Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia


disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab non infeksi yang
kadang-kadang perlu di pertimbangkan. Penyebab non infeksi ini meliputi, tetapi
tidak terbatas pada aspirasi makanan dan atau asam lambung, benda asing,
hidrokarbon, dan bahan lipoid; reaksi hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat
atau radiasi 1

B. Epidemiologi

Pneumonia merupakan penyakit umum di seluruh dunia. Pneumonia dapat


menjadi penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak,
kebanyakan kematian yang disebabkan oleh karena pneumonia terjadi pada masa
neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian
bayi baru lahir adalah karena pneumonia. Lebih dari dua juta balita meninggal setiap
tahun di seluruh dunia. WHO memperkirakan bahwa hampir 1 juta kematian
disebabkan oleh bakteri ''Streptococcus pneumoniae'', dan lebih dari 90% kematian
terjadi di negara berkembang. Kematian oleh karena pneumonia umumnya menurun
pada usia dewasa. Individu dengan kategori usia lanjut berada pada risiko tertentu
untuk menderita pneumonia. Karena prevalensi yang cukup tinggi di negara-negara
berkembang dan karena kesadaran yang relatif rendah, Organisasi Kesehatan Dunia
telah menyatakan pada 2 November menjadi Hari Pneumonia Dunia, yaitu sehari bagi
warga yang peduli dan pembuat kebijakan untuk mengambil tindakan terhadap
penyakit.2

Di Inggris, kejadian tahunan pneumonia adalah sekitar 6 kasus untuk setiap


1000 orang untuk kelompok 18-39 usia. Bagi mereka dengan usia lebih dari 75 tahun,
meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000 orang. Kira-kira 20-40% dari individu
yang terjangkit pneumonia memerlukan rawat inap. Selain itu, tingkat kematian di
1
Inggris adalah sekitar 5-10%. Penderita juga lebih cenderung memiliki episode
berulang pneumonia. Pasien-pasien yang mendapatkan perawatan di rumah sakit oleh
karena penyakit apapun juga berisiko tinggi untuk pneumonia.2

Sejumlah negara termasuk Bangladesh, India, Uganda dan Zambia telah


mengembangkan rencana nasional untuk mengintensifkan tindakan untuk kontrol
pneumonia dan diare.2

C. Etiologi

Pneumonia disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus,


mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi. Pada neonatus
Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes merupakan penyebab pneumonia
paling banyak. Virus adalah penyebab terbanyak pneumonia pada usia prasekolah dan
berkurang dengan bertambahnya usia. Selain itu Streptococcus pneumoniae
merupakan penyebab paling utama pada pneumonia bakterial. Mycoplasma
pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan penyebab yang sering
didapatkan pada anak diatas 5 tahun

1. Virus

Virus menyerang sel untuk bereplikasi. Biasanya, virus dapat mencapai paru-
paru ketika terdapat droplet yang dihirup melalui mulut dan hidung. Setelah di dalam
paru-paru, virus menyerang sel-sel yang melapisi saluran udara dan alveoli. Invasi ini
sering menyebabkan kematian sel, baik ketika virus langsung membunuh sel atau
melalui mekanisme apoptosis sel dikendalikan. Ketika sistem kekebalan tubuh
merespon infeksi virus, kerusakan paru-paru bahkan lebih terjadi. Sel darah putih,
terutama limfosit, mengaktifkan sitokin kimia tertentu yang memungkinkan cairan
merembes ke dalam alveoli. Kombinasi dari kerusakan sel dan alveoli berisi cairan
mengganggu transportasi oksigen ke dalam aliran darah.

Selain dapat merusak paru-paru, pneumonia juga mempengaruhi organ-organ


lain serta dapat mengganggu banyak fungsi normal tubuh. Virus juga dapat membuat
tubuh lebih rentan terhadap infeksi bakteri, karena alasan pneumonia bakteri yang
paling sering menyebabkan terjadinya radang paru-paru.

2
Viral pneumonia umumnya disebabkan oleh karena virus influenza, virus RSV,
adenovirus, dan metapneumovirus. Herpes simplex virus merupakan penyebab
pneumonia langka kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan sistem kekebalan yang
lemah juga berisiko menderita pneumonia yang disebabkan oleh sitomegalovirus
(CMV).3

2. Bakteri

Bakteri biasanya masuk ke dalam paru-paru ketika droplet terhirup, tetapi juga
dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah bila ada infeksi di bagian lain dari
tubuh. Banyak bakteri hidup di bagian saluran pernapasan atas, seperti hidung, mulut
dan sinus serta dapat dengan mudah terhirup ke dalam alveoli. Setelah masuk, bakteri
menyerang ruang antara sel dan antara alveoli melalui pori-pori. Invasi ini memicu
sistem kekebalan tubuh untuk mengirim neutrofil, sejenis sel darah putih ke dalam
paru-paru untuk membunuh organisme patogen, selain itu sitokin juga dilepaskandan
menyebabkan aktivasi sistem kekebalan tubuh, hal ini menyebabkan demam dan
menggigil. Neutrofil, bakteri dan cairan dari pembuluh darah mengisi alveoli dan
mengganggu transportasi oksigen menuju organ-organ lain.

Bakteri sering melakukan perjalanan dari paru-paru yang terinfeksi ke dalam


aliran darah, menyebabkan penyakit serius atau bahkan fatal seperti syok septik. Hal
ini ditandai dengan tekanan darah yang rendah dan kerusakan beberapa bagian tubuh
seperti otak, ginjal dan jantung. Bakteri juga dapat melakukan perjalanan ke daerah
antara paru-paru dan dinding dada (rongga pleura) menyebabkan komplikasi yang
disebut empiema.

Penyebab paling umum pneumonia bakteri Streptococcus pneumoniae dan


bakteri atipikal. Bakteri atipikal adalah bakteri parasit yang hidup secara intraseluler
atau tidak memiliki dinding sel. Selain itu, mereka menyebabkan pneumonia yang
umumnya kurang parah, sehingga gejalanya atipikal, dan memberikan respon
terhadap antibiotik, hal ini berbeda dari bakteri lain.

Jenis bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia dapat ditemukan


dalam hidung atau mulut orang sehat. Streptokokus pneumoniae atau sering disebut
pneumokokus adalah bakteri penyebab pneumonia yang paling umum pada semua

3
kelompok umur, kecuali bayi baru lahir. Pneumokokus membunuh sekitar satu juta
anak setiap tahunnya, terutama di negara-negara berkembang. Penyebab lain bakteri
gram positif adalah Staphylococcus aureus, sedangkan Streptococcus agalactiae
menjadi penyebab paling sering pneumonia pada bayi baru lahir. Bakteri gram negatif
lebih jarang menyebabkan pneumonia dibandingkan dengan bakteri gram positif.
Beberapa bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumonia yaitu Haemophilus
influenzae, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan
Moraxella catarrhalis. Bakteri ini lebih sering hidup dalam perut atau usus. Bakteri
atipikal yang menyebabkan pneumonia, yaitu Chlamydophila pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae dan Legionella pneumophila.3

3. Jamur

Pneumonia jamur jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada individu dengan
masalah sistem kekebalan tubuh oleh karena AIDS, obat-obatan immunosuppresive
atau masalah medis lainnya. Patofisiologi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
adalah mirip dengan pneumonia bakteri. Pneumonia jamur paling sering disebabkan
oleh karena Histoplasma capsulatum, blastomyces, Cryptococcus neoformans,
Pneumocystis jiroveci, dan Coccidoide immiti. Histoplasmosis paling umum terjadi di
lembah Sungai Mississippi, sedangkan coccidioidomycosis sering terjadi di Amerika
Serikat Barat Daya.3

4. Parasit

Berbagai parasit dapat mempengaruhi paru-paru. Parasit ini biasanya


memasuki tubuh melalui kulit atau dengan cara ditelan. Setelah masuk, mereka
melakukan perjalanan ke paru-paru, biasanya melalui sirkulasi darah. Seperti pada
penyebab lain pneumonia, kombinasi kerusakan seluler dan respon imun
menyebabkan gangguan transportasi oksigen. Salah satu jenis sel darah putih,
eosinofil merespon berlebihan pada infeksi oleh karena parasit. Eosinofil di paru-paru
dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik, sehingga menyulitkan terapi pneumonia
yang disebabkan oleh mikroorganisme parasit. Parasit yang paling umum yang
menyebabkan pneumonia, yaituToxoplasma gondii, Strongyloides stercoralis dan
ascariasis.3

5. Idiopatik
4
Pneumonia interstisial idiopatik (IIP) adalah penyakit paru difus. Dalam
beberapa jenis IIP, misalnya beberapa jenis pneumonia interstisial biasa, penyebabnya
memang tidak diketahui atau idiopatik. Beberapa jenis IIP menyebabkan pneumonia
interstisial deskuamatif, biasanya disebabkan oleh aktivitas merokok.3

D. Patofisiologi

Risiko terjadinya infeksi pada paru sangat tergantung pada kemampuan


mikroorganisme untuk mencapapi dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada
beberapa cara mikroorganisme untuk mencapai permukaan saluran pernapasan:

1. Inokulasi langsung

2. Penyebaran melalui pembuluh darah

3. Inhalasi bahan aerosol

4. Kolonisasi pada permukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi.
Secara inhalasi, terjadi infeksi oleh karena virus, mikroorganisme atipikal,
mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 - 2,0 m melalui
udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses
infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring), kemudian
dapat terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan akhirnya terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi
paru.4

Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal saat
tidur (50 %) begitu pula pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan
pemakai obat (drug abuse). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang
tinggi, yaitu 8-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml)
dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan menyebabkan terjadinya
pneumonia. Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau
aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama

5
dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di
temukan jenis mikroorganisme yang sama.4

E. Klasifikasi

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :4

a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)

c. Pneumonia aspirasi

d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised

Pembagian ini penting untuk memudahkan penatalaksanaan.

2. Berdasarkan bakteri penyebab :4

a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.

b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia.

c. Pneumonia virus.

d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada


penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).

3. Berdasarkan predileksi infeksi4

a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang
tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan.

b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru.


Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua.
Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.
6
c. Pneumonia interstisial.

F. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh


meningkat dapat melebihi 40C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-
kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.4

2. Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi
dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi
ronki basah kasar pada stadium resolusi.4

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Gambaran radiologis

Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk


menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya
gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

b. Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,


biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan
jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
7
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan
serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita yang tidak diobati.
Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.4

G. PENATALAKSANAAN

WHO dan UNICEF terintegrasi rencana aksi global untuk pneumonia dan diare
(GAPPD) bertujuan untuk mempercepat pengendalian pneumonia dengan kombinasi
intervensi untuk melindungi, mencegah, dan mengobati pneumonia pada anak-anak
dengan tindakan untuk:

Melindungi anak-anak dari pneumonia termasuk mempromosikan pemberian ASI


eksklusif dan pemberian makanan tambahan yang memadai;

Mencegah pneumonia dengan vaksinasi, mencuci tangan dengan sabun,


mengurangi polusi udara rumah tangga, pencegahan HIV dan profilaksis
kotrimoksazol untuk anak-anak yang terinfeksi HIV dan terkena;

Mengobati pneumonia fokus pada memastikan bahwa setiap anak yang sakit
memiliki akses ke perawatan yang tepat - baik dari pekerja kesehatan berbasis
masyarakat, atau di fasilitas kesehatan jika penyakit parah - dan bisa
mendapatkan antibiotik dan oksigen yang mereka butuhkan untuk mendapatkan
baik

Saat ini, hanya 60% dari orang tua atau wali mencari perawatan yang tepat
untuk anak-anak yang diduga pneumonia dan pengobatan antibiotik yang tepat
diberikan dalam waktu kurang dari setengah dari kasus pneumonia.

o Petugas kesehatan mendiagnosa pneumonia dengan menghitung jumlah napas per


menit pada anak-anak. Jika oksimeter pulsa tersedia, petugas kesehatan akan
menggunakan ini untuk menentukan tingkat oksigen dalam darah.

o Pengobatan yang efektif di masyarakat dan di fasilitas kesehatan memastikan


bahwa anak-anak menerima perawatan yang tepat dan tepat waktu untuk
pneumonia.
8
o WHO sekarang menyarankan amoksisilin terdispersi selama 5 hari sebagai
pengobatan antibiotik pilihan untuk anak di bawah usia 5 didiagnosis dengan
pneumonia. Anak-anak dengan tanda bahaya harus dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi untuk pengobatan dengan antibiotik suntik dan oksigen.

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik


pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji
kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :4

1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa.


2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara
umum pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut :4
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

Golongan Penisilin
TMP-SMZ
Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)


Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi
Marolid baru dosis tinggi
Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

Aminoglikosid
Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Tikarsilin, Piperasilin
Karbapenem : Meropenem, Imipenem
Siprofloksasin, Levofloksasin

Methicillin Resistent Staphylococcus Aureus (MRSA)

Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid
9
Hemophilus influenzae

TMP-SMZ
Azitromisin
Sefalosporin gen. 2 atau 3
Fluorokuinolon respirasi

Legionella

Makrolid
Fluorokuinolon
Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

Doksisikin
Makrolid
Fluorokuinolon

Pemberian antibiotik sesuai kelompok umur:

Bayi <3 bulan: pensilin dan aminoglikosida

Usia >3 bulan: ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan
pertama

Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik pilihan adalah golongan
sepalosporin

10
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : An. Muh Riffat

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 09 November 2011

Umur : 3 tahun 7 bulan

Alamat : Jln. Antang Raya

Agama : Islam

Tanggal masuk : 26 Juni 2015

Tanggal keluar : 02 Juli 2015

B. Anamnesis

Keluhan Utama :

Batuk Berlendir sejak 3 hari, kadang sesak, flu, dan demam

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien masuk ke Rumah Sakit Pelamonia dengan keluhan batuk berlendir sejak 3 hari
yang lalu, kadang sesak. Pasien juga mengeluhkan sesak dan mengalami demam tadi
pagi

Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Tidak ada riwayat alergi

11
C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Lemas

2. Kesadaran : Sadar

3. Tanda Vital

i. Nadi : 82 x/i

ii. Pernafasan : 40 x/i

iii. Suhu : 37.1 oC

4. Kulit : Kulit berwarna sawo matang, tidak tampak pucat,


tidak sianosis, turgor baik.

5. Kepala/Leher

i. Kepala : Bentuk kepala simetris.

ii. Rambut : Rambut berwarna hitam.

iii. Mata : Cekung (-)

iv. Hidung : Terdapat pernapasan cuping hidung (+)

v. Telinga : Otorhe (-)

vi. Mulut : Bibir kering (-)

vii. Lidah : Kotor (-)

viii. Pharing : Tidak tampak hiperemis

ix. Tonsil : Tidak membesar, maupun hiperemis

x. Leher : Tekanan jugularis tidak meningkat, pembesaran kelenjar tidak teraba.

12
6. Thorax

i. Pulmo

Inspeksi : Retraksi otot napas (+)

Perkusi : Bunyi ketukan sonor

Auskultasi : Rh (+/+), Wh (+/+).

ii. Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

Batas Kanan : ICS IV, Linea Parasternalis Dexttra

Batas Kiri : ICS V, Linea Midclalvicularis Sinistra

Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal, tidak ada bising jantung.

7. Abdomen

i. Inspeksi : Tidak nampak adanya ascites

ii. Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)

iii. Perkusi : Bunyi ketukan tympani

iv. Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

8. Ekstremitas

i. Edema : Kanan (-), Kiri (-)

ii. Efloresensi : Kanan (Tidak ada kelainan), Kiri (Tidak ada kelainan)

Tanda Perdarahan : Kanan (-), Kiri (-)

13
Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thorax AP, 24-Juni-2015

Foto thorax ap

Tampak perselubungan inhomogen pada paracardial kanan

Cor, sinus, dan diafragma normal

Kesan : pneumonia dextra

2. Widal Test

S.Typhi O, hasil : 1/80

S.Typhi H, hasil : 1/80

3. Darah Rutin, 24-juni-2015

RBC : 4.61 106/mm3

HGB : 13.4 g/dL

HCT : 39.9 %

PLT : 414 103/mm3

WBC : 13.6 103/mm3

LED : 24 mm/jam

D. Diagnosis

1. Diagnosis Sementara

ISPA

E. Follow Up
14
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter

26 juni 2015 Pasien MRS dengan keluhan R/ 02 1-2 liter


batuk berlendir sejak 3 hari
HR : 82x/i Infus Dextrose 5% -> 16
yang lalu, sesak, flu, demam
RR : 40 x/i tpm
tadi pagi. Pasien juga keringat
S : 37.1 oC dingin Ceftriaxon 2x400 mg (iv)

Rh (+/+), Wh (+/+) Riwayat alergi (-) Kloramex 2x500 mg (iv)

Pernapasan Cuping Selera makan: baik Dexametason 2x3 mg (iv)


Hidung (+)
Selera minum: baik Nebulizer (pagi sore)
Retraksi otot napas
BAB: lancar Puyer 3x1
(+)
BAK: lancar Rawat RPI (kalau perlu)

27 juni 2015 Batuk berlendir (+) muntah (-) R/ O2 (kalau perlu)


demam (-) sesak (+)
N : 106x/i Infus Dextrose 5% -> 16
P : 40 x/i Selera makan: menurun tpm

S : 36.6 oC Selera minum: baik Terapi lanjut

Rh (+/+), Wh (+/+) BAB : baik

PCH (+) BAK : baik

Retraksi otot napas


(+)

28 Juni 2015 Batuk berlendir (+) Sesak (+) -O2 1-2 liter -> off
Demam (-) nyeri perut (-)
N : 92 x/i -Infus dextrose 5% 16 tpm
P : 34 x/i Selera makan: baik
-Ceftriaxone 2x400 iv ->
S : 36.7 oC Selera minum: baik stop

Rh (+/+), Wh (+/+) BAB : Belum BAB sejak Kloramex 3x500 mg/ iv


kemarin

15
PCH (+) BAK : Lancar Dexamethashon 2x3 mg/ iv

Retraksi (+) Nebulizer (pagi sore)

Puyer 3x1

29 Juni 2015 Demam (-) Batuk (+), disertai -O2 stop


lendir, Sesak (+),nyeri perut (-)
N : 116x/i -Dextrose 5% 16 tpm
P : 42 x/i Selera makan: menurun
Ceftriaxone 2x400 mg/iv
S : 36.2 oC Selera minum: baik
Kloramex 3x300 mg/iv
Rh (+/+), Wh (+/+) BAB : Belum 5 hari
Dexa 2x3 mg/ iv ( hari ini
BAK : Lancar terakhir)

Nebulizer (pagi sore)

Puyer 3x1

30 Juni 2015 Demam (-) flu (-) batuk (-) -Infus Dextrose 5% 16 tpm
Berlendir (+), nyeri perut (-)
N: 118 x/m -Ceftriaxone 2x400 mg/iv
Selera makan: baik
P: 38 x/m -Kloramex 3x400 mg/ iv
Selera ninum: baik
S: 36,2 oC -Dexa -> stop
BAB: belum BAB 4 hari
Rh(+/+), Wh(+/+) -Nebul (pagi sore)
BAK: lancar
-Puyer 3x1 pulv:

salvonad 1/3

methilprednisolon 1/3

salbutamo 1 mg

CTM 1/4

01 Juli 2015 Demam (-) batuk (-) berlendir -Infus dextrose 5% -> 16
(+) sesak (-) nyeri perut (-) tpm

16
N: 86 x/m Selera makan: Baik -Cefrtriaxone 3x400/iv

P: 38 x/m Selera minum: baik -Kloramfenikol 3x400/iv

S: 36 oC BAB: 5 hari belum -Puyer 3x1

Rh (+/+), wh (-/-) BAK: baik -Nebu (pagi/sore)

02 Juli 2015 Demam (-), Batuk (-), -Ceftriaxone 2x1/2 cth


Berlendir (+)
N: 84 x/m -Puyer 3x1:
Selera makan: baik
P: 30 x/m Sulvonad 1/3
Selera minum: baik
S: 36.5 oC Methilprednisolon 1/3
BAB: Belum pagi ini, kemarin
Rh(+/+), wh (-/-) Salbumol 1mg
3x biasa
CTM 1/4
BAK: lancar

Tabel 1. Follow up, perjalanan penyakit serta instruksi dokter

F. Diferensial Diagnosis

Diagnosis Suggestive features

Tuberculosis -Sputum purulen dalam jumlah yang


banyak

-Umumnya terkait dengan infeksi


bakteri

-Auskultasi : Ronkhi kasar

-Dilatasi bronkus dan penebalan


dinding bronkus pada radiografi dada /
CT

17
Asthma -Usia dini

-Bermacam-macam gejala

-Gejala pada malam / dini hari

-Riwayat alergi, rinitis dan / atau eksim

-Riwayat keluarga

-Sebagian besar reversibel

Bronchiectasis -Sputum purulen dengan volume yang


banyak

-Umumnya terkait dengan infeksi


bakteri

-Auskultasi : Ronkhi kasar

-Dilatasi bronkus dan penebalan


dinding bronkus pada radiografi dada /
CT

Tabel 2. Diferensial Diagnosis

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi:5

Komplikasi yang paling sering disebabkan oleh pneumonia karena bakteri


daripada pneumonia karena virus. Komplikasi yang penting meliputi :

Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory


distress syndrome(ARDS).Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi
18
dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini
menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan
alveoli,harus membuat ventilasi mekanik yang dibutuhkan.

Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.Sepsis


terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun
melalui sekresi sitokin.Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena
bakteri; streptoccocus pneumonia merupakan salah satu penyebabnya.Individu
dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif di rumah
sakit.Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu
mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah.Sepsis dapat
menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara masalah lain dan
sering menyebabkan kematian.

Effusi pleura,empyema dan abcesAda kalanya,infeksi mikroorganisme pada


paru-paru akan menyebabkan bertambahnya(effusi pleura) cairan dalam ruang
yang mengelilingi paru(rongga pleura).Jika mikroorganisme itu sendiri ada di
rongga pleura,kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila cairan pleura ada
pada orang dengan pneumonia,cairan ini sering diambil dengan jarum
(toracentesis) dan diperiksa,tergantung dari hasil pemeriksaan ini.Perlu
pengaliran lengkap dari cairan ini,sering memerlukan selang pada dada.Pada
kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan.Jika cairan tidak dapat
dikeluarkan,mungkin infeksi berlangsung lama,karena antibiotik tidak
menembus dengan baik ke dalam rongga pleura.Jarang,bakteri akan
menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses pada
paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT
scan.Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering
mengandung beberapa tipe bakteri

H. Prognosis

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan
sampai kurang dari 1%
19
Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunujukkan mortalitas yang lebih tinggi

20
BAB III

PEMBAHASAN

Sebagian besar pneumonia timbul melalui aspirasi kuman atau penyebaran langsung
kuman dari saluran respiratorik atas. Hanya sebagian kecil merupakan akibat sekunder dari
viremia/bakteremia atau penyebaran dari infeksi intra abdomen. Dalam keadaan normal
saluran respiratorik bawah mulai dari sublaring hingga unit terminal adalah steril. Paru
terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barier anatomi dan barier
mekanik, juga sistem pertahanan tubuh lokal maupun sistemik. Barier anatomi dan mekanik
diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis,
ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh lapisan
mukosilier. Sistem pertahanan tubuh yang terlibat baik sekresi lokal imunoglobulin A maupun
respon inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, alveolar makrofag
dan cell mediated immunity

Pneumonia terjadi bila satu atau lebih mekanisme diatas mengalami gangguan
sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran nafas bagian bawah. Inokulasi patogen
penyebab pada saluran nafas menimbulkan respon inflamasi akut pada penjamu yang berbeda
sesuai dengan patogen penyebabnya.6

Adapun dalam mendiagnosis penyakit pneumonia, terdapat langkah langkah diagnosa


agar dapat lebih mempermudah dalam menegakkan diagnosis klinis. Adapun langkah-
langkah tersebut, meliputi :

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Gambaran radiologis

b. Pemeriksaan labolatorium

21
WHO sekarang menyarankan amoksisilin terdispersi selama 5 hari sebagai pengobatan
antibiotik pilihan untuk anak di bawah usia 5 didiagnosis dengan pneumonia. Anak-anak
dengan tanda bahaya harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk pengobatan
dengan antibiotik suntik dan oksigen.

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya,
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :

1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa.


2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia

Infeksi saluran pernafasan. Orang dengan pneumonia lebih rentan terhadap pilek, flu,
dan radang paru-paru. Setiap infeksi pernapasan dapat membuat lebih sulit untuk bernapas
dan menghasilkan kerusakan lebih lanjut pada jaringan paru-paru. Sebuah vaksinasi flu
tahunan dan vaksinasi rutin terhadap pneumokokus pneumonia membantu mencegah
beberapa infeksi.

22
BAB IV

KESIMPULAN

Pneumonia disebabkan oleh invasi mikroorganisme pada parenkim paru dan disertai
respon sistem kekebalan tubuh yang menurun terhadap infeksi. Penyebab paling umum
pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab kurang umum pneumonia menular adalah
jamur dan parasit.

Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru. Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko
infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan
merusak permukaan epitel saluran napas.

Mencegah pneumonia dengan vaksinasi, mencuci tangan dengan sabun, mengurangi


polusi udara rumah tangga, pencegahan HIV dan profilaksis kotrimoksazol untuk anak-anak
yang terinfeksi HIV dan terkena. Melindungi anak-anak dari pneumonia termasuk
mempromosikan pemberian ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan yang memadai.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Richard E, et al. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta : EGC,
2000.

2. Anonim. 2015. Pneumonia Epidemiology. Tersedia : http://www.news-


medical.net/health/Pneumonia-Epidemiology.aspx access on July 24, 2015. UK :
News Medical.

3. Anonim. 2015. Penyebab Pneumonia. Tersedia http://www.news-


medical.net/health/Pneumonia-Cause-(Indonesian).aspx access on July 24, 2015. UK :
News Medical.

4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu
penyakit paru FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo. Surabaya Indonesia.

5. Dr. Fransisca S. K.2000. Pneumonia. Fak. Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya

6. Setyoningrum, Retno A sih. 2006. Pnemumonia. Divisi Respirologi Bagian Anak FK


Unair RSU DR. Soetomo Surabaya

24

Anda mungkin juga menyukai