Siti Ulfah
Siti Ulfah
Sitti Ulfah
ABSTRAK
A. Pendahuluan
Kinerja pemerintah dalam mengelolah kebudayaan dan pariwisata itu diarahkan
pada kegiatan yang bersifat kegiatan ekonomi yang mana kegiatan ini terkait dengan
penciptaan lapangan kerja. Tentu saja hal tersebut dapat tercipta apabila diikuti dengan
adanya kebijaksanaan yang telah ditentukan pemerintah. Adapun arah kebijaksanaan
pariwisata adalah :
1. Kepariwisatan Nasional harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
pembangunan wilayah.
2. Kepariwisataan Nasional harus berwawasan politik, sosial, ekonomi, sosial budaya dan
hankam secara bulat dan utuh.
3. Kepariwisatan Nasional harus memberikan kesempatan perusahaan dan menciptakan
lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi perorangan maupun kelompok masyarakat
Indonesia.
4. Pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan Nasional jangka panjang mampu
mendorong kemandirian Bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan kebudayaan dan
keperiwisataan Nasional.
5. Pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan melibatkan secara aktif berbagai sektor
pemerintah, swasta dan masyarakat terpadu.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengembangan
kepariwisataan di Kota Palu ?
C. Landasan Teoritis
1. Pengertian Kinerja
Widodo (2001: 78), berpendapat kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan, atau suatu hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing
masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak
melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika.
Prawiro Suntoro, (1999:23) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja
yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka
mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
Stoner (1995: 34), dalam bukunya yang berjudul management mengemukakan
bahwa kinerja adalah fungsi dari motifasi, kecakapan dan persepsi peranan.
Kemudian, Handoko (2000: 135) mendefinsikan kinerja sebagai proses dimana
organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan
kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer
tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instansi
menghadapi krisis yang serius. Kesan kesan buruk organisasi yang mendalam
berakibat dan mengabaikan tanda tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.
2. Kinerja Pegawai
Menurut Mangkunegara (2005: 09), menyatakan kinerja pegawai itu adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Kusriyanto (1993: 3), menyatakan kinerja pegawai adalah perbandingan hasil
yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (biasanya perjam).
Menurut Hasibuan, (2003: 56), kinerja pegawai dapat dikatakan baik atau dapat
dinilai dari beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
a) Kesetiaan seorang pegawai dikatakan memiliki kesetiaan jika ia melakukan tugasnya
secara sungguh sungguh dan penuh tanggungjawab terhadap amanah yang
diberikan organisasi.
b) Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam melaksanakan
tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang pegawai
dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan kesanggupan pegawai
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Namun demikian, prestasi kerja seorang
pegawai tidak hanya tergantung dari kemampuan dan keahlian yang bersangkutan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, tetapi juga berhubungan dengan peralatan
kerja. Artinya dengan peralatan kerja yang semakin baik dan canggih akan
menghasikan prestasi kerja yang semakin baik. Dengan demikian, tidak hanya
kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dinilai tetapi kemampuan dalam
memanfaatkan peralatan yang ada guna hasil yang lebih baik menjadi ukuran kinerja
pegawai.
c) Kedisiplinan sejauhmana pagawai dapat mematuhi peraturan peraturan yang ada
dan melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya. Disiplin dapat diartikan
melaksanakan apa yang telah disetujui bersama antara pimpinan dengan para
pegawai baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan peraturan dan
kebiasaan kebiasaan.
d) Kreatifitas kemampuan pegawai dalam mengembangkan kreatifitas dan
mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga
bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna.
e) Kerja sama diukur dari kemampuan pegawai dalam bekerja sama dengan pegawai
lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan, sehingga hasil pekerjaannya
akan semakin baik.
f) Kecakapan, dapat diukur dari tingkat pendidikan pegawai yang disesuaikan dengan
pekerjaan yang menjadi tugasnya.
g) Tanggungjawab adalah kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan pekerjaan
yang diserahkan kepadanya dengan sebaik baiknya dan tepat pada waktunya serta
berani memikul risiko pekerjaan yang dilakukan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja pegawai
adalah prestasi kerja atau hasil kerja yang dicapai oleh pegawai pada periode waktu
tertentu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggunngjawab yang
diberikan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
3. Pengertian Pariwisata
World Tourism Oganization (WTO), (2000: 267) mengembangkan definisi
definisi mendasar tentang konsep konsep kunci yang terkait dengan kepariwisataan
yaitu:
1. Pariwisata merupakan aktivitas perjalanan dan tinggal dari orang orang menuju ke
luar lingkungan mereka yang biasa selama tidak lebih dari setahun untuk bersenang
senang, bisnis, atau tujuan lainnya.
