Anda di halaman 1dari 7

LTM Material Komposit Topik 11 2014

Epoxy vinyl ester and other resins in chemical process equipment


Oleh Rizqi Pandu Sudarmawan [0906557045], Kelompok 9

9.1 Introduction
Chlor-alkali production & utilizing plant di Dow Chemical Company berkembang
begitu pesat kebutuhan produk meningkat reaksi harus lebih cepat harus
menaikkan T reaksi laju korosi .
Di plant tersebut, aliran ber pH yang mudah menyebabkan korosi, mengalir
berdampingan dengan aliran asam ber pH . Selain itu juga terdapat incoming brine
lines (salt water) & outgoing hypochlorite lines, wet chlorine, dry chlorine, dan aliran
gas hidrogen produksi berbagai chemical intermediates (contohnya chlorinated
solvent : glycol ether) yang membutuhkan klorin atau caustic alkali dalam prosesnya.
Dalam secondary processing plant sering terdapat mixed streams yang mengandung
caustic alkali atau mineral acid & bahan organik masalah korosi gunakan bahan
komposit tahan korosi glass reinforced platics (GRP).
9.2 Raw Materials
Langkah pertama seleksi & desain struktur GRP yang baik pemilihan raw material
dengan spesifikasi yang cocok untuk aplikasi yang diinginkan.
Bahan dasar reinforced plastic : bahan penguat fiber (biasanya fiber glass) yang berada
dalam suatu resin. Fiber menanggung mechanical load pada struktur, sedangkan resin
untuk melindungi fiber dari chemical attack.
9.3 Resins
Ada 5 jenis resin yang biasa digunakan pada produksi pipa & tangki untuk proses industri
kimia, yaitu isopolyester resin, orthopolyester resin, bisphenol-A epoxy vinyl ester resin,
novolac epoxy vinyl ester resin, dan bisphenol-A epoxy resin cured with methylene
dianiline.
9.3.1 Polyesters
Unsaturated polyester resin : produk polikondensasi dari dicarboxylic acid atau
anhydrides dengan dyhydroxy alcohol (bersama dengan diol atau glycol) yang
dilarutkan dalam styrene monomer.
Anhydrides yang sering digunakan: maleic & phthalic selama reaksi terhidrolisis
membentuk asam. Maleic acid berubah menjadi fumaric acid.

1 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik 11 2014
Tipe diol yang digunakan : ethylene, propylene, diethylene, dipropylene, neopentyl
glycol, dan bisphenol A.
Keuntungan penggunaan polyester resin:
a. Penggunaan polyester sangat luas & banyak, serta secara umum di pasar banyak
terdapat bahan yang anti korosi dari polyester. Alat proses kimia tahan korosi
digunakan polyester dengan spesifikasi tertentu & lebih mahal. Asam yang
digunakan adalah isophthalic acid atau fumaric acid, dimana gugus hydroxyl
disediakan oleh neopentyl glycol atau bisphenol A.
b. Mudah digunakan pada proses produksi (easy to work with). Viskositas pada suhu
ruang : 300-700 mPa s cukup rendah untuk wet out (resin impregnation of fiber
reinforcement) glass fiber yang cepat dan efisien. Curing yang baik pada suhu
ruang menyediakan acceptable mechanical & thermal properties, dan mampu
bertahan terhadap bahan kimia cair dengan range yang luas pada suhu sedang.
c. Murah harga berkisar 2-3 DM/kg.
Isopolyester resin : berbasiskan isophthalic acid (bukan phthalic anhydride) dan
sering digunakan secara luas karene easy to handle & tahan terhadap banyak bahan
kimia pada konsentrasi rendah & suhu sedang (< 40oC). Tetapi ketahanan vessel dari
isopolyester resin < ketahanan vessel dari epoxy vinyl ester.
Bis-A fumarate resin : bisphenol A digunakan sebagai basis bersama dengan fumaric
acid. Merk yang terkenal : seri Crystic 600 (dari Scott Bader) & seri Atlac (oleh
DSM-BASF). Memiliki chemical resistance & thermal resistance yang bagus.
Memiliki performa yang bagus di lingkungan yang mengalami kontak dengan larutan
ber pH tinggi. Namun bersifat brittle (hanya 2-3% tensile elongation at break)
susah bila digunakan untuk pressure vessel. Harganya sekitar 4 DM/kg.
9.3.2 Epoxy resins
Epoxy resin yang banyak digunakan : produk reaksi bisphenol A atau novolac
phenolic resin dengan epychlorhydrin.
Epoxy resin dikeraskan dengan aromatic amine atau cycloaliphatic amine untuk
produksi material tahan korosi yang digunakan pada industri proses kimia. Hardener
yang ditambahkan berkisar antara 20-100 phr (parts per hundred resin) hardener
memiliki proporsi yang besar pada matriks resin dan berpengaruh signifikan terhadap
mechanical properties & corrosion properties dari cured resin pemilihan hardener
yang cocok sangat penting.
2 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
LTM Material Komposit Topik 11 2014
Epoxy resin memiliki viskositas hingga ribuan mPa s pada suhu ruang lebih sulit
wet out glass fibre dibandingkan bila menggunakan polyester wet out melibatkan
pemanasan campuran resin hingga 40-60oC viskositas hingga < 1000 mPa s.
Hardener untuk epoxy resin yang memberikan ketahanan korosi & mechanical
properties yang bagus : aromatic amine paling sering digunakan adalah MDA
(methylene dianiline) di Uni Eropa termasuk karsinogen kategori 2 (bahan yang
harus diperlakukan sebagaimana bahan yang bersifat karsinogenik terhadap manusia)
diganti dengan IPD (isophoronediamine). MDA atau IPD yang dipakai berkisar 25
phr untuk epoxy resin dengan berat molekul rendah.
IPD : liquid cycloaliphatic amine dengan tingkat keracunan yang lebih baik. Dapat
memberikan corrosion properties & mechanical properties yang bagus, tapi tidak
sebagus MDA. Bahan komposit berbasis epoxy resin dan IPD memiliki chemical
resistance terhadap berbagai bahan kimia hingga 100-120oC. Memiliki corrosion
resistance yang lebih baik dari polyester, tapi tidak sebagus epoxy vinyl ester
karena ada hardener amine. Namun, memiliki water resistance pada suhu > 80oC
yang lebih baik dibandingkan resin yang lain. Karena mechanical properties bagus
dipakai untuk pipa bertekanan tinggi.
Suplier epoxy resin terbesar di dunia : Dow Chemical, Ciba Speciality Chemicals,
dan Shell Chemical. Untuk aplikasi komposit, yang banyak dipakai adalah yang berat
molekulnya rendah & viskositasnya rendah, seperti DER 330 atau DER 331 &

Shell Epikote 828. Harganya berkisar 4-6 DM/kg.


Hardener yang diproduksi oleh Air Products, BASF, atau Hulls, tergantung grade
nya harganya sekitar 5-15 DM/kg.
9.3.3 Epoxy vinyl ester resins
Bila epoxy resin digunakan untuk pembuatan struktur komposit, terdapat beberapa
kelemahan sebagai berikut.
Two-step hardening process slow to cure & butuh minimal 2-4 jam postcure
pada 120oC untuk memperoleh 70-80% optimal properties.
Viskositas tinggi susah untuk wet out glass fibre secara efisien.
Penggunaan amine hardener membuat cured resin rentan terhadap acid attack.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut maka dikembangkan epoxy vinyl
ester resin pada tahun 1960an. Resin ini dibuat dengan mereaksikan liquid epoxy

3 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik 11 2014
resin dengan methacrylic acid (untuk memutus molekul-molekulnya dengan
unsaturated ester groups) lalu dilarutkan dalam styrene proses curing berubah dari
two-step epoxy process (termasuk postcure) menjadi one-step free radical
polymerization (seperti pada polyester) curing resin dapat dilakukan pada suhu
ruang untuk memperoleh 80-90% dari optimal mechanical properties. Adanya
styrene menyebabkan viskositas hingga 100-500 mPa s pada suhu ruang wet out
glass fibre dapat terjadi dengan cepat & efisien. Resin tidak memerlukan amine
hardener chemical resistance .
Faktor yang menyebabkan epoxy vinyl ester lebih tahan terhadap bahan kimia
dibandingkan polyester :
Unsaturated resin seperti polyester dan epoxy vinyl ester memiliki grup ester pada
strukturnya. Ester rentan terhadap hidrolisis, yang prosesnya dipercepat karena
adanya asam atau basa. Tetapi epoxy vinyl ester mengandung ester < yang
dikandung polyester hanya terdapat satu grup ester di tiap ujung rantai molekul
(di polyester terdapat grup ester di berbagai titik di rantai molekul).
Methacrylic acid dipakai untuk produksi epoxy vinyl ester di setiap ikatan ester
terdapat grup metil yang besar grup metil menempati ruang yang besar yang
menghambat molekul-molekul mencapai grup ester.
Jenis-jenis epoxy vinyl ester :
Epoxy vinyl ester yang diproduksi dari standard bisphenol A-based liquid epoxy
resin. Memiliki karakter tensile elongation at break 5-6% & HDT (heat deflection
temperature) 100-120oC. Memiliki ketahanan terhadap banyak bahan kimia dan
mengungguli jenis epoxy vinyl ester lain dari segi ketahanan terhadap larutan
kaustik ber pH tinggi. Harganya sekitar 6-8 DM/kg.
Epoxy vinyl ester yang diproduksi dari novolac epoxy resin. Memiliki crosslink
density > epoxy vinyl ester yang diproduksi dari bisphenol-A bahan kimia
lebih susah memasuki matriks ketahanan terhadap pelarut organik & asam
mineral . Heat resistance lebih tinggi (commercial grade : HDT 140-150oC)
bahkan grade tertentu dikembangkan untuk kontak dengan gas pada suhu 220oC.
Memiliki glass transition temperature (Tg) 200-220oC tergantung cure cycle &
metode pengukuran. Bersifat lebih brittle dibandingkan jenis epoxy vinyl ester
lain (tensile elongation at break 3-4%). Harganya di pasar sekitar 8-10 DM/kg.

4 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik 11 2014
Epoxy vinyl ester yang diproduksi dari tetrabromo bisphenol-A resin (TBBA).
Memungkinkan bromin hingga 20% wt terdapat pada resin tidak mudah
terbakar. Ukuran atom bromin yang besar chemical resistance , terutama
terhadap larutan kaustik & larutan hipoklorit.
Epoxy vinyl ester merupakan resin yang sering digunakan untuk peralatan industri
tahan korosi. Suplier terbesar adalah Dow Chemical Company, dengan merk
Derakane. Tabel 9.1 menunjukkan berbagai sifat dari beberapa jenis resin.
Tabel 9.1 Resin mechanical and thermal properties.

9.4 Glass
Pemilihan bahan penguat fiber yang sesuai perlu diperhatikan karena mempengaruhi
umur pakai vessel. Dalam industri proses kimia, bahan penguat fiber yang dipakai
adalah glass, aramid dan karbon atau graphite. Untuk produksi vessel tahan korosi
dengan harga bersaing dipakai glass fibre.
Terdapat beberapa jenis glass fiber : tipe E, C, S, A, Ar, dll. Yang digunakan dalam
pembuatan peralatan industri proses kimia : tipe E dan C.

5 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik 11 2014
Asal nama E-glass : E-glass pada awalnya dikembangkan untuk pembuatan
electrical laminates untuk printed circuit board industry. Terdiri dari dua jenis
sebagai berikut.
a. E-glass yang digunakan untuk structural wall vessel & pada inner layers ketika
tidak dibutuhkan ketahanan korosi yang terlalu tinggi.
b. Subkategori dari E-glass : ECR-glass (nama dagang dari Owens Corning
Fiberglass /OCF). Ketahanan terhadap asam mineral lebih bagus daripada
E-glass biasa.
C-glass : chemically resistant glass. Mampu bertahan pada range bahan kimia yang
lebih banyak daripada E-glass, terutama asam mineral.
Bahan penguat fiber tersedia dalam banyak bentuk. Bentuk dengan proporsi paling
besar adalah dalam bentuk continuous rovings wound onto bobbins digunakan di
industri filament winding (untuk membuat structural wall vessel) & pada industri
pultrusi (karena sifat roving yang kontinu proses pultrusi juga bersifat kontinu
proses produksi dapat kontinu). Selain itu juga dapat dipotong dengan ukuran panjang
10-50 mm menggunakan chopping gun, sebelum disemprotkan bersama resin ke
mould (glass reinforcement yang paling simple & murah).
Chopper strand mat (CSM) : diproduksi dari roving dengan memotong fiber menjadi
benang dengan panjang 20-30 mm, lalu diikat pada mat menggunakan binder resin.
Fiber ditempatkan sedemikian rupa sehingga beratnya merata di semua arah. Untuk
produksi peralatan industri proses kimia, digunakan CSM dengan berat 300 gr/m2 &
450 gr/m2 untuk pengikat dapat berupa emulsion resin binder atau powder binder
resin. Powder binder resin digunakan untuk mencapai optimal corrosion resistance
karena emulsion resin dapat mengabsorbsi air, bahkan dapat larut dalam air. CSM
digunakan untuk build up inner corrosion barrier. Ketika digunakan proses hand laid
up, CSM diselang-seling dengan woven roving untuk membentuk structural laminate.
Ketika laminates hanya terbuat dari CSM saja diperoleh kandungan fiber 25-35%
wt.
Woven roving (WR) : diproduksi dengan cara menenun benang dari continuous roving
untuk membentuk bidirectional fabric dapat menghasilkan mat dengan densitas
daripada CSM, tetapi dengan orientasi fiber 1 arah. Berat yang biasa digunakan
untuk produksi alat-alat industri bervariasi antara 450-600 gr/m2. Pada cured
laminates, mampu dihasilkan kandungan fiber 40-50% wt kandungan fiber > CSM

6 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik 11 2014
digunakan untuk build up structural wall vessel bersamaan dengan lapisan CSM
secara selang-seling.
Surfacing veil : light tissue of surface dengan densitas 20-50 gr/m3. Biasa digunakan
untuk build up inner corrosion barrier atau untuk menghasilkan permukaan luar yang
halus & kaya resin. Surfacing veil dari fiber sintetis (polyacrylonitrile fiber &
polyester fiber) untuk kondisi dimana fiber glass dapat terserang korosi. Ketahanan
korosi polyester fiber sedikit lebih baik dari polyacrylonitrile fiber. Sedangkan
workability polyacrylonitrile fiber lebih baik dari polyester fiber. Ketika surfacing veil
digunakan resin-rich laminate yang dihasilkan mengandung resin sebanyak 90% wt.

7 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai