Anda di halaman 1dari 50

LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH DALAM DIAGNOSIS

KOMUNITAS DI PUSKESMAS BOROBUDUR KECAMATAN


BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG PERIODE JANUARI-
FEBRUARI 2017

Disusun untuk memenuhi persyaratan ujian kepaniteraan klinik Ilmu


Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun Oleh:

Alfredo 22010116210054

Andi Wicaksono 22010116210129

Rizqi Azhari P. P. 22010116210148

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017

1
2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
1. Definisi ..........................................................................Error! Bookmark not defined.
2. Langkah Langkah Diagnosis Komunitas .....................Error! Bookmark not defined.
2.1 ANALISIS SITUASI....................................................................................................... 8
2.1 Pengumpulan Data................................................................................................ 8
2.2 IDENTIFIKASI MASALAH ......................................................................................... 13
2.3 TEKNIK PENENTUAN PRIORITAS ............................................................................. 22
2.4 IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH ....................................................................... 33
2.5 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH...................................................................... 40
2.6 PELAKSANAAN......................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 46

3
Diagnosis Komunitas

1. DEFINISI
Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu
masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat lapangan. Menurut definisi
WHO, diagnosis komunitas adalah penjelasan secara kuantitatif dan kualitatif
mengenai kondisi kesehatan di komunitas serta faktor faktor yang mempengaruhi
kondisi kesehatannya. Diagnosis komunitas ini mengidentifikasi masalah
kemudian mengarahkan suatu intervensi perbaikan sehingga menghasilkan suatu
rencana kerja yang konkrit. Keterampilan melakukan diagnosis komunitas
merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh dokter untuk menerapkan
pelayanan kedokteran secara holistik dan komprehensif dengan pendekatan
keluarga dan okupasi terhadap pasien. Dalam penerapannya, penggunaan
diagnosis komunitas dalam suatu program kesehatan adalah sebagai berikut :
- untuk berperan sebagai referensi data kesehatan dalam suatu wilayah
- untuk menyediakan gambaran secara keseluruhan mengenai masalah
kesehatan pada komunitas lokal dan penduduknya
- untuk merekomendasikan intervensi yang akan dijadikan prioritas dan solusi
pemecahan masalah yang mampu laksana
- untuk mengindikasi alokasi sumber daya dan mengarahkan rencana kerja di
masa depan
- untuk menciptakan peluang dari kolaborasi inter sektoral dan keterlibatan
media
- untuk pembentukan dasar indikator keberhasilan dari evaluasi program
kerja kesehatan.

4
Oleh karena itu diagnosis komunitas harus disadari bukan sebagai suatu
kegiatan yang berdiri sendiri namun merupakan bagian dari suatu proses dinamis
yang mengarah kepada kegiatan promosi kesehatan dan perbaikan permasalahan
kesehatan di dalam komunitas. Diagnosis komunitas merupakan awal dari siklus
pemecahan masalah untuk digunakan sebagai dasar pengenalan masalah di
komunitas, sehingga dilanjutkan dengan suatu perencanaan intervensi,
pelaksanaan intervensi serta evaluasi bagaimana intervensi tersebut berhasil
dilakukan di komunitas. Oleh karena itu diagnosis komunitas TIDAK hanya
berhenti pada identifikasi (diagnosis) masalah, tetapi juga mencakup solusi
(treatment) untuk mengatasi masalah berdasarkan sumber-sumber yang ada.
Untuk lebih menjelaskan diagnosis komunitas, dibawah ini dijelaskan perbedaan
antara Kedokteran komunitas (Community Medicine) dengan Kedokteran rumah
sakit dan perbedaan antara Diagnosis Komunitas dengan diagnosis klinis
No Diagnosis Klinis Diagnosis Komunitas
1 Dilakukan oleh dokter Dilakukan oleh dokter atau
epidemiologis
2 Fokus perhatian : pasien Fokus perhatian : komunitas /
masyarakat
3 Fokus perhatian : hanya orang sakit Fokus perhatian : orang sakit dan sehat
4 Dilakukan dengan memeriksa pasien Dilakukan dengan cara survey
5 Diagnosis didapat berdasarkan Diagnosis didasarkan atas Riwayat
keluhan dan simtom Alamiah Perjalanan Penyakit ( Natural
history of disease)
6 Memerlukan pemeriksaan Memerlukan penelitian epidemiologi
laboratorium
7 Dokter menentukan pengobatan Dokter/epidemiologis merencanakan
plan of action
8 Pengobatan pasien menjadi tujuan Pencegahan dan Promosi menjadi
utama tujuan utama
9 Diikiuti dengan follow up kasus Diikuti dengan program evaluasi
10 Dokter tertarik menggunakan Dokter/epidemiologis tertarik dengan
teknologi tinggi nilai2 statistik

5
2. LANGKAH LANGKAH DIAGNOSIS KOMUNITAS
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah (Probem Solving Cycle) dalam
Metode Diagnosis Komunitas secara rinci dan sederhana meliputi:

Analisis
Situasi
Pelaksanaan Identifikasi
Masalah
Diagnosis
Alternatif Pemecahan Komunitas
Masalah Prioritas Masalah

Penyebab Masalah

Gambar 1. Langkah- langkah pemecahan masalah dalam metode diagnosis komunitas

Secara rinci dan sederhana, beberapa langkah diagnosis komunitas


sebagaimana gambar di atas meliputi:
a. Analisis situasi. Berbagai langkah analisis situasi dalam aspek diagnosis
komunitas adalah:
1. Menentukan lokus kajian, desa atau kelurahan, RT/RW sebagai unit
eementer analisis
2. Buat tabel / grafik distribusi frekuensi fenomena status kesehatan
berdasarkan data yang berupa laporan kinerja bulan atau profil yang
disusun menurut karakteristik epidemiologi, menurut waktu, orang,
dan tempat.
3. Menginterpretasikan tabel atau grafik yang mencerminkan fenomena
perjalanan atau perkembangan permasalahan kesehatan masyarakat.

6
4. Menginventarisasi kesenjangan yang terjadi pada aspek status
kesehatan, misalnya angka kesakitan dan kematian, data kesehatan
lingkungan, demografi, pelayanan kesehatan, perilaku atau budaya
setempat, kependudukan, manajemen pemerintahan desa, dan lain
sebagainya. Secara deskriptif terjadi berbagai permasalahan yang
menonjol.

b. Identifikasi masalah. Berbagai langkah dalam menentukan iidentifikasi


permasalahan adalaha sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi berbagai permasalahan tersebut di atas secara makro
maupun mikro yang berbasis fakta dan data
2. Mengkasifikasi dan mengidentifikasi permasalahan sesuai dengan lima
komponen kesehatan masyarakat yang meliputi aspek epidemiologi,
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan manajemen.
3. Memformulasikan identifikasi permasalahan dalam pernyataan negatif,
misalnya tingginya prevalensi malaria, rendahnya cakupan rumah
sehat, dan lain-lain

c. Prioritas masalah

d. Penyebab masalah dengan indepth interview, FGD, fishbone diagram, dan


uji statistik

e. Alternatif pemecahan masalah, misalnya dengan brainstorming dan


analisis SWOT

7
f. Pelaksanaan (Action) yang terdiri dari tahapan persiapan, tahapan
pelaksanaan, tahapan evaluasi, dan tahapan tindak lanjut, pengawasan dan
monitoring, dan evaluasi.

2.1 ANALISIS SITUASI


2.1 Pengumpulan Data

2.1.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian atau kita melakukan penelitian, kita harus


melakukan pengumpulan data untuk menunjang penelitian tersebut. Teknik
pengumpulan data antara lain

1. Interview (wawancara).

Teknik ini merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang
banyak digunakan dalam pengumpulan data kualitatif maupun pengumpulan data
kuantitatif. Interview juga merupakan teknik yang efektif digunakan dalam
mengembangkan suatu system. Wawancara adalah sebuah pertukaran informasi
antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Wawancara dilaksanakan secara
lisan dalam pertemuan tatap muka individual atau kelompok. Wawancara
dibedakan menjadi dua macam, yaitu

a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila


peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh.

b. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya.
8
Dalam wawancara, peneliti juga harus membuat daftar pertanyaan, ada dua tipe
pertanyaan dalam wawancara, yaitu

a. Pertanyaan Open-Ended (Terbuka) yaitu pertanyaan yang menggambarkan


pilihan bagi orang yang diwawancarai untuk merespons. Dalam menjawab tipe
pertanyaan ini, mereka dapat memberikan respons atau jawaban yang bersifat
bebas dan terbuka.

b. Pertanyaan Closed-Ended, pewawancara lebih mudah mengontrol yang


diwawancarai, karena apa yang akan ditanyakan sudah pasti dan menghindari
yang diwawancarai menjawab bebas.

Pada kasus di Puskesmas Borobudur dilakukan dengan kepada ketua puskesmas,


dokter, pemegang program puskesmas dan satf puskesmas untuk memperoleh
informasi program pelayanan di Puskesmas Borobudur.

2. Observasi

Observasi (pengamatan) dalam istilah sederhana adalah proses peneliti


dalam melihat situasi penelitian. Observasi memiliki banyak tujuan. Sebagai
pengamat dapat menentukan apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, berapa lama dikerjakan, dimana
dikerjakan, dan mengapa dikerjakan.

Pada kasus di Puskesmas Borobudur dilakukan dengan mengamati secara


langsung kegiatan pelayanan pelayanan di program P2M.

3. Angket atau Kuesioner

9
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai
metose yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket merupakan
suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung
bertanya jawab dengan responden). Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi
pertanyaan-pertanyaan untuk tujuan khusus yang memungkinkan penganalisis
untuk mengumpulkan data mengenai sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik
dari orang yang berada di dalam organisasi serta pendapat dari responden yang
dipilih. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau
respon sesuai dengan persepsinya.

4. Dokumentasi

Suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis


dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen
tersebut dipilih sesuai dengan tujuan dan focus masalah.

5. Pengambilan Sample (Sampling)

Pengambilan sampel (sampling) adalah pemilihan sejumlah item tertentu


dari seluruh item yang ada dengan tujuan mempelajari sebagian item tersebut
untuk mewakili seluruh itemnya. Sampling adalah aplikasi dari prosedur tertentu
yang kurang dari 100% item dalam suatu survey untuk mengevaluasi atau
estimasi beberapa karakteristik atau nilai dari seluruh item yang akan digunakan
hingga selesai

10
2.1.2 Jenis Data
A. Data primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus
dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau
penelitian. Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik
secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda
(fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian. Manfaat utama dari
data primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan tertutup terhadap
sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan
kebenaran yang dilihat. Bagaimana pun, untuk memperoleh data primer
akan menghabiskan dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu
yang relatif lebih lama.
Data primer bisa berasal dari wawancara, diskusi kelompok terarah
(FGD), atau kuesioner yang mungkin dipakai untuk mengumpulkan data,
atau dari status pasien yang pengisiannya dilakukan sendiri oleh penilai
beserta timnya sesuai tujuan penelitian.
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dikumpulkan dengan panduan kusioner yang
mengandung unsur informasi sesuai kasus.

2. Data kualitatif berupa wawancara mendalam (Indepth interview)


- Tokoh kunci yang menjadi responden. Misalnya,lurah atau kepala
desa, perangkat desa, BPD, bidan desa, ketua PKK, Kader
kesehatan, tokohmasyrakat, stakeholder, seperti guru, PPL, dan
lain sebagainya

11
- Menentukan topik atau pernyataan yang merupakan pedoman
dalam pelaksanaan indepth interview
- Menyiapkan peralatan yang diperlukan, misalnya tape recorder,
notebook, ballpoint, dan cendera mata jika diperlukan.
- Membuat kesepakatan jadwal (perjanjian) pelaksanaan wawancara
- Menggali informasi lebih dalam dengan pertanyaan terbukadan
mengembangkan pertanyaan berikutnya lebih spesifik untuk
mempertegas juawaban sebelumnya atau mempertajam akar
permasalahan yang sesungguhnya, walaupun secara statistik tidak
mempunyai hubungan yang signifikan. Misalnya, dengan
mengajukan pertanyaan, Mohon dijelaskan lagi maksud Bapak?

3. Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan ketika kegiatan pengumpulan data,
wawancara terhadap beberapa subjek yang terlibat dalam kasus,
mengobservasi faktor lingkungan serta perilaku dengan cara melihat,
mengamati, dan memotret,serta mendengar saat melakukan kunjungan
rumah dalam keluarga yang menjadi sampel.

B. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder pada
umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip, baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu,
mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan, menciptakan tolak ukur
untuk mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan
12
informasi. Jika informasi telah ada, pengeluaran uang dan pengorbanan
waktu dapat dihindari dengan menggunakan data sekunder. Manfaat lain
dari data sekunder adalah bahwa seorang peneliti mampu memperoleh
informasi lain selain informasi utama
Pengumpulan data sekunder dapat diperoleh melalui profil
kesehatan puskesmas, laporan tahunan, catatan desa (data demografi,
kebijakan)
Pada kasus di Puskesmas Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang tidak dilakukan pengumpulan data kuantitatif dengan kuesioner dan
observasi lapangan, tetapi menggunakan data kualitatif (wawancara mendalam).
Wawancara mendalam dengan Kepala Puskesmas Borobudur, dokter yang
bertugas di puskesmas, pemegang program, dan staf puskesmas untuk
memperoleh informasi program pelayanan di Puskesmas Borobudur. Data
sekunder diperoleh dari catatan tertulis yang ada di Puskesmas Borobudur periode
Januari Februari 2017.

2.2 IDENTIFIKASI MASALAH


a. Tren
Identifikasi permasalahan dengan metode ini menggunakan pendekatan
epidemiologi, yaitu mempelajari penyebaran dan distribusi orang, waktu,
dan tempat yang disajikan dalam bentuk grafik atau tabel.

b. Brainstorming
Metode yang paling efektif untuk mengidentifikasi masalah, penyebab
masalah, serta mengajukan solusi sebagai alternatif pemecahan masalah.

13
Metode ini ditemukan oleh Alex Osborn (1930). Dalam pendekatan
pemecahan masalah (problem solving cycle), brainstorming bergunan
untuk mengidentifikasi masalah, penentuan prioritas, menentukan
penyebab masalah, dan usulan solusi pemecahan masalah.

Ketentuan pelaksanaan brainstorming meliputi beberapa cara sebagai


berikut:
1. Pelaksanaannya tidak ada kritikan. Partisipan berhak mengeluarkan ide
dan komentar tanpa takut dikritik oranglain.
2. Bebas berpendapat merupakan upaya kebebasan mengeluarkan ide
tanpa proses editing terlebih dahulu sehingga kadang-kadang keluar
ide yang tidak logis dan kurang berbobot.
3. Dapatkan mutu. Dengan banyaknya partisipan menyampaikan ide dan
pendapat maka diharapkan akan diperoleh berbagai ide yang lebih
bermutu.
4. Menemukan ide yang cemerlang dengan adanya berbagai ide yang
disampaikan maka tim peneliti atau analis dapat menyeleksi untuk
dikembangkan atau dilaksanakan
5. Menyatukan ide silang, yaitu menggunakan ide orang lain dalam
rangka membangun gagasan ide baru sehingga tercipta ide yang
terbaik.
Beberapa cara melakukan brainstorming dengan baik, yaitu:
1. Menentukan topik yang akan di brainstorming
2. Menentukan peraturan brainstorming sehingga semua memahami
prosedur yang akan dilaksanakan

14
3. Pemanasan dalam rangka pencairan suasana dengan beberapa contoh
yang sederhana, misalnya brainstorming kemacetan beberapa lalu
lintas, dan sebagainya
4. Pilih sukarelawan untuk menulis semua ide pada flipchart atau white
board yang telah ditentukan.
5. Penampilan ide dimulai.
6. Pertahankan momentum untuk mengeluarkan berbagai ide yang bebas
dan bertanggung jawab.
7. Cairkan suasana sehingga kreativitas berkembang
8. Apabila suasana memanas, coba bangunkan ide yang terseleksi
sehingga diperoleh ide diatasnya.
9. Rumuskan berbagai ide yang baik.

c. Pendekatan sistem
Merupakan kumpulan dari beberapa permasalahan yang saling ada
keterkaitan, saling mempengaruhi, dan saling berinteraksi antara
permasalahan yang satu dengan permasalahan yang lain sehingga dalam
satu pokok permasalahan perlu dicerna dan diamati hubungan antara
permasalahan yang satu dengan yang lain dalam satu kesatuan sistem yang
utuh.
d. Flowchart
Metode yang menggambarkan alur tahapan dalam suatu proses
dengan menggunakan beberapa simbol sederhana dan logis yang
mencerminkan berbagai kegiatan dan keputusan sehingga menentukan
bagaimana proses itu terjadi.Beberapa langkah dalam menyusun flowchart
adalah sebagai berikut.
1. Tentukan topik gambar
15
2. Daftar berbagai langkah yang terlibat dalam proses kegiatan dengan
menggunakan metode pengamatan, brainstorming, atau diskusi dengan
yang memahami tahapan kegiatan tersebut sehingga diperoleh
informasi sarana input, proses, dan output. Prinsip dalam penyusunan
flowchart adalah memahami aspek 4W+1H.
e. Daftar tilik
Suatu format untuk menandai atau mencatat data yang diamati secara
langsung atau kegiatan yang diinginkan. Biasanya daftar tilik berupa tabel atau
daftar isian. Selain itu, berguna untuk format diskusi, penelitian penyebab utama,
mengukur hasil, dan sebagai alat monitoring secara periodik atau terus-menerus.
(Wijono, 1999)

f. Peta radar (Radar Chart)


Gambaran besarnya kesenjangan atau masalah kinerja program dengan terget
kinerja suatu organisasi dengan cara:
1. Menetapkan masing-masing kategori, misalnya 5-10 program kinerja
2. Masing-masing kategori (program) tetapkan skor (rating) 0-10, yaitu
penampilan sangat kurang sampai dengan amat baik
3. Gambar lingkaran dengan 8 jari-jari pada flipchart atau white board,
dari pusat (jari-jari) diberi nilai 0 dan angka 10 diberi pada garis
lingkaran
4. Menentukan nilai rate kinerja program sesuai dengan nilai score yang
ditetapkan.
5. Meletakkan nilai score tersebut dari masing-masing kategori (program
kinerja), misalnya A diberi nilai 7, B nilai 6, C nilai 3, D nilai 4, E
nilai 3, F diberi nilai 5, G nilai 6, dan H nilai 9.

16
Data primer dan data sekunder yang diperoleh di Puskesmas Borobudur,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang kemudian dianalisis secara
deskriptif sehingga diketahui permasalahan yang ada. Batasan masalah adalah
hasil kegiatan di puskesmas dibagi sasaran bulan berjalan dikalikan 100%, lalu
presentase tersebut dibagi target dari Departemen Kesehatan RI dikalikan 100%.
Pencapaian yang tidak mencapai 100% menjadi masalah yang akan dianalisa
penyebabnya, kemudian ditentukan prioritas masalah. Berdasarkan hasil analisis
dari data sekunder Standar Pelayanan Minimal pada Puskesmas Borobudur,
Kabupaten Magelang, pada Bulan Januari hingga Februari 2017, didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1.Data Pencapaian Kegiatan 5 Program Pokok Puskesmas Borobudur
pada Bulan Januari hingga Februari 2017
Target Cakupan Pencapaian Besar
No Indikator SPM (%)* (%)** Masalah
(%) (%)
1 Cakupan kunjungan bumil (K1) 100 117,35 117,35 0
95 78,84 82,99 17,01
2 Cakupan kunjungan bumil (K4)

Deteksi kasus resiko tinggi ibu 100 271,36 271,36


3
hamil
Ibu hamil resti yang ditangani 100 1875 1875
4
PONED
Cakupan pertolongan persalinan 100 83,28 83,28 16,72
5
oleh tenaga kesehatan
6 Cakupan Kn1 100 86,75 86,75 13,25
7 Cakupan Kn2 95 86,75 91,32 8,68

17
8 Cakupan Kn3 95 86,09 90,62 9,38
9 Cakupan kunjungan bayi 92 75,50 82,06 17,94

10 BBLR yang ditangani 100 100 100

Neonatal resti/komplikasi yang 100 88,89 88,89 11,11


11
ditangani (PONED)

12 Jumlah dukun bayi yang terlatih 100 100 100

13 Frekuensi pembinaan dukun 100 120 120

Deteksi dini tumbuh kembang 76 79,40 104,47


14
anak balita
Cakupan pemeriksaan kesehatan 100 136,94 136,94
siswa SD dan setingkat oleh
15
tenkes/terlatih/guru UKS/dokter
kecil

16 Jumlah seluruh peserta KB aktif 80 76,78 95,97 4,03

Jumlah posyandu pra-usila dan 100 600 600


17
usila yang ada
Cakupan pelayanan pra usila dan 100 96,59 96,59 3,41
18
usila
Balita yang datang dan ditimbang 85 87,52 102,96
19
(D/S)
Balita yang naik berat badannya 85 82,94 97,58 2,42
20
(N/D)
Cakupan bayi 6-11 bulan yang 100 100 100
21
diberikan kapsul vitamin A dosis

18
tinggi 1 kali per tahun

Cakupan anak balita (12-59 95 100 105,26


22 bulan) yang diberikan kapsul
vitamin A 2 kali per tahun
Cakupan ibu hamil yang diberikan 95 85,46 89,95 10,05
23
90 tablet Fe

24 Balita BGM <1,5 0,6 250

Balita gizi buruk mendapat 100 100 100


25
perawatan
Cakupan bufas yang mendapatkan 90 83,28 92,53 7,47
26
kapsul vitamin A
Jumlah Desa melaksanakan 44 55 137,5
27
STBM

28 ACD Malaria 4 25,73 643,15

29 PCD Malaria 1 4,79 478,84

30 Cakupan suspek TB paru 70 9,65 13,78 86,22

Balita dengan diare yang 26 44,57 171,5


31
ditangani sesuai standar
Jumlah bayi yang mendapat 95 89,40 94,11 5,89
32
imunisasi BCG
Jumlah bayi yang mendapat 95 93,38 98,29 1,71
33
imunisasi DPT1
Jumlah bayi yang mendapat 95 88,74 93,41 6,59
34
imunisasi DPT3

19
Jumlah bayi yang mendapat 95 86,75 91,32 8,68
35
imunisasi Polio1
Jumlah bayi yang mendapat 95 88,08 92,72 7,28
36
imunisasi Polio4
Jumlah bayi yang mendapat 95 109,93 115,72
37
imunisasi Campak
Jumlah bayi yang mendapat 90 89,40 99,34 0,66
38
imunisasi HB1
Jumlah bayi yang mendapat 90 88,74 98,60 1,4
39
imunisasi HB1 total
Jumlah bayi yang mendapat 90 96,03 106,70
40
imunisasi HB2
Jumlah bayi yang mendapat 90 88,74 98,60 1,4
41
imunisasi HB3

42 Rumah tangga sehat 75 70,67 94,23 5,77

43 Bayi yang dapat ASI eksklusif 50 161,16 322,32

44 Posyandu Purnama 40 24,09 60,22 39,78

45 Posyandu Mandiri 30 32,12 107,06

Jumlah kunjungan posyandu


seluruhnya
46 a. Frekuensi pembinaan (y/x) 80 120 150
b. Jumlah kader terlatih 100 100 100
c. Jumlah kader aktif 107,3

47 Penyuluhan P3 NAPZA di 65 66,67 102,56

20
sekolah

48 Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah 65 66,67 102,56

Penyuluhan NAPZA dan 60 75 125


49
HIV/AIDS di sekolah

50 Cakupan desa siaga aktif 100 100 100

Keterangan :
* cakupan dihitung berdasarkan hasil dan sasaran dari 2 bulan berjalan yakni
Januari Februari 2017
** Pencapaian didasarkan atas cakupan dari 2 bulan berjalan yakni Januari
Februari 2017

Tabel 2. Daftar Masalah Kegiatan 5 Program Pokok Puskesmas Borobudur


Bulan Januari hingga Februari 2017 dengan Pencapaian < 100%

No Masalah Pencapaian Besar Masalah

1 Cakupan kunjungan bumil (K4) 82,99 17,01%

Cakupan pertolongan persalinan


2 83,28 16,72%
oleh tenkes

3 Cakupan Kn1 86,75 13,25%

4 Cakupan Kn2 91,32 8,68%

5 Cakupan Kn3 90,62 9,38%

6 Cakupan kunjungan bayi 82,06 17,94%

21
Neonatal resti/komplikasi yang
7 88,89 11,11%
ditan gani (PONED)

8 Jumlah seluruh peserta KB aktif 95,97 4,03%

Cakupan pelayanan pra usila


9 96,59 3,41%
dan usila

10 Rumah tangga sehat 94,23 5,77%

11 Cakupan suspek TB paru 13,78 86,22%

12 Posyandu purnama 60,22 39,78%

Balita yang naik berat badannya


13 97,58 2,42%
(N/D)
Cakupan ibu hamil yang diberi
14 89,95 10,05%
90 tablet Fe
Cakupan ibu nifas yang
15 92,53 7,47%
mendapat kapsul vitamin A

Imunisasi dasar belum lengkap


16 91,32 8,68%
(polio 1)

2.3 TEKNIK PENENTUAN PRIORITAS


a. Brainstorming
Metode ini diarahkan untuk merumuskan dan menetapkan kriteria prioritas
yang sesuai dengan kebutuhan setempat. Dengan penjelasan maksud dan tujuan,
responden akan merespon beberapa ide kriteria ukur yang diperlukan. Peran
22
fasilitator menggugah dalam perumusan kriteria prioritas dengan cara menyatukan
setiap kriteria yang bermakna sama, sampai diperolehnya kriteria prioritas yang
diinginkan bersama. Misalnya, dalam menentukan prioritas masalah dalam
program cakupan TB mengusulkan kriteria sebanyak beberapa karakteristik yaitu
penyebab rendahnya cakupan TB di puskesmas, ketersediaan sumberdaya/potensi,
kemudahan dalam penyelenggaraan dan penyelesaiannya, tingkat partisipasi
masyarakat. Dari beberapa kriteria tersebut disepakati prioritas masalah,
selanjutnya untuk menentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode
pembobotan, yaitu dengan pemberian skor setiap kriteria atas berbagai
permasalahan yang teridentifikasi. Nilai yang tertinggi menjadi prioritas utama ,
sebaliknya nilai terendah belum mendapat prioritas untuk ditanggulangi segera.

b. Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA)


Menggunakan kriteria majemuk untuk menentukan prioritas masalah yang
didasarkan dengan pemberian skor dan bobot pada masalah yang teridentifikasi.
Namun, sebelumnya perlu diidentifikasi terlebih dahulu permasalahnnya.
Sementara langkah penetapan kriteria dengan menggunakan pendekatan
epidemiologi PEARL, CARL, Delbecq, Delphi, dan lain sebagainya. Ketentuan
membuat tabel MCUA adalah sebagai berikut:
a. Buat judul tabel apa, dimana dan kapan
b. Garis mendatar untuk masalah yang diamati
c. Kolom ke bawah untuk kriteria dengan nilai bobotnya
d. Berikan bobot masing-masing kriteria sesuai dengan hasil brainstorming
atau kesepakatan kelompok
e. Berikan skor masing masing masalah sesuai dengan kesepakatan adalah
nilai rata-rata yang diberikan
f. Nilai skor dan bobot dikalikan
23
g. Prioritas disusun berdasarkan nilai yang diberikan dari nilai terbesar
hingga terkecil

c. Metode Delphi
Metode ini sebelumnya digunakan untuk meramal kejadian yang akan datang.
Maksudnya metode ini telah mempertimbangkan keputusan untuk estimasi
dampak dan konsekuen dari pilihan kebijakan yang diambil atau sesuai dengan
kebutuhan yang akan datang atau meramal masalah sosial dan masa depan
organisasi. Delphi merekomendasikan empat langkah penerapan metode ini, yaitu:
a. Isu dan pertanyaan yang diajukan kepada para ahli untuk diformulasi
b. Pertanyaan atas isu ini disampaikan kepada partisipasi yang memberikan
respon tanpa diketahui namanya
c. Memungkinkan respon berasal dari opini para ahli atau gabungan
d. Respon mendeteksi suatu konsensus atau tetap kalau opini yang divergent

Langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut:


a. Seleksi anggota kelompok yang terdiri dari 6-10 orang
b. Masing-masing anggota mengajukan pendapat sesuai dengan kuesioner
yang dibagikan
c. Hasil pendapat masing-masing anggota dihitung, kemudian dibagi seluruh
anggota untuk dibandingkan pendapatnya dengan pendapat anggota yang
lain
d. Proses berulang kali, melalui pembahasan, perbaikan dan penjelasan yang
akhirnya dapat dicapai kesepakatan.

d. Metode Delbecq

24
Metode ini dirumuskan dalam kelompok diskusi terarah atau focus grup
discussion (FGD) membahas dan merumuskan kriteria prioritas dengan berbagai
langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi dan inventarisasi kriteria
Setiap anggota mempunyai hak memberikan usulan kriteria prioritas
dalam menentukan permasalahan yang dianggap paling bermasalah dengan
berbagai pendapat, misalnya:
- Adanya ancaman terhadap status kesehatan
- Adanya kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan
- Ketersediaan sumberdaya
- Alasan ekonomi atau proporsi kemiskinan
- Tingkat kebutuhan masyarakat
- Tingkat partisipasi masyarakat
Contoh lain, dalam rangka merekrutment Forum Desa Siaga, Musyawarah
Masyarakat Desa menentukan kriteria seperti keterbukaan, demokrasi,
kerelawanan, tanggung jawab, kebersamaan, berkelanjutan, dan kemandirian serta
desentralisasi.
2. Mengkaji dan mengevaluasi kriteria
Seluruh kriteria yang disampaikan oleh anggota diinventarisasi, kemudian
di kaji ulang dan dikelompokkan untuk kriteria yang sama atau yang mengandung
makna yang sama yang akhirnya digabung. Tujuan langkah ini adalah
menyederhanakan kriteria prioritas masalah agar lebih efektif dan efisien.

e. Metode Hanlon
Tujuan metode Hanlon dalam Wijono (1999), daam buku Manajemen
Mutu Pelayanan Kesehatan Vol 1, Pemecahan Masalah dan, Pembuatan
Keputusan adalah:
25
a. Untuk mengidentifikasi berbagai faktor luar yang mempengaruhi masalah
yang ada yang diperlukan dalam proses penentuan prioritas masalah
b. Menginventarisasi berbagai faktor tersebut dan memberikan bobot
terhadap kelompok faktor
c. Memungkinkan terjadi perubahan faktor dan nilai sesuai dengan keperluan
Kriteria pada metode ini telah ditetapkan, yaitu empat kriteria, sedangkan
pemberian nilai ditentukan oleh masing-masing kelompok antara nilai 1-5.
Kriteria yang dimaksud adalah:
- Kriteria I adalah besarnya masalah (magnitude)
- Kriteria II adalah tingkat kegawatan masalah (emergency/seriousness)
- Kriteria III adalah kemudahan penanggulangan masalah (causability)
- Kriteria IV adalah berbagai faktor yang menentukan dapat tidaknya program
tersebut dilaksanakan PEARL factor.
Prosedur Metode Hanlon:
a. Menetapkan kriteria I besar masalah (magnitude), dalam menetapkan besar
masalah mengacu pada berbagai komponen dengan nilai 1-10 terhadap
indikator di bawah ini:
- Besarnya persentase penduduk yang menderita langsung karena
penyakit atau masalah itu
- Besarnya pengeluaran biaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
- Besarnya kerugian yang dirasakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut.

Tabel 3. Contoh Metode Hanlon Penetapan Prioritas Masalah Kriteria I


Masalah % Penduduk Biaya Kerugian Total Rata-rata
Pengeluaran

26
A 6 6 4 16 5,35
B 8 8 6 22 7,33
C 10 4 6 20 6,66

b. Menetapkan kriteria tingkat kegawatan masalah (emergency/seriousness)


yang diberi nilai 1-10 dengan indikator sebagai berikut:
- Tingkat urgensinya
- Kecenderungannya
- Tingkat keganasannya
Tabel 4. Metode Hanlon Penetapan Prioritas Masalah Kriteria II
Masalah Keganasan Urgensi Kecenderungan Total Rata-rata
A 6 9 5 20 6,6
B 3 7 7 17 5,6
C 7 6 3 16 5,3

c. Menetapkan kriteria kemudahan penanggulangannya. Masing-masing


anggota dalam contoh kasus ini sebnayak 6 orang, memberikan nilai
antara 1-5 berdasarkan perkiraan kemudahan dalam penanggulangannya,
dengan kriteria nilai:
- Amat sulit diberi nilai = 1
- Sulit diberi nilai = 2
- Cukup sulit/cukup mudah diberi nilai = 3
- Mudah diberi nilai = 4
- Sangat mudah diberi nilai = 5

Pemberian nilai pada kelompok kriteria III adalah sebagai berikut:

27
Masalah A = (3+2+3+4+3+2)/6 = 17/6= 2,8;
Masalah B = (2+2+3+2+2+3)/6 = 14/6 = 2,3;
Masaah C = (3+4+5+3+3+5)/6 = 23/6 = 3,8

Faktor-Faktor PEARL
Faktor PEARL bertujuan untuk menjamin terselenggaranya kesinambungan
program dengan baik. Dengan cara votting memberikan nilai faktor PEARL 1
untuk menilai Ya dan 0 untuk nilai Tidak dengan indikator sebagai berikut:
- P = Kesesuaian (appropriateness)
- E = Secara ekonomi murah (economic feasibility)
- A = Dapat diterima (acceptability)
- R = Tersedianya sumber (resources availability)
- L = Legalitas terjamin (legality)
Dengan cara aklamasi, peserta memberi nilai 1 atau 0 yang disusun dalam tabel
PEARL. Selanjutnya angka-angka tersebut dimasukkan dalam format rekapitulasi
metode hanlon dan pearl.

f. Metode USG
Metode ini merupakan semi kuantitatif untuk menentukan prioritas masalah
dengan memperhatikan aspek U (Urgency) S (Seriousness) dan G (Growth)
dengan maksud:
a. Urgensi (urgency), dilihat ketersediaan waktu, apakah mendesak atau tidak
masalah tersebut untuk diselesaikan.
b. Keseriusan (seriousness), dampak masalah terhadap produktivitas kerja atau
mempengaruhi keberhasilan kinerja, membahayakan sistem yang ada atau
tidak dan sebagainya.
28
c. Pertumbuhan/perkembangan (growth). Apakah masalah berkembang
sedemikian rupa sehingga sulit atau tidak bisa dicegah.
Caranya adalah:
a. Setiap anggota memberi nilai 1-10
b. Jumlah nilai yang diberi anggota dibagi jumlah anggota setiap masalah dan
kriteria
c. Jumlahkan nilai dari tiga aspek USG tersebut, nilai tertinggi menjadi prioritas
utama.
Tabel 5. Contoh Prioritas Masalah Menurut Metode USG...
Masalah Urgency Seriousness Growth Total
A 2 3 2 7
B 4 2 2 8
C 0 0 1 1
D 1 1 1 3
Berdasarkan tabel USG tersebut, masalah yang mendapat prioritas utama
adalah masalah B dengan nilai 8 sehingga urutan masalahnya adalah B, A, D, dan
C (Wijono)

Rumus
Prioritas masalah yang dihitung berdasarkan rumus, lebih mendekati kebenaran
sebab akibat sehingga identifikasi masalah lebih cermat atau lebih objektif. Cara
ini biasanya diterapkan di Amerika latin. Dengan rumusnya adalah sebagai
berikut:

=

Keterangan:
P = Prioritas yang dipilih
29
M = Magnitude / besar masalah
V = Vulnerability, yakni seberapa jauh masalah tersebut dapat diselesaikan.
Diukur dengan memperhatikan kemungkinan penurunan jumlah kasus yang
terkena seandainya rencana tersebut dilaksanakan.
I = Importancy, yakni derajat kepentingan diselesaikannya masalah itu yang dapat
diketahui, misalnya kelainan, kematian dan sebagainya, apabila masalah tersebut
tidak dapat diselesaikan/mudah diselesaikan.
C = Cost, atau biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana yang disusun.

Dengan mengetahui nilai P berdasarkan hasil hitungan rumus di atas dari


berbagai permasalahan, maka dapat ditentukan masalah yang diprioritas utama.
(Wijono, 1999). Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada di Puskesmas
Borobudur, ditentukan prioritas masalah berdasarkan metode USG kuantitatif
sebagai berikut :
Tabel 6.Penentuan prioritas masalah dengan metode USG kuantitatif

No Masalah Besar U S G TN Prioritas


Masalah

1 Cakupan suspek TB paru 86,22% 4,5 4,00 5,00 13,50 1

Cakupan pertolongan
2 16,72% 4,5 4,9 2,5 11,90 2
persalinan oleh tenkes

3 Rumah tangga sehat 5,77% 4 4,5 3 11,50 3

Neonatal resti/komplikasi
4 11,11% 4,00 5,00 2,5 11,50 4
yang ditan gani (PONED)

Jumlah seluruh peserta


5 4,03% 4,25 5,00 2,00 11,25 5
KB aktif

30
Balita yang naik berat
6 2,42% 4,00 4,60 2,5 11,10 6
badannya (N/D)

Imunisasi dasar belum


7 8,68% 4,00 4,00 3,00 11 7
lengkap (polio 1)

Cakupan pelayanan pra


8 3,41% 3,25 5,00 2,5 10,75 8
usila dan usila

9 Posyandu purnama 39,78% 2,75 5,00 2,5 10,25 9

10 Cakupan kunjungan bayi 17,94% 3,25 4,08 2,5 9,83 10

11 Cakupan Kn1 13,25% 4,00 4,75 1,00 9,75 11

12 Cakupan Kn2 8,68% 3,25 4,3 1,5 9,05 12

Cakupan ibu hamil yang


13 10,05% 4,5 3,50 1,00 9 13
diberi 90 tablet Fe

14 Cakupan Kn3 9,38% 2,75 4,3 1,5 8,55 14

Cakupan kunjungan
15 17,01% 3,25 4,16 1,00 8,41 15
bumil (K4)

Cakupan ibu nifas yang


16 mendapat kapsul vitamin 7,47% 3,25 4,00 1,00 8,25 16
A

31
PRIORITAS MASALAH

1. Cakupan suspek TB paru


2. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenkes
3. Rumah tangga sehat
4. Neonatal resti/komplikasi yang ditan gani (PONED)
5. Jumlah seluruh peserta KB aktif
6. Balita yang naik berat badannya (N/D)
7. Imunisasi dasar belum lengkap (polio 1)
8. Cakupan pelayanan pra usila dan usila
9. Posyandu purnama
10. Cakupan kunjungan bayi
11. Cakupan Kn1
12. Cakupan Kn2
13. Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe
14. Cakupan Kn3
15. Cakupan kunjungan bumil (K4)
16. Cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A
Berdasarkan diskusi dan hasil konfirmasi dengan kepala Puskesmas
Borobudur, kelompok Kami ditugaskan untuk menganalisis prioritas masalah
nomor 1, yaitu cakupan suspek TB paru sebesar 13,78% di unit P2M
Puskesmas Borobudur periodeJanuari-Februari 2017.

32
2.4 IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH
Beberapa teknik yang digunakan dalam rangka mengidentifikasi penyebab
masalah telah diuraikan diatas. Beberapa metode yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Focus Grup Discussion (FGD)
2. Indepht inteview
3. Fishbone Diagram
4. Statistik.

A. Indepth Interview
Langkah-langkah dalam melakukan wawancara mendalam (indepth
interview) adalah:
- Menentukan tokoh kunci yang menjadi responden. Pada kasus ini
adalah Kepala Puskesmas, pemegang program P2, dokter serta
laboran.
- Menentukan topik atau pertanyaan yang merupakan pedoman dalam
pelaksanaan indepht interview. Pada kasus ini adalah mengenai
cakupan TB di puskesmas Borobudur yang rendah. Apa yang
menyebabkan cakupan TB di puskesmas Borobudur rendah? Apakah
sudah ada SOP penjaringan TB yang dikerjakan di puskesmas
Borobudur? Bagaimana pelaksanaan penjaringan TB di wilayah kerja
Puskesmas Borobudur?
- Siapkan peralatan yang diperlukan, misalnya tape recorder, note book,
ball point.
- Buat kesepakatan jadwal pelaksanaan wawancara.
- Menggali informasi lebih dalam dengan pertanyaan terbuka dan
mengembangkan pertanyaan berikutnya lebih spesifik untuk
33
mempertegas jawaban sebelumnya atau mempertajam akar
permasalahan yang sesungguhnya, walaupun secara statistik tidak
mempunyai hubungan yang signifikan.

B. Focus Group Discussion (FGD)


Tahapan dalam pelaksanaan FGD berikut ini adalah:
- Menyiapkan peralatan yang digunakan misalnya tape recorder, alat
tulis danlain-lain.
- Menentukan kelompok diskusi, dalam kasus ini mahasiswa PBL di
puskesmas Borobudur berjumlah 12 mahasiswa.
- Tentukan kesepakatan prosedur diskusi yang akan dilakukan bersama.
Prosedur diskusi melingkupi pemaparan data yang ditemukan dari
puskesmas Borobudur, kemudian mendiskusikan masalah cakupan TB
di puskesmas Borobudur yang rendah.
- Membina suasana yang kondusif, agar lebih hidup dan mencair.

C. Fishbone Diagram.
Tahapan dalam penyusunan fishbone diagram adalah sebagai berikut:
- Gambarkan garis besar sebagai tulang ikan yang menggambarkan
sebab-akibat
- Menentukan karakteristik permasalahan
- Menuliskan pada tulang utama faktor risiko yang paling
mempengaruhi sebagai penyebab timbulnya permasalahan. Pada kasus
ini digunakan komponen pendekatan sistem yang paling berpengaruh
adalah method dan material.
- Selanjutnya, mencari faktor penyebab pada faktor risiko utama dan
cantumkan pada tulang sedang ataupun tulang kecil.
34
- Secara sederhana faktor risiko tersebut disusun dalam tabel kemudian
dimasukkan dalam fishbone diagram di bawah ini.

Gambar 2. Fishbone diagram pada masalah rendahnya cakupan suspek TB paru di


Puskesmas Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang periode Januari-
Februari 2017

D. Uji Statistik.
Bertujuan mencari faktor risiko yang signifikan dengan cara sebagai
berikut:
- Tentukan skala ukur parameter misalnya nominal, ordinal, rasio dan
interval. Dalam analisis sederhana pendekatan epidemiologi, biasanya
menggunakan kategori.

35
- Masukan data (data entry) dalam program SPSS, kemudian lakukan
analisis yang telah ditentukan.
- Tentukan uji statistik yang digunakan. Dalam hal ini disesuaikan
dengan jumlah sampel dan desain analisis. Dalam epidemiologi pada
umumnya menggunakan tabel 2x2 atau menggunakan chi-square
sebagai uji statistiknya, karena pada dasarnya bertujuan mencari faktor
risiko yang berhubungan antara exposure dan outcome. Kemudian
untuk mencari faktor yang mempengaruhi kejadian outcome
diperlukan pendekatan multivariat misalnya regresi logistik sederhana.
- Analisis penerimaan hipotesis dengan membandingkan nilai
probabilitas dengan alpha. Apabila nilai probabilitas (p-value)< alpha
(5%), maka hipotesis diterima atau terdapat hubungan yang signifikan
antara exposure dengan outcome. Sementara uji multivariat untuk
mencari faktor risiko yang lebih berperan mempengaruhi outcome.

PENENTUAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH

Berbagai langkah dalam menentukan prioritas masalah pada diagnosis


komunitas terdiri dari tahapan :

1. Tetapkan kriteria prioritas yang digunakan


2. Buat tabel prioritas sesuai dengan desain atau metode yang digunakan
3. Berikan nilai sesuai dengan skor yang telah ditentukan
4. Berikan nilai masing-masing kriteria dengan perkalian bobot dengan skor
5. Dengan menjumlah nilai kriteria, nilai tertinggi merupakan prioritas
masalah yang utama sedangkan nilai terkecil, belum menjadi prioritas
untuk ditanggulangi segera

36
Contoh : Pada Kasus di Puskesmas Borobudur menggunakan Paired
Comparison

Berdasarkan Fishbone analysis maka didapatkan penyebab permasalahan sebagai


berikut:

A : Tidak ada SOP untuk koordinasi antara petugas kesehatan mengenai


pelacakan kasus TB Paru

B : Kurangnya koordinasi antar petugas koordinator, bidan, perawat dan


laborat

C : Tidak ada koordinasi antar petugas kesehatan lintas program dalam


pelacakan suspek TB

D : Kurangnya koordinasi dengan dokter praktek swasta dalam pelaporan


kasus suspek TB

E : Tidak dilakukan follow up mengenai terdistribusinya media edukasi


pada masyarakat oleh kader kesehatan

F : Masih menggunakan passive case finding saja

G : Kurangnya kualitas dan kuantitas sarana penyuluhan/media edukasi


untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
TB

Penyebab masalah tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode Paired


Comparison

37
Tabel 7. Tabel Paired Comparison untuk mengurutkan penyebab masalah
rendahnya cakupan suspek TB di Puskesmas Borobudur, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang

Dari tabel Paired Comparison di atas didapatkan urutan penyebab masalah


yaitu A (skor=6), B (skor=5), D (skor=4), F (skor=3), G (skor=2), C (skor=1) dan
E (skor=0).

38
Data tersebut kemudian dihitung persentasenya untuk kemudian
dimasukkan ke dalam diagram Pareto
Tabel 8. Diagram Pareto

No. Penyebab Frekuensi % Kumulatif %


Masalah Kumulatif
1. A 6 28,57% 6 28,57%

2. B 5 23,80% 11 52,37%

3. D 4 19,04% 15 71,42%

4. F 3 14,28% 18 85,71%

5. G 2 9,52% 20 95,24%

6. C 1 4,76% 21 100%

7. E 0 0% 21 100%

39
Diagram Pareto
100.00% 100% 100%
95.24%
85.71%
80.00%
71.42%

60.00%
52.37%

40.00%
28.57%
28.57% 23.80%
19.04%
20.00% 14.28%
9.52%
4.76%
0%
0.00%
A B D F G C E

Persentase Penyebab Persentase Kumulatif

Grafik 1. Diagram Pareto

Berdasarkan diagram Pareto di atas didapatkan penyebab A, B, D dan F


merupakan penyebab masalah yang mencapai nilai 80% di diagram Pareto dengan
persentase A sebesar 28,57%, B sebesar 23,80%, D sebesar 19,04% dan F sebesar
14,28%. Berdasarkan hasil tersebut maka didapatkan penyebab A, B, D dan F
mempunyai daya ungkit terbesar. Alternatif pemecahan masalah akan difokuskan
untuk memecahkan penyebab A, B, D dan F.

2.5 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


a. Brainstrorming
Langkah dan solusi yang diperoleh melalui metode ini diawali dengan:
- Memilih desain semua solusi
- Daftar semua solusi yang diusulkan

40
- Seleksi kriteria solusi yang dikemukan dalam rangka menentukan solusi
yang terbaik
- Memilih solusi untuk pelaksanaan mengatasi permasalahan

b. Analisis SWOT
Tahapan penyusunan analisis SWOT adalah sebagai berikut:
- Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
- Masukkan faktor risiko dalam kolom SWOT, aspek internal adalah
variabel kekuatan (strength) dan variabel kelemahan (weakness).
Sedangkan aspek eksternal adalah variabel peluang (opportunis) dan
hambatan (threats).

Berdasarkan metode Paired Comparison, ditemukan beberapa penyebab


masalah yang apabila diatasi memiliki daya ungkit untuk penyelesaian masalah,
yaitu:
A :Tidak ada SOP untuk koordinasi antara petugas kesehatan mengenai
pelacakan kasus TB Paru
B :Kurangnya koordinasi antar petugas koordinator, bidan, perawat dan
laborat
D :Kurangnya koordinasi dengan dokter praktek swasta dalam pelaporan
kasus suspek TB
F :Masih menggunakan passive case finding saja

41
Oleh karena itu, beberapa alternatif pemecahan penyebab masalah tersebut
adalah:
1. Alternatif 1 =Pembuatan SOP untuk koordinasi antar petugas
kesehatan mengenai pelacakan kasus suspek TB
2. Alternatif 2 = sosialisasi terhadap petugas kesehatan untuk
meningkatkan koordinasi antar dokter, perawat dan
petugas laborat dalam menjaring suspek TB. Koordinasi
yang dimaksud adalah koordinasi antar laborat dan
koordinator TB dimana ketika pot TB tidak kembali,
laborat harus melaporkan ke koordinator program TB
untuk segera melakukan kunjungan rumah ke pasien.
3. Alternatif 3 = Meningkatkan motivasi petugas kesehatan untuk
melakukan pelacakan suspek TB. Motivasi yang
dimaksud adalah menggerakan petugas kesehatan lain
selain koordinator TB untuk dapat melakukan kunjungan
rumah demi meningkatkan pelacakan suspek TB.
4. Alternatif 4 = Meningkatkan kerja sama dengan dokter praktek
swasta dalam sistem pelaporan suspek TB dalam
wilayah kerja puskesmas Borobudur menggunakan
jejaring kerja online
Pengambilan Keputusan
Setelah mengembangkan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah,
maka selanjutnya dilakukan penyarinngan kegiatan dengan menggunakan
pertimbangan (kriteria mutlak) berupa input dan output, serta pertimbangan
kriteria keinginan berupa proses kegiatan. Pengambilan keputusan merupakan
teknik memilih cara terbaik (kegiatan atau program) untuk mencapai tujuan

42
(sasaran yang ditetapkan) secara efektif dan efisien. Proses pengambilan
keputusan menggunakan kriteria mutlak dan kriteria keinginan.

Kriteria mutlak untuk mengambil keputusan :

1. Tenaga: Dokter, Perawat, Kader kesehatan

2. Dana: BLUD ( Badan Layanan Umum Daerah ) dan BOK ( Bantuan

Operasional Kesehatan )

3. Sarana: Puskesmas Borobudur

Tabel 9. Kriteria mutlak

Kriteria Tenaga: Dana: BLUD Sarana : Hasil


Dokter, ( Badan Puskesmas
Perawat, Layanan Borobudur
Alternatif Kader Umum
kesehatan Daerah ) dan
BOK

( Bantuan
Operasional
Kesehatan )

Alternatif 1 1 1 1 LULUS

Alternatif 2 1 1 1 LULUS

Alternatif 3 1 1 1 LULUS

Alternatif 4 1 1 1 LULUS

43
Keterangan :

1. Alternatif 1=Pembuatan SOP untuk koordinasi antar petugas kesehatan


mengenai pelacakan kasus suspek TB
2. Alternatif 2 = sosialisasi terhadap petugas kesehatan untuk meningkatkan
koordinasi antar dokter, perawat dan petugas laborat dalam menjaring
suspek TB
3. Alternatif 3= Meningkatkan motivasi petugas kesehatan untuk
melakukan pelacakan suspek TB
4. Alternatif 4 = Meningkatkan kerja sama dengan dokter swasta dalam
sistem pelaporan suspek TB dalam wilayah kerja
puskesmas Borobudur menggunakan jejaring kerja
online
Skor : 1= Ya ; 0=Tidak

Berdasarkan tabel kriteria mutlak di atas, didapatkan hasil bahwa tersebut


lolos kriteria mutlak. Selanjutnya, alternatif pemecahan masalah yang mampu
melewati kriteria mutlak kemudian dianalisis kembali dengan menggunakan
kriteria keinginan. Adapun kriteria keinginan tersebut seperti yang terpapar pada
tabel dibawah ini.

Tabel 10. Kriteria keinginan

Kriteria Mudah Berkembang Berkelanjutan Total

Alternatif (x50) (x30)


(x20)

Alternatif 1 5x20 = 100 4x50 = 200 5x30 = 150 450

44
Alternatif 2 2x20 = 40 3x50 = 150 4x30 = 120 310

Alternatif 3 5x20 = 100 3x50 = 150 3x30 = 90 340

Alternatif 4 4x20= 80 3x50 = 150 4x30 = 120 350

Keterangan :

1. Alternatif 1 =Pembuatan SOP untuk koordinasi antar petugas kesehatan


mengenai pelacakan kasus suspek TB
2. Alternatif 2 = Sosialisasi terhadap petugas kesehatan untuk
meningkatkan koordinasi antar dokter, perawat dan petugas laborat dalam
menjaring suspek TB
3. Alternatif 3 = Meningkatkan motivasi petugas kesehatan untuk
melakukan pelacakan suspek TB
4. Alternatif 4 = Meningkatkan kerja sama dengan dokter swasta dalam
sistem pelaporan suspek TB dalam wilayah kerja puskesmas Borobudur
menggunakan jejaring kerja online

Berdasarkan tabel kriteria keinginan di atas, didapatkan bahwa 4 alternatif


yang lolos kriteria mutlak kemudian dianalisis dengan menggunakan kriteria
keinginan yaitu mudah (poin = 20), berkembang (poin 50) dan berkelanjutan (poin
30). Alternatif pemecahan masalah dengan total skor tertinggi adalah alternatif
pemecahan masalah ke 1, yakni pembuatan SOP untuk koordinasi antar petugas
kesehatan mengenai pelacakan kasus suspek TB. Selanjutnya dari kriteria
keinginan, langkah selanjutnya adalah membuat Plan of Action (POA) untuk
alternatif pemecahan masalah terpilih.

45
2.6 PELAKSANAAN
Tahapan pelaksanaan terdiri dari kegiatan tahapan persiapan, pelaksanaan,
evaluasi dan tindak lanjut. Agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan benar
serta mudah dipantau, maka perlu disusun dalam tabel jadwal kegiatan. Secara
rinci diuraikan di bawah ini.
Tahapan Persiapan
- Penyamaan persepsi, seperti kegiatan sosialisasi, kampanye, penyuluhan,
seminar dan lain sebagainya.
- Berbagai pelatihan, yang di arahkan untuk meningkatkan kapasitas
sumberdaya manusia sebagai komponen sumberdaya pokok manajemen
yang merupakan user atau pelaksana kegiatan
Tahapan Pelaksanaan
- Pembentukan tim atau kelompok yang menjadi objek kegiatan
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur atau standar operasional
yang telah ditetapkan dalam petunjuk operasional atau protap.
- Pemantauan dan monitoring , merupakan aspek majemen yang bersifat
mengawasi pelaksanaan kegiatan agar tidak terjadi penyimpangan atau
hal-hal yang menghambat mencapai tujuan .
Tahapan Evaluasi
- Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan sistem, Input-Proses-Output
yang merupakan bagian tak terpisahkan atau satu kesatuan yang utuh.
Tahapan Tindak Lanjut
- Merupakan perbaikan kegiatan sebagaimana siklus PDAC( plan, do,
action, check)
- Melanjutkan kegiatan yang belum selesai dilaksanakan

46
Dalam pelaksanaanya agar disusun dalam daftar kegiatan yang menggunakan
formula dalam format POA, sehingga mudah dipantau perkembangan atau
progress report sebagai berikut:

47
Tahapan Monitoring dan Evaluasi

- Menentukan cara pengukuran pasca intervensi


- Monitoring dilaksanakan sepanjang proses intervensi
- Evaluasi dilaksanakan paling sedikit 2 kali dalam proses intervensi tersebut,
yaitu di tengah dan di akhir
- Buatlah analisis perbanding pra dan pasca intervensi
- Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan sistem, Input-Proses-Output
yang merupakan bagian tak terpisahkan atau satu kesatuan yang utuh.

Pada laporan Puskesmas Borobudur tidak dilakukan perencanaan


monitoring dan evaluasi, tetapi disampaikan saran yang sebaiknya dilakukan
untuk meningkatkan cakupan suspek Tb diantaranya sebagai berikut.

1. Kepada Puskesmas Borobudur untuk mengadakan rapat dengan


bagian terkait, yaitu kepala puskesmas, pemegang program, penanggung
jawab P2M, penanggung jawab UKM esensial, kepegawaian, dan
pembentukan tim penyusun SOP.
2. Kepada Puskesmas Borobudur untuk pengumpulan materi SOP
yang kemudian disusun menjadi SOP, diperiksa dan diuji cobakan, lalu
disahkan secara resmi dan disosialisakan kepada seluruh petugas kesehatan
yang terkait dan diimplementasikan.
3. Kepada Puskesmas Borobudur untuk mengadakan rapat dengan
bagian terkait, yaitu kepala puskesmas, pemegang program, penanggung
jawab P2M, penanggung jawab UKM esensial, kepegawaian dan
pembentukan tim penyusun SOP.
4. Kepada Puskesmas Borobudur untuk pengumpulan materi SOP
yang kemudian disusun menjadi SOP, diperiksa dan diuji cobakan, lalu
48
disahkan secara resmi dan disosialisakan kepada seluruh petugas kesehatan
yang terkait dan diimplementasikan.

49
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadisapoetro Soeharyo, Muhammad Nizar, Agus Suwandhono. 2011.
Epidemiologi Manajerial Teori dan Aplikasi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
2. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2014. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas.
Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI
3. Husein Umar, 2003, Metode Riset Akuntansi Terapan Cetakan Pertama.
Jakarta : Ghalia Indonesia.
4. Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
5. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2017. Laporan
Hasil Peninjauan Manajemen Puskesmas dan Mutu Pelayanan di
Puskesmas Borobudur Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
Periode Januari-Februari 2017. Magelang.

50

Anda mungkin juga menyukai