PBL Skenario 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Muhammad Azmi Hakim - 1102012170

LI 1. MM Anatomi gaster
LO 1.1. Makroskopik

1
Muhammad Azmi Hakim - 1102012170

2
Muhammad Azmi Hakim - 1102012170

Lambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf J, dengan volume 1200-1500ml pada saat berdilatasi. Pada
bagian superior, lambung berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan pada bagian inferior berbatasan dengan
duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke hipochondrium sinistra. Kecembungan lambung yang
meluas ke gastroesofageal junction disebut curvatura major. Kelengkungan lambung bagian kanan disebut curvatura minor,
dengan ukuran dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ lambung terdapat di dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh
omentum. Secara anatomik, lambung terbagi atas 5 daerah yaitu: (1). cardia, daerah yang kecil terdapat pada bagian superior di
dekat gastroesofageal junction. Fundus, bagian berbentuk kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari cardia dan meluas ke
superior melebihi tinggi gastroesofageal junction; (3). corpus, merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus
sampai ke bagian paling bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf J; (4). Antrum pilori, adalah bagian 1/3 bagian
distal dari lambung. Keberadaannya secara horizontal meluas dari korpus hingga ke sphincter pilori; dan (5). Sphincter pilori,
merupakan bagian tubulus yang paling distal dari lambung. Bagian ini secara kelesulurhan dikelilingi oleh lapisan otot yang tebal
dan berfungsi untuk mengontrol lewatnya makanan ke duodenum. Permukaan fundus dan korpus banyak dijumpai lipatan rugae
lambung. Pembuluh darah yang mensuplai lambung merupakan percabangan dari arteri celiac, hepatik dan splenik. Aliran
pembuluh vena lambung dapat secara langsung masuk ke sistem portal atau secara tidak langsung melalui vena splenik dan vena
mesenterika superior. Nervus vagus mensuplai persyarafan parasimpatik ke lambung dan pleksus celiac merupakan inervasi
simpatik. Banyak ditemukan pleksus saluran limfatik dan kelenjar getah bening lainnya. Drainase pembuluh limfe di lambung
terbagi atas empat daerah yaitu: (1). cardia dan sebagian curvatura minor ke kelenjar getah bening gastrik kiri; (2). Pilorik dan
kurvatura minor distal ke kelenjar getah bening gastrik dan hepatik kanan; (3). Bagian proksimal kurvatura mayor ke kelenjar
limfe pankreatikosplenik di hilum splenik; serta (4). Bagian distal curvatura major ke kelenjar getah bening gastroepiploik di
omentum majus dan kelenjar getah bening pilorik di caput pankreas. (http://repository.usu.ac.id/)

LO 1.2. Mikroskopik

3
Muhammad Azmi Hakim - 1102012170

4
Muhammad Azmi Hakim - 1102012170

Dinding lambung terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan mukosa, sub-mukosa, muskularis eksterna (propria) dan serosa.
Permukaan mukosa dilapisi oleh sel epitel kolumnar penghasil mukus dan meluas ke sebagian foveolar atau pit. Lapisan mukosa
terbagi atas dua lapisan yaitu lamina propria dan lapisan muskularis mukosa. Pada lapisan muskularis mukosa, terdapat lapisan
otot sirkuler pada bagian dalam dan lapisan otot longitudinal pada bagian luarnya. Otot-otot ini berkelanjutan membentuk
kelompokan kecil (fascicle) otot polos yang tipis menuju ke bagian dalam lamina propria hingga ke permukaan epitel. Pada
lapisan sub-mukosa, jaringannya longgar dan mengandung sejumlah jaringan ikat elastik, terdapat pleksus arteri, vena, pembuluh
limfe dan pleksus nervus Meissner. Muskularis eksterna terdiri dari tiga lapisan yaitu longitudinal luar (outer longitudinal),
sirkuler dalam (inner sirkuler) dan oblik yang paling dalam (innermost oblique). Lapisan sirkuler sphincter pilorik pada
gastroesofageal junction. Pleksus Auerbach (myenteric) berlokasi pada daerah di antara lapisan sirkular dan longitudinal dari
muskularis eksterna. Semua kelenjar lambung mempunyai dua komponen yaitu bagian foveola (kripta, pit) dan bagian sekresi
(kelenjar). Mukosa lambung secara histologi terbagi atas 3 jenis yaitu kardiak, fundus dan pilorik (antral), dengan daerah
peralihan di antaranya. Perbedaan berbagai jenis mukosa lambung tergantung pada perbandingan relatif antara bagian foveolar
dengan bagian sekresi, serta komposisinya secara mikroskopik. Kelenjar kardiak dan pilorik mempunyai kemiripan yaitu
perbandingan antara foveola terhadap kelenjar yang mensekresi mukus adalah satu berbanding satu. Yang membedakan keduanya
adalah jarak antar kelenjar di daerah kardiak berjauhan, kadang dijumpai lumen kelenjar yang berdilatasi kistik. Sedangkan
kelenjar pada daerah pilorik mempunyai pelapis epitel dengan sitoplasma sel yang bubly, bervakuola, bergranul dan glassy.
Sub-nukleus vakuolisasi sel mukus kadang-kadang dapat ditemukan, keadaan ini kadang-kadang salah diinterpretasi sebagai
metaplasia. Sedangkan sitoplasma sel pada daerah pilorik yang glassy dan berkelompok dapat salah diinterpretasi sebagai
adenokarsinoma signet ring cell. Sel bersilia yang kadang-kadang dijumpai pada daerah pilorik, dan lebih sering dijumpai pada
orang Jepang, keadaan ini kadang kala dianggap sebagai suatu metaplasia. Kelenjar fundik (oxyntic, acidopeptic) ditandai dengan
bagian foveolar hanya dari ketebalan mukosa, kelenjarnya cendrung lebih lurus dan terdiri dari sebaran sel chief, sel parietal
(penghasil asam), sel endokrin dan sel mukosa leher. Secara imunohistokimia dan in situ hybridization menunjukkan sel chief dan
sel mukosa leher menghasilkan pepsinogen I (namun pada daerah pilorik menghasilkan pepsinogen II). Musin yang dihasilkan
oleh mukosa lambung hampir semuanya adalah jenis netral dan positif dengan pewarnaan PAS, namun negatif pada pewarnaan
Alcian blue dan Mayers mucicarmine. Sedangkan sel mukosa leher yang normal dapat menghasilkan sialomusin dan sulfomusin
dalam jumlah yang sedikit. Pada pemeriksaan imunohistokimia sel epitel foveolar menampilkan MUC1 dan MUC5AC, sedangkan
kelenjar menampilkan MUC6. Bila dihubungkan dengan antigen Lewis, sel epitel foveolar menampilan rantai antigen Le(a) dan
Le (b) tipe I, sedangkan kelenjar menampilkan rantai antigen Le(x) dan Le(y) tipe II. Pada mukosa saluran pencernaan terdapat
paling sedikit 16 jenis sel endokrin parakrin, dan sebagian besar terdapat pada lambung. Pada mukosa pilorik, 50% sel endokrin
berupa sel G yang menghasilkan gastrin, 30% mengandung sel enterokromafin (EC) yang menghasilkan 5-HT (serotonin), dan
15% adalah sel D penghasil somatostatin. Pada mukosa fundus, sebagian besar sel endokrin terdiri dari sel ECL (EC-like) sebagai
tempat penyimpanan histamin; selain itu juga terdapat sejumlah kecil sel X (sekresi yang dihasilkan sel ini masih belum diketahui)
serta sel enterokromaffin (EC). Sel ECL diduga berperanan penting di dalam mekanisme sekresi asam lambung yang berfungsi
untuk mengontrol rangsangan gastrin. Aktifitas fungsional dan proliferasinya sangat dipengaruhi oleh gastrin.
(http://repository.usu.ac.id/)

5
Muhammad Azmi Hakim - 1102012170

LI 2. MM Fisiologi Pencerenaan Gaster


Dalam keadaan normal, makanan yang masuk ke dalam lambung menimbulkan rangsang taktil yang memulai terjadinya refleks
vagal yang mengakibatkan tonus otot dinding lambung berkurang secara progresif sehingga makanan dapat ditumpuk lebih
banyak lagi di dalam lambung sampai mencapai limit kira-kira 1,5 liter. Makin banyak jumlah makanan di dalam lambung,
makin hebat pula derajat distensi yang dialami oleh dinding lambung, sehingga menimbulkan refleks mienterik lokal dan refleks
vagal yang lebih kuat. Akibatnya aktivitas pompa pilorus meningkat dan aktivitas sfingter pilorus dihambat, sehingga sfingter
pylorus berelaksasi, artinya sfingter membuka lebih besar dan kimus yang berada dalam pilorus dengan mudah masuk ke dalam
duodenum. Jadi, semakin banyak isi gaster semakin cepat pula pengosongannya (Herman, 2004). Pengosongan lambung
tergantung pada jenis makanan. Biasanya berlangsung sekitar 1-4 jam. Makanan yang mengandung protein, lemak, makanan
yang kental (hipertonis), banyaknya udara dan usus halus yang penuh memerlukan waktu yang lebih lama untuk dicerna dalam
lambung. Lemak tetap berada di dalam lambung selama 3-6 jam. Cairan lambung yang asam memicu terjadinya pencernaan
protein dan lemak (Suratun & Lusianah, 2010).

Sekresi Getah Lambung (Gastric Juice)


Menurut Suratun dan Lusianah (2010), getah lambung (gastric juice) disekresikan oleh tiga tipe kelenjar yang terdapat didalam
mukosa lambung, yaitu kelenjar kardia, kelenjar fundus dan kelenjar gastrik. Kelenjar kardia berfungsi mensekresi mukus.
Kelenjar fundus memiliki sel utama yaitu sel zimogenik (sel chief) mensekresi pepsinogen menjadi pepsin, sel parietal
mensekresi HCl dan faktor intrinsik (berfungsi dalam absorpsi vitamin B12 di usus halus) dan mensekresi mukus. Kelenjar
gastrik, terdapat sel G yang terdapat di daerah pilorus. Sel G memproduksi HCl, pepsinogen dan substansi lain yang disekresi
adalah enzim, elektrolit (ion Na, kalium dan klorida). Getah lambung tiap hari disekresi 1000-1500 ml oleh kelenjar lambung
daerah kardia, fundus dan pilorus. pH 1,5-3,5 isotonis dengan cairan plasma. Kandungan getah lambung terdiri dari elektrolit,
pepsin, lipase dan amilase gastrik, renin, faktor intrinsik, HCl dan histamin. Lambung terlindungi dari proses autodigenti oleh
enzim proteolitik dan HCl lambung karena adanya lapisan mukus alkalin yang tebal yang menutupi dinding lambung sehingga
pH lambung meningkat. Sel epitel mukosa lambung yang bergabung disebut dengan tight junction dan impermeabel terhadap
HCl, sehingga kerusakan sel epitel cepat diperbaiki dan diganti. Pengendalian sekresi gastrik juice diatur oleh mekanisme saraf
dan humoral. Komponen saraf adalah refleks otonom lokal dan impuls susunan saraf pusat melalui saraf vagus. Komponen
humoral adalah hormon gastrin, CCK (kolesistokinin), komponen lain yang ikut mempengaruhi adalah histamin (H2), asetilkolin,
alkohol, cuka, kafein dan asam amino (Suratun & Lusianah, 2010). Menurut Price dan Wilson (2006), pengaturan sekresi
lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan intestinal. Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk
lambung, yaitu akibat melihat, mencium, memikirkan atau mengecap makanan. Fase sefalik ini menghasilkan sekitar 10 % dari
sekresi lambung normal yang berhubungan dengan makanan. Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus.
Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran darah menuju kelenjar lambung, untuk merangsang sekresi. Fase
sekresi gastrik menghasilkan lebih dari dua pertiga sekresi lambung total setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari
total sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2.000 ml. Dan fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke
duodenum. Pada periode interdigestif (antar dua waktu pencernaan) sewaktu tidak ada pencernaan dalam usus, sekresi asam
klorida terus berlangsung dalam kecepatan lambat yaitu 1 sampai 5 mEq/jam. Proses ini disebut pengeluaran asam basal (basic
acid output, BAO) dan dapat diukur dengan pemeriksaan sekresi cairan lambung selama puasa 12 jam. Sekresi lambung normal
selama periode ini terutama terdiri dari mukus dan hanya sedikit pepsin dan asam. Tetapi rangsangan emosional kuat dapat
meningkatkan BAO melalui saraf parasimpatis (vagus) dan diduga merupakan salah satu penyebab ulkus peptikum (Price &
Wilson, 2006).
(http://repository.usu.ac.id/)

LI 3. MM Sindrom Dispepsia
LO 3.1. Definisi
Dispepsia adalah perasaan tidak nyaman atau nyeri pada abdomen bagian atas atau dada bagian bawah. Salah cerna (indigestion)
mungkin digunakan oleh pasien untuk menggambarkan dispepsia, gejala regurgitasi atau flatus (Grace & Borley, 2006). Menurut
Tarigan (2003), dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap
atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang, kembung, sendawa, anoreksia, mual,
muntah, heartburn, regurgitasi.

6
Muhammad Azmi Hakim - 1102012170

LO 3.2. Etiologi

LO 3.3. Klasifikasi
Berdasarkan ada tidaknya penyebab dan kelompok gejala maka dispepsia dibagi atas dispepsia organik dan dispepsia fungsional.
Dispepsia organik adalah apabila penyebab dispepsia sudah jelas, misalnya ada ulkus peptikum, karsinoma lambung,
kholelithiasis, yang bisa ditemukan secara mudah. Dispepsia fungsional adalah apabila penyebab dispepsia tidak diketahui atau
tidak didapati kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional, atau tidak ditemukannya adanya kerusakan organik dan
penyakit-penyakit sistemik (Tarigan, 2003). Menurut Calcaneus (2010), klasifikasi klinis praktis didasarkan atas keluhan/gejala
yang dominan. Dengan demikian, dispepsia dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu dispepsia dengan keluhan seperti
ulkus (ulcus-like dyspepsia) dengan gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati, dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas
(dysmotility-like dyspepsia) dengan gejala yang dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang, dan dispepsia nonspesifik yaitu
dispepsia yang tidak bisa digolongkan dalam satu kategori diatas.

Anda mungkin juga menyukai