2. Wisatawan merupakan pengunjung yang menginap sedikitnya selama satu malam
pada fasilitas akomodasi di lokasi yang dikunjungi.
3. Ekskursionis pengunjung yang tidak menginap pada fasilitas akomodasi di lokasi
yang dikunjungi.
4. Pengunjung setiap orang melakukan perjalanan ke luar lingkungan mereka yang
biasa selama kurang dari 12 bulan secara berturut turut yang tujuan kunjungannya
tidak untuk bekerja pada tempat yang dikunjungi.
Sedangkan Soekadijo, (2000: 2) menyebutkan pariwisata sebagai segala kegiatan
dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Dalam pengertian tersebut
wisatawan dimaknai sebagai orang yang mengadakan perjalanan dari tempat
kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya.
Sementara Burkart dan Medlik (seperti dikutip dalam Soekadijo, 2000: 3)
menyebutkan pariwisata sebagai perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka
waktu pendek, ke tujuan tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan
bekerja, termasuk kegiatan kegiatan mereka selama tinggal di tempat tempat itu.
Bila merujuk pada Undang Undang No. 10 tahun 2009 ayat 1 tentang
kepariwisataan, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Sedangkan Wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Pengembangan pariwisata di suatu daerah tentu memiliki tujuan tujuan khusus
dalam rangka meningkatkan tingkat kehidupan di daerah tersebut. Dalam Undang
Undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, tujuan pengembangan
kepariwisataan disebutkan sebagai berikut:
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. menghapus kemiskinan;
d. mengatasi pengangguran;
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. memajukan kebudayaan;
g. mengangkat citra bangsa;
h. memupuk rasa cinta tanah air;
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. mempererat persahabatan antarbangsa.
4. Indikator Kinerja
Dalam penilaian kinerja organisasi diperlukan adanya indikator yang dapat
digunakan sebagai ukuran pelaksanan kinerja oleh organisasi. Menurut Joko Widodo
(2001: 91), indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan. Indikator kinerja diartikan sebagai ukuran
keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran organisasi. Indikator kinerja dapat dijadikan
patokan (standar) untuk menilai keberhasilan dan kegagalan penyelenggaraan program
dalam mencapai misi dan visi organisasi.
Joko Widodo (2001: 92), menyebutkan indikator kinerja tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Indikator masukan adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiataan dan
program berjalan untuk menghasilkan keluaran.
2) Indikator keluaran merupakan segala berupa produk sebagai hasil langsung
pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasar masukan dan program.
3) Indikator hasil merupakan sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah. Merupakan seberapa jauh setiap produk/jasa yang
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
4) Indikator manfaat merupakan kegunaan suatu keluaran yang dirasakan secara oleh
masyarakat, dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses publik.
5) Indikator dampak merupakan ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan,
atau kepentingan umum lain yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator
dalam suatu kegiatan.
Zeithaml, Parasuraman & Berry dalam Ratminto dan Atik (2005: 175),
menjelaskan tentang indikator yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi, yang
terdiri atas beberapa faktor berikut :
1) Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung, peralatan,
pegawai, dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh providers.
2) Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan
yang dijanjikan secara akurat.
3) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers dan
menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
4) Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan
kemampuan dalam memberikan kepercayaan kepada customers.
5) Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh providers
kepada customers.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni menggambarkan
suatu obyek penelitian, kemudian di analisis sesuai dengan data yang dikumpulkan. Yang
berlokasi di Kantor Disbudpar Kota Palu. Selanjutnya Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data melalui studi lapangan yakni dengan cara observasi dan studi pustaka
yang relevan dengan obyek yang diteliti. Serta melakukan wawancara pada informan yang
memahami penelitiian ini dan dipilih dengan menggunakan tekhnik purposive sampling,
yang terdiri dari Pimpinan dan beberapa Unsur Bidang Pariwisata serta para Staf.
2. Efektifitas
Untuk melihat efektifitas seorang pegawai hal yang perlu diperhatikan adalah
kemampuan pegawai tersebut untuk melaksanakan tugas yang dibebankan organisasi
ini dapat mempengaruh pengembangan pariwisata terhadap kebutuhan masyarakat.
