Anda di halaman 1dari 9

Kamis, 12 Juni 2014

ASKEP ABRUPSIO PLASENTA

BAB I

KONSEP MEDIS

1.1 Definisi

Abrupsio Plasenta (pelepasan plasenta prematur) didefinisikan sebagai lepasnya plasenta yang tertanam
normal dari dinding uterus baik lengkap maupun parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Ben
Zion Tabe, 1994).

Abrupsio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat tertanamnya, sebelum waktunya (Helen, 2006).

Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada
kehamilan yang berusia diatas 28 minggu (Arief Mansjoer, 2001).

1.2 Etiologi

Faktor penyebabnya belum diketahui, tetapi kondisi abrupsio plasenta dapat dikaitkan dengan hal-hal
berikut :

1. Tekanan darah tinggi pada ibu

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia (15,16). Pada
penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat,
dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya
hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan
dengan adanya hipertensi pada ibu.

2. Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain:

Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau
tindakan pertolongan persalinan.

Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

3. Faktor paritas ibu


Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus
solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan 18 pada primipara.
Pengalaman diRSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan
paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
endometrium.

4. Faktor usia ibu

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio
plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu,
makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila
plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.

6. Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin,
yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat
terlepasnya plasenta . Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio
plasenta pada ibu-ibu penggunan kokaindilaporkan berkisar antara 13-35%.7.

7. Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25%
pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok
plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikro sirkulasinya. Sering
dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap
tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.

8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa
resiko berulangnya kejadian ini padakehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.

9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior
dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.

1.3 Prognosis

Terhadap ibu, Mortalitas ibu 5 10 % hal ini karena adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus.

2. Terhadap anak, Mortalitas anak tinggi mencapai 70 80 % hal ini tergantung derajat pelepasan dari
plasenta.
3. Terhadap kehamilan berikutnya, Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio
plasenta, maka kehamilan berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih hebat.

1.4 Manifestasi Klinis

1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri diperut yang terus-menerus, warna darah merah
kehitaman.

2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang
berkumpul dibelakang plasenta hingga rahim teregang (uterus embosis, Wooden uterus).

3. Palpasi janin sulit karena rahim keras.

4. Fundus uteri makin lama makin naik.

5. Auskultasi DJJ sering negatif.

6. KU pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar.

7. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)

8. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan.

1.5 Klasifikasi Stage

Solutio plasenta dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Solutio Plasenta ringan

Tanpa rasa sakit

Pendarahan kurang dari 500 cc warna akan kehitam-hitaman

Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian

Fibrinogen diatas 250 mg %

2. Solutio Plasenta sedang

Bagian janin masih teraba

Perdarahan antara 500-100 cc

Terjadi fetal distress

Plasenta lepas kurang 1/3 bagian

3. Solutio Plasenta berat

Abdomen nyeri, palpasi janin sukar


Janin telah meninggal

Patofisiologi

Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan terbentuknya
hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan
berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari
dinding uterus.

Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak jaringan plasenta dan
peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian
baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada
permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan
akan berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan
tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi. Akibatnya
hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian
darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat
menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot
miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya
disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis
seluruh permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi seperti
ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu kontraktilitas
(kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai
akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat.

Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin yang banyak
ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibat pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan
menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan
hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak
hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :

1. Syok hemoragik

2. Gangguan faal ginjal. merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta dan
pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang mendadak yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang
baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan
terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat
diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta
berat. hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan
darah.

3. Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan
oleh hipofibrinogenemia.

4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium
dan terkadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas
uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi
apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu
menghentikan perdarahan.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:

a. Fetal distress

b. Gangguan pertumbuhan/perkembangan

c. Hipoksia dan anemia

d. Kematian

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.

Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu


pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.

2. Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

3. USG menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin secara keseluruhan.

1.9 Penatalaksanaan

1. Konservatif

Hanya untuk Solutio Plsenta derjat ringan dan janin- masih belum cukup bulan, apalagi jika janin telah
meninggal.
Transfusi darah (1 x 24 jam) bila anemia (HB kurang dari 10,0%). Apabila ketuban telah pecah, dipacu
dengan oksitosin 10IU dalam larutan saline 500 cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam.

Bila 1- botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai lahir. Dengan langkah
ini biasanya sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%) sedangkan bagi yang gagal dapat
dilakukan SC emergency.

2. Pengobatan

a) Umum

Pemberian darah yang cukup.

Pemberian O2

Pemberian antibiotik

Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.

b) Khusus

Terhadap hypofibrinogenaemi

Substansi dengan human fibrinogen 10 g atau darah segar.Menghentikna fibrinolyse dengan trsylol
(proteinase inhibitor) 200.000 S. IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus.

Untuk meransang diurese : mannit monnitol diurese yang baik lebih dari 30 40 cc/jam.

Pada Solutio Plsenta darah dari tempat pelepasan, mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding
rahim dan pada akhirnya keluar dari serviks. Terjadilah pendarahan keluar atau pendarahan tampak.

Kadang darah tidak keluar tetapi berkumpul dibelakang plasenta membentuk hematom retroplsentair.
Pendarahan ini disebut pendarahan kedalam atau pendarahan tersembunyi.

Pendarahan juga dapat terjadi keluar tetapi sebagian masuk kedalam ruang amnion, terjadilah
perdarahan keluar dan tersembunyi.

Perbedaan Solutio Plasenta dengan pendarahan tersembunyi dan pendarahan keluar :

Pendarahan tersembunyi

Pelepasan biasanya komplit

Sering disertai toksemia

Hanya merupakan 20% dari Solutio Plsenta

Pendarahan keluar
Biasanya inkomplit

Jarang disertai toksemia

Merupakan 80% dari Solutio Plsenta

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

1. Anemnesis

a) Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang
paling sakit,dimana plasenta terlepas.

b) Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (Non-recurrent) terdiri
dari darah segar dan beku-bekuan darah.

c) Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak
lagi).

d) Kepala terasa pusing,lemas,muntah,pucat,pandangan berkunang-kunang,ibu kelihatan anemis tidak


sesuai banyaknya darah yang keluar.

e) Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain.

2. Inspeksi

a) Pasien gelisah,sering mengerang karena kesakitan

b) Pucat,sianosis,keringat dingin

c) Kelihatan darah pervaginam

3. Palpasi

a) Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma;uterus tidak sesuai
dengan tuanya kehamilan.

b) Uterus teraba tegang dank eras seperti papan yang di sebut uterus in bois(woonden uterus)baik
waktu his maupun di luar his

c) Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas

d) Bagian-bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang


4. Auskultasi

Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di
bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.

5. Pemeriksaan dalam

a) Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.

b) Apabila sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his atau di
luar his.

c) Apabila ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke
bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di kacaukan dengan plasenta
previa.

6. Pemeriksaan Umum

a) Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat
laun turun dan pasien jatuh syok.

b) Nadi cepat,kecil,filiformis

7. Pemeriksaan laboratorium

a) Urin

Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit

b) Darah

Hb menurun (anemi), pemeriksaan golongan darah, jika perlu cross match test. Karena pada solusio
plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT
(Clot Observation test) tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen
(kadar normalnya 150 mg %).

8. Pemeriksaan plasenta

Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas(krater)dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta,yang di sebut
hematoma retroplasenter.

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


3. Ansietas

4. Resiko gangguan hubungan ibu-janin

5. Resiko perdarahan

Anda mungkin juga menyukai