Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Umum

Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna

khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

diperlukan, terutama untuk peningkatan produksi dan kualitas hasil yang dibuat. Pada

umumnya ubi sudah merupakan produk yang sangat banyak dijumpai dipasaran dan

merupakan suatu jenis makanan ringan juga sebagai makanan sampingan yang sangat

digemari oleh masyarakat, berbagai cara dijumpai untuk melakukan pengirisan atau

pemotongan ubi, diantaranya menggunakan pisau dapur.

Pisau

Bahan keripik

Landasan Keripik yang telah diiris

Gambar. 2.1. Pengiris Ubi Dengan Pisau

Pengirisan ubi dengan cara diatas, hasil yang diperoleh ketebalan ibu tergantung pada

tingkat keahlian dan kebiasaan sipekerja melakukan pengirisan.

Menggunakan peralatan lain sering juga dijumpai, yaitu dengan peralatan

serut seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. (Gambar 2.2)

Universitas Sumatera Utara


Bahan keripik

Papan peluncur Pisau penyayat


irisan

Produk bahan
keripik

Gambar. 2.2. Pengiris Ubi Dengan Papan Pisau

Cara ini sepenuhnya menggunakan tangan dan tenaga orang yang melakukan

penyayatan. Ketebalan sayatan dapat diatur dengan penyetelan posisi mata pisau pada

permukaan lubang yang ada pada papan peluncur irisan. Penggunaan alat ini perlu hati-

hati, terlebih pada saat bahan kerupuk yang hendak diiris semakin habis, karena dapat

melukai tangan ketika mengumpankan bahan ubi. Bentuk penyayatan pada produk

sedikit mengalami pengurutan sehingga hasilnya kurang begitu baik.

Pembuatan keripik ubi ada juga dilakukan dengan mesin manual, diputar dengan

tangan tanpa mengunakan motor penggerak. Mesin ini dilengkapi dengan dua buah

mata pisau, yang pemotongannya terhadap bahan ubi saling bergantian. Bahan ubi

setelah dibentuk bulat panjang diumpankan ke mata pisau yang sedang berputar. Bentuk

pemotongan sedikit mengalami perubahan dari bentuk semula, sedikit lonjong dan hasil

penyayatannya juga membentuk gerigi kecil dan bergelombang. Ketebalannya juga

relatif tidak sama, hal ini dikarenakan adanya pengaruh tekanan vertikal terhadap bagian

produk yang dipotong. Gambarnya dapat dilihat pada gambar. 2.3. dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara


Pisau pemotong Piringan pisau

Bahan kerupuk

Engkol

Produk bahan kerupuk

Gambar. 2.3. Mesin Pengiris Ubi Manual

2.2. Konsep Rancangan

Para ahli telah banyak mengemukakan teori merancang suatu alat atau mesin

guna mendapatkan suatu hasil yang maksimal. Untuk mendapatkan hasil rancangan

yang memuaskan secara umum harus mengikuti tahapan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Menyelidiki dan menemukan masalah yang ada di masyarakat.

2. Menentukan solusi-solusi dari masalah prinsip yang dirangkai dengan

melakukan rancangan pendahuluan.

3. Menganalisa dan memilih solusi yang baik dalam menguntungkan

4. Membuat detail rancangan dari solusi yang telah dipilih.

Meskipun prosedur atau langkah desain telah dilalui, akan tetapi hasil yang

sempurna sebuah desain permulaan sulit dicapai, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal

berikut ini dalam pengembangan lanjut sebuah hasil desain sampai mencapai taraf

tertentu, yaitu hambatan yang timbul, cara mengatasi efek samping yang tak terduga.

Universitas Sumatera Utara


Kemampuan untuk memenuhi tuntutan pemakaian hal ini diungkapkan Niemann (1994)

dan penganjurkan mengikuti tahapan desain sebagai berikut :

1. Bentuk rancangan yang harus dibuat, hal ini berkaitan dengan desain yang telah

ada, pengalaman yang dapat diambil dengan segala kekurangannya serta faktor-

faktor utama yang sangat menentukan bentuk konstruksinya.

2. Menentukan ukuran-ukuran utama dengan berpedoman pada perhitungan kasar.

3. Menentukan alternatif-alternatif dengan sket tangan yang didasarkan dengan

fungsi yang dapat diandalkan, daya guna mesin yang efektif, biaya produksi

yang rendah, dimensi mesin mudah dioperasikan, bentuk yang menarik dan lain-

lain.

4. Memilih bahan, hal ini sangat berkaitan dengan kehalusan permukaan dan

ketahanan terhadap keausan, terlebih pada pemilihan terhadap bagian-bagian

yang bergesekkan seperti bantalan luncur dan sebagainya.

5. Mengamati desain secara teliti, telah menyelesaikan desain, konstruksi diuji

berdasarkan faktor-faktor utama yang menentukan.

6. Merencanakan sebuah elemen dan gambar kerja bengkel, setelah merancangan

bagian utama, kemudian ditetapkan ukuran-ukuran terperinci dari setiap

element. Gambar kerja bengkel harus menampilkan pandangan dan penampang

yang jelas dari elemen tersebut dengan memperhatikan ukuran, toleransi, nama

bahan dan jumlah produk.

7. Gambar kerja langkah dan daftar elemen, setelah semua ukuran elemen

dilengkapi baru dibuat gambar kerja lengkap dengan daftar elemen. Didalam

gambar kerja lengkap hanya diberikan ukuran assembling dan ukuran luar setiap

elemen diberi nomor sesuai daftar.

Universitas Sumatera Utara


2.3. Faktor Penentu Pembuatan Produk yang Baik

Faktor yang mempengaruhi kualitas pengirisan ubi :

1. Jarak mata pisau kelandasan pengiris

Untuk mendapatkan ketebalan kerupuk yang diinginkan dapat menyetel jarak

antara landasan tempat tumpuan bahan ubi dengan pisau pengiris.

2. Kecepatan potong untuk mengiris bahan ubi

Kecepatan potong yang lebih besar menghasilkan permuka mengkerut dan

bentuk yang berbeda dengan bentuk dasar bahan ubi. Untuk mendapatkan

permukaan yang halus dan bentuk relatif baik harus dengan kecepatan sayap

yang lebih rendah.

3. Kecepatan pengumpan/pemakanan bahan ubi ke pisau potong

Untuk mendapatkan hasil dan bentuk diameter yang sesuai, kecepatan

pengumpan arus relatif konstan.

Universitas Sumatera Utara


2.4. Bagian-Bagian Utama Mesin Yang Akan Dirancang

Mesin pengiris ubi ini di dalam penggunaanya diharapkan berjalan dengan baik

jika didukung dengan bagian komponen-komponen yang baik dan perencanaan, adapun

bagian-bagian yang dimaksud adalah seperti terlihat pada gambar 2.4. dibawah ini.

8
2
9
3
10

5 6 7

Gambar. 2.4. Konstruksi Mesin Pengiris Ubi

Keterangan Gambar :

1. Tabung pengumpan 8. Rumah mata pisau

2. Saluran penampung 9. Poros

3. Rangka 10. Bearing

4. Motor

5. Puli Motor

6. Tali puli

7. Puli penggerak pisau

Universitas Sumatera Utara


2.5. Cara Kerja Mesin

Untuk memahami terjadinya pengirisan untuk mendapatkan keripik ubi, terlebih

dahulu perlu dijelaskan cara kerja mesin sebagai berikut. Bahan ubi yang sudah dikupas

berbentuk bulat panjang, sebelum ubi dimasukkan kedalam corong pengumpan terlebih

dahuluh mesin tersebut di hidupkan, kemudian masukkan ubi tersebut ke dalam tabung

pengumpan atau kelandasan pemotong, Bersamaan dengan itu rumah mata pisau

berputar melalui perantaran batang poros yang di hubungkan melalui puli ke motor

listrik. Maka bahan keripik ubi akan didorong ke mata piau maka teririslah dengan

sendiriya disebabkan oleh mata pisau yang berputar, selanjutnya hasil irisan kerupuk ubi

akan jatuh melalui saluran pengumpan. Demikian selanjutnya proses ini terus

berlangsung secara berulang-ulang.

2.6. Rumusan Dan Komponen Perancangan Mesin Pengiris Ubi

Mesin pengiris kerupuk ubi ini didalam penggunaannya diharapkan berjalan

dengan baik jika didukung dengan bagian komponen-komponen yang baik dan

terencana, adapun bagian-bagian yang dimaksud adalah :

2.6.1. Motor penggerak

Motor Listrik berfungsi sebagai penggerak dengan daya 0,25 Hp, 1430 rpm

direncanakan untuk menggerakkan poros pisau pengiris, poros perantaran dan poros

penggerak piringan batang penghubung melalui perantaraan puli dan sabuk, pada

perencanaan ini motor penggerak yang digunakan adalah jenis motor listrik yang

terlihat pada gambar. 2.5.

Universitas Sumatera Utara


Gambar. 2.5. Motor Listrik

Untuk mengetahui daya elektro motor yang dibutuhkan untuk menggerakkan

perangkat mesin pengiris ubi, yang terdiri dari :

1. Menentukan daya tanpa beban yang dibutuhkan suatu benda dalam gerakan

melingkar dapat dihitung berdasarkan rumus :

P tb = T .

Maka, P tb = I .

(Mariam J.L, hal, 404)

Dimana : P tb = Daya motor tanpa beban (kW)

T = Torsi yang timbul (N.m)

= Kecepatan sudut (rad/s)

2. .n
= (2.1)
60

2. Menghitung daya motor penggerak dengan beban

Untuk melakukan perhitungan daya penggerak dengan memberikan

beban maka harus diketahui besar gaya yang dibutuhkan untuk melakukan

pengirisan terhadap bahan ubi, dan putaran operasionalnya. Rumus yang

digunakan adalah :

Universitas Sumatera Utara


Pb =T. (2.2)

Dimana : P b = Daya motor dengan beban (Kw)

T = Torsi yang diakibatkan beban (N.m)

F = Gaya pengirisan pada sistem (N)

r = Jarak beban yang terjauh dari sumbu poros pisau (m)

2. .n
= (kecepatan sudut = rad/s)
60

2.6.2. Poros

Poros yang berfungsi sebagai pemutar pisau penyayat, poros perantara dan poros

penggerak bahan penghubung, harus benar-benar diperhitungkan dan dibuat dari bahan

yang cukup kuat sehingga poros tersebut mampu menahan beban yang diberikan

kepadanya. Namun bahan poros juga mudah diperoleh dipasaran, dalam perencanaan

poros ada beberapa hal yang perlu diperhatika.Poros yang digunakan untuk meneruskan

putaran relatif rendah dan bebannya pun tidak terlalu berat, umumnya dibuat dari baja

biasa dan tidak membutuhkan perlakuan khusus.

Bahan yang dipilih adalah baja karbon konstruksi standart JIS G 4501, dengan lambang

S30C. Di lihat pada gambar. 2.6.

Gambar. 2.6. Poros

Pembebanan pada poros tergantung pada besarnya daya dan putaran mesin yang

diteruskan serta pengaruh gaya yang ditimbulkan oleh bagian-bagian mesin yang

Universitas Sumatera Utara


didukung dan ikut berputar bersama poros. Beban puntir disebabkan oleh daya dan

putaran mesin sedangkan beban lentur serta beban aksial disebabkan oleh gaya-gaya

radial dan aksial yang timbul.

1. Momen puntir atau torsi yang terjadi

Besar torsi yang terjadi (T) pada poros adalah :

(sularso, 1997, hal, 7)

Pd
T = 9,74.10 5 . (2.3)
n1

Dimana : T = Torsi (kg. mm)

Pd = Daya rancang (kW)

n 1 = Putaran poros penggerak (rpm)

3. Menentukan momen puntir/torsi yang terjadi

T
p=
WP

Maka : T = P . W P (2.4)

4. Menentukan/pemeriksaan sudut puntir yang terjadi

Untuk melakukan pemeriksaan sudut puntir digunakan rumus sebagai

berikut : (Sularso, 1997, hal, 18)

