebal. Setelah mendapat salep dari puskesmas, pasien masih merasakan gatal dan
perih. Pasien juga ada mengalami ketombe dan tidak mengalami lesi di tempat lain. Pada
pemeriksaan status generalis pasien dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan
dermatologis didapatkan lesi berupa plak dengan dasar eritematosa ringan, disertai
skuama putih kekuningan berminyak di daerah skalp. Lesi soliter, berukuran plakat
dengan bentuk yang tidak teratur. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
didiagnosis sebagai Dermatitis seboroik dengan diagnosis banding psoriasis.
V. Diagnosis Kerja
Dermatitis Seboroik
VIII. Penatalaksanaan
Umum:
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit ini adalah penyakit kelainan di daerah
kelenjar minyak (sebasea).
2. Pasien dianjurkan untuk sering menjaga kebersihan dengan mandi sebanyak 2 kali
sehari menggunakan sampo Ketokonazol 2 %.
3. Menganjurkan pasien untuk sentiasa menjaga kebersihan diri dan pakaiannya.
6
4. Menasihati pasien supaya sentiasa menjaga gizi dan imunitas supaya tidak menurun.
5. Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkin
6. Simpan atau gantung pakaian di tempat kering
Khusus:
Sistemik :
1. Anti jamur : Itrakonazol 1x100 mg/hari selama 21 hari.
2. Anti radang : Prednison 2 x 5 mg/hari selama 5 hari
Topikal :
1. Bioplacenton ointment 10 g tube no 1 + Asam salisilat 3 %
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Quo ad kosmetikam : ad bonam
7
1.0 Definisi
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa yang sering menyerang daerah
tubuh yang berminyak seperti kulit kepala, punggung, wajah, serta dada bagian atas. Dermatitis
seboroik pada kulit kepala akan menyebabkan kulit kepala berwarna merah, berketombe, dan
bersisik. Dermatitis seboroik bukanlah suatu penyakit menular. Penyakit kulit ini juga dikenal
dengan nama psoriasis seboroik atau eksim seboroik. Sedangkan dermatitis seboroik pada bayi
disebut dengan cradle cap.1,2 Dermatitis ini dikaitkan dengan malasezia, terjadi gangguan
imunologis mengikuti kelembapan lingkungan, perubahan cuaca, ataupun trauma, dengan
penyebaran lesi dimulai dari darjat ringan, misalnya ketombe sampai bentuk eritroderma.
2.0 Epidemiologi
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronis yang umum menyerang sekitar 1-
3% populasi umum di Amerika Serikat, di mana 3-5% pasien terdiri dari orang dewasa muda.2
Kejadian penyakit menunjukkan dua puncak, satu pada bayi baru lahir hingga usia tiga bulan,
dan yang lainnya pada orang dewasa berusia sekitar 30-60 tahun.
Pria lebih sering terserang daripada wanita pada semua kelompok umur dan dapat
mengenai semua ras. Prevalensi dermatitis seboroik pada individu positip-HIV berkisar dari 20-
83%.2 Selain infeksi HIV, sejumlah penyakit neurologik seperti penyakit Parkinson juga
menyebabkan kejadian dermatitis seboroik yang lebih tinggi.
3.0 Etiopatogenesis
Etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti. Ini merupakan dermatitis yang
menyerang daerahdaerah yang mengandung banyak glandula sebasea, bagaimanapun bukti
terbaru menyebutkan bahwa hipersekresi dari sebum tidak nampak pada pasien yang terkena
dermatitis seboroik apabila dibandingkan dengan kelompok sehat. Pengaruh hormonal
seharusnya dipertimbangkan mengingat penyakit ini jarang terlihat sebelum puberitas. Ada bukti
yang menyebutkan bahwa terjadi status hiperproliferasi, tetapi penyebabnya belum diketahui.
8
tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 8-12 tahun akibat
stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti.1 Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur
bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan insidennya mencapai
puncaknya pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita.
Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti
pada psoriasis. Pada orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis
seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun.
Penelitianpenelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik, pleomorfik, Malasssezia ovalis
(Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien dengan lesi pada kulit kepala.
Ragi dari genus ini menonjol dan dapat ditemukan pada daerah seboroik pada tubuh yang
kaya akan lipid sebasea, misalnya kepala dan punggung. Pertumbuhan P. ovale yang berlebihan
dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam
epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel
Langerhans.1
Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan
penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Juga didapati bahwa perbandingan
komposisi lipid di kulit berubah. Jumlah kolesterol, trigliserida, paraffin meningkat dan kadar
sequelen, asam lemak bebas dan wax ester menurun.
Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan dermatitis seboroik yaitu:
9
Diet yang abnormal
Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)
Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)
Imunodefisiensi
Sebagian besar bagian tubuh dapat terkena dermatitis, namun daerah yang paling sering
yaitu kulit kepala, bulu mata, alis, dan sisi hidung. Dada atas, punggung dan banyak bagian
tubuh lain yang berminyak, seperti lipat paha, ketiak juga dapat terkena.
Gejala dapat berupa ketombe, ruam popok, kulit kering mengelupas, sisik berminyak,
gatal ringan, ruam, kulit seperti lilin (khususnya di belakang telinga), dan kulit memerah
(khususnya sekitar hidung dan di tengah dahi).2,4 Dermatitis seboroik dapat terjadi pada area
tubuh lain. Umumnya, penyakit ini terjadi pada area kulit seperti kulit kepala, alis, kelopak mata,
hidung, bibir, di belakang telinga, saluran telinga luar dan daerah dada.
10
Gejala umum dermatitis seboroik yaitu:
Lesi kulit
Tampak plak pada area yang luas
Kulit berminyak
Tampak kulit bersisik putih atau kekuningan dan mudah mengelupas
Gatal
Kulit kemerahan
Rambut rontok
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah pemeriksaan
histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada penyakit lain seperti pada
dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran histopatologi tergantung dari stadium penyakit.
11
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik berupa hiperkeratosis,
akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis. Dibedakan dengan psoriasis yang memiliki
akantosis yang regular, rete ridges yang tipis, eksositosis, parakeratosis dan tidak dijumpai
spongiosis. Neutrofil dapat dijumpai pada kedua jenis penyakit.
Secara umum terbagi atas tiga tingkat yaitu akut, sub akut dan kronik. Pada akut dan sub
akut terdapat sedikit infiltrat perivaskuler berupa limfosit dan histiosit, ada spongiosis dan
hiperplasia psoriasiformis. Dapat pula ditemukan folikel yang tersumbat oleh proses
ortokeratosis dan parakeratosis ataupun oleh krusta-skuama yang mengandung neutropil yang
menutupi ostium folikularis.
Pada bagian epidermis. Dijumpai parakeratosis dan akantosis.1,4 Pada korium, dijumpai
pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler. Pada DS akut dan subakut, epidermisnya
ekonthoik, terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler
superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis dan
parakeratosis yang menyumbat folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung
netrofil pada ostium folikuler.
Gambaran ini merupakan gambaran yang khas. Pada dermis bagian atas, dijumpai
sebukan ringan limfohistiosit perivaskular. Pada DS kronik, terjadi dilatasi kapiler dan vena pada
pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah disebutkan di atas yang hampir sama dengan
gambaran psoriasis.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain seperti kultur jamur dan
kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan tinea kapitis maupun infeksi yang
disebabkan kuman lainnya. Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.
Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki karakteristik yang khas
yakni meningkatnya kadar kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan kadar squalene,
asam lemak bebas dan wax ester.
12
6.0 Penegakkan Diagnosis
Karakteristik skuamanya khas. Kulit kepala di daerah frontal dan parietal akan ditutupi
dengan krusta yang berminyak, tebal dan sering dengan fissura ( crusta lactea / milk crust, cradle
cap ). Rambut tidak rontok dan peradangan jarang. Dalam perjalanannya, kemerahan semakin
meningkat dan daerah dengan skuama akan membentuk bercak eritem yang jelas dan diatasnya
dilapisi skuama berminyak. Dapat terjadi perluasan hingga ke frontal melampaui daerah yang
berambut. Lipatan retroaurikular, daun telinga dan leher juga sangat mungkin terkena.
Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis seboroik juga
dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis, sehingga diagnosis sangat sulit untuk
ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun gambaran histologi dapat serupa. Oleh
sebab itu, perlu ketelitian untuk membedakan DS dengan penyakit lain sebagai diferensial
diagnosis. Psoriasis misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang disamakan
dengan DS, yang membedakan ialah adanya plak yang mengalami penebalan pada liken
simpleks.
7.0 Penatalaksanaan
Dermatitis seboroik biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan
cenderung tidak rekuren.
13
Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan menyembuhkan, yakni
dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur,
mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.
Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat dilakukan berbagai terapi. Skuama
dihilangkan menggunakan sisir yang lembut khusus. Untuk pembersihan krusta menggunakan
larutan asam salisilat 3-5% dalam minyak zaitun ataupun pelarut air, pengkompresan kulit kepala
dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang tebal), pengolesan kortikosteroid berpotensi
rendah (hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari, penggunaan
sampo ringan dan perawatan kulit kepala yang cocok menggunakan emolien, krim ataupun pasta
lembut.
Bila ada infeksi sekunder khususnya yang disebabkan oleh staphylococcus, dapat
diberikan antibiotik oral. Pasien harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan
sering kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional, makanan berlemak, dan
sebagainya.
Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal. Kortikosteroid oral dapat menurunkan
insiden dermatitis seboroik. Misalnya Prednison 20-30 mg sehari untuk bentuk berat. Jika telah
ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Antibiotik juga harus diberikan seperti penisilin,
eritromisin pada infeksi sekunder. Preparat azol juga berpengaruh terhadap P. Ovale, juga dapat
memengaruhi berat ringannya dermatitis seboroik. Misalnya Ketokonazol 200 mg per hari.1,4
Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas
kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi
pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan
tampak setelah 4 minggu.5 Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama
beberapa tahun yang ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya. Narrow band UVB (TL-01)
yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian
besar penderita mengalami perbaikan.
14
Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik dan dandruff kronik pada
stadium awal. Terapi yang dapat digunakan seperti topikal steroid fluocinolone. Pada orang
dewasa dengan DS dalam keadaan tertentu menggunakan steroid topikal satu atau dua kali
seminggu, di samping penggunaan sampo yang mengandung sulfur atau asam salisil dan
selenium sulfide 2%, 2 3 kali seminggu selama 5 10 menit.6
Steroid topikal potensi rendah dapat efektif mengobati DS pada bayi dan dewasa pada
daerah fleksura maupun DS recalcitrant persistent pada dewasa. Topikal golongan azol dapat
dikombinasikan dengan regimen desonide (satu dosis per hari selama dua minggu) untuk terapi
pada wajah. Dapat juga diberikan salap yang mengandung asam salisil 2%, sulfur 4% dan ter
2%. Pada bayi dapat diberikan asam salisil 3% - 5% dalam minyak mineral.
8.0 Prognosis
Dermatitis seboroik memiliki prognosis yang baik. Dapat sembuh sendiri secara spontan
dalam 6 hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul kembali saat memasuki usia pubertas. 1,4
Meskipun demikian, bila terkena dermatitis seboroik pada saat kanak-kanak bukan berarti
memiliki indikasi akan terkena dermatitis seboroik tipe dewasa suatu saat nanti
Kesimpulan
15
hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul kembali saat memasuki usia pubertas.
Daftar Pusaka
1. Zisova LG. Malassezia species and seborrheic dermatitis. Folia Med (Plovdiv). 2009 Jan-
Mar. 51(1):23-33.
2. Hendra, U. Cetakan kedua. 2016. Ilmu penyakit Kulit dan kelamin, edisi ketujuh : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 232-33
3. Krisanty RI, Bramono K, Made Wisnu I. Identification of Malassezia species from pityriasis
versicolor in Indonesia and its relationship with clinical characteristics. Mycoses. 2009 May.
52(3):257-62.
4. Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatricks, The Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.
5. de Souza Leo Kamamoto C, Sanudo A, Hassun KM, Bagatin E. Low-dose oral isotretinoin
for moderate to severe seborrhea and seborrheic dermatitis: a randomized comparative
trial. Int J Dermatol. 2017 Jan. 56 (1):80-85.
6. Gupta AK, Versteeg SG. Topical Treatment of Facial Seborrheic Dermatitis: A Systematic
Review. Am J Clin Dermatol. 2016 Nov 2.
16