Seorang pegawai yang tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugasnya
tentunya tidak akan memiliki prestasi kerja yang baik. Maka dengan demikian tujuan
organisasi pun tentunya tidak dapat tercapai sepenuhya.
Melihat hal tersebut di atas, dalam wawancara peneliti dengan Sekertaris Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Palu, dimana:
Pada saat ini, pengembangan kepariwisataan yaitu Teluk Palu yang
keindahannya menjadi lengkap berkat kehadiran jejeran Pegunungan Gawalise
itu sedikit demi sedikit mulai dipoles. Salah satu upaya pemolesan yang telah
dilakukan ialah membangun Jembatan Palu 4 di depan Teluk Palu. Hotel, resto,
dan tempat hiburan itu dikunjungi oleh penduduk dari Kota Palu maupun daerah
lain. Tak hanya itu, Pemerintah Kota Palu pun mencoba mempertahankan
keberadaan nelayan tradisional bahkan memberikan ruang bagi pedagang ikan
sepanjang 100 meter agar suasana yang telah turun-temurun dirasakan para
nelayan dan pedagang ikan tetap terjaga, yang otomatis menjadi salah satu
pilihan objek wisata di kawasan Teluk Palu (Kota Palu, 24 Maret 2013)
3. Keadilan
Keadilan ini masyarakat merasakan manfaat dari pengembangan kepariwisataan.
Prinsip keadilan juga dilihat sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk
pelayanan telah memperhatikan aspek-aspek keadilan dan membuat publik memiliki
akses yang sama terhadap sistem pelayanan yang ditawarkan.
Melihat hal tersebut di atas, dalam wawancara peneliti dengan Kepala Bidang
Pariwisata Disbudpar Kota Palu, sebagai berikut:
Hal ini terlihat dengan begitu ramai tempat tempat yang dikunjungi masyarakat
kota palu di waktu libur ataupun waktu senggang. Namun usaha yang dilakukan
oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Palu tidak hanya sampai disini saja,
tentunya pihak Dinas Dan Pariwisata Kota Palu harus lebih bekerja giat lagi
untuk mengembangkan kepariwisataan Kota Palu.
(Kota Palu, 24 Maret 2013)
4. Daya Tanggap
Saat penulis meneliti di kantor Disbudpar kota palu terlihat para pegawai tidak
pelit memberikan informasi/data data mengenai kinerjanya mereka. Hal tersebut
merupakan salah satu penyumbang terpenting efektifitas dalam organisasi adalah
kesadaran dan kemauan dari pegawai terhadap potensi yang dimilikinya. Apabila
seorang pegawai kurang percaya diri terhadap potensi diri yang dimilikinya, maka
tantangan akan menjadi ancaman, karena kepercayaan diri yang rendah akan
menghambat efektifitas.
Hal-hal yang sangat penting diperhatikan pada anggota organisasi dalam
kaitannya dengan penggukuran kinerja pelayanan adalah jangan sampai diantara
mereka ada yang mengatakan bahwa:
a. Disini kami tidak saling mendukung
b. Anggota organisasi/staf disini ,tampaknya kita kurang mendapatkan perhatian
c. Pimpinan saya kelihatannya tidak berminat terhadap apa yang saya lakukan.
d. Disini segalanya menjadi semakin tidak jelas
e. Saya tidak yakin bahwa atasan saya mengetahui kelebihan saya.
f. Tampaknya tidak ada gunanya melakukan sesuatu lebih dari standar minimum
g. Nasehat terbaik di kantor ini adalah tundukan kepala dan tutup mulut anda.
h. dan lain-lain.
Apabila hal diatas terjadi dalam sebuah organisasi,maka organisasi yang
bersangkutan perlu memeriksa visi dan misinya,apakah sudah dikomunikasikan kepada
semua anggota organisasinya? ataukah visi misi yang di rumuskan hanya merupakan
hiasan organisasi menurut selera para pimpinannya.Singkatnya adalah apakah terdapat
kesadaran bahwa pelayanan prima yang disajikan kepada pelanggan akan mendapatkan
penilaian dari pengguna jasa pelayanan.
Prinsip yang tidak boleh ditinggalkan dalam pelaksanaan pelayanan prima adalah
apa yang terbaik untuk konsumen,itulah yang terbaik untuk semua orang sepanjang
mengacu pada standar. jiwa dari prinsip ini akan mendorong kita berupaya menggenal
siapa pelanggan kita, dan apa kebutuhan/keinginannya. Hal ini harus ditananmkan
dalam setiap individu/anggota organisasi,dan para manajemen eksekutif agar merasa
perlu menyuarakan dari atas.
Hal ini di katakan oleh Kepala Bidang Umum Disbudpar Kota Palu, yaitu:
Palu adalah potensi dalam segala aspek dan kehidupan hanya saja semua belum
seiring jalan dgn SDM yg handal serta Salery/gaji yg sangat tidak menjangkau
kebutuhan ekonomi bagi karyawan swasta pd khususnya, olehnya masyarakat
menjadi malas untuk menumbuh kembangkan usaha-usaha yang sebenarnya
mempunyai dampak besar dalam memajukan perekonomian serta pendapatan
bagi pemerintah daerah dan masyarakat itu sendiri pada umumnya. Maka perlu
adanya sosialisasi secara real dari pihak pemerintah setempat untuk
masyarakatnya segera mungkin agar tidak terus ketinggalan dengan kota lainnya
(Kota Palu, 21 Maret 2013).
Melihat potensi ini perlu adanya Adanya transaparansi kinerja Disbudpar kota
Palu yang kedepanya lebih maju , dalam Adanya transaparansi kinerja Disbudpar kota
Palu perlu adanya Isyarat isyarat yang tertembus dari atas tentang sesuatu hal,
biasanya mendapatkan perhatian dari pemeintah daerah dan di dukung masyarakat lokal
setempat yang ada sifatnya harus memaksa agar kepariwisataan kota ini lebih maju
dari daerah lain.
F. Penutup
1. Kesimpulan
Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Pengembangan Kepariwisataan Di
Kota Palu dapat dikatakan cukup baik dan ini terlihat pada kinerja dan pengembangan
kepariwisataan di kota palu. Melihat hal itu ini di akibatkan Kerena pemerintah
sementara mengidentifikasi pariwisata yang potensial di kota palu agar dapat
memberikan PAD lebih besar dan pengembangan pariwisata memebrikan keuntungan
dan manfaat bagi rakyat setempat. Dengan dikembangkannya obyek wisata tersebut
dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup bagi penduduk setempat.
2. Saran
Perlu adanya program pengembangan kebudayaan dan pariwisata serta
Melestarikan apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan tradisional menggalakkan dan
memberdayakan sentral-sentral kesenian untuk merangsang berkembangnya kesenian
nasional yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan
nasional, khususnya daerah kota palu. Menjadikan kesenian dan kebudayaan
tradisional kota palu sebagai wahana mempromosikannya secara nasional atau ke luar
negeri secara konsisten sehingga dapat menjadi wahana persahabatan antarbangsa.
Perlu adanaya melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat
interdisipliner dalam Penataan obyek, daya tarik dan tanggung jawab agar faktor
yang mempengaruhi kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palu tidak ada
lagi dan Mengubah atau menciptakan usaha-usaha baru yang berkaitan dengan jasa-
jasa wisata agar mempercepat sirkulasi ekonomi dalam usaha negara kunjungan
dengan demikian akan memperbesar multiplier effect.
DAFTAR PUSTAKA
Kusriyanto, Bambang, 2002, Meningkatkan Produktivitas Karyawan, Seri Manajemen,
Cetakan Kedua, LPPM, Jakarta.
Chuck Y. Gee. (ed.). 2000, International Tourism : A Global Perspective, WTO Education
Network, Hawaii.
Handoko, T. Hani, 2002, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi II,
Cetakan keempat belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S. P, 2003, Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktifitas,
Bina Aksara, Jakarta.
Kusriyanto, Bambang, 1993, Meningkatkan Produktivitas Karyawan, LPM, Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Perilaku dan Budaya Organisasi, T, Rafika Aditama,
Bandung.
Ratminto & Atik Septi Winarsih, 2005, Manajemen Pelayanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Soekadijo, R.G, 2000, Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata Sebagai Systemic
Linkage, Gramedia, Jakarta.
Sentono, Prawiro, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan Karyawan, Ed. 1,
BFEE, Yogyakarta.
Stoner, J.A.F, 1995, Manajemen, Prenhallindo, Jakarta.
Widodo, Joko, 2001, Good Governance, Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi pada Era Desntralisasi dan Otonomi Daerah, Insan Cendekia, Surabaya.