BAB I
KONSEP MEDIS
1.1 Definisi
Abrupsio Plasenta (pelepasan plasenta prematur) didefinisikan sebagai lepasnya plasenta yang tertanam
normal dari dinding uterus baik lengkap maupun parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Ben
Zion Tabe, 1994).
Abrupsio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat tertanamnya, sebelum waktunya (Helen, 2006).
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada
kehamilan yang berusia diatas 28 minggu (Arief Mansjoer, 2001).
1.2 Etiologi
Faktor penyebabnya belum diketahui, tetapi kondisi abrupsio plasenta dapat dikaitkan dengan hal-hal
berikut :
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia (15,16). Pada
penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat,
dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya
hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan
dengan adanya hipertensi pada ibu.
2. Faktor trauma
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau
tindakan pertolongan persalinan.
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio
plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu,
makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila
plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin,
yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat
terlepasnya plasenta . Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio
plasenta pada ibu-ibu penggunan kokaindilaporkan berkisar antara 13-35%.7.
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25%
pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok
plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikro sirkulasinya. Sering
dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap
tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa
resiko berulangnya kejadian ini padakehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior
dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
1.3 Prognosis
Terhadap ibu, Mortalitas ibu 5 10 % hal ini karena adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus.
2. Terhadap anak, Mortalitas anak tinggi mencapai 70 80 % hal ini tergantung derajat pelepasan dari
plasenta.
3. Terhadap kehamilan berikutnya, Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio
plasenta, maka kehamilan berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih hebat.
1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri diperut yang terus-menerus, warna darah merah
kehitaman.
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang
berkumpul dibelakang plasenta hingga rahim teregang (uterus embosis, Wooden uterus).
Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan terbentuknya
hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan
berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari
dinding uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak jaringan plasenta dan
peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian
baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada
permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan
akan berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan
tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi. Akibatnya
hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian
darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat
menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot
miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya
disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis
seluruh permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi seperti
ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu kontraktilitas
(kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai
akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat.
Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin yang banyak
ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibat pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan
menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan
hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak
hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.
Komplikasi
1. Syok hemoragik
2. Gangguan faal ginjal. merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta dan
pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang mendadak yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang
baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan
terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat
diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta
berat. hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan
darah.
3. Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan
oleh hipofibrinogenemia.
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium
dan terkadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas
uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi
apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu
menghentikan perdarahan.
a. Fetal distress
b. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
d. Kematian
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
3. USG menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin secara keseluruhan.
1.9 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Hanya untuk Solutio Plsenta derjat ringan dan janin- masih belum cukup bulan, apalagi jika janin telah
meninggal.
Transfusi darah (1 x 24 jam) bila anemia (HB kurang dari 10,0%). Apabila ketuban telah pecah, dipacu
dengan oksitosin 10IU dalam larutan saline 500 cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam.
Bila 1- botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai lahir. Dengan langkah
ini biasanya sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%) sedangkan bagi yang gagal dapat
dilakukan SC emergency.
2. Pengobatan
a) Umum
Pemberian O2
Pemberian antibiotik
b) Khusus
Terhadap hypofibrinogenaemi
Substansi dengan human fibrinogen 10 g atau darah segar.Menghentikna fibrinolyse dengan trsylol
(proteinase inhibitor) 200.000 S. IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus.
Untuk meransang diurese : mannit monnitol diurese yang baik lebih dari 30 40 cc/jam.
Pada Solutio Plsenta darah dari tempat pelepasan, mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding
rahim dan pada akhirnya keluar dari serviks. Terjadilah pendarahan keluar atau pendarahan tampak.
Kadang darah tidak keluar tetapi berkumpul dibelakang plasenta membentuk hematom retroplsentair.
Pendarahan ini disebut pendarahan kedalam atau pendarahan tersembunyi.
Pendarahan juga dapat terjadi keluar tetapi sebagian masuk kedalam ruang amnion, terjadilah
perdarahan keluar dan tersembunyi.
Pendarahan tersembunyi
Pendarahan keluar
Biasanya inkomplit
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Anemnesis
a) Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang
paling sakit,dimana plasenta terlepas.
b) Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (Non-recurrent) terdiri
dari darah segar dan beku-bekuan darah.
c) Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak
lagi).
e) Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain.
2. Inspeksi
b) Pucat,sianosis,keringat dingin
3. Palpasi
a) Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma;uterus tidak sesuai
dengan tuanya kehamilan.
b) Uterus teraba tegang dank eras seperti papan yang di sebut uterus in bois(woonden uterus)baik
waktu his maupun di luar his
Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di
bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
5. Pemeriksaan dalam
b) Apabila sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his atau di
luar his.
c) Apabila ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke
bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di kacaukan dengan plasenta
previa.
6. Pemeriksaan Umum
a) Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat
laun turun dan pasien jatuh syok.
b) Nadi cepat,kecil,filiformis
7. Pemeriksaan laboratorium
a) Urin
b) Darah
Hb menurun (anemi), pemeriksaan golongan darah, jika perlu cross match test. Karena pada solusio
plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT
(Clot Observation test) tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen
(kadar normalnya 150 mg %).
8. Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas(krater)dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta,yang di sebut
hematoma retroplasenter.
1. Nyeri akut
5. Resiko perdarahan