Anda di halaman 1dari 5

Organ Reproduksi Anjing

Organ reproduksi anjing jantan terdiri dari skrotum, kantung


integumentaria yang berisi dua testis yang memproduksi spermatozoa dan hormon
testosteron, sistem duktus yang terdiri dari epididimis dan duktus deferen untuk
transport spermatozoa dari testis ke urethra, kelenjar prostat adalah satu satunya
kelenjar aksesoris yang ada pada anjing jantan, urethra saluran untuk transport
urin dan semen ke luar tubuh, dan penis merupakan organ kopulatori jantan
(Junaidi 2006). Ukuran testis bervariasi bergantung dari berat badan anjing. Ada
korelasi yang positif diantara berat badan dan berat testikuler, volume testikuler,
berat total epididimal dan total lebar skrotal pada anjing jantan normal. Sehingga
pengukuran berat badan dan lebar total skrotum bisa untuk menentukan ukuran
testikuler normal. Ukuran testis anjing berkisar antara panjang, lebar dan tebal
adalah 3x2x1.5 cm (Junaidi 2006).
Epididimis adalah sruktur yang berbelit yang terbagi ke dalam caput,
corpus, dan cauda yang muncul secara medial dan berlokasi pada permukaan
dorsolateral testis, caput berada di craniomedial testis dan merupakan porsi
terbesar dari epididimis (Junaidi 2006). Di dalam epididimis terdapat pematangan
dari spermatozoa, pada anjing proses ini berlangsung selama 14 hari (Allen 1992).
Pada anjing tidak terdapat ampulla. Kelenjar prostat adalah satu-satunya kelenjar
aksesoris pada anjing. Kelenjar prostat mempunyai konsistensi yang elastis dan
pada anjing dewasa ukurannya bervariasi dengan panjang, lebar dan tebal minimal
1.4-1.9 cm sampai maksimal 2.5-2.8 cm, dengan volume 6-15 ml, berat absolut
1.7-14.5 g, dan berat dalam hubungan dengan berat badan adalah 0.21-0.57 per kg
(Junaidi 2006).
Penis anjing walaupun dalam keadaan tidak ereksi adalah organ yang
keras dan menumpang dengan kuat ke dinding ventral abdomen dengan preputium
yang melekat sepanjang sudut dorsal, kecuali pada bagian ujungnya. Penis anjing
terdiri dari tiga bagian utama yaitu radix, corpus dan gland penis. Pada anjing
yang besar panjang os penis dapat mencapai 10 cm atau lebih. Adanya os penis
memberi kesempatan anjing jantan untuk dapat memasukkan penis ke dalam
vagina/intromisi sebelum mencapai ereksi total. Os penis anjing mempunyai
cekungan yang dalam untuk tempat urethra dan corpus spongiosum, dan
permukaan dorsolateralnya konkaf melekat ke jaringan erektil dari pars longa
penis.

Produksi Semen

Spermatozoa anjing mempunyai kepala berbentuk sekop hampir sama


seperti spermatozoa pada manusia. Spermatozoa anjing memiliki dimensi sebagai
berikut : panjang total 680.3 m; panjang kepala 70 m; lebar kepala 50.1
m; panjang midpiece 110.2 m, dan panjang ekor 500.3 m (Bartlett 1962).
Harrop (1955) melaporkan bahwa panjang total bervariasi dari 55 sampai 65 m.
Pemeriksaan ejakulat memberikan informasi yang dibutuhkan tentang produksi
semen. Jumlah spermatozoa di dalam ejakulat berhubungan dengan frekuensi
ejakulasi dan waktu istirahat kelamin pejantan. Jumlah ejakulat yang cukup
diperlukan sebelum epididimal spermatozoa ditentukan. Produksi semen setiap
hari di dalam testis pada anjing adalah 16 x 106per gram testis. Ini kelihatan
menjadi tidak efisien dibandingkan dengan spesies lain, tetapi kemungkinan
berhubungan dengan panjangnya durasi spermatogenesis pada anjing. Anjing
yang besar secara umum jumlah spermatozoa di dalam ejakulat lebih besar
daripada anjing kecil (Hewitt 1997). Umur hewan jantan juga mempengaruhi
jumlah spermatozoa yang diproduksi. Anjing jantan mencapai pubertas rata-rata
umur 9 bulan, beberapa minggu lebih lambat dibandingkan dengan betina. Tinggi
atau rendahnya temperatur dapat mengganggu produksi semen, seperti juga
radiasi, beberapa obat-obatan, defisiensi vitamin A, diet yang terbatas dan racun
kimia. Panjang periode tidak kawin berpengaruh pada jumlah spermatozoa dalam
ejakulat. Jika hal tersebut lama, sistem duktus jantan menjadi kongesti dengan
spermatozoa tua, dan itu akan dikeluarkan dari sistem, baik dalam semen maupun
dalam urin (Hewitt 1997).

