Anda di halaman 1dari 17

PENGENALAN PENYEBAB DAN GEJALA PENYAKIT

TUMBUHAN

Oleh :
Nama : Eliya Agustin
NIM : B1J014021
Kelompok :2
Rombongan : II
Asisten : Eko Adiguna

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan dapat melaksanakan


fungsi-fungsi fisiologisnya. Fungsi itu harus sesuai dengan potensi genetik terbaik
yang dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup pembelahan, diferensiasi dan
perkembangan sel yang normal, penyerapan air dan mineral dari tanah dan
mentranslokasikannya, fotosintesis dan translokasi hasil-hasil fotosintesis ke tempat-
tempat penggunaan dan penyimpanannya, metabolisme senyawa-senyawa yang
disintesis, reproduksi dan penyimpanan persediaan makanan untuk reproduksi
(Yudiarti, 2007).
Pertumbuhan dan hasil tumbuhan bergantung pada ketersediaan hara dan air di
dalam tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada pemeliharaan dalam
kisaran faktor-faktor lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya.
Sesuatu yang mempengaruhi kesehatan tumbuhan berkemungkinan besar juga akan
mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya, dan akan dapat menurunkan
kegunaannya bagi manusia. Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan,
gulma dan serangga hama adalah penyebab yang sangat umum dalam menurunkan
pertumbuhan dan produksi tumbuhan (Agrios, 1995).
Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan
tertentu dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi
penyimpangan dari keadaan normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Penyebab utama
penyakit baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan
fisik (fisiopath). Adapun mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat
bervariasi yang tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga
bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia
penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi
biokimia alami, yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi reaksinya dengan cepat
menyebar dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya
menjelma menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit (Martoredjo, 1984).

B. Tujuan

Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk mengetahui berbagai penyebab
dan gejala penyakit pada tanaman.
II. TELAAH PUSTAKA

Penyakit tumbuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Berdasarkan


gejalanya penyakit tumbuhan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu nekrosis, hipoplasia
dan hiperplasia. Nekrosis didefinisikan sebagai rusak atau matinya sel-sel yang ada
di tubuh sebelum waktunya, biasanya terjadi ketika tanaman kurang mendapat
asupan suatu unsur, yang kemudian akan menimbulkan gejala penyakit nekrosis pada
tanaman. Hipoplasia adalah gejala yang timbul karena adanya hambatan atau
kegagalan dari tanaman atau organ untuk berkembang secara penuh. Gejala umum
dari hipoplasia yaitu ukuran di bawah normal dan warna yang pucat, misalnya kerdil,
roset, mosaik, albinasi. Hiperplasia adalah gejala yang timbul karena hasil
pertumbuhan yang luar biasa, ukuran atau perkembangan dini yang abnormal dari
organ tumbuhan misalnya keriting, membengkoknya tajuk atau menggulungnya daun
karena pertumbuhan yang berlangsung pada satu sisi, puru, kudis. Berdasarkan
bagian tanaman yang terserang ada seed rot (busuk biji), kernel smut (jamur api pada
bulir), foot root (busuk kaki), root rot (busuk akar), tuber root (busuk batang), dan
blossom blight (hawar bunga). Penyakit berdasarkan macam tanaman yang diserang
yaitu sereal disease (penyakit serealia), dan penyakit jagung, sedangkan berdasarkan
kerusakan yang ditimbulkan, ada beberapa penyakit yang menyebabkan kerusakan
tidak berarti tetapi jenis lainnya dapat menyebabkan kerusakan parah bahkan
mematikan tanaman (Sastrahidayat, 1987).
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit
dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular
atau infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi
parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non
infeksius. Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit
fisiologis atau fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut
antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang
baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia (Semangun, 1994).
Jamur termasuk Thallophyta, tetapi tidak mempunyai klorofil, sehingga untuk
hidup memerlukan sumber bahan organik. Dinding selnya kebanyakan mengandung
zat kitin, yang terdiri dari molekul N-acetyglicosamina. Jamur dapat merupakan
penyebab sekunder. Suatu jamur tampak pada bagian luar inang dan membentuk
gundukan spora (Semangun, 1994). Fungi tingkat tinggi memiliki empat divisi
penting yaitu Zigomycota, Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota. Jamur-
jamur yang termasuk dalam kelas Zoomycetes berkembang biak secara sexual
dengan perantaraan zoospora yang mempunyai dua flagellum. Jamur kelas ini
merupakan anggota yang paling tinggi tingkatannya sebagai parasit obligat bagi
tanaman inangnya. Infeksi dari satu tanaman ke tanaman lain banyak dilakukan
dengan spora yang diperantarai angin. Pytophtora infestan merupakan spesies yang
paling merugikan bagi pertanian dan umumnya menyerang tanaman kentang
(Sastrahidayat, 1987).
Difoto

III. MATERI DAN METODE


A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, kamera dan
alat tulis.

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah enam preparat awetan
mikroorganisme patogen pada tumbuhan yaitu Puccinia graminis, Ustilago zeae,
Phytophthora infestans, Plasmodiophora brassicae, Fusarium sp., Pyricularia sp.,
daun kangkung (Ipomea aquatica), daun tomat (Solanum lycopersicum), daun jagung
(Zea mays), buah cabai (Capsicum annum), labu siam (Sechium edule), dan buah
tomat (Solanum lycopersicum).

B. Cara Kerja
1. Penyebab penyakit

Preparat Awetan

Diamati di mikroskop

Digambar

Difoto

2. Gejala penyakit
Sampel tanaman sakit

Diamati

Dibandingkan dengan
buku identifikasi

Digambar
B. Pembahasan

Menurut Purnomo (2006), organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit


tanaman disebut patogen tanaman. Patogen yang dapat menyerang tanaman yaitu
diantaranya ada jamur, bakteri, nematoda, virus, viroid, riketsia, fitoplasma, algae,
protozoa, dan tumbuhan tingkat tinggi parasit. Penjelasan masing-masing patogen
tanaman yaitu sebagai berikut:
1. Jamur
Jamur adalah organisme yang sel-sel nya berinti sejati (eukaryotic), biasanya
berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dan dinding selnya
mengandung kitin, selulosa, atau keduanya. Jamur merupakan organisme heterotrof,
absortif, dan membentuk spora. Perkembangbiakannya melalui aseksual dengan
fragmentasi dan seksual melalui isogami. Lebih dari delapan ribu jenisnya
menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Contoh Phytophthora infestans yaitu
penyakit hawar pada kentang. Contoh spesies dari genus Phytophtora lain adalah P.
capsici. P. capsici adalah virulen, patogen hemibiotrophic tanaman sayuran. P.
capsici ini hampir sama dengan P. infestans yaitu memiliki epidomologi peledak
yang besar dan dapat merusak inang dengan spora seksualnya (Mudge et al., 2012).
2. Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal. Terdapat kurang lebih
200 jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tanaman. Contoh Pseudomonas
solanacearum yaitu layu pada pisang, ubi kayu, lacang tanah, cabai, kentang,
tembakau, dan tomat.
3. Virus
Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu atau dua
bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks. Asam nukleat
dan protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan mekanisme
sintesis dari sel-sel inang untuk menghasilkan substansi viral (asam nukleat dan
protein).
4. Mikoplasma dan MLO (Mycoplasma Like Organism).
Mikoplasma juga merupakan mikroorganisme prokariotik seperti bakteri yang
organel-organelnya tidak bermembran. Informasi genetiknya berupa rantai DNA
yang berbentuk cincin dan terdapat bebas dalam sitoplasma. Mikoplasma tidak
mempunyai dinding sel dan hanya diikat oleh unit membran berupa triple-layered,
mempunyai sitoplasma, ribosom, dan substansi inti yang tersebar dalam sitoplasma.
Mikoplasma dapat berbentuk ovoid sampai filamen (benang) dan kadang-kadang
berbentuk menyerupai hifa bercabang-cabang dan biasanya dijumpai di dalam
jaringan di luar sel-sel inang. Mycoplasma like organism (MLO) tanaman biasanya
terdapat dalam cairan floem. Berbeda dengan mikoplasma, MLO dapat tumbuh pada
sitoplasma sel-sel parenkim floem. MLO sering dijumpai membentuk koloni.
5. Tumbuhan tingkat tinggi parasitik
Lebih dari 2500 jenis tumbuhan tingkat tinggi dikenal hidup secara parasitik pada
tanaman lain. Tumbuhan parasitik biasanya mampu menghasilkan biji dan bunga
yang mirip dengan biji dan bunga yang dihasilkan tanaman inangnya.
6. Nematoda
Aktivitas nematoda dalam tubuh tanaman berpengaruh secara kontinyu terhadap
fisiologi inang. Oleh karena itu, nematoda merupakan satu-satunya kelompok hewan
yang dikategorikan ke dalam patogen. Nematoda berbentuk cacing tetapi dalam
taksonomi bukan merupakan cacing (vermes).
7. Rickettsia.

Ricketsia atau Ricketsia like bacterium (RLB) merupakan mikroba yang tidak berinti
sejati (prokariot, bersifat obligat parasit (tidak dapat ditumbuhkan pada media
buatan), memiliki dinding sel dan tidak berflagellum, perkembangannya dengan
membelah diri, merupakan gram negatif, gejala yang ditimbulkan pada umumnya
hipoplasia.
8. Ganggang parasitis
Sering menyerang pada tumbuhan yang berdaun tebal seperti daun teh biasanya
ganggang yang berperan dalam kasus ini adalah ganggang hijau suku
Trentepohliaceae. Ganggang mempunyai klorofil sehingga pembiakan dapat secara
autotrof jika ada sinar.
Patogen mungkin menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan cara sebagai
berikut:
a. Melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus dari
sel-sel inang untuk kebutuhannya.
b. Menghasilkan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan toksin, enzim,
atau zat pengatur tumbuh yang disekresinya.
c. Menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air melalui jaringan
pengangkut.

d. Mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak (Yunasfi, 2002).


Salah satu patogen penyebab penyakit tumbuhan adalah disebabkan oleh jamur.
Jamur dapat ditemukan dimanapun. Jamur adalah organisme kecil, umumnya
mikroskopis, eukariotik, berupa filamen atau benang, bercabang, menghasilkan
spora, tidak memiliki klorofil, dan memilliki dinding sel yang mengandung kitin.
Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri apabila memiliki inang,
jamur tersebut disebut sebagai parasit obligat. Jamur yang membutuhkan inang untuk
sebagian daur hidupnya tetapi tetap mampu menyelesaikan daur hidupnya pada
bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup, disebut parasit non-obligat
(Agrios, 1995).
Acara praktikum fitopatologi kali ini mengenai pengenalan penyebab penyakit
pada tumbuhan. Preparat awetan yang digunakan ada 6 diantaranya Puccinia
graminis, Ustilago zeae, Phytophthora infestans, Plasmodiophora brassicae,
Fusarium sp., dan Pyricularia sp.
1. Puccinia graminis
Urediospora Puccinia graministritici penyebab penyakit karat pada gandum,
pernah ditangkap pada tinggi 1200 m di atas suatu ladang gandum. Spora-spora
jamur dalam keadaan yang sesuai akan terangkut jarak jauh (Semangun, 1994).
Gejala Penyakit akibat Uredinia P. graminis muncul terutama pada batang dan daun,
tetapi dapat pula ditemukan pada ujung daun dan sekam. Gejala makroskopis
pertama biasanya adanya bintik nekrotik kecil yang muncul beberapa hari setelah
infeksi. Sekitar 8-10 hari setelah infeksi, bulatan kecil seperti jerawat dengan ukuran
beberapa millimeter muncul akibat pecahnya epidermis sel tanaman inang akibat
berkembangnya jumlah urediniospore merah dengan bentuk memanjang dan dapat
membesar hingga 10 mm. Bagian tepung dari urediniospore muncul seperti karat
pada permukaan besi. Gejala setelah itu, infeksi akan berlanjut memproduksi brick-
red urediniospore dan menghasilkan bagian teliospore hitam yang menyerang batang
tanaman. Penyakit karat ini dapat menyerang tanaman pada suhu rendah di bawah
24oC setelah inokulasi tergantung sifat resistensi tanaman inang (Kurt & Les, 2005).
2. Ustilago zeae
Ustilago zeae menyebabkan penyakit gosong yang menyerang tanaman jagung
terutama pada tongkolnya. Tongkol yang diserang kelihatannya membengkak ada
yang kecil dan ada yang besar, mula-mula jamur ini berwarna keputihan sebab masih
tertutup membran. Jamur kemudian berubah menjadi lebih tua, ungu muda dan
menyerang tongkol, daun, kuncup-kuncup buku pada batang, pada rangkaian bunga,
dan bagian-bagian yang lain. Pembengkakan telah masuk membran yang menutup
menjadi kering dan pecah kemudian akan keluar spora berbentuk tepung kering yang
hitam. Jamur ini biasanya menginfeksi pada tanaman jagung yang telah setinggi 30
cm-1,5 m dan tongkolnya baru keluar rumbai-rumbai (Pracaya, 1995).
3. Phytopthora infestans
Busuk daun kentang (late blight), sering juga disebut sebagai hawar daun
adalah penyakit yang terpenting pada tanaman kentang. Sejak tahun 1935 penyakit
daun kentang mulai berjangkit di Jawa. Diduga bahwa jamur penyebab penyakit
terbawa oleh umbi umbi benih (bibit) yang diimpor dari Nederland (Thung, 1947).
Menurut Goss et al. (2014) P. infestans merupakan agen penyebab busuk daun pada
tanaman kentang. Patogen tanaman ini yang memberikan dampak paling besar untuk
manusia sampai saat ini. Patogen tersebut adalah yang dikenal keterlibatannya dalam
meyebabkan kelaparan kentang di Irlandia setelah pengenalan galur HERB-1 ke
Irlandia dari Amerika di abad ke-19.
Penyebab penyakit daun kentang disebabkan oleh jamur P. infestans. Miselium
interseluler, tidak bersekat, mempunyai banyak haustorium. Konidiofor keluar dari
mulut kulit, berkumpul dengan percabangan simpodial. Faktorfaktor yang
mempengaruhi yaitu kelembaban dan suhu. Penyakit dapat dikendalikan dengan
melakukan beberapa usaha secara terpadu, misalnya hanya menanam umbi-umbi
benih (bibit) yang sehat, dan penyemprotan dengan fungisida (Hutagalung, 1983).
Patogen ini dicirikan dengan morfologi sporangium yang berbentuk bulat dengan
papila pada ujungnya serta hifa yang tidak bersekat. Pada medium PDA koloni jamur
berwarna putih dengan miselium yang lembut menyerupai kapas (Susiana & Rini,
2009).
4. Plasmodiophora brassicae.
P. brassicae menyebabkan penyakit akar pekuk. Penyakit akar pekuk dapat
menjangkiti bermacam macam tumbuhan dari famili kubis kubisan, baik tanaman
pertanian maupun tumbuhan liar. Kerugian yang ditimbulkannya dapat sangat besar,
karena pertanaman dapat sama sekali tidak memberikan hasil yang dapat dijual.
Penyakit hanya terbatas pada tumbuhan yang termasuk famili kubis kubisan.
Gejala penyakit dari P. brassicae, akar- akar yang terinfeksi jamur penyebab
penyakit ini akan mengadakan reaksi dengan pembelahan dan pembesaran sel, yang
menyebabkan terjadinya bintil atau kelenjar yang tidak teratur, kemudian bintilbintil
ini bersatu, sehingga menjadi bengkakan memanjang yang mirip dengan batang
(Suhardi, 1980).
Rusaknya susunan jaringan akar menyebabkan rusaknya jaringan
pengangkutan, sehingga pengangkutan air dan hara tanah terganggu. Tanaman
tampak merana, warna daun menjadi hijau kelabu, dan lebih cepat menjadi layu
daripada daun biasa. Faktorfaktor yang mempengaruhi penyakit ini yaitu udara,
tanah yang lembab atau basah, kadar bahan organik yang tinggi, dan pH yang lebih
rendah daripada 7. Pengendalian yang dapat dilakukan pembibitan dibuat pada lokasi
bebas patogen, meningkatkan pH tanah dengan pengapuran, mengobati tanah dengan
fungisida (Suhardi, 1980).
5. Fusarium sp.
Penyakit layu pada tanaman sayur-sayuran disebabkan oleh Fusarium sp.
Fusarium sp. selain menyebabkan penyakit layu pada tanaman sayuran, juga
menyebabkan penyakit rebah kecambah. Fusarium sp. meskipun dikenal dengan
patogen tular tanah tetapi infeksinya tidak hanya di perakaran, tapi juga dapat
menyerang organ lain seperti batang, daun, bunga, dan buah, misalnya melalui luka.
Penularan penyakitnya selain dari spora yang ada di dalam tanah, juga dapat melalui
spora yang dibawa lewat angin dan air (Mukarlina et al., 2010).
Gejala layu fusarium dimulai dengan menguningnya dan kelayuan daun yang
lebih tua, yang menjalar ke daun muda sampai kematian seluruh bagian tanaman.
Tanaman dengan infeksi lanjutan menunjukkan perubahan warna rimpang dan
nekrosis pembuluh xilem di batang semu tersebut. Fox adalah patogen tular tanah
yang menghasilkan chlamydospores, yang memungkinkan jamur untuk
bertahan dalam tanah tanpa adanya inang (Dita et al., 2010).
Gejala pertama yang ditimbulkan penyakit ini adalah menjadi pucatnya tulang
tulang daun, terutama daundaun sebelah atas, kemudian diikuti dengan
merunduknya tangkai dan akhirnya tanaman menjadi layu secara keseluruhan.
Kelayuan kadangkadang didahului dengan menguningnya daun, terutama daun
sebelah bawah. Tanaman menjadi kerdil dan merana tumbuhnya. Jika tanaman yang
sakit itu dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan kuku atau pisau akan
terlihat suatu cincin coklat dari berkas pembuluh (Djajati, 1985)
Penyakit ini dapat menyebabkan kematian tanaman secara mendadak jika
penyakit ini menyerang tanaman yang masih sangat muda karena pada pangkal
batang terjadi kerusakan atau kanker yang menggelang, sedangkan tanaman dewasa
yang terinfeksi sering dapat bertahan terus dan membentuk buah, tetapi hasilnya
sangat sedikit dan buahnya pun kecil- kecil (Djauhari, 1987). Penyebab penyakit layu
fusarium disebabkan oleh jamur F. oxysporium dan dapat tumbuh dengan baik pada
bermacam-macam medium agar yang mengandung ekstrak sayuran. Faktorfaktor
yang mempengaruhi penyakit ini yaitu suhu dan kelembaban. Penyakit berkembang
pada suhu tanah 2131oC. Suhu optimumnya adalah 28 C. Kelembaban juga dapat
menumbuhkan penyakit tersebut (Djajati, 1985).
Selain menimbulkan penyakit, jenis Fusarium non-patogen dapat dijadikan
mikroorganisme antagonis yang merupakan alternatif pengendalian penyakit terpadu
dan berkelanjutan. Fusarium non-patogen merupakan agens hayati yang potensial
untuk mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat dan semangka,
serta layu verticillium pada tanaman terung. Pemanfaatan Fusarium non-patogen
juga bisa untuk mengendalikan penyakit rebah kecambah pada tanaman terung
(Muslim, 2015).
6. Pyricularia sp.
Penyakit blast yang disebabkan oleh jamur patogen Pyricularia sp. (sinonim
dengan P. oryzae) adalah salah satu penyakit penting pada padi gogo dan padi sawah
(Utami et al., 2006). Gejalanya yaitu menyerang daun, buku pada malai dan ujung
tangkai malai. Serangan menyebabkan daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang
di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan
butiran padi menjadi hampa (Prihatman, 2000).
Jamur Pyricularia sp. mempunyai banyak ras, dan dapat berubah dan terbentuk
ras baru dengan cepat apabila tanaman atau sifat ketahanan tanaman berubah. Satu
siklus penyakit blast pada kondisi lingkungan yang mendukung yaitu dimulai ketika
spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan
berakhir ketika jamur bersporulasi dan menyebarkan spora baru melalui udara, dan
terjadi dalam sekitar satu minggu. Satu bercak yang ada selanjutnya dapat
menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus
menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Bercak secara cepat akan menjadi
lebih besar selama delapan hari (Prihatman, 2000).
Temperatur 24C-28C adalah kondisi optimum untuk perkembangan blast.
Fase penetrasi spora jamur ini hanya membutuhkan waktu yang singkat yaitu 6-
8 jam, menginfeksi melalui stomata, dan periode laten untuk memproduksi kembali
spora juga tergolong singkat sekitar 4 hari (Hashioka, 1985 dalam Tandiabang et al.,
2007). Faktor lain yang mendukung perkembangan blast adalah keadaan kelembaban
sekitar 90%, spora dapat diproduksi optimal dari setiap bercak, satu bercak mampu
menghasilkan 20006000 spora per hari, keadaan tersebut dapat berlangsung selama
1014 hari (Tandiabang & Syahrir, 2007).
Umumnya tumbuhan sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom)
adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya
penyakit. Seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya satu
gejala, tetapi juga menimbulkan sindroma. Selain itu beberapa penyakit berbeda
menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja sulit
untuk mendiagnosis dengan pasti. Oleh Karena itu, selain memperhatikan gejala kita
harus memeperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah semua pengenal dari
penyakit selain raksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit,
miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya (Triharso, 1996).
Kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya
gangguan penyebab penyakit, dan gejala dapat dilihat dengan mata telanjang.
Berdasarkan sifatnya, ada 2 tipe gejala yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala
lokal adalah gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas.
Biasanya dalam bentuk bercak atau kanker, gejalanya terbatas pada bagian-bagian
tertentu dari tanaman (pada daun, buah, akar. Gejala sistemik adalah kondisi
serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya
adalah serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu, gejalanya terdapat di
seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil). Sedangkan berdasarkan bentuknya, gejala
enyakit tumbuhan dibagi menjadi gejala morfologi dan gejala histologi. Gejala
morfologi adalah gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau,
rasa, dan raba, dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari
tumbuhan. Gejala histologi adalah gejala yang hanya gejala yang hanya dapat
diketahui lewat pemeriksaan pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit
jaringan yang sakit (Martoredjo, 1984).
Menurut Martoredjo (1984), gejala histologi dapat dibedakan menjadi 3 tipe
gejala, yaitu:
1. Gejala nekrosis
Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan
kematian sel. Gejala Nekrotik dibagi kedalam beberapa gejala seperti:
a. Nekrosis atau matinya bagian tanaman Sekumpulan sel yang terbatas dalam
jaringan tertentu mati dan pada alat tanaman terlihat adanya becak-becak atau
bintik-bintik hitam.
b. Hidrosis Disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel masuk kedalam ruang
sela-sela sel, bagian ini akan tampak kebasah-basahan.
c. Klorosis Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang
lazimnya berwarna hijau.
d. Layu, ini adalah gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan dalam
berkas pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar yang
menyebabkan tidak seimbangknya penguapan dengan pengangkutan air.
e. Gejala gosong atau scorch yang sering disebut terbakar adalah mati dan
mengeringnya bagian tanaman tertentu hampir sama dengan gejala nekrosis.
Gejala gosong biasanya terjadi karena penyebab abiotik.
f. Mati ujung biasanya terjadi pada ranting atau cabang yang dimulai dari ujungnya
baru meluas kepangkal.
g. Busuk disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan. Sebenarnya
gejala busuk sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya perkataan busuk dipakai
untuk bagian-bagian yang tebal seperti buah, batang, akar. Busuk terbagi menjadi
dua yaitu busuk basah dan busuk kering. Busuk basah biasanya disertai bau yang
tidak enak atau cairan-cairan yang kental biasanya terjadi pada
bagian tanaman yang berdaging, sedangkan busuk kering jarang berbau.
h. Rebah semai jamur yang biasanya menyerang adalah jenis Rhizoctonia,
Sclerotium, Fusarium, Phytium, Phytophthora dan menyebkan batang membusuk
atau tanaman rebah.
i. Kanker gejala ini lazimnya terjadi pada bagian-bagian yang berkayu pada batang,
ranting ataupun akar.
j. Perdarahan atau eksudasi gejala ini biasanya ditunjukkan dengan adanya cairan-
cairan yang keluar bagian tanaman.
2. Gejala Hipolastik
Gejala Hipoblastik adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya
pertumbuhan sel, gejala ini terbagi menjadi berikut:
a. Kerdil atau tumbuh terhambat terhambatnya pertumbuhan bagian-
bagian tanaman sehingga ukurannya lebih kecil daripada biasanya.
b. Klorosis Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang
lazimnya berwarna hijau.
c. Etiolasi Gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh
memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit.
d. Pemusaran (resetting)
3. Gejala Hiperplastik
Gejala hiperplastik ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari
biasanya (overdevelopment). Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut:
a. Menggulung atau mengeriting gejala gulung daun (leaf roll) atau gejala
mengeriting (curling) disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari
bagian-bagian daun.
b. Rontok peristiwa ini dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi sebelum
waktunya (premature) dan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya.
Rontoknya bagian tanaman disebabkan terjadinya lapisan pemisah yang terdiri
atas sel-sel yang membulat seperti tepung dan lepas-lepas.
c. Perubahan warna yang dimaksud disini adalah perubahan warna yang bukan
klorosis misalnya daun yang sakit berubah warna menjadi keungu-unguan karena
membentuk antosianin.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Kesimpulan dari acara praktikum pengenalan penyebab penyakit tumbuhan


adalah Puccinia graminis menyebabkan karat daun pada tumbuhan serealia, Ustilago
zeae menyebabkan penyakit gosong pada jagung, Phytophthora infestans
menyebabkan penyakit hawar daun pada kentang, Plasmodiophora brassicae
menyebabkan penyakit akar pekuk pada kubis-kubisan, Fusarium sp. menyebabkan
layu pada tanaman sayur-sayuran, dan Pyricularia sp. menyebabkan penyakit bercak
daun pada padi. Gejala yang telah dikenali dari hasil pengamatan praktikum antara
lain gejala yang ditimbulkan patogen Alternaria solani penyebab bercak cokelat pada
daun tomat, Cercospora capsici penyebab bercak daun pada cabai, Phytopthora sp.
penyebab busuk buah cabai, dan lain-lain.
B. Saran
Praktikum sebaiknya dilakukan dalam laboratorium yang lebih besar, agar
pergerakan praktikan lebih mudah, dan acara praktikum dapat berjalan dengan lebih
lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, C. N. 1995. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Dita, M. A., C. Waalwijk., I. W. Buddenhagen., M. T. Souza Jr., and G. H. J. Kema.


2010. A Molecular Diagnostic For Tropical Race 4 Of The Banana Fusarium
Wilt Pathogen. Plant Pathology, 59: 348357.

Djajati. 1985. Pengaruh Fungisida Delsene terhadap Pertumbuhan dan Morfologi


Jamur Fusarium oxysporum. Jakarta: Cibubur.

Djauhari, S. 1987. Upaya Pengendalian Penyakit Layu Fusarium sp. pada Tomat
dengan Pemulsaan menggunakan Plastik sebelum Tanam. Surabaya:
Penebar Cipta.

Goss E. M., Javier F. T., David E. L. C., Silvia R., William E. F., Gregory A.
F.,Valerie J. F., Martha C., & Niklaus J. G. 2014. The Irish Potato Famine
Pathogen Phytophthora Infestans Originated In Central Mexico Rather Than
the Andes. PNAS, 111(24): 87918796.

Hutagalung, L. 1983. Beberapa Cara Deteksi Bakteri Layu pada Umbi Bibit
Kentang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kurt J. L. and Les J. S. 2005. Pathogen Prole: Stem Rust of Small Grains and
Grasses Caused by Puccinia graminis. Molecular Plant Pathology, 6 (2): 99
111.
Martoredjo, T. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari Perlindungan
Tanaman. Yogyakarta: Andi Offset.

Mudge J., K. H. Lamour, D. Gobena, O. P. Hurtado-Gonzales, J. Schmutz, A. Kuo,


N. A. Miller, B. J. Rice, S. Raffaele & L. M. Cano. 2012. Genome
Sequencing and Mapping Reveal Loss of Heterozygosity as a Mechanism
For Rapid Adaptation In The Vegetable Pathogen Phytophthora capsici.
Molecular Plant-Microbe Interactions, 25(10): 1350-1360.

Mukarlina., S. Khotimah., & R. Rianti. 2010. Uji Antagonis Trichoderma harzianum


terhadap Fusarium spp. Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Cabai
(Capsicum annum) secara In Vitro. Jurnal Fitomedika, 7 (2): 80 85.

Muslim, A. 2015. Fusarium Non-patogen sebagai Agens Hayati Penyakit Rebah


Kecambah pada Tanaman Terung. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 11(1): 23
28.

Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.


Prihatman, K. 2000. Padi (Oryza Sativa). Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan, Proyek PEMD, BAPPENAS.

Purnomo, B. 2006. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Penggolongan Penyakit


dan Patogen Tumbuhan.

Sastrahidayat, I. R. 1987. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Surabaya: Usaha Nasional.

Semangun, H. 1994. Pengantar Ilmu Panyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Suhardi. 1980, Penyebaran Penyakit pada Tanaman Cruciferea Di Jawa Barat.


Hortikultura. 11: 308 315.

Susiana, P. & Rini, B. H. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora


infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang
Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. Laboratorium
Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Undip. BIOMA, 11(1): 24-32.

Tandiabang, J. & Syahrir Pakki. 2007. Penyakit Blas (Pyricularia grisea) dan
Strategi Pengendaliannya pada Tanaman Padi. Prosiding Seminar Ilmiah
dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel.

Thung, T, H. 1947. Over de Verspreiding Van Plantenziekten. USA: Landbouw 19.

Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
Utami, D.W, Hajrial A, Sugiono M, Ida H, Reflinur. 2006. Pewarisan Ketahanan
Penyakit Blas (Pyricularia grisea Sacc.) pada Persilangan Padi IR64 dengan
Oryza rufipogon Griff. Hayati, 13 (3): 107-112.

Yudiarti, T. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Yunasfi. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Dan
Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Sumatera Utara: Fakultas Pertanian
Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas.

Anda mungkin juga menyukai