Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa adanya stimulus.
Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara tuhan, suara setan,
dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien
skizofrenia (stuard dan sudden,1991).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca
indera(Isaacs,2002).
Dengan kata lain klien merespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang
hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (nasution,2003).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan, klie merasa
melihat, mendengar, membau dan rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada
sesuatu rangsangan yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).

2. JENIS HALUSINASI
a. Halusinasi pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara dua orang atau
lebih. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang membahayakan.
b. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar peometris, gambar
karton, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan
atau menakutkan seperti monster.
c. Halusinasi penghidung
Membaui bau-bauan tertentu, bau darah, urine atau feses umumnya yang tidak
menyenangkan.
d. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Halusinasi konestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan
makanan

1
g. Halusinasi kinestetik
Merasakan pergerakan sementara tanpa berdiri atau bergerak.

3. FASE-FASE HALUSINASI
a. Fase pertama
Menenangkan ansietas tingkat sedang secara umum, halusinasi bersifat
menyenangkan.klien mengalami kecemasan, stress, perasaaan terpisah dan
kesepian. Klien mungkin melamun memfokuskan pikirannya kedalam hal-hal
menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya.
Tapi hal ini bersifat sementara. jika kecemasan dating klien dapat mengontrol
kesadaran dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku yang dapat diobservasi:
tertawa tidak pada tmpatnya
pergerakan bibir tanpa menimbulkan suara
pergerakan mata yang cepat
respon verbal lambat
diam membisu dan linglung (asik sendiri)
b. Fase kedua
Menyalahkan ansietas tingkat berat, halusinasi umumnya menjadi ancaman.
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya.
Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensori dan halusinasi
dapat berupa bisikan yang jelas
Perilaku yang dapat diobservasi:
Meningkatkan system saraf otomatis, tanda-tanda kecemasan seperti
meningkatnya tekanan darah, respirasi dan ritme jantung
Bentuk perhatian mulai terbatas dan menyempit
Asik sendiri dengan pengalaman sensori dan hilangnya kemampuan
untuk membedakan halusinasi dari realita.
c. Fase ketiga
Mengendalikan ansietas tingkat berat . halusinasi lebih menonjol menguasai
dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan
halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa
aman sementara.
Perilaku yang dapat diobservasi:
Petunjuk yang berasal dari halusinasinya akan di ikuti
Kesulitan bersosialisasi dengan orang lain
Perhatiannya hanya beberapa detik atau menit
Gejala-gelaja fisik dari kecemasan berat sperti tremor,
ketidakmampuan mengikuti petunjuk dan berkeringat.
d. Fase keempat
Menaklukan ansietas tingkat panic. Klien merasa terpaku dan tidan berdaya
melepaskan diri dari control halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya
2
menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah, memarahi. Klien
tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang berlangsung secara singkat atau
bahkan selamanya.
Perilaku yang dapat diobservasi:
Bentuk terror seperti panic
Potensial untuk bunuh diri atau pembunuhan
Aktivitas fisik yang mengarah pada bentuk halusinasi seperti agitasi,
tindakan kekerasan, menarik diri atau katatonia.
Tidak dapat merespon terhadap pengarahan atau petunjuk yang
kompleks.

4. RENTANG RESPON NEUROBIOLOGI

RESPON ADAPTIF RESPON PSIKOLOGIS


Pikiran logis Distorsi pikiran RESPON MALADAPTIF
Persepsi akurat Ilusi Gangguan pikir/delusi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Halusinasi
Perilaku sesuai atau kurang. Perilaku disorganisasi
Hubungan sosial Perilaku aneh Isolasi sosial
Menarik diri

5. ETIOLOGI
A. Faktor Presdiposisi
Menurut Stuart (2007), factor predisposisi yang menyebabkan terjadinya
halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan system saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
Ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sbb:
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi daerah
frontal, temporal dan limbic berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamine, neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamine dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

3
Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respond
an kondisi psikologis klien. Penolakan atau tindakan kekerasan dan
rentang hidup klien mempengaruhi gangguan orientasi realitas.
3. Social budaya
Kondisi social budaya yang mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik social budaya(perang,kerusuhan,bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi seperti stress

B. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum klien dengan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermsuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping
dapat mengidentifikasi kemungkinan kekambuhan (keliat, 2006).
Adapun factor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada system saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di saraf yang menerima dan yang
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
3) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku seperti tercantum tabel berikut.

TABEL GEJALA PENCETUS RESPON NEUROBIOLOGIS


(STUART DAN LARAIA, 2001)

KESEHATAN Nutrisi kurang


Kurang tidur
Ketidakseimbangan irama sirkadian
Kelelahan
Infeksi
Obat-obat system saraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan
LINGKUNGAN Lingkungan yang memusuhi, kritis
Masalah dirumah tangga
Kehilangan kebebasan hidup

4
Perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari
Kesukaran dalam hubungan dengan orang
lain
Isolasi social
Kurangnya dukungan social
Tekanan kerja
Stigmatisasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan
SIKAP / PERILAKU Merasa tidak mampu (HDR)
Putus asa (tak percaya diri)
Merasa gagal
Kehilangan kendali diri
Merasa punya kekuatan berlebihan
Merasa malang
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi
usia maupan kebudayaan
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasan
Ketidakadekuatan pengobatan
Ketidakadekuatan penanganan gejala
Menurut stuart dan sundeen (1995). Factor presipitasi yang menyebabkan
gangguan halusinasi adalah :

a. Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas unit keluarga
Berpisah dari orang yang berarti dlam keluarga dalam kehidupannya
b. Stressor psikologi
Ansiaetas berat yang berkepanjangan terjadi bersmaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya.
c. Biologis
Berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
d. Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informas
6. MANIFESTASI KLINIS

5
a. Melirikkan mata ke kiri dank e kanan seperti mancari siapa atau apa yang
sedang berbicara
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang berbicara
atau kepada benda mati
c. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tak
tampak
d. Menggerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau menjawab suara
e. Cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduka terpaku
f. Pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara
g. Tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan
seperti sedang menikmati sesuatu.

7. PATOFISIOLOGI
Menurut Keliath (1998) mekanisme dari klien dengan menarik diri yaitu : berdiam
diri dan tidak ingin berinteraksi atau berhubungamn dengan orang lain, dia juga
akan melepaskan dari perhatian orang lain, preokupasi dan pemikirannya sendiri
yang akhirnya menimbulkan halusinasi

8. KOMPLIKASI
a. Isolasi social
b. Gangguan konsep diri : HDR
c. Kopping individu inefektif
d. Resiko tinggi mencederai orang lain, lingkungan dan verbal

9. Penatalaksanaan Medis
Psikofarmaka adalah terapi yang menggunakan obat yang bertujuan untuk
mengurangi atau mnghilangkan gejala.
a. Chlorpromazine (CPZ)
Untuk pengobatan psikosa mengurangi gejala emosi
b. Haloperidol (HLP)
Digunakan untuk menenangkan keadaan maniak
c. Trihexyphenidil (THP)
Untuk gejala parkison

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. CT SCAN
Menunjukkan strukrur abnormalitas otak pada beberapa kasus skizofrenia
b. Positron Emission Tomography (PET)
Mengukur aktivitas metabolic dari area spesifik otak
c. MRI
Memberikan gambaran otak 3 dimensi, dapat memperlihatkan gambar yang
lebih kecil dari lotus frontal, atopi lotus temporal.
d. RCBF (Regional Cerebral Blood Flow)
Memetakan aliran darah dan menyatakan intensitas aktivitas pada daerah otak
yang bervariasi

6
e. Uji psikologis
Menyatakan kerusakan pada satu area atau lebih (doengoes, 2006).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien dan penanggung jawab
b. Alas an masuk RS
Umumnya klien halusinasi dibawa ke rs karena keluarga merasa tidak mampu
merawat, terganggu karena perilaku sehingga dibawa ke rs untuk mendapat
perawatan.
c. Factor predisposisi
1) Factor perkembangan terlambat:
Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan nutrisi dan rasa aman
Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi
Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2) Factor komunikasi dalam keluarga
3) Factor komunikasi peran ganda
Tidak ada komunikasi
Tidak ada kehangatan
Komunikasi dengan emosi berlebihan
Komunikasi tertutup
Orang tua yang otoriter, konflik orang tua
4) Factor social budaya
5) Factor psikologis
6) Factor biologis
7) Factor genetic
d. Factor presipitasi
Pencetus respon neurobiologis meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada system saraf
2) Meksanisme penghantaran listrik di saraf terganggu
3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.

Menurut Stuart (2007), pemicu masalah respon neurobiologis maladaptive


adalah:

1) Kesehatan
2) Lingkungan
3) Perilaku

Validasi informasi tentang halusinasi meliputi:

1. Isi halusinasi
Tanyakan suara siapa yang di denga, apa yang dikatakan bila halusinasi
auditorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat jika visual, bau apa yang

7
tercium bila halusinasi penghidu, rasa yang dikecap bila pengecapan dan
apa yang dirasakan ditubuh jika perabaan.
2. Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman muncul, berapa kali sehari/minggu/bulan
3. Situasi pencetus
4. Respon klien
Menentukan sejauhmana halusinasi mempengaruhi klien

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motoric
d. Alam perasaan
e. Afek: sesuai maladaptive
f. Interaksi selama wawancara verbal dan non verbal
g. Persepsi
h. Proses fikir
i. Isi fikir berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis
j. Tingkat kesadaran : orientasi waktu, tempat dan orang
2. Memori
a. Memori jangka panjang : mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu
b. Memori jangka pendek : seminggu yang lalu saat dikaji
c. Kemampuan konsentrasi dan berhitung sederhana
d. Kemampuan penilaian
e. Daya tarik diri
3. Kebutuhan persiapan pulang
Yaitu pola aktivitas sehari-hari termasuk makan minum, BAB,BK, istirahat tidur,
perawatan diri, pengobatan serta aktivitas.
4. Mekanisme kopping
a. Regresi : malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi: perubahan suatu persepsi
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain
5. Masalah psikososial dan lingkungan
Berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, pemukiman
6. Aspek medic
Diagnose medic dan terapi medic

8
MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING TERJADI PADA KLIEN
HALUSINASI (Keliat,2006)

a. Perubahan persepsi sensori : halusinasi


b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c. Isolasi social : menarik diri
d. Gangguan konsep diri
e. Deficit perawatan diri

POHON MASALAH

Effect : resiko tinggi mencederai diri, orang lain, lingkungan dan verbal

Core problem : gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Causa : Isolasi Sosial

Gangguan konsepdiri : Harga Diri Rendah

Kopping individu inefektif

Penolakan/duka fungsional/kehilangan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

9
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Intervensi Keperawatan Klien Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Nama klien : Diagnose medis:

Ruang : No. RM :

N Intervensi Rasioanal
o perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi
Klien dapat Ekspresi wajah Bina hubungan saling Hubungan saling
membina hubungan bersahabat, percaya dengan percaya merupakan
saling percaya menunjukkan rasa mengungkapkan dasar untuk
senang, ada kontak perinsip komunikasi kelancaran hubungan
mata, mau berjabat terapeutik : interaksi selanjutnya
tangan, mau a. Sapa klien dengan
menyebutkan nama, ramah, baik verbal
mau menjawab maupun non verbal
b. Perkenalkan diri
salam, klien mau
dengan sopan
duduk berdampingan
c. Tanyakan nama
dengan perawat, mau
lengkap klien dan
mengutarakan
nama panggilan
masalah yang
yang disukai klien
dihadapi. d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
g. Beri perhatian pada
klien perhatikan
kebutuhan dasar
klien
Klien dapat Klien dapat Adakan kontak sering Membina BHSP juga

10
mengenali menyebutkan waktu, dan singkat secara dapat memutuskan
halusinasinya isi, frekuensi bertahap halusinasi
timbulnya halusinasi.
Klien dapat Observasi tingkah laku Mengenal perilaku
mengungkapkan klien terkait dengan pada saat halusinasi
perasaannya terhadap halusinasi, bicara dan timbul memudahkan
halusinasi tertawa sendiri tanpa dalam melakukan
stimulus, memandang intervensi
kiri kanan seolah ada
teman bicara.

Bantu klien mengenali


halusinasi Mengenal halusinasi
a. Tanyakan apakah memungkinkan klien
ada suara yang di untuk menghindarkan
dengar factor pencetus
b. Jika ada, apa yang
timbulnya halusinasi
dikatakn
c. Katakana perawat
percaya, namun
tidak mendengar
d. Katakana bahwa
klien ada juga yang
sepertinya

Diskusikan dengan
klien apa yang Untuk
dirasakan klien jika mengidentifikasi
terjadi halusinasi pengaruh halusinasi
(marah atau takut, klien
sedih, senang) beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.

11
Diskusikan dengan
klien: Dengan mengetahui
a. Situasi yang waktu, isi dan
menimbulkan atau frekuensi munculnya
tidak menimbulkan halusinasi
halusinasi mempermudah
b. Waktu dan frekuensi
tindakan keperawatan
terjadinya halusinasi
klien yang akan
( pagi, siang, sore
dilakukan perawat
atau malam atau jika
sendiri, jengkel atau
sedih)

Klien dapat Klien dapat Identifikasi bersama Upaya untuk


mengontrol menyebutkan yang klien cara tindakan memutuskan siklus
halusinasinya biasa dilakukan yang dilakukan jika halusinasi sehingga
untuk mengendalikan trjadi halusinasi (tidur, tidak berlanjut
halusinasi marah, menyibukkan
diri, dll)
Klien dapat
menyebutkan cara
baru Diskusikan manfaat Reinforcement positif
cara yang dilakukan, akan meningkatkan
jika bermanfaat berikan harga diri klien
Klien dapat memilih pujian
cara mengatasi
halusinasi seperti Diskusikan cara baru Memberikan
yang telah untuk memutus atau alternative pilihan
didiskusikan dengan mengontrol halusinasi : bagi klien untuk
klien a. Katakana saya mengontrol halusinasi
tidak mau dengar
kamu
b. Menemui orang lain
untuk bercakap-

12
cakap atau
mengatakan
halusinasi yang di
dengar
c. Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
agar halusinasi tidak
muncul

Memotivasi dapat
Bantu klien memilih
meningkatkan
dan melatih cara
kegiatan klien untuk
memutus halusinasi
mencoba memilih
secara bertahap
salah satu cara
mengendalikan
halusinasi dan dapat
meningkatkan harga
diri klien

Rencana Keperawatan Klien Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


Dalam bentuk strategi pelaksanaan (SP).

PASIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi jenis 1. Mendiskusikan masalah yang
halusinasi pasien dirasakan keluarga dalam merawat
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
pasien
pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Mengidentifikasi waktu
dan gejala halusinasi, dan jenis
halusinasi pasien
halusinasi yang dialami pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi

13
halusinasi pasien beserta proses terjadinya
5. Mengidentifikasi situasi yang 3. Menjelaskan cara-cara merawat
menimbulkan halusinasi pasien halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian

SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktekkan
harian pasien cara merawat pasien dengan
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi
halusinasi dengan cara bercakap- 2. Melatih keluarga melakukan cara
cakap dengan orang lain merawat langsung kepada pasien
3. Menganjurkan pasien
halusinasi
memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian

SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat jadwal
harian pasien aktivitas dirumah termasuk minum
2. Melatih pasien mengendalikan
obat
halusinasi dengan cara bercakap- 2. Menjelaskan follow up pasien
cakap dengan orang lain setelah pulang
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian

SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan

14
harian

1. Membina Hubungan Saling Percaya


a. Awali pertemuan dengan selalumengucapkan salam kepada klien
b. Berkenalan dengan klien. Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan
termasuk juga memperkenalkan bahwa perawat adalah perawat yang akan
merawat klien. Perawat juga harus menanyakan nama klien dan nama
panggilan kesukaan klien
c. Buat kontak asuhan.jelaskan pada pasien tujuan perawat merawat
klien.aktivitas apa yag akan dilaksanakn untuk mencapai tujuan tersebut,kapan
aktivitas akan dilaksanakan,berapah lama akan dilaksanakan.
d. Bersikap empati menunjukkan bahwa perawat bisa merasakan apa yang
dirasakan oleh klien,dapat di tunjukkan dengan ;
- Mendengarkan keluhan klien yang penuh perhatian
- Tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi klien
- Segerah menolong klien jika klien membutuhkan perawat

Latihan 1 BHSP dengan klien halusinasi

e. Bersikap empati menunjukkan bahwa perawat yang akan merawat Bpk/Ibu.


Nama saya bisa dipanggil.setiap hari selama 1 minggu saya akan
kemari.Nama Bpk/Ibu siapa? Senang di panggil siapa ? Baikalah bagaimana
kalau kita bercakap-cakap tentang penglihatan atau suara-suara yang selama
ini mengganggu bpk/ibu.bagaimana bpk/ibu bersedia ?

2. Mengkaji jenis halusinasi


Jenis halusinasi

Halusinasi dengar DO DS
/ suara 1.Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak
sendiri
bercakap-cakap
2.Marah- marah tanpa
3. Mendengar suara menyeluruh
sebab
melakukan hal berbahaya
3.Mendengarkan
telinga kea rah tertentu
4.Menutup telinga

Halusinasi DO DS

15
penglihatan 1.Menunjuk kearah 1.Melihat
tertentu bayangan,sinar,batuk,geometris,bentuk
2 ketakutan dengan korban,melihat hantu
tertentu yang tidak jelas

Halusinasi DO DS
Penghidu 1Menghidu seperti 1.Membaui bau-bauan seperti bau
sedang membaui bau- darah,feses,urin,kadang bau yang
bauan tertentu menyenangkan.
2.Menutup hidung

Halusinasi DO DS
Pengecapan 1.sering meludah 1.Merasakan rasa seperti darah,feses
2.Muntah
Halusinasi DO DS
Perabaan 1.Mengaruk-ngaruk 1.Mengatakan ada serangga di
permukaan kulit permukaan kulit
2. merasa seperti tersengat listrik

3. Mengkaji waktu,frekuensi dan situasi munculnya Halusinasi

LATIHAN 2

Apakah bpk/ibu mendengar atau melihat sesuatu ? apakah selalu terjadi secara terus
menerus atau sewaktu-waktu saja ? Kapan bapak/Ibu mengalami seperti Itu
? Berapah kali bpk/ibu mengalami hal itu

Bagus bapak/ibu mau menceritakan semua ini

4. Mengkaji respon terhadap halusinasi


LATIHAN 3
Apakah yang bapak/ibu rasakan jika suara-suara atau penglihatan itu muncul ?
Apa yang bapak /ibu lakukan jika mengalami halusinasi?
Jika klien senang dengan halusinasinya lanjutkan:
Bagaimana dengan kegiatan bapak/ibu sehari-sehari , apakah terganggu?
Jika klien mengatakan takut dengan halusinasinya

16
Apa yang bapak/ibu lakukan, apakah berhasil suara-suara itu hilang?
Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?

EVALUASI
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah perawat lakukan untuk klien
halusinasi adalah :
1. Klien mempercayai perawat sebagai terapi
2. Klien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan
masalh yang harus di atasi, di tandai dengan klien mengungkapkan isi halusinasi,
waktu dan frekuensi
3. Klien dapat mengontrol halusinasi ditandai dengan mampu memperagakan cara
mengontrol halusinasi
4. Keluarga mampu merawat klien dirumah

DOKUMENTASI ASKEP

Dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan, terdiri dari dokumentasi,


pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Modul Asuhan Keperawatan Jiwa Pegangan Mahasiswa Jurusan Keperawatan


Poltekes Kemenkes Jayapura

18

Anda mungkin juga menyukai