Endokrinologi Reproduksi Anjing Jantan

Fisiologi reproduksi hewan jantan dikontrol secara endokrin dengan dua


gonadotropin, Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone
(FSH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofise anterior. Hipofise anterior
bertanggung jawab untuk berbagai hormon yang mengontrol banyak aspek dari
aktivitas fisiologik. Menurut Garner dan Hafez (1993), Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH) dihasilkan oleh hipotalamus degan fungsi untuk melepas LH
dan FSH dari hipofise anterior. Follicle Stimulating Hormone akan menuju target
organ yaitu sel sertoli di tubuli seminiferi. Sel sertoli berfungsi untuk inisiasi
spermatogenesis tahap awal (spermatositogenesis). Selanjutnya FSH akan
mempengaruhi sel sertoli untuk menghasilkan Androgen Binding Protein (ABP).
Sementara itu LH akan menuju target organ yaitu sel leydig untuk proses
steroidogenesis (testosteron dan androgen). Testosteron yang dihasilkan sebagian
akan masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh untuk
memelihara organ kelamin primer dan sekunder jantan dan mempengaruhi libido.
Sebagian dari testosteron akan masuk ke dalam tubuli seminiferi dan ditangkap
oleh ABP untuk spermatogenesis tahap akhir (spermiogenesis).

Perilaku Kawin

Feromon yang keluar melalui leleran vagina dan urin dari betina yang
estrus dapat menarik pejantan dari jarak tertentu, dan pejantan akan mencari
sewaktu mengikuti betina estrus. Sewaktu berada serumah dengan betina yang
estrus, anjing dapat menolak untuk makan atau minum selama beberapa hari.
Beberapa anjing juga sangat vokal dan menggonggong selama beberapa hari.
Beberapa dapat mencoba untuk lari dengan menabrak pintu atau jendela, menggali
lantai di kandangnya atau melompat pagar. Sewaktu pejantan bertemu betina yang
estrus, gerakan tubuhnya biasanya menunjukkan sikap menggoda, tergantung
pada status sosialnya. Pejantan mendekati betina dengan ekor yang bergoyang dan
telinganya berdiri dan biasanya menghindari tatapan pada betina (Wicaksono
2008).
Pejantan dapat berdiri disamping betina jika dibolehkan untuk mendekat
dan menjilati telinga dan mulut betina. Jika ditanggapi, pejantan akan menciumi
betina dan menaruh kakinya pada belakang betina atau menyandarkan kepalanya
di bagian belakang betina. Jika betina menerima, pejantan akan menaiki sesudah
melakukan sedikit pemanasan. Jika betina enggan, pejantan akan mengajak
bermain dengan merendahkan bagian depannya, berbaring atau mengundang
betina untuk mendekatinya. Perkawinan normal dapat diklasifikasikan menjadi
enam tingkatan yaitu:menaiki (mounting), ereksi awal dengan gerakan dorongan
pelvis (thrusting) dan gerakan memasukkan penis vagina (intromission), ereksi
penuh dengan pembesaran bulbus glandis dan pelepasan ejakulat fraksi pertama
(pre-sperm), ejakulasi dengan pelepasan fraksi kedua (rich-sperm), gerakan
memutar (rotasion), gerakan mengunci (tie) dengan pengeluaran fraksi ketiga
(post-sperm) dan terakhir lepas dan turun.

Koleksi Semen

Koleksi semen adalah kegiatan pengambilan spermatozoa pada spesies


tertentu yang diperlukan untuk pelaksanaan inseminasi buatan yang akan
dilanjutkan dengan pengenceran sebagai pengawetan semen jangka pendek.
Sebelum melakukan koleksi semen pada anjing jantan, idealnya anjing istirahat
kelamin beberapa hari sebelumnya. Koleksi semen pada anjing paling mudah
dilakukan dengan masturbasi dengan ataupun tanpa sarung tangan, meskipun
beberapa operator lebih suka menggunakan vagina buatan. Respons individu
terhadap teknik koleksi semen ini berbeda. Sebagian anjing akan ejakulasi di
sembarang tempat sementara yang lain hanya pada lingkungan yang sudah
dikenalnya misalnya rumah, atau hanya dapat dikoleksi jika ditunggui oleh
pemiliknya (Wicaksono 2008).
Ada beberapa anjing yang dapat ejakulasi tanpa kehadiran betina yang
estrus sedangkan lainnya tidak. Beberapa anjing tidak dapat ejakulasi pada koleksi
pertama kali, dan koleksi sangat sulit pada pejantan yang pemalu, sehingga perlu
dilakukan beberapa kali koleksi untuk mendapatkan semen. Persyaratan terbaik
untuk memperoleh sampel adalah lingkungan yang sudah dikenal oleh anjing, di
lantai atau meja dengan permukaan yang tidak licin, dengan hadirnya betina estrus
dan tanpa hadirnya banyak orang. Keseluruhan manipulasi harus dilakukan
dengan halus dan lembut, tidak tergesa-gesa dan hindari kebisingan. Anjing
sebaiknya diberi kesempatan untuk mengenal ruangan terlebih dahulu. Terkadang
anjing muda masih malu dan harus ditempatkan dibelakang betina untuk memacu
mereka untuk bisa menaiki (Junaidi 2006).
Semen dikoleksi dari sisi kiri anjing dengan tabung koleksi di tangan kiri
dan tangan kanan menggenggam penis. Preputium dengan pelan ditarik ke
belakang di belakang bulbus glandis dan dengan ibu jari dan keempat jari memijat
penis atau masase yang cukup di belakang bulbus glandis menghasilkan ereksi
penuh. Preputium tidak dapat ditarik ke belakang melewati bulbus jika sudah
terjadi ereksi sempurna. Dalam 20 detik ejakulasi dimulai dan reflek ejakulasi
bertahan selama 1- 22 menit (Dubiel 1972). Jangan biarkan penis menyentuh
gelas koleksi karena kontak yang keras akan melukai penis dan menghambat
koleksi berikutnya. Karena ejakulasi berfraksi, pemisahan koleksi dari setiap
fraksi dapat dilakukan dengan mengganti tabung koleksi. Sesudah faksi kedua
yaitu fraksi yang kaya spermatozoa, anjing akan mencoba mengangkat salah satu
kaki belakang melewati lengan operator, seperti kebiasaan anjing dalam
perkawinan alami dimana anjing jantan mengangkat kaki dan memutar ke
belakang. Kemudian koleksi harus dihentikan untuk menghindari pencampuran
dengan sekresi dengan kelenjar prostat atau fraksi ketiga yang jernih dan
transparan.

Evaluasi Semen

Evaluasi semen meliputi pengukuran volume, warna, pH dari faksi ketiga


(cairan prostat), motilitas (persentase spermatozoa motil yang progresif),
konsentrasi dan jumlah total spermatozoa dalam ejakulat, persentase morfologi
normal spermatozoa, dan penilaian sitologi cairan seminal dan kultur mikrobial.
Kualitas semen anjing bervariasi tergantung pada lingkungan dimana anjing
dikoleksi, adanya penyakit pada saluran reproduksi pejantan, penyakit sistemik,
umur, ras, dan musim. Anjing yang sangat muda dan terlalu tua memiliki kualitas
semen yang jelek. Volume semen anjing normal berkisar antara 1 sampai 80 ml
(Johnston 1991). Volume tidak menunjukkan kualitas semen kerena tergantung
dari cairan prostat sewaktu koleksi semen terjadi selama 20 menit (Dubiel 1976).
Semen yang kualitasnya bagus berwarna seperti susu. Sampel yang
berwarna suram harus diuji secara mikroskopik untuk mengetahui ada tidaknya
spermatozoa, karena terkadang ejakulat yang mengandung banyak droplet lemak
atau bakteria dan sel-sel radang tampak seperti normal. Warna kuning
menunjukkan kontaminasi dengan urin atau eksudat radang, hijau menunjukkan
eksudat purulen, merah menunjukkan darah, coklat menunjukkan darah lama yang
biasanya berasal dari prostat, dan sampel jernih menunjukkan azoospermia. Status
motilitas dapat diekspresikan menurut skala. Ini secara subjektif dinilai dari skala
0 sampai 5, dimana 0 tidak ada gerakan (necrospermia) dan 5 gerakan ke depan
yang sangat cepat. Persentase secara berurutan 1-5 yaitu 20%, 40%, 60%, 80%
dan 100% motil. Normal semen anjing yang fertil biasanya diantara 3 dan 5, dan
semen yang digunakan untuk pengawetan dengan pembekuan (kriopreservasi)
harus mempunyai gerakan ke depan yang cepat diutamakan pada nilai 5 sebelum
dibekukan.
Pada semen anjing tidak memiliki gerakan yang khas seperti pada semen
sapi, tetapi gerakan yang acak dan cepat. Konsentrasi bukanlah indikator kualitas
semen pada anjing, kecuali pada kasus tersebut tidak ada spermatozoa dalam
ejakulat. Dalam ejakulat yang mengandung spermatozoa, konsentrasi bergantung
pada jumlah cairan prostat yang dikoleksi dan dapat berkisar dari 4 sampai 400
juta per ml. Konsentrasi dapat dihitung dengan hemasitometer, spektrofotometer
atau penghitung otomatis (automatic cell counter). Konsentrasi harus ditentukan
untuk menghitung jumlah total spermatozoa dalam ejakulat. Jumlah total
spermatozoa pada ejakulat anjing normalnya antara 300 juta sampai 2 milyar
(Johnston et al. 1991). Kisaran yang lebar dari total spermatozoa pada ejakulat
anjing menunjukkan bahwa produksi spermatozoa tergantung pada berat jaringan
testikuler, sehingga anjing ras kecil tidak memproduksi spermatozoa sebanyak
anjing ras besar dengan testis yang lebih besar. Untuk fertilitas optimal diperlukan
200 x 106 spermatozoa.
Daftar Pustaka

Allen WE. 1992. Fertility and Obstetrics in The Dog. Blackwell Scientific
Publications, Oxford.
Bartlett DJ. 1962. Studies on Dog Semen Morphological Characteristics.
J.Reprod. Fertil. 3: 173
Dubiel A. 1972. Studies on Semen Collection by Masturbation Method and on
Ejaculation Reflex in Dogs. Weterynaria Wroclau 29: 225.
Garner DL, ESE Hafez. 1993. Spermatozoa and Seminal Plasma. Dalam:
Reproduction In Farm Animal. 6th Ed. E.S.E. Hafez (Editor). Lippincot
Williams and Wilkins. Philadelphia.
Harrop AE. 1955. Some Observation on Canine Semen. Vet. Rec. 67: 494
Hewitt D. 1997. Physiology and Endocrinology of the Male. di dalam Manual of
Small Animal Reproduction and Neonatology, ed. G Simpson, G England,
M Harvey, pp.61 British: British Small Animal Veterinary Association
Johnston SD. 1991. Performing a Complete Canine Semen Evaluation in a Small
Animal Hospital. Vet. Clin. North. Amer. 21: 545
Junaidi A. 2006. Reproduksi dan Obstetri Pada Anjing. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Wicaksono, A. 2008. Longisivitas Spermatozoa Anjing Retriever dalam Berbagai
Bahan Pengencer Disimpan pada Suhu Ruangan dan 5 C. [Skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai