Anda di halaman 1dari 6

PERSATUAN PERJUANGAN MAHASISWA UNPAD (PPM-UNPAD)

TOLAK KOMERSIALISASI DAN BIROKRATISASI PENDIDIKAN!

Salam Perjuangan Mahasiswa!!

Negara berperan penuh untuk menjamin pendidikan yang berkeadilan, sebagaimana yang terdapat di dalam
UUD 1945. Hari Pendidikan Nasional sudah seharusnya kita peringati bukan hanya dengan kegiatan seremonial
semata, tetapi juga untuk mengkritisi penyelenggaraan pendidikan oleh Universitas Padjadjaran. Unpad didirikan
dengan cita-cita agar pendidikan dapat dijangkau oleh semua golongan rakyat dan tentunya dapat membebaskan rakyat
dari belenggu kemiskinan dan kebodohan sudah seharusnya menjadi tolak ukur melihat berbagai kebijakan pemerintah
dan rektorat saat ini. Setidaknya masih terdapat beberapa permasalahan sistem pendidikan di Unpad yang terkait
dengan mahasiswa dan menejerial dosen serta karyawan.

1. UKT yang Tidak Berkeadilan


Undang-Undang Pendidikan Tinggi tahun 2012 mengharuskan perguruan tinggi menerima pembayaran yang
ikut ditanggung oleh mahasiswa sesuai dengan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa atau pihak
yang membiayainya. Menurut Permenristekdikti Nomor 39 Tahun 2016, Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah sebagian
Biaya Kuliah Tunggal (BKT) yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya. Oleh karena
itu ditetapkan Peraturan Rektor Nomor 12 Tahun 2016 tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan Uang Kuliah
Tunggal (UKT) Tahun Akademik 2016/2017. Kenyataannya memang tidak semua mahasiswa mempunyai
kemampuan ekonomi yang sama pada tiap semesternya, perubahan pendapatan orang tua mahasiswa tiap tahunnya
tidak menjadi pertimbangan pihak Unpad untuk merubah golongan uang kuliah yang dibayarkan oleh mahasiswa pada
semester berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan rektor bahwa tidak diberlakukannya penyesuaian terhadap
UKT. Padahal dalam Pasal 6 Permenristekdikti Nomor 39 tahun 2016 dinyatakan bahwa pemimpin PTN dapat
melakukan penetapan ulang pemberlakuan UKT terhadap mahasiswa apabila terdapat ketidaksesuaian kemampuan
ekonomi mahasiswa yang diajukan oleh mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya.
Sistem UKT merupakan dampak dari status Unpad sebagai PTN-BH yang mengurangi peran negara dalam
pendanaan universitas, kemudian menyebabkan beban mahasiswa dalam menanggung biaya pendidikan menjadi lebih
tinggi. Selain itu PTN-BH menuntut Unpad untuk mencari dana usahanya sendiri, tentu saja hal ini merupakan bentuk
dari komersialisasi pendidikan dengan dalih otonomi kampus.
Penggunaan dana UKT juga tidak ada kejelasan, jika beberapa tahun yang lalu uang kuliah mahasiswa
disalurkan untuk kegiatan kemahasiswaan baik di tingkat fakultas maupun universitas dan praktikum. Namun
kondisinya sekarang kegiatan kemahasiswaan tidak lagi mendapatkan dana (fresh money) tetapi diberikan dalam
bentuk barang dan jasa, maka itu kami menuntut adanya kejelasan penggunaan dana UKT. Adanya sentralisasi
pengelolaan keuangan yang berdampak kepada sentralisasi dana kegiatan mahasiswa di rektorat hari ini, tentu saja
merugikan kegiatan mahasiswa yang selalu digantungkan nasibnya oleh pihak rektorat. Belum lagi kegiatan
kemahasiswaan harus selalu dikaitkan dengan Indikator Kinerja Kunci (IKK) jika ingin mendapatkan bantuan yang
cukup besar oleh rektorat.

2. Tidak Adanya Jaminan Kebebasan Akademik


Permasalahan selanjutnya adalah belum dilindunginya kebebasan akademik dalam kegiatan mahasiswa
secara penuh. Pasal 9 UU Tentang Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa kebebasan akademik merupakan kebebasan
Civitas Akademika (termasuk mahasiswa) dalam Pendidikan Tinggi untuk mendalami dan mengembangkan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Namun di Unpad masih terdapat upaya untuk menghalang-halangi kegiatan mahasiswa
oleh beberapa pihak yang berada diluar lingkungan kampus. Seharusnya Unpad memberikan perlindungan dan
menjamin kebebasan bagi mahasiswanya dalam kegiatan yang dapat menambah wawasan dan pengembangan ilmu
pengetahuan mahasiswa dalam ruang kebebasan akademik. Padahal pada pasal 8 ayat 3 pada UU yang sama
menyatakan bahwa kebebasan akademik wajib dilindungi dan difasilitasi oleh pimpinan perguruan tinggi.

3. Birokratisasi Dosen
Ketiga, fenomena tumpulnya daya nalar atau daya kritis mahasiswa. Tumpulnya daya nalar atau daya kritis
mahasiswa dalam proses belajar mengajar maupun dalam melihat kondisi sosial disebabkan para dosen menemui
masalah dengan sistem kebijakan kontrak kinerja individu (KKI) untuk mendapatkan insentif atau remunerasi. Hari
ini telah terjadi birokratisasi terhadap dosen. Para dosen lebih disibukkan dengan laporan-laporan administratif untuk
pemenuhan poin kinerja individu dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Belum lagi
dosen-dosen yang mendapatkan tugas tambahan dengan jabatan-jabatan pengelola BLU seperti Dekan, Koordinator
Prodi, Sekretaris Prodi dan sebagainya. Kondisi ini berdampak kepada tergerusnya esensi dari pendidikan di perguruan
tinggi antara dosen dengan mahasiswa itu sendiri. Seperti kurangnya inovasi/ pengembangan materi perkuliahan,
terhambatnya ruang dialektika di kelas, kurangnya upaya memperkaya buku-buku di perpustakaan apalagi untuk
memecahkan fenomena sosial secara langsung di masyarakat.

4. Kesejahteraan Tenaga Pendidik/ Karyawan


Pada pengelolaan tenaga pendidik/ karyawan dan tenaga kebersihan di Unpad pun ditemui berbagai masalah.
Dalam pengelolaan karyawan terdapat sistem Alih Daya (Outsourcing). Sistem ini merupakan salah satu dampak dari
adanya PTN-BH. Yang menjadi sorotan tentang alih daya adalah status kerja, bila BLU merupakan bagian dari
karyawan tetap di Unpad dengan terbukti memiliki SK BLU, sedangkan Alih Daya merupakan pekerja sistem kontrak,
jadi bila sewaktu-waktu Unpad berfikir untuk tidak lagi membutuhkan Alih daya, mereka bisa secara sepihak memutus
hubungan kerja, sedangkan ada karyawan yang menjadi Alih daya sudah mengabdi lebih dari 10 tahun. Persoalannya
adalah pesangon atau bentuk penghargaan dari Unpad terhadap masa bakti yang telah diberikan oleh para karyawan
nya, dimana seperti yang dibahas sebelumnya bila alih daya ini tidak lagi di kontrak ulang oleh Unpad ada potensi
Unpad tidak memberikan hak nya, yaitu bentuk pesangon terhadap masa bakti kerja yang sudah diberikan.
Potensi tersebut sangat mungkin terjadi menginat adanya sistem kontrak kerja dengan blanko kosong.
Beberapa karyawan/tenaga pendidik di Unpad menjelaskan bahwa setiap kali akan kontrak kerja ulang, didalam
kontrak kerja tersebut tidak pernah dijelaskan apa yang menjadi hak dan kewajiban si pekerja tersebut, mereka dipaksa
oleh pihak Rektorat Unpad untuk menandatangani sebuah kontrak kerja tanpa pernah tahu apa yang menjadi hak dan
kewajiban si pekerja tersebut. Hal ini tentu saja bertentangan dengan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013
Tentang Ketenagakerjaan yang mewajibkan tercantumnya hak dan kewajiban pekerja dalam perjanjian kerja. Selain
itu Jaminan Kesehatan / BPJS yang diterima oleh karyawan juga terdapat masalah, bila karyawan BLU maka BPJS
nya akan dibayarkan oleh pihak Rektorat Unpad, namun tenaga kerja alih daya membayarkan sendiri BPJS
kesehatannya. Ini jelas suatu pelanggaran terhadap Pasal 86 Ayat 1 Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan yang
mengharuskan pemberi kerja memberikan perlindungan kesehatan kerja kepada pekerja.

5. Kesejahteraan Tenaga Kebersihan (K3L) Unpad


Setidaknya terdapat lima pokok permasalahan kondisi kerja yang dihadapi tenaga kebersihan K3L Unpad.
Pertama, perjanjian kerja dengan Unpad yang tidak mencantumkan hak-hak pekerja namun hanya memuat kewajiban
yang harus dijalankan oleh pekerja ini jelas melanggar Pasal 54 UU Nomor 13 Tahun 2013. Kedua, upah yang
didapatkan pekerja K3L tidak memenuhi standar UMK Sumedang Tahun 2017. Dimana upah saat ini adalah sebesar
Rp 700.000 sementara UMK Sumedang 2017 adalah Rp 2.463.461. Ini bertentangan dengan pasal 90 ayat 1 UU
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa pengusaha dilarang membayar upah lebih
rendah dari upah minimum. Upah K3L Unpad juga tidak mencapai Upah Minumum Provinsi Jawa Barat tahun 2016
yaitu Rp 1.300.000 bahkan juga belum mencapai standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Kabupaten Sumedang 2016
yaitu Rp 1.924.585. Ketiga, tidak adanya tunjangan hari raya keagamaan padahal menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 78 Tahun 2015, THR merupakan pendapatan non-upah yang termasuk dalam komponen penghasilan yang
layak. Keempat, tidak adanya jaminan kesehatan yang diberikan oleh Unpad. Yang terakhir yaitu adanya upaya
menhgalang-halangi pekerja K3L untuk berserikat di dalam Konsolidasi Pekerja Padjadjaran (Koperdja) dengan
intimidasi secara verbal maupun non-verbal. Hal tersebut dilakukan oleh pihak kantor K3L dan mandor yang berada
dibawah bagian sarana dan prasarana kampus dan Wakil Rektor IV. Hal ini tentu saja melanggar Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Buruh/ Pekerja.
Selain masalah mahasiswa ternyata juga terdapat masalah terkait manajerial dosen dan karyawan di Unpad.
Kami sebagai mahasiswa Unpad sadar akan pentingnya peringatan Hari Pendidikan Nasional ini sebagai momentum
untuk mengembalikan esensi pendidikan seperti sebagaimana mestinya dengan mengkritisi berbagai kebijakan
Rektorat Unpad dengan aksi unjuk rasa melalui Persatuan Perjuangan Mahasiswa Universitas Padjadjaran. Melalui
PPM-Unpad kami menyampaikan tuntutan diantaranya:
1. Tolak sistem UKT yang tidak berkeadilan dengan menyesuaikan UKT dengan kemampuan ekonomi
mahasiswa.
2. Berikan transparansi pengunaan dana UKT.
3. Berikan perlindungan dan jamin kebebasan bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
kegiatan mahasiswa.
4. Tolak Birokratisasi Dosen dengan memvitalkan kembali fungsi dosen sebagai pengajar.
5. Berikan kesejahteraan untuk karyawan alih daya (outsourcing) dan operator K3L Unpad.
Demikian pernyataan sikap dan tuntutan dari Persatuan Perjuangan Mahasiswa Universitas Padjadjaran
disampaikan. Kami mengundang seluruh kawan kawan se-almamater untuk menyatukan kekuatan revolusioner dalam
bentuk aksi demonstrasi yang akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal: Selasa, 2 Mei 2017


Pukul: 09.00 sd selesai
Titik Kumpul: Lapangan UKM Barat Unpad

Gunakan almamatermu dan bergabunglah bersama kami!

Jatinangor, 2 Mei 2017


Atas Nama Persatuan Perjuangan Mahasiswa Unpad

Hidup Mahasiswa yang Melawan!!!


Hidup Rakyat Indonesia!!!

CP: 081291461421 (Mustho)


Nota Kesepahaman
antara
Rektor Universitas Padjadjaran
dan
Persatuan Perjuangan Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Jika selama dua bulan setelah Nota Kesepahaman ini ditandatangani belum ada itikad dan
upaya konkret untuk memenuhi tuntutan yang dinyatakan dalam Nota Kesepahaman ini, maka
Persatuan Perjuangan Mahasiswa Universitas Padjadjaran siap untuk mengingatkan dan menegur
kembali Rektor Universitas Padjadjaran.
Ditandatangani dalam rangkap dua di Jatinangor, Kab. Sumedang, pada hari Selasa,
tanggal 2 Mei 2017.

Koordinator Umum
Rektor Universitas Padjadjaran Persatuan Perjuangan Mahasiswa
Universitas Padjadjaran

Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad, dr. Ikhsan Rahmadi


NIP. 19620922 198902 1 001 NPM. 170410120120
Nota Kesepahaman
antara
Rektor Universitas Padjadjaran
dan
Persatuan Perjuangan Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Jika selama dua bulan setelah Nota Kesepahaman ini ditandatangani belum ada itikad dan
upaya konkret untuk memenuhi tuntutan yang dinyatakan dalam Nota Kesepahaman ini, maka
Persatuan Perjuangan Mahasiswa Universitas Padjadjaran siap untuk mengingatkan dan menegur
kembali Rektor Universitas Padjadjaran.
Ditandatangani dalam rangkap dua di Jatinangor, Kab. Sumedang, pada hari Selasa,
tanggal 2 Mei 2017.

Koordinator Umum
Rektor Universitas Padjadjaran Persatuan Perjuangan Mahasiswa
Universitas Padjadjaran

Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad, dr. Ikhsan Rahmadi

Anda mungkin juga menyukai