PENDAHULUAN
A. Definisi
B. Epidemiologi
C. Etiologi
1. Virus
Virus menyerang sel untuk bereplikasi. Biasanya, virus dapat mencapai paru-
paru ketika terdapat droplet yang dihirup melalui mulut dan hidung. Setelah di dalam
paru-paru, virus menyerang sel-sel yang melapisi saluran udara dan alveoli. Invasi ini
sering menyebabkan kematian sel, baik ketika virus langsung membunuh sel atau
melalui mekanisme apoptosis sel dikendalikan. Ketika sistem kekebalan tubuh
merespon infeksi virus, kerusakan paru-paru bahkan lebih terjadi. Sel darah putih,
terutama limfosit, mengaktifkan sitokin kimia tertentu yang memungkinkan cairan
merembes ke dalam alveoli. Kombinasi dari kerusakan sel dan alveoli berisi cairan
mengganggu transportasi oksigen ke dalam aliran darah.
2
Viral pneumonia umumnya disebabkan oleh karena virus influenza, virus RSV,
adenovirus, dan metapneumovirus. Herpes simplex virus merupakan penyebab
pneumonia langka kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan sistem kekebalan yang
lemah juga berisiko menderita pneumonia yang disebabkan oleh sitomegalovirus
(CMV).3
2. Bakteri
Bakteri biasanya masuk ke dalam paru-paru ketika droplet terhirup, tetapi juga
dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah bila ada infeksi di bagian lain dari
tubuh. Banyak bakteri hidup di bagian saluran pernapasan atas, seperti hidung, mulut
dan sinus serta dapat dengan mudah terhirup ke dalam alveoli. Setelah masuk, bakteri
menyerang ruang antara sel dan antara alveoli melalui pori-pori. Invasi ini memicu
sistem kekebalan tubuh untuk mengirim neutrofil, sejenis sel darah putih ke dalam
paru-paru untuk membunuh organisme patogen, selain itu sitokin juga dilepaskandan
menyebabkan aktivasi sistem kekebalan tubuh, hal ini menyebabkan demam dan
menggigil. Neutrofil, bakteri dan cairan dari pembuluh darah mengisi alveoli dan
mengganggu transportasi oksigen menuju organ-organ lain.
3
kelompok umur, kecuali bayi baru lahir. Pneumokokus membunuh sekitar satu juta
anak setiap tahunnya, terutama di negara-negara berkembang. Penyebab lain bakteri
gram positif adalah Staphylococcus aureus, sedangkan Streptococcus agalactiae
menjadi penyebab paling sering pneumonia pada bayi baru lahir. Bakteri gram negatif
lebih jarang menyebabkan pneumonia dibandingkan dengan bakteri gram positif.
Beberapa bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumonia yaitu Haemophilus
influenzae, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan
Moraxella catarrhalis. Bakteri ini lebih sering hidup dalam perut atau usus. Bakteri
atipikal yang menyebabkan pneumonia, yaitu Chlamydophila pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae dan Legionella pneumophila.3
3. Jamur
Pneumonia jamur jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada individu dengan
masalah sistem kekebalan tubuh oleh karena AIDS, obat-obatan immunosuppresive
atau masalah medis lainnya. Patofisiologi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
adalah mirip dengan pneumonia bakteri. Pneumonia jamur paling sering disebabkan
oleh karena Histoplasma capsulatum, blastomyces, Cryptococcus neoformans,
Pneumocystis jiroveci, dan Coccidoide immiti. Histoplasmosis paling umum terjadi di
lembah Sungai Mississippi, sedangkan coccidioidomycosis sering terjadi di Amerika
Serikat Barat Daya.3
4. Parasit
5. Idiopatik
4
Pneumonia interstisial idiopatik (IIP) adalah penyakit paru difus. Dalam
beberapa jenis IIP, misalnya beberapa jenis pneumonia interstisial biasa, penyebabnya
memang tidak diketahui atau idiopatik. Beberapa jenis IIP menyebabkan pneumonia
interstisial deskuamatif, biasanya disebabkan oleh aktivitas merokok.3
D. Patofisiologi
1. Inokulasi langsung
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi.
Secara inhalasi, terjadi infeksi oleh karena virus, mikroorganisme atipikal,
mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 - 2,0 m melalui
udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses
infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring), kemudian
dapat terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan akhirnya terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi
paru.4
Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal saat
tidur (50 %) begitu pula pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan
pemakai obat (drug abuse). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang
tinggi, yaitu 8-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml)
dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan menyebabkan terjadinya
pneumonia. Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau
aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama
5
dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di
temukan jenis mikroorganisme yang sama.4
E. Klasifikasi
c. Pneumonia aspirasi
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
c. Pneumonia virus.
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang
tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan.
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi
dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi
ronki basah kasar pada stadium resolusi.4
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran radiologis
b. Pemeriksaan labolatorium
G. PENATALAKSANAAN
WHO dan UNICEF terintegrasi rencana aksi global untuk pneumonia dan diare
(GAPPD) bertujuan untuk mempercepat pengendalian pneumonia dengan kombinasi
intervensi untuk melindungi, mencegah, dan mengobati pneumonia pada anak-anak
dengan tindakan untuk:
Mengobati pneumonia fokus pada memastikan bahwa setiap anak yang sakit
memiliki akses ke perawatan yang tepat - baik dari pekerja kesehatan berbasis
masyarakat, atau di fasilitas kesehatan jika penyakit parah - dan bisa
mendapatkan antibiotik dan oksigen yang mereka butuhkan untuk mendapatkan
baik
Saat ini, hanya 60% dari orang tua atau wali mencari perawatan yang tepat
untuk anak-anak yang diduga pneumonia dan pengobatan antibiotik yang tepat
diberikan dalam waktu kurang dari setengah dari kasus pneumonia.
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara
umum pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut :4
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
Golongan Penisilin
TMP-SMZ
Makrolid
Pseudomonas aeruginosa
Aminoglikosid
Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Tikarsilin, Piperasilin
Karbapenem : Meropenem, Imipenem
Siprofloksasin, Levofloksasin
Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid
9
Hemophilus influenzae
TMP-SMZ
Azitromisin
Sefalosporin gen. 2 atau 3
Fluorokuinolon respirasi
Legionella
Makrolid
Fluorokuinolon
Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
Doksisikin
Makrolid
Fluorokuinolon
Usia >3 bulan: ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan
pertama
Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik pilihan adalah golongan
sepalosporin
10
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Agama : Islam
B. Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien masuk ke Rumah Sakit Pelamonia dengan keluhan batuk berlendir sejak 3 hari
yang lalu, kadang sesak. Pasien juga mengeluhkan sesak dan mengalami demam tadi
pagi
11
C. Pemeriksaan Fisik
2. Kesadaran : Sadar
3. Tanda Vital
i. Nadi : 82 x/i
5. Kepala/Leher
12
6. Thorax
i. Pulmo
ii. Cor
Perkusi
7. Abdomen
8. Ekstremitas
ii. Efloresensi : Kanan (Tidak ada kelainan), Kiri (Tidak ada kelainan)
13
Pemeriksaan Penunjang
Foto thorax ap
2. Widal Test
HCT : 39.9 %
LED : 24 mm/jam
D. Diagnosis
1. Diagnosis Sementara
ISPA
E. Follow Up
14
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter
28 Juni 2015 Batuk berlendir (+) Sesak (+) -O2 1-2 liter -> off
Demam (-) nyeri perut (-)
N : 92 x/i -Infus dextrose 5% 16 tpm
P : 34 x/i Selera makan: baik
-Ceftriaxone 2x400 iv ->
S : 36.7 oC Selera minum: baik stop
15
PCH (+) BAK : Lancar Dexamethashon 2x3 mg/ iv
Puyer 3x1
Puyer 3x1
30 Juni 2015 Demam (-) flu (-) batuk (-) -Infus Dextrose 5% 16 tpm
Berlendir (+), nyeri perut (-)
N: 118 x/m -Ceftriaxone 2x400 mg/iv
Selera makan: baik
P: 38 x/m -Kloramex 3x400 mg/ iv
Selera ninum: baik
S: 36,2 oC -Dexa -> stop
BAB: belum BAB 4 hari
Rh(+/+), Wh(+/+) -Nebul (pagi sore)
BAK: lancar
-Puyer 3x1 pulv:
salvonad 1/3
methilprednisolon 1/3
salbutamo 1 mg
CTM 1/4
01 Juli 2015 Demam (-) batuk (-) berlendir -Infus dextrose 5% -> 16
(+) sesak (-) nyeri perut (-) tpm
16
N: 86 x/m Selera makan: Baik -Cefrtriaxone 3x400/iv
F. Diferensial Diagnosis
17
Asthma -Usia dini
-Bermacam-macam gejala
-Riwayat keluarga
G. Komplikasi
H. Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan
sampai kurang dari 1%
19
Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunujukkan mortalitas yang lebih tinggi
20
BAB III
PEMBAHASAN
Sebagian besar pneumonia timbul melalui aspirasi kuman atau penyebaran langsung
kuman dari saluran respiratorik atas. Hanya sebagian kecil merupakan akibat sekunder dari
viremia/bakteremia atau penyebaran dari infeksi intra abdomen. Dalam keadaan normal
saluran respiratorik bawah mulai dari sublaring hingga unit terminal adalah steril. Paru
terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barier anatomi dan barier
mekanik, juga sistem pertahanan tubuh lokal maupun sistemik. Barier anatomi dan mekanik
diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis,
ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh lapisan
mukosilier. Sistem pertahanan tubuh yang terlibat baik sekresi lokal imunoglobulin A maupun
respon inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, alveolar makrofag
dan cell mediated immunity
Pneumonia terjadi bila satu atau lebih mekanisme diatas mengalami gangguan
sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran nafas bagian bawah. Inokulasi patogen
penyebab pada saluran nafas menimbulkan respon inflamasi akut pada penjamu yang berbeda
sesuai dengan patogen penyebabnya.6
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran radiologis
b. Pemeriksaan labolatorium
21
WHO sekarang menyarankan amoksisilin terdispersi selama 5 hari sebagai pengobatan
antibiotik pilihan untuk anak di bawah usia 5 didiagnosis dengan pneumonia. Anak-anak
dengan tanda bahaya harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk pengobatan
dengan antibiotik suntik dan oksigen.
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya,
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia
Infeksi saluran pernafasan. Orang dengan pneumonia lebih rentan terhadap pilek, flu,
dan radang paru-paru. Setiap infeksi pernapasan dapat membuat lebih sulit untuk bernapas
dan menghasilkan kerusakan lebih lanjut pada jaringan paru-paru. Sebuah vaksinasi flu
tahunan dan vaksinasi rutin terhadap pneumokokus pneumonia membantu mencegah
beberapa infeksi.
22
BAB IV
KESIMPULAN
Pneumonia disebabkan oleh invasi mikroorganisme pada parenkim paru dan disertai
respon sistem kekebalan tubuh yang menurun terhadap infeksi. Penyebab paling umum
pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab kurang umum pneumonia menular adalah
jamur dan parasit.
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru. Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko
infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan
merusak permukaan epitel saluran napas.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Richard E, et al. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta : EGC,
2000.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu
penyakit paru FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo. Surabaya Indonesia.
24