T .L
= 584 (2.5)
G.ds 4

Dimana : = Sudut defleksi ()

T = Torsi (kg. mm)

G = Modulus geser, untuk baja = 8,3 x 10 (kg/mm)

ds = Diameter poros (mm)

.l = Panjang poros = 38 cm = 380 mm

Universitas Sumatera Utara


5. Menentukan Tegangan geser izin ( a ) bahan poros adalah :

(Sularso, 1997, hal, 8)

b
a = (2.6)
sf 1 xsf 2

Dimana : b = Kekuatan tarik poros (kg/mm)

Sf 1 = Foktor keamanan material

Sf 2 = Faktor keamana poros beralur pasak

5. Menentukan tegangan geser yang terjadi pada poros adalah :

(Sularso, 1997, hal, 7)

5,1xT
= (2.7)
ds 3

Tabel 2.1. Faktor-faktor koreksi daya akan ditransmisikan

Daya yang akan ditransmisikan C

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2-2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8-1,2

Daya normal 1,0-1,5

(Sularso, 1997, hal, 7)

2.6.3. Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga putaran

dapat berlangsung secara halus, aman, dan tahan lebih lama. Bantalan harus kokoh

untuk memungkinkan poros dan elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik. Jika

bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun dan

tidak dapat bekerja dengan semestinya.

Universitas Sumatera Utara


Bantalan yang digunakan dalam perancangan mesin pengiris ubi ini adalah

bantalan bola dan rol . Bantalan bola dan rol disebut juga sebagai bantalan anti gesek

(antifriction bearing), karena koefisien gesek statis dan kinetisnya yang kecil. Bantalan

ini terdiri dari cincin luar dengan alur lintasan bola dan rol, dan cincin dalam yang juga

memiliki alur lintasan yang sama seperti yang ada pada cincin luar. Bola atau rol

ditempatkan diantara kedua cincin di dalam alur lintasan tersebut. Untuk menjaga agar

bola dan rol tidak saling bersentuhan satu dengan yang lainnya maka bola dibuat

bersarang. Sarang ini juga berfungsi untuk menjaga bola terlepas dari alurnya sewaktu

berputar. Ukuran bantalan ini biasanya menyatakan diameter dalam bantalan (diameter

poros yang akan masuk).

Agar putaran poros dapat berputar dengan lancar, maka yang perlu diperhatikan

adalah sistem pelumasannya. Oli merupakan pelumasan yang cukup baik, tetapi oli

dapat merusak sabuk yang terbuat dari karet, sehingga pelumasan yang kental (viscous

lubricant) lebih disukai. Dapat dilihat pada gambar. 2.7.

Gambar. 2 .7. Bantalan (Bearing)

Universitas Sumatera Utara


Bantalan untuk poros penggerak yang diameternya disesuaikan dengan ukuran

poros yang dinyatakan aman, maka beban ekivalen dinamis (p) dapat dihitung

berdasakan.

(Sularso, 1997, hal. 135)

QP = X . Fr + Y . Fa (2.8)

Dimana : C = Beban nominal dinamis spesifik (kg)

P = Beban ekivalen dinamis spesifik (kg)

f n = Faktor kecepatan

L h = Umur nominal bantalan

Untuk menghitung beban ekivalen dinamis digunakan rumus :

a. Untuk bantalan radial

Pr = X . V. Fr + Y. Fa ( 2. 9 )

b. Untuk bantalan aksial

Pa = X . Fr + Y . Fa ( 2. 10 )

Dimana : Pr = Beban ekivalen dinamis bantalan radial (kg)

Pa = Beban ekivalen dinamis bantalan aksial (kg)

Fr = Beban radial (kg)

Fa = Beban aksial (kg)

V = Faktor pembebanan untuk cincin luar yang berputar

Universitas Sumatera Utara


2.6.4. Sistem Transmisi Puli dan Sabuk

Puli berfungsi untuk mentransmisikan daya ke poros mesin pengiris kerupuk,

bahan puli terebutdari besi cor atau baja, untuk konstruksi ringan diterapkan puli

dari paduan aluminium. Puli baja sangat cocok untuk kecepatan yang tinggi (di

atas 3,5 m/s). Bentuk alur dan tempat dudukan sabuk pada puli disesuaikan

dengan bentuk penampang sabuk yang digunakan, hal yang terpenting dari

perencanaan puli adalah menentukan diameter puli penggerak maupun yang

digerakkan. Untuk menentukan diameternya digunakan rumus :

(Sularso, 1997, hal, 164)

Dp1 n1 = Dp 2 .n2 (2.11)

Dimana : Dp 1 = Diameter puli penggerak (mm)

Dp 2 = Diameter puli yang digerakkan (mm)

n1 = Putaran puli penggerak (rpm)

n2 = Putaran puli yang digerakkan (rpm)

Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah

penggunaannya dan harganya murah, tetapi sabuk ini sering terjadi slip sehingga tidak

dapat meneruskan putaran dengan perbandingan yang tepat.

Sabuk terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Dalam gambar

2.8 diberikan berbagai proposi penampang sabuk-V yang umum dipakai.

Universitas Sumatera Utara


Gambar. 2.8. Ukuran penampang sabuk-V

Jika putaran puli penggerak dan yang digerakan berturut-turut adalah n 1 (rpm) dan n 2

(rpm), dan diameter nominal masing-masing adalah d 1 (mm) dan D 2 (mm). Karena

sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang umum

dipakai ialah :

(Sularso, 1997, hal, 164)

n1 D2
= (2.12)
n2 d1

Kecepatan linier (v) sabuk-V (m/s) adalah :

dn
v= (2.13)
60 1000

Jarak suatu poros rencana (C) adalah 1,5 - 2 kali diameter puli besar.

m
m
n1 n2

r1
R2

C
Penggerak Yang Digerakan

Gambar. 2.9. Panjang keliling sabuk

Universitas Sumatera Utara


Panjang sabuk rencana (L) adalah :

(Sularso, 1997, hal, 170)

1
L = 2C + ( d 1 + D2 ) + ( D2 d 1 ) 2 (2.14)
2 4C

Dalam perdagangan terdapat bermacam-macam ukuran sabuk. Namun mendapatkan

ukuran sabuk yang panjangnya sama dengan hasil perhitungan umumnya sukar.

Didalam perdagangan nomor nominal sabuk-V dinyatakan dalam panjang kelilingnya

dalam inchi.

Jarak sumbu poros C dapat dinyatakan sebagai :

b + b 2 + 8( D2 d1 ) 2
C=
8

Dimana :

b = 2 L 3.14( D2 + d1 ) (2.15)

Sedangkan untuk besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh sabuk, digunakan

rumus

(Sularso, 1997, hal 171)

Po = ( F1 F2 )v (2.16)

F1
= e
F2

F = izin b t izin = 2,5 3,3 N/mm2

Dimana : F1 = gaya tarik pada sisi kencang (N)

F2 = gaya tarik pada sisi kendor (N)

b = Lebar sabuk spesifik (mm)

t = Tebal sabuk spesifik (mm)

e = 2,7182

Universitas Sumatera Utara


= Koefesien antar sabuk dan puli (0,3 0,6)

= Sudut kontak antara sabuk dan puli ()

Besarnya sudut kontak adalah :

57( D2 d1 )
= 180 (2.17)
C

C = Jarak sumbu poros (mm)

2.6.5. Baut

Baut diisini berfungsi sebagai pengikat untuk dudukan pada motor penggerak

tetapi selain itu berfungsi untuk pengikat poros terhadap puli. Jika tegangan tarik baut

adalah t (kg/mm) dan diameter baut d (mm) maka beban (kg).

Gambar. 2.10. Baut

Universitas Sumatera Utara


Tegangan Tarik yang terjadi :

(Sularso, 1997, hal 296)

W W
t = = (2.18)
A ( ) d 1 2
4

Dimana : W = Beban (kg)

t = Tegangan Tarik yang terjadi (kg / mm2)

d 1 = Diameter inti (mm)

Pada baut yang mempunyai diameter luar d 3 mm, umumnya besar diameter

inti d 1 0,8 d. Sehingga (d 1 / d )2 0,64

W
Maka : t = a (2.19)
( ) (0,8d ) 2
4

Dari rumus diatas maka di dapat :

(Sularso, 1997, hal 296)

4W 2W
d1 atau d 1 (2.20)
a x 0,64 a

Untuk a (tegangan yang diizinkan),dengan bahan dari baja liat dengan kadar karbon

0,22 % dengan b = 42 kg/mm 2 maka :

b
a = (2.21)
sf

Dimana : sf = Faktor keamanan diambil 6 8 karena didefinisikan dalam keadaan

tinggi

a = Tegangan yang di izinkan (kg / mm2)

Universitas Sumatera Utara


(1)

p (2)
W

h d1

d2
d

Gambar. 2.11. Tekanan Permukaan Pada Ulir

Dimana : (1) = Ulir dalam

(2) = Ulir luar

Dari gambar di atas maka di dapat rumus :

W
q= qa (2.22)
d 2 hz

Dimana : q = Tekanan kontak pada permukaan ulir (kg/mm2)

h = Tinggi profil (mm)

z = Jumlah Lilitan

d 2 = Diameter efektif luar (mm)

qa = Tekanan kontak izin (kg/mm2)

Universitas Sumatera Utara


Harga q a dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel. 2.2 Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir

Tekanan permukaan yang diizinkan q a


Bahan
(kg/mm2)
Ulir luar Ulir dalam Untuk pengikat Untuk penggerak
Baja liat Baja liat atau perunggu 3 1
Baja keras Baja liat atau perunggu 4 1,3
Baja keras Besi cor 1,5 0,5
(Sularso, 1997, hal, 298)

Dimana qa adalah tekanan kontak yang diizinkan, dan besarnya tergantung pada

kelas ketelitian dan kekerasan permukaan ulir seperti diberikan dalam tabel 2.2. jika

persyaratan dalam rumus diatas terpenuhi, maka ulir tidak akan menjadi aus atau dol.

Ulir yang baik mempunyai harga h paling sedikit 75% dari kedalaman ulir penuh, dan

ulir biasa mempunyai h sekitar 50 % dari kedalaman penuhnya. Maka dapat dihiutng :

W
z (2.23)
d 2 h qa

H=z x p

Dimana : H = Tinggi mur (mm)

Maka W juga akan menimbulkan tegangan geser pada luas bidang silinder ( d 1 k p z )

dimana k dan p adalah tebal akar ulir luar. Maka besar tegangan geser b ( kg/mm2 )

adalah

W
b = (2.24)
d 1 k p z

Universitas Sumatera Utara


2.6.6. Pengelasan

Sambungan tumpul adalah jenis sambungan yang paling efisien. Sambungan ini

terbagi atas dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi sebagian.

Namun yang digunakan pada pembuatan model mesin belot konveyor ini adalah

sambungan penetrasi penuh.

Adapun rumus perhitungan tegangan sambungan las tumpul adalah:

( Achmad, Elemen Mesin I, hal, 190)

P
t = (2.25)
hl

Gambar. 2.12. Sambungan Las Tumpul

Dimana : P = Beban tarikan patah ( kg)

h = Tebal plat (mm)

l = Panjang lasan (mm)

Universitas Sumatera Utara


2.6.6.1. Sambungan T

Pada sambungan ini secara garis besar dibagi atas dua jenis yaitu jenis las

dengan alur dan jenis las sudut. Hal-hal yang dijelaskan pada sambungan tumpul di atas

juga berlaku untuk sambungan jenis ini. Dalam pelaksanaan pengelasan kemungkinan

ada bagian batang yang menghalangi yang dalam hal ini dapat diatasi dengan

memperbesar sudut alur.

Gambar. 2.13. Sambungan Las T

(Achmad, Elemen Mesin I, hal, 159)

P
t = (2.26)
hl

Dimana : P = Beban tarikan patah (kg)

h = Tebal plat (mm)

l = Panjang lasan (mm)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai