Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Impian si Kembar
Sinopsis :
Valerina dan Veronica adalah anak kembar yang terpisah sejak kecil karena orangtuanya bercerai.
Setelah orangtuanya bercerai Valerina atau ( Vale ) tinggal bersama ibu dan kakeknya di Jakarta,
sedangkan Veronica ( Vero ) tinggal bersama ayah dan pamannya di Malang.
Suatu ketika, ada sebuah kompetisi barnyanyi yang diadakan di Surabaya, dan tidak disangka mereka
berdua bertemu disana. Setelah acara kompetisi itu selesai, para peserta beristirahat selama sehari
sebelum kepulangannya ke negeri asal. Karena hotel tersebut penuh, para peserta kompetisi diberikan
kamar satu untuk dua orang. Dan tidak disangka Valerina dan Veronica sekamar.
( Di kamar setelah ganti baju... )
Vale : Hai perkenalkan, namaku Vale, namamu siapa?...( menyulurkan tangannya ) .
Vero : Namaku Vero... senang bisa bertemu denganmu! ( bersalaman dengan Vale )
Eh ya.., aku dari Malang, kamu dari mana??.
Vale : Aku dari Jakarta....
Vero : Kau tinggal dengan siapa saja di rumah?.
Vale : Dengan ibu dan kakekku, kalau kamu?.
Vero : Aku tinggal bersama ayah dan bibiku. Sejak aku masih kecil sampai
sekarang aku belum pernah melihat sosok ibuku....( dengan muka agak
murung ).
Vale : Aku juga sejak masih kecil sampai sekarang aku belum perneh melihat
sosok ayahku....
Vero : Oh ya..., apakah sekarang kau membawa foto ibumu?.
Vale : Bawa... memangnya kenapa?.
Vero : aku ingin lihat seperti apa ibumu itu! Tapi aku juga bawa kok foto ayahku!
Jika kau ingin melihatnya, nanti aku perlihatkan!.
Vale : Baik!... pada hitungan ke tiga kita perlihatkan foto mereka....
Vale dan Vero: 1...2...3..., ( tiba-tiba mareka terkejut ) hhaaahh!!!.
Vero : Bagaimana mungkin...!! ( dengan rasa tidak percaya ).
Vale : Ini mustahil...!! ( dengan rasa tidak percaya ).
Vero : Ngomong-ngomong kapan kau lahir?,.
Vale : 16 Mei 1995.
Vero : Hah!! Kok sama dengan ku!... berarti kita......
Vale dan Vero: Kita kembar..!!! ( dengan rasa bahagia dan setelah itu saling
berpelukan ).
Vale : Ha..! aku punya ide... bagaimana kita tukeran tempat....! apakah kau setuju?.
Vero : Setuju..!! dan kita juga harus bisa menyatukan mereka kembali!
Ok! ( mengacungkan jempol ).
Vale : Ok!! ( mengacungkan jempol lalu mereka saling berpelukan ).
Keesokan harinya mereka pulang, dan akhirnya Valerina bertemu dangan ayahnya dan veronica
bertemu dengan ibunya.
( Versi Vero )
Vero : Ibu..! wow.. ibu cantik sekali....!! ( terkagum dengan wajah ibunya ).
Ibu : Hey..! ada apa denganmu..?
tidak seperti biasanya kau seperti ini..!! ( sedikit bingung ) ayo cepat kita pulang
Vero : Baiklah....
( Versi Vale )
Vale : Hai ayah...!! ( memanggil ayah ).
Ayah : Hai sayang... ayo kita pulang...!!.
Vale : Ayo...!.
Beberapa jam kemudian Vale sampai di tumah ayahnya dan Vero sampai di rumah ibunya. Di rumah
ayah Vale bertemu dengan paman Daniel sedangkan di rumah ibu Vero bartemu dangan kakek Janad
( Versi Vale )
Paman : Hai Vero...!.
Vale : Hai paman...!.
Paman: Hmm..., kelihatannya ada yang berbeda dengan mu..! ( dengan muka sedikit
curiga ).
Vale : Apa yang berbeda?.
Paman: Sejak kapan kau senang memakai sepatu hak tinggi seperti ini....? biasanya
kau memakai sepatu yang tidak memiliki hak terlalu tinggi!.
Vale : Hmm...,(terlihat agak seprti kebingungan) sejak aku kenal dengan temanku,
karena dia bilang penampilan itu penting!.
Paman : Ohh..., eh ya kak Steven kau sudah ditunggu oleh Shavenie.
ayah : Oh... terima kasih telah memberitahuku...!(lalu meninggalkan paman dan
Vale).
Vale : Shavenie itu siapa ( bertanya dengan muka sedikit curiga )?.
Paman : Astaga..., paman hampir lupa untuk menceritakannya padamu! Shavenie itu
calon ibu barumu.
vale : Ohh! .
( Versi Vero )
Vero : Waww..! rumahnya besar sekali...! (kagum).
Kakek : Hey Vale....!.
Vero : Hmm, apakah ini kakek?.
Kakek : Hey ada apa denganmu...? jelasjelas aku ini kakekmu... apa kau lupa
denganku...? ( dengan sedikit rasa bingung ).
Vero : Tidak..., aku hanya bercanda..! masa aku lupa dengan kakek!! ( dengan
wajah menutupi ketidak tahuannya ).
Kakek : Syukurlah...!.
Karena Vale mengetahui bahwa ayahnya ingin menikah lagi., ia segera menelpon Vero untuk
merencanakan sesuatu.
Vale : Hallo bisa bicara dengan Vale?.
Vero : Ya...ini aku sendiri.
Vale : Oh Kamu Ver, gawat banget nih...!.
Vero : Emangnya kenapa?.
Vale : Ayah sudah mempunyai calon ibu tiri kita!!!.
Vero : Berarti kita sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi..!!!.
Vale : Ok... aku punya ide..!! karena ini masih hari Rabu, bagaimana kalau kita
mempertemukan ayah dan ibu hari Minggu di pulau Vlieland ( pulau kecil
yang ada di Belanda! ).
Vero : ok!! Akan ku atur masalah dengan ibu!.
Vale : Udah dulu ya... bye!!.
Vero : Bye..!!.
Tanpa Vero sadari ternyata Kakek Janad mendengarkan pembicaraan mereka berdua. Dan
kakek pun tahu bahwa sebenarnya Vale yang ada di rumah dan tinggal bersamanya sekarang adalah
Vero.
Kakek : Hmm, ada yang mau kakek bicarakan denganmu.
Vero : Ada apa kek?.
Kakek : Apakah kau benar-benar Vale?.
Vero : ( sambil melihat ke kanan dan ke kiri )Se...sebenarnya... aku ini Vero...! tapi
ku mohon jangan kasi tau siapa pun sebelum aku dan Vale berhasil
menyatukan ayah dan ibu!.
Kakek : Tapi apakah kau perlu bantuan? Kalau kau perlu, aku akan membantumu!!
Vero : Terimakasih kek..!!
Keesokan harinya Vale bertemu dengan Shavenie, calon ibu tirinya ketika ia sedang membuat
*susu telur*. Karena Vale tidak suka dengan calon ibu tirinya tersebut, ia sengaja berpurapura tidak
tau cara membuat susu telur dan menumpahkan susu telur tersebut ke baju Shavenie.
( Di meja makan...)
Shavenie: Hai Vero...!.
Vale : Kau siapa?.
Shavenie: Oh ya... aku lupa memperkenalkan diriku..!! namaku Shavenie, aku adalah
calon ibumu yang baru!!.
Vale : Benarkah?,kalau kau memang benar-benar calon ibuku... maukah kau
membuatkan aku segelas susu telur??? Aku tidak tahu cara membuatnya...!!.
Shavenie: Ok!!.
( Setelah susu telur sudah jadi ).
Shavenie: Ini untukmu...! ( memberikan susu telur ).
Vale : ( berputar dari arahnya berdiri ) terima kas...( menyenggol gelas dan susu
telurnya tumpah mengenai baju Shavenie) ups.... maaf!! ( Sambil berpura-pura
merasa bersalah dan mencoba untuk membersihkan baju Shavenie ).
Shavenie: Sudah tidak apa-apa, inikan bukan karena di sengaja!!.
Vale : Shavenie.., Kau baik sekali...., sekali lagi aku minta maaf kepadamu!.
Shavenie: Iya aku maafkan....
(tiba tiba hp Shavenie berdering)
Shavenie: Iya hallo, (mendengarkan telepon) Ok! Aku akan datang..!!. maaf Vero,
aku tidak bisa menemanimu lama-lama, aku harus pergi karena ada urusan
mendadak!.
Vale : Oh ya silahkan!.
Tidak lama kemudian paman Daniel pulang dari kantornya, ia pun melihat Shavenie keluar
dari rumah. Lalu paman Daniel menemui Vale dan kebetulan Vale memerlukan bantuan darinya.
Paman : Hai Vero..., kenapa dia?.
Vale : Dia ada urusan mendadak!.
Paman : Oh...
Vale : Paman, aku mau minta tolong sesuatu....
Paman : Minta tolang apa?.
Vale : Tolong tanyakan kepada ayah apakah ia masih mencintai ibu kandungku
atau tidak,dan sampaikan padanya bahwa aku menginginkan ia kembali lagi
kepada ibu kandungku!!, aku tidak mau punya ibu seperti Shavenie...!
(dengan mengeluarkan sedikit air mata dan hidung memerah mata) .
Paman : Sudahlah jangan menangis ( sambil memberikan saputangan ), aku pasti
akan membantumu!.
Vale : Terima kasih paman...!.
Paman : Ya... sama-sama..!.
Sore harinya paman Daniel menemui Steven ( ayah Vale dan Vero )untuk membicarakan hal
tersebut.
Paman : Hai stev...., aku ingin bicara denganmu.
Ayah : Ya sudah silahkan kalau bicara! .
Paman : Apakah kau serius akan menjadikan Shavenie ibu untuk anakmu?.
Ayah : Ya dilihat saja nanti..!, memang ada apa??.
Paman : Tadi siang Vero ngobrol denganku, ia berkata ia tidak ingin mempunyai ibu
seperti Shavenie..., dan ia juga angin kau kembali lagi dengan ibu
kandungnya....
Ayah : Ohh..!.
Steven pun merasa terketuk hatinya karena telah mengetahui isi hati anaknya. Dan ia berjanji
dalam hatinya akan menuruti apa yang anaknya inginkan.
( Keesokan harinya )
Ayah : Vero sayang....! ( memanggil Vale *dengan sebutan Vero karena yang ia
tahu adalah anak yang berada di rumahnya itu Vero*).
Vale : Ada apa ayah?.
Ayah : Apakah kau menginginkan sesuatu?.
Vale : Hmm, oh ya ayah, aku ingin kita dan paman berlibur ke pulau kecil yang
bernama Vlieland yang ada di Belanda selama 2 hari dari hari minggu. Aku
ingin kita semua berekreasi kesana, boleh ya....!!.
Ayah : Baiklah...! (tersenyum ).
( Namun Shavenie datang dan ia sempat mendengarkan sedikit tentang pembicaraan mereka )
Vale : Ayah, tante Shavenie datang.
Ayah : Oh, hai Shavenie, hmm, maaf aku ingin ke kamar mandi sebentar, ku tinggal
kalian berdua di ini ya...
Shavenie: Tidak masalah...(sambil tersenyum dan ayah pergi meninggalkan ruang
menonton Tv). Hmm, Vero ngomong-ngomong kau mau pergi ke Malang ya?
Apakah aku boleh ikut?.
Vale : Boleh saja, asalkan kau tidak mengikuti ayahku kemmana saja ia pergi, ok!.
Shavenie: Memangya kenapa? (tanyanya dengan penuh kecurigaan ).
Vale : Jika kau mengikuti ayahku kemana pun ia pergi ketika si Malang, kau akan
sakit hati!!.
Shavenie: Ok!.
Nah, tadi kita sudah menyelesaikan urusan diantara Vale dan ayah mengenai liburan Ke pulau
Vlieland, sekarang kita akan melihat bagaimana Vero menyelesaikan urusannya dengan ibu. Mau tau
kelanjutan ceritanya? Chek it out!!...
Setelah Vero mendapatkankan telepon dari Vale, karena jadwal kerja ibunya sebagai model yang
sangat padat, ia pun langsung menemui ibunya . karena kalau tidak mereka bisa gagal untuk
menyatukan ayah dan ibunya kembali.
Vero : ibu...( memanggil dan mendekatinya ) ada yang mau ku sampaikan kepada
ibu.
Ibu : Iya sayang ada apa?.
Vero : Ibu selama ini kita jarang sekali berlibur ke luar negeri! Bagaimana kita
liburan ke pulau Vlieland selama 2 hari, aku ingin sekali pergi ke sana!.
Ibu : Boleh..! tapi kapan kita pergi ke sana? Soalnya ibu akan membatalkan semua
scedule hari itu agar liburan kita tidak terganggu!.
Vero : Hari Minggu.
Ibu : Ok!!.
Keesokan harinya Vero minta tolong dengan kakek Janad agar ia memesan tempat yang
suasananya sangat romantis untuk ayah dan ibunya. Setelah meminta tolong dari kakek Janad, Vero
menelpon Vale dan memberitahukan bahwa semua rencananya sudah lengkap.waktu berjalan begitu
cepat, tidak disangka hari ini adalah hari minggu. Ibu, kakek dan vero skhirnya sudah tiba di lokasi
yang dituju.
( Di pulau Vlieland... )
Ibu : sudah sampai...!.
Vero : Wow...!!, ini lebih dari yang ku bayangkan! Pemandangan pulau ini sangat
indah.....!( serunya karena terkagum ).
Kakek : Ayo kita ke hotel dulu sebelum kita bersenang senang...!
Vero : Baiklah....!
Tidak disangka, Steven ( ayahnya Vale dan Vero ), dan Shavenie sudah datang duluan. Di
hotel, Angelina ( ibunya Vale dan Vero ), dan bertemu dangan mereka.
Angelina : Oh hai Steven!!.
Steven : Hai..! kenepa kita dapat bertemu disini? (terkejut )
Angelina : Entahlah... tapi aku hanya mengikuti kemauan anakku
Steven : Oh..!
Angelina : Tapi siapa wanita ini?
Steven : Ini hanya temanku, namanya Shavenie. Oh ya Shavenie, ini mantan istriku, namanya
Angelina....
Angelina : Senang berkenalan denganmu....
Shavenie : Aku juga..
Mereka semua menuju kamarnya masing-masing. Dan kebetulan kamar mereka itu berdekatan. Pada
sore harinya kakek Janad sudah menyewa karyawan restaurant untuk mempersiapkan acara makan
malam untuk Steven ( ayah Vero dan vale) dan Angelina ( ibu Vero dan vale ). Tapi apa yang terjadi
pada malam harinya? Check it out...!!
Sebelum acara makan malam vale sudah memyuruh pamannya agar menjaga dan mencegah
Shavenie agar tidak mengikuti Steven. Tapi paman gagal, dan untung saja Shavenie datang pada saat
Steven sudah selesai mengatakan keinginan anak mereka.
( Versi Vero )
Vero : Ibu kau tunggu disini ya... ibu jangan kemana-mana.
Ibu : Baiklah.....
(Versi Vale)
Ayah : Kau mau makan malam?
Valle : ( Pura_pura sakit kepala ) aduh.., kepalkuku sakit ( memegang kepalanya ) bagaimana kalau
ayah sendiri saja aku sudah memesan meja no 2, nanti kalau perutku sudah lega aku akan menyusul
ayah!.
Dan akhirnya ayah dan ibu si kembar bersatu dan mereka hidup bahagia selamanya.....
SELESAI....
3 saudara kembar yang berbeda nasib
Di sebuah desa yang bernama desa meneketehe, terdapat sebuah keluarga yang sedang dirundung
kesedihan akibat 2 orang dari anggota keluarga tersebut meninggal dunia karena terjun dari
ketinggian atap rumah, yakni Pake dan Make. Pake dan Make mempunyai 3 orang anak kembar
yang berusia 17 tahun, dimana anak pertama bernama Bantingen yang berpostur tubuh gendut dan
hobinya kentut, anak kedua bernama Bitingan yang berpostur tubuh sedang dan hobinya dandan,
dan anak ketiga bernama Bintitan dengan postur tubuh kurus dan sukanya makan permen sugus.
Sebelum pake dan make meninggal, beliau berdua memberikan harta wasiat kepada anak
kembarnya. Bagaimana kelanjutannya ceritanya, mari kita tengok kisah mereka di TKP.
Teras Bu Lurah
(Bintitan masuk)
Bintitan : Assalamualaikum. Bu Lurah.
(Bu Lurah masuk)
Bu Lurah : waalikum salam. Ada apa kemari, naksir saya yah, sorry aja yah kalau saya tidak level
sama situ (dengan nada centil).
Bintitan : memang saya juga mau sama situ. Sorry yah (bahasa banci). Saya ke sini mau pinjam
gergaji, sekalian bu mau ngapeli si sophia lap budek. Dia ada kan bu?.
Bu lurah : kenapa pinjam gergaji harus ke saya, kenapa tidak ke annisa bahar saja, lagi pula si budek
lagi males ketemu sama kamu, katanya dia bosen, masak punya pacar udah jelek, kayak tokek,
wajahnya juga tua kayak kakek kakek udah gitu hidup lagi.
Bintitan : ibu kira goyang gergaji harus pinjam ke anissa bahar. Bu kalau ngejek jangan kebangetan
dong gini gini mantan pacarnya luna mayat kale bu, Udah ah bu cepetan ambilkan gergaji dan
sophia lap budeknya!!!.
Bu Lurah : mau pinjem kok maksa, situ mau pinjem apa ngerampok sih. Iya, tunggu sebentar yah.
(Bu Lurah masuk ke dalam rumah untuk mengambil gergaji)
(Sophia Lap Budek masuk)
Tidak beberapa lama kemudian bukan malah Bu Lurah yang membawa gergaji tapi sophia lap budek.
Sophia Lap Budek : kok tumben kemari sih ayy...
Bintitan : iya nih, aku lagi kangen sama kamu ayy... baydhowi ups salah, by the way aku kesini tadi
mau pinjem gergaji ayy...
Sophia Lap Budek : hah jeruji, kalau jeruji ada di penjara ayy...
Bintitan : bukan jeruji ayy... tapi gergaji.
Sophia Lap budek : apa ayy... gigi palsu? Aku g punya barang yang kayak gitu
Bintitan : Gergaji ayy... Gergaji...
Sophia Lap Budek : apalagi gigi palsu yang emas, yang putih aja g punya.
Bintitan : astaghfirullah hal adhim..., kamu nih bolot apa budek sih ayy...
Sophia Lap Budek : aku bukan bolot atau budek ayy tapi atul alias agak tuli
Bintitan : itu sih namanya bukan atul alias agak tuli, tapi budek stadium akhir. Nyuuut g salah blaass
ibu kamu ngasih kamu nama budek, toh kenyataannya anaknya memang budek betulan kan?
(Bu Lurah masuk membawa gergaji)
Bu lurah : ini gergajinya, udah pulang sana, saya tidak tega anak saya pacaran sama orang yang
jeleknya minta ampun kayak kamu.
(Bintitan menerima gergaji dari Bu Lurah)
Bintitan : pegang janji saya yah bu, kalau saya kaya besok, saya akan meminang putri ibu walaupun
atul alias agak tuli saya rela bu
Bu Lurah : Dan jangan kembali kalau kau belum kaya
(Bintitan, Sophia Lap Budek dan Bu Lurah Keluar)
Akhirnya Bintitan pun mulai bekerja keras membuat alat bajak, selesai membuat ia menyewa sebuah
ladang kecil yang dapat digunakan untuk menanam benih padi miliknya.
Tahun berganti tahun, benih padi yang dulunya sekantung kini menjadi berlumbung lumbung,
ladang yang dulu disewa oleh Bintitan pun kini telah menjadi sawah yang luasnya berhektar hektar.
Gubuk yang dia tempati dulu, kini menjadi rumah mewah seperti hotel bintang 7. Kini Bintitan
menjadi orang terkaya di desanya dan menjadi orang yang disegani karena kerja keras yang ia
lakukan. Sepeti janjinya dulu akhirnya Bintitan pun melamar Sophia Lap Budek. Tapi bagi bintitan,
kekayaan dan sudah didampingi oleh seorang istri itu tidak berarti karena sampai sekarang ia masih
belum dapat menemukan 2 orang saudara kembarnya, baginya percuma hidup bergelimang harta
tanpa ada saudara disampingnya.
Ternyata kabar tentang kekayaan Bintitan pun telah sampai pada telinga Bantingen dan Bitingan,
akhirnya mereka pun mempunyai niatan untuk kembali menemui adik kembarnya itu.
Bendera merah putih berkibar di angkasa diiringi lagu nasional INDONESIA RAYA.
DISSOLVE TO
Sebuah rumah (lebih tepat gubuk) diantara gubuk-gubuk yang lain yang ada di perkampungan kumis
(kumuh dan miskin).
Tampak Kakek keluar dari rumah disusul oleh Evi dan Akil yang sudah rapi bersisiran tapi masih
memakai baju sehari-harinya yang butut. Sepatu Evi juga butut. Akil belum sempet memakai
sepatunya ketika Kakek menyuruhnya cepat-cepat pergi (adlib).
KAKEK
Yo Kil, cepetan.
AKIL
Iya Kek, bentar. Masih pake sepatu nih.
EVI
Akil, ayo cepetan! Ntar telat lho.
AKIL
Kenapa kak? Sekolahnya keburu tutup ya?
KAKEK
Tutup, emangnya warung?!
Akil dinaikan ke dalam gerobak. Evi dan Akil membawa beberapa buku tulis tanpa tas yang alat-alat
tulisnya dimasukkan ke kantong plastik kresek.
Mereka berteguran (adlib) dengan beberapa pemulung lain yang baru keluar dari gubuknya atau
yang melintas di situ.
Kakek pergi menarik gerobak yang di dalamnya ada Akil duduk di antara kardus-kardus dan barang
bekas. Langkah Kakek diikuti oleh Evi.
(Note: Dalam adegan di atas ilustrasi lagu nasional INDONESIA RAYA terdengar sayup-sayup).
CUT TO CUT
Rupanya Bendera merah putih yang berkibar di awal gambar berada di tiang besi yang ada di
halaman sebuah sekolah dasar (SD). Dan lagu nasional INDONESIA RAYA berkumandang dari mulut
semua siswa SD, guru dan pegawai sekolah yang berbaris rapi di halaman sekolah itu. Seorang siswa
yang berdiri di sebuah kotak/trap dengan semangat menjadi dirigen.
CUT TO CUT
Kakek berjalan tergesa sambil menarik gerobak. Di samping Kakek, Evi mengikuti dengan langkah
yang juga tergesa. Di dalam gerobak Akil terguncang-guncang berusaha memakai sepatu bututnya.
Di antara lintasan kendaraan berlalu lalang, Kakek terus melangkah tergesa sambil menarik gerobak
dengan wajah tampak sedikit tegang. Evi terlihat mulai berkeringat walau tidak menunjukkan rona
kelelahan. Evi melihat ada kardus bekas tergeletak di jalan. Kakek sempat menghentikan tarikan
gerobaknya saat Evi memungut dan memberikannya pada Akil. Akil melipat kardus itu dan
menumpuknya dengan kardus lainnya dalam gerobak.
Mereka tampak menyebrang jalan di antara seliweran kendaraan. (Suara lagu INDONESIA RAYA
masih menjadi ilustrasi sayup-sayup).
CUT TO
Lagu selesai. Upacara bendera di halaman baru saja usai. Hanya tersisa beberapa siswa yang mulai
masuk ke ruang kelas digiring oleh gurunya masing-masing.
Di depan gerbang SD itu Kakek menghentikan gerobaknya. Sesaat melihat plang SD. Wajah Kakek
berkeringat tapi tidak dihapusnya karena sudah terbiasa. Akil turun dari gerobak.
EVI
Kenapa Evi sama Akil harus sekolah sih, Kek?
Kakek tidak menjawab. Sesaat Ia menatap Evi, lalu Akil, kemudian melihat Bendera Merah putih
yang terus berkibar di ujung tiang di tengah halaman sekolah.
AKIL
Iya. Ngapain sekolah. Bantu Kakek mulung juga kan gak apa-apa. Dapet duit, lagi.
KAKEK
(sambil menatap Bendera) Kalian liat bendera itu. Bendera itu berkibar karena ditarik naik ke
atas kan?
EVI
Ya iyalah. Kalo di bawah kankeinjek-injek orang. Kadang dipake buat lap juga.
KAKEK
Itulah, Cucuku, kalian perlu sekolah. Supaya berada di atas dan berkibar dengan gagah seperti
bendera itu.
AKIL
Tapi Kek, bukannya dulu Bapak Akil enggak sekolah?
KAKEK
Dulu, waktu Bapak kalian gak mau sekolah, kakek membolehkannya. Setelah besar, bapak kalian jadi
orang gak bener. Jadi maling, kalian tau kan, Bapak kalian mati dikeroyok orang. Itu kesalahan kakek.
Kakek gak mau bikin kesalahan yang sama. Kalian harus bisa lebih baik dari Kakek, lebih baik dari
bapak kalian, ya?
KEPSEK (OS)
Luar biasa. Cucu-cucu Bapak memang cerdas. Walaupun cuma mendapat pengajaran informal dan
bimbingan Bapak setiap malam tapi cucu-cucu Bapak bisa menjawab semua soal tes.
Out Sound (OS) Kepsek berbarengan dengan gambar Kakek memarkir gerobaknya di sudut tempat.
Lalu mengajak Evi dan Akil masuk ke dalam areal sekolah.
CUT TO
KEPSEK
... Karena itu saya tidak ragu untuk menempatkan Evi di kelaslima, dan Akil di kelas tiga.
KAKEK
Alhamdulillah, terima kasih, Pak.
Bu Yuti muncul membawa pakaian seragam SD lalu menyerahkannya pada Evi dan Akil.
BU YUTI
Ini pakaian seragam kalian.
Hidung Bu Yuti mencium bau yang tak sedap dari tubuh dan pakaian Evi dan Akil. Bu Yuti mendekati
Kepsek.
BU YUTI
Maaf, Pak. Saya mau ajak Evi dan Akil ngepas pakaian seragamnya.
KEPSEK
O ya, silakan.
KAKEK
Maaf, sebentar, Bu. Ini uang seragamnya.
Evi dan Akil nyengir haru melihat Kakek membayar seragam sekolah dengan uang recehan lecek juga
ada uang logamnya. Bu Yuti risi menerima uang itu. Kepsek hanya senyum. Kemudian Bu Yuti
mengajak Evi dan Akil keluar ruangan.
KAKEK
Sekali lagi terima kasih, Pak. Bapak sudah mau nerima cucu saya sekolah di sini.
KEPSEK
Dunia pendidikan tidak akan membeda-bedakan dia anak siapa, Pak. Mau anak pemulung, mau anak
pejabat, akan kami layani sama. Mendapatkan pendidikan yang layak adalah hak setiap orang.
KAKEK
Sekali lagi terima kasih, Pak. Maaf, saya pamit pulang, Pak.
KEPSEK
Silakan.
Kakek pergi.
CUT TO
Kakek berjalan di selasar SD kemudian berpapasan dengan Evi dan Akil yang baru keluar dari sebuah
ruangan. Kakek sesaat terpana melihat kedua cucunya yang sudah berseragam sekolah, walau
sepatu mereka butut. Akil keliatan bangga banget make baju seragam barunya itu.
AKIL
Liat, Kek. Baju sama celananya masih baru. He he.. Pake ginian lagi (memegang dasinya)
KAKEK
(tersenyum bangga) Kalo sudah pake seragam gitu, kalian harus rajin belajar. Kakek bangga kalo
kalian nanti jadi anak yang mandiri, sukses dan.. berkibar gagah seperti bendera merah putih itu.
Evi dan Akil spontan melihat ke arah tiang bendera dan memberi hormat pada bendera. Kakek
tersenyum. Kemudian Akil dan Evi memeluk Kakek.
EVI
Evi akan rajin belajar, Kek.
AKIL
Akil juga.
BU YUTI
Maaf, pak. Anak-anak harus masuk kelas. O ya, Akil masuk sekolahnya siang. Tapi untuk hari ini, kata
Pak Kepala Sekolah, gak apa-apa masuk kelas pagi dulu. Mulai besok masuk siang.
KAKEK
Kamu dengar Akil?
AKIL
Iya, Kek. Besok masuk siang.
KAKEK
Terima kasih ya, Bu.
BU YUTI
Sama-sama. Ayo, kalian saya antar masuk kelas.
Bu Yuti menggiring Evi dan Akil masuk ke ruang kelas. Akil berjalan dengan gagah, Evi berjalan
dengan bangga. Akil sempat nengok ke Kakek, hormat pada Kakek dan tersenyum bangga.
Kakek terharu dan tanpa sadar di kedua kelopak matanya mengembang air, berkaca-kaca.
CUT TO
Kakek kembali mendorong gerobak barang bekasnya. Kali ini wajahnya cerah ceria. Sesekali ketika
melihat selembar koran (atau barang plastik bekas atau kardus) tergeletak di jalan Kakek memungut
dan memasukkannya ke gerobak, sambil menyapa ramah orang-orang di sekitarnya. Lalu kembali
mendorong gerobaknya dengan penuh semangat.
CUT TO
Guru menerangkan pelajaran Matematika. Evi menyimak dengan serius. Nesa yang duduk di
seberang Evi memperhatikan Evi. Nesa mencibir lalu menutup hidungnya saat melihat sepatu Evi
yang butut.
Kali ini Evi terpengaruh lalu melihat dan coba mencium bau badannya sendiri.
CUT TO
Kakek tengah beristirahat di tepi jalan di bawah pohon. Ia mengipas-ngipas tubuhnya dengan
selembar kertas karton. Matanya melihat ke sebrang jalan.
POV Kakek: Di seberang jalan, seorang pemuda (eksekutif muda) berjas, berdasi dan bertas kantor
keluar dari gedung perkantoran diantar oleh dua orang figuran. Kedua figuran mengangguk-angguk
dan sedikit membungkuk hormat ketika eksekutif muda itu ngomong (adlib) lalu masuk ke mobil
mewahnya.
KAKEK
Semoga saja, cucu-cucuku besok kalau sudah besar jadi orang-orang sukses seperti mereka.
Lamunan Kakek buyar oleh suara klakson sepeda motor yang dikendarai oleh sepasang siswa/siswi
berseragam sekolah melaju dengan ugal-ugalan sambil tertawa-tawa becanda di atas motor. Kakek
hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sepasang anak sekolah itu.
Tak lama kemudian dari arah depan Kakek tampak seorang siswa SMA dengan sepeda motornya,
tanpa memakai helm, melaju dengan kecepatan tinggi.
Dari arah belakang Kakek sebuah mobil truk juga melaju di satu jalan dua arah itu.
Sepeda motor siswa nyaris bertabrakan dengan truk. Supir truk kaget dan panik yang mengakibatkan
truknya melaju oleng. Sopir tampak gugup dan tidak bisa mengendalikan laju truknya. Remnya
blong. Ia membanting stir ke arah kiri mengarah ke Kakek yang sedang mendorong gerobaknya.
KAKEK
Aaa..!!
Kakek kaget dan tidak sempat menghindar: BRAAK!! Tubuh Kakek terpental dihantam moncong
mobil truk. Gerobaknya hancur berantakan. Kakek terkapar di tepi jalan. Sesaat tubuhnya
mengejang lalu lunglai dengan bagian kepala berdarah karena terbentur aspal trotoar.
Supir truk turun, panik dan tegang melihat tubuh Kakek yang terkapar. Beberapa orang berdatangan.
Mereka cuma menyaksikan tubuh Kakek yang terkapar tak berkutik.
CUT TO
Bel sekolah berdering menandai usai sudah pelajaran hari itu. Semua murid berhamburan keluar
kelas. Di antara mereka ada Akil yang tampak selalu menebar senyum bahagia kepada teman-teman
barunya.
Tak lama kemudian tampak Evi di antara siswa kelas V. Evi yang berdiri menunggu Akil tertabrak
oleh Nesa yang asik becanda dengan Meli.
NESA
Aduh! Hih, dasar anak gembel! Badan kamu bau, nyenggol aku lagi. Hiiy..
EVI
Siapa yang nyenggol?
NESA
Kamu! Kamu yang ngalangin aku jalan!
Evi diam. Nesa kembali mencibir ke arah Evi sebelum masuk ke mobil mewah jemputannya.
AKIL
Kenapa, Kak?
EVI
Ng.. enggak apa-apa.
AKIL
(melihat Nesa) Enak ya sekolah kayak dia, dijemput mobil bagus.
EVI
Itu namanya Nesa. Temen sekelas kakak. Nanti kalo kita pinter, kita juga bisa punya mobil.
AKIL
Iya ya, Kak.
EVI
Udah yuk, kita pulang.
AKIL
Oke, kemon.
EVI
Mulai besok kamu gak bareng kakak lagi.
AKIL
Gapapa. Masuk sekolah siang enak. Pagi-pagi bisa bantu Kakek dulu, wee.
EVI
Aku juga pulang sekolah bisa bantu Kakek. Emang kamu aja cucu Kakek, weee.
EVI
Ee.. baju seragam kakak jangan kotor. Besok kan dipake lagi.
AKIL
Sama, Akil juga. Abisnya Kakek belinya cuma satu satu.
EVI
Heh, kamu harus bersyukur. Temen-temen kita yang lain malah banyak yang belum bisa sekolah.
Akil mengangguk paham kemudian matanya melihat tong sampah yang ada kardus-kardus bekasnya.
AKIL
Kak, liat..
Evi dan Akil kemudian mendekati tong sampah itu dan mengambil kardus-kardus. Sebagian
dimasukin ke tas Evi sebagian lainnya dimasukin ke tas Akil. Saat itulah Akil menunjukkan buku
gambar dan pinsil warnanya.
AKIL
O ya, Kak. Liat. Akil dapet nilai gambar delapan tadi.
Evi melihat gambar Akil, seorang anak tengah ikut bantu kakeknya mendorong gerobak dengan nilai
8.
EVI
Bagus. Eh, kamu dapet pinsil warna dari mana?
AKIL
Tadinya dipinjemin Bu Guru. Tapi karena Akil dapet nilai bagus, eh, dikasih deh buat Akil.
(menunjukkan satu pak pinsil warna) He he..
EVI
O gitu, untung banget kamu. Kasih lihat Kakek. Kan kamu kemaren sampe nangis-nangis minta
dibeliin pensil warna kayak gitu. Ya udah sekarang, enggak usah minta dibeliin lagi. Bagus pensilnya.
AKIL
Iya ah, Akil mau kasih liat Kakek, ah. Pasti Kakek lebih sayang sama Akil daripada sama Kakak.
Wee.
EVI
Wee Udah yuk, cepet pulang.
CUT TO
Di depan rumah Evi orang-orang banyak berkerumun, mereka memandangi Akil dan Evi, berbisik-
bisik. Akil merasa orang-orang yang ada di situ iri dengan seragam Akil.
AKIL
(berbisik ke Evi) Kak, lihat tuh orang-orang iri lihat seragam kita.
EVI
Akil, jangan sombong gitu. Gak boleh!
AKIL
Biarin. Di sini kan cuma kita yang sekolah.
Evi dan Akil yang masih berlari merandek heran saat melihat kerumunan orang-orang depan
gubuknya. Suara orang mengaji yasin dari dalam rumah terdengar. Sesaat Evi dan Akil saling tatap,
bingung.
Lalu, bapak pemilik warung dan anaknya melihat Evi dan Akil.
ANAK KECIL
Kil, Kakek lu ketabrak tuh!
PEMILIK WARUNG
(ke anak kecil) Sssttt..! Heh! Masuk! Masuk!
Segera Evi dan Akil bergegas masuk ke dalam dengan menyibak kerumunan orang-orang.
CUT TO
Tubuh Kakek sudah terbungkus hanya bagian wajahnya yang ditutup pakai kain putih transparan. Dua
orang figuran mengaji ayat yasin. Bi Tati terisak di dekat jenazah.
Muncul Evi dan Akil. Sesaat keduanya bengong melihat jenazah Kakek. Pinsil warna yang sejak tadi
dipegang Akil terjatuh dan berarakan di lantai.
Lalu..
DISSOLVE
CUT TO
Akil masih menangis. Evi juga masih sedih. Evi teringat pesan Kakek..
KAKEK
...Kakek bangga kalo kalian kelak menjadi anak yang mandiri, sukses dan berkibar gagah seperti
bendera merah putih itu
Evi kemudian mengusap air matanya sendiri. Ia berusaha tegar. Lalu memelihat ke arah Akil dan coba
menyabarkannya.
EVI
Akil, udah ya jangan nangis terus. Inget pesen Kakek, kita gak boleh cengeng. Kita harus jadi anak
mandiri.
EVI
Kakak juga akan jagain kamu.
BI TATI
Heh, udah lu jangan nangis terus. Nangis juga kagak bakal bikin kakek lu idup lagi.
BI TATI
Mana pakean-pakean lu yang mau dibawa?
Evi menunjuk sebuah tas besar butut yang sudah terisi penuh. Bi Tati mengambil tas itu lalu melihat
sebuah bungkusan rapi dari kertas koran.
BI TATI
Ini bungkusan apaan?
EVI
Itu seragam sekolah Evi sama Akil, Bi. Biar Evi aja yang bawa.
BI TATI
Ya udah bawa. Mulai sekarang lu bedua jadi tanggung jawab gua.
CUT TO
Otoy (13 Thn), anak Bi Tati, yang senang memakai baju/kaos kutung (kedua lengan bajunya sampai
tepi bahu sengaja dipotong) teriak-teriak memanggil emaknya.
OTOY
Emak!! Cepetan!! Emaaak..!!
Bi Tati yang membawa tas keluar dari dalam rumah bersama Akil dan Evi yang bawa bungkusan
koran.
BI TATI
Apaan sih lu tereak-tereak mulu?!
OTOY
Udah malem. Cepet pulang!
BI TATI
Iya, iya! Gua tau! (pada Evi dan Akil) Barang-barang yang laen biarin aja, besok pagibari ke pasar,
gua beresin.
OTOY
Cepetaaan!
BI TATI
Iya! Dasar anak kolokan lu! Hih, sebel gua punya anak kayak elu!
Bi Tati mengajak Evi dan Akil. Otoy melihat Evi dan Akil dengan tatapan sebel.
CUT TO
Sebuah rumah yang amat sederhana, yang bagian depannya ada meja buat dagang gado-gado Bi Tati.
Evi, Akil, Otoy dan Bi Tati terlihat masuk ke rumah.
CUT TO
Bi Tati, Akil, Evi dan Otoy baru masuk ke kamar. Akil dan Evi melihat-lihat sekitar rumah.
BI TATI
Rumah kontrakan Bibi jelek. Tapi masih mendingan daripada tinggal di gubuk Kakek elu, yang
sewaktu-waktu bisa digusur trantib.
EVI
Iya, Bi. Makasih.
BI TATI
Taruh dulu barang-barang lu situ.
Evi dan Akil meletakkan barang-barangnya. Bi Tati memberesi pakaian Otoy yang tersebar di
ranjang. Kamar Otoy terlihat berantakan. Evi dan Akil duduk di ranjang.
BI TATI
Nah, lu pada tidur sini ya.
AKIL
Tapi ini kan kamarnya Otoy, Bi?
BI TATI
Iya. Tapi gak pernah dipake. Dia maunya tidur di kamar gua melulu.
OTOY
Emak! Kamar Otoy kok dipake?
BI TATI
Iya. Mulai malem ini kamar lu buat Evi sama Akil.
OTOY
Aaa.. gak mau!
BI TATI
Ee.. ni anak! Susah diatur lu ya!
Evi dan Akil saling pandang, gak enak hati. Bi Tati membujuk Otoy yang masih ngambek.
OTOY
Otoy gak mau kamar otoy dipake!
BI TATI
Kalo lu gak ngasih, kasian Evi sama Akil.
OTOY
Bodo. Tidur aja digubuknya sendiri sono!
BI TATI
Eh, denger anak bandel. Evi sama Akil itu sodara lu. Mereka ponakan emak. Ceu Rom, emaknya Akil
itu sepupuan ama emak. Berarti kakek mereka, kakek lu juga.
OTOY
Iya, tapi ngapain suruh tidur di sini?
BI TATI
Supaya emak gampang ngurusnya, jagain mereka. Kasian anak yatim piatu.
OTOY
Bodo! Pokonya Otoy gak mau kamar Otoy dipake.
BI TATI
Ya udah, kalo lu gak mau! Gua juga kagak mau ngelonin elu tidur!
OTOY
Aaa... Kelonin!
BI TATI
Makanya jadi anak lu mesti bisa gua atur! Ayo tidur!
EVI
Ayo tidur, udah malem. Biar kakak di bawah, kamu di ranjang situ.
AKIL
Akil belum ngantuk. (Diam sesaat) Kak, Akil gak enak tidur di sini.
EVI
Kenapa?
AKIL
Kayaknya Otoy gak mau kamarnya dipake.
EVI
Iya, tapi mau gimana lagi? Bi Tati pasti marah kalo kita tetep tidur di gubuk Kakek. Apalagi jadi
gelandangan di luar.
AKIL
Emang kita mau tinggal di sini terus?
EVI
Kakak juga gak tau. Makanya tinggal di sini kita mesti prihatin. Kalo bisa jangan ngerepotin Bi Tati.
Kalo mau apa-apa kita usaha sendiri, lakuin sendiri.
AKIL
Kalo mau makan, kak?
EVI
Ya kalo bisa kita beli aja.
AKIL
Duitnya dari mana?
EVI
Nanti pulang sekolah kakak mulung.
AKIL
Akil juga sebelum masuk sekolah mau mulung juga, ah.
EVI
Ya, boleh.
Akil rebahan di ranjang. Evi tercenung. Keduanya sama-sama menatap langit-langit dengan pikiran
menerawang.
CUT TO
Bi Tati lagi menyiapkan dagangan gado-gadonya ketika Evi keluar sudah berpakaian sekolah dan
membawa buku pelajaran.
BI TATI
Nah, gitu. Pagi-pagi udah bangun. Jangan kayak si Otoy. Kalo belon tengah ari bolong, belon melek
tu mata. Eh, lu mau sekolah?
EVI
Iya, Bi.
BI TATI
Si Akil kagak?
EVI
Akil masuk siang, Bi. Permisi, Bi. Udah siang, takut telat.
BI TATI
Eh, gua kagak bisa ngasih ongkos sekolah lu ya. Dagangan gua belon laku. Eh, ni ni ni bawa buat
bekel.
Bi Tati menyerahkan satu singkong goreng. Evi menerimanya dan memasukkan ke dalam kantong.
EVI
Makasih, Bi.
CUT TO
Evi berlari masuk ke halaman sekolah. Saat lari menuju ke ruang kelas, Evi melihat bendera merah
putih masih berkibar di tiang besi di tengah halaman sekolah. Sesaat Evi merandek untuk menatap
bendera itu. Terngiang ucapan kakeknya (FLASHES SCENE 04):
KAKEK
Itulah, cucuku, kalian perlu sekolah. Supaya berada di atas dan berkibar dengan gagah seperti
bendera itu.
EVI
Eh, maaf ya.
NESA
Heh, sengaja lu ya! Dasar gembel!
NESA
Dasar gembel! Minggir!
CUT TO
Bu Yuti selesai menilai buku pelajaran siswa. Seorang siswa lelaki yang duduk di depan dipanggil.
BU YUTI
Ini bagikan.
BU YUTI
Nilai kalian kali ini ada peningkatan. Dan nilai tertinggi ternyata diraih oleh murid baru kita, Evi
Dadang.
NESA
Murid bau, Bu. Bukan murid baru.
BU YUTI
Tenang! Tenang!
BU YUTI
Nesa, kamu enggak boleh ngomong gitu.
NESA
Saya cuma becanda kok, Bu.
BU YUTI
Kalian harus lebih giat belajar lagi. Terutama kamu, Nesa nilai kamu kurang bagus. Juga Meli.
BU YUTI
Baik. Sekarang keluarkan PR kemaren. Sudah dikerjakan semua kan?
MURID
Sudah, bu.
Semua siswa mengerjakan tugas soal matematika yang tertulis di papan tulis. Evi tampak sigap dan
serius mengerjakan soalnya.
Nesa dan Meli yang duduk sebangku planga-plongo. Meli kemudian mencolek Nesa. Meli memberi
isyarat pada Nesa untuk mengambil buku catatan Evi. Dengan mengendap-endap tanpa
sepengetahuan Bu Yuti yang sibuk mencatat nilai, Nesa mendekati Evi. Setengah berbisik Nesa
ngomong.
NESA
Eh, nomor 1 apa? (panik) Sini aku lihat. (mencoba merebut buku Evi)
EVI
Gak boleh, itu kan nyontek namanya.
NESA
Pinjem, sebentar! (maksa)
EVI
Enggak, ah.
Nesa kesel dan menarik buku catatan Evi. Evi mempertahankan. Terjadi keributan.
BU YUTI
Heh, ada apa? Evi, Nesa!
NESA
Ng... nggak, Bu. Cuma mau pinjem penghapus.
BU YUTI
Kamu kan punya penghapus sendiri.
NESA
Ilang, Bu.
BU YUTI
Duduk ke tempatmu lagi.
Kembali suasana tenang karena semua siswa mengerjakan soal, kecuali Nesa yang menatap Evi
dengan pandangan dendam.
EVI
Maaf, Bu. Izin ke toilet.
BU YUTI
Ya, silakan.
Nesa melihat Evi keluar. Nesa mengambil buku Evi dan memberikan ke Meli.
NESA
Eh, catet! Catet! Cepetan!
Meli mengangguk dan mencatat buku. Nesa maju ke depan, ngadep Bu Yuti.
CUT TO
Evi masuk ke toilet. Tak lama kemudian Nesa muncul di situ. Nesa celingak-celinguk seperti punya
niat buruk. Nesa memastikan kalo Evi ada di dalam, lalu mengunci pintu toilet dari luar dengan cara
slotnya diganjal dengan pinsil.
NESA
Rasain kamu. Pelit sih.
INTERCUT : Di dalam toilet, Evi yang sudah selesai pipis bingung pintu toiletnya gak bisa di buka.
Evi memaksa-maksa, tetap gak kebuka. Evi makin bingung.
EVI
Kok? Gak bisa dibuka?
(teriak) Tolong... bukain! Bukain!
Tapi karena sedang jam pelajaran, areal toilet sepi. Pinsil pengganjal kunci bergeming dari posisinya.
CUT TO
MELI
Eh, si Evi kamu apain sih?
NESA
Udah, kamu diem aja. Itu hukuman buat anak yang gak ngasih contekan sama aku.
Bu Yuti juga melihat ke arah kursi Evi yang kosong. Bu Yuti melihat jam tangannya. Bu Yuti keliatan
marah.
CUT TO
EVI
Bukaaa..!
Evi coba menarik pintu lagi tapi gak kuat. Evi nyaris putus asa. Matanya mulai berkaca-kaca, ingin
nangis. Evi jongkok di sudut toilet.
INTERCUT :
Di depan toilet masih sepi. Tak lama kemudian terdengar dua siswi cekakak-cekikik mau pipis.
Mereka kemudian melihat pinsil pengganjal kunci pintu.
SISWI 1
Asik, ada pinsil.
Siswa 1 menarik pinsil itu. Kuncian terlepas, pintu terbuka. Kedua siswi kaget melihat Evi jongkok di
sudut toilet. Evi secepatnya bangun.
SISWI 2
Ngapain kamu di sini?
EVI
Enggak apa-apa.
Evi langsung pergi menuju kelas. Kedua siswi keheranan melihat Evi.
CUT TO
BU YUTI
Dari mana kamu lama sekali?
TERNYATA HANYALAH REKAYASA
Galih : Kak Reksa -kakak senior-
Matthew : Davin -mahasiswa ospek-
Opit : Thomas -mahasiswa ospek-
Fani : Adit -penjual air-
Ruth : Tari -Penjual dasi-
Patricia : Dina -jin bola lampu-
Davin dan Thomas, tetangga kos-kosan, universitas sama pula, dan dulu adalah sahabat di SMA.
Suatu hari saat mereka ospek Universitas Sukaribut di suatu tempat terpencil (dalam hal ini, di
dekat gudang sanggar pramuka), biasanya tempat ospek para mahasiswa baru, Thomas dan Davin, 2
mahasiswa baru, disuruh mencari jalan ke kampus (dalam hal ini SMA Cendana) dalam waktu 30
menit tanpa petunjuk arah (kompas, GPS) dalam rangka hukuman ospek, karena mereka terlambat.
Thomas (berbicara sendiri) : Mentang-mentang aku dulu anak pramuka, gini ospeknya!!!
Davin (berbicara sendiri) : Gara-gara sering ke fitness, tau aja tuh kakak disuruh skotjam 15x dalam
10 detik
15 menit berlalu
(latar : dekat TK Cendana Rumbai)
Sementara itu saat Thomas sedang dalam perjalanan menuju penjual dasi, Davin yang kehausan
sudah duluan sampai di toko penjual dasi
Davin : Kak, boleh nanya, lagi haus nih. Dimana warung terdekat untuk beli air minum? Yang gratis,
soalnya nggak bawa uang. Katanya ada?
Tari (penjual dasi) : Warung terdekat? Lurus, terus pas tepat sebelum pertigaan, kan ada tempat
olahraga (dalam hal ini GOR), nah di depannya ada orang jual air minum, gratis kok!
Davin : Oh, begitu.
Tari : Tapi, ada syaratnya Beli dulu dasinya Gratis kok!!!
Davin : (nada emosi) : Aneh, masa orang haus disuruh beli dasi?
Tari : Beli saja, gratis kok!
Davin (nada emosi) : Ah, sudahlah!
Davin tidak jadi membeli dasi, dan langsung pergi berjalan, dengan rasa lelah karena kehausan,
mengikuti instruksi sang penjual dasi.
Beberapa saat kemudian Sementara, waktu tinggal 10 menit dan terus berjalan
Thomas pun, setelah mengalami hal yang sama dengan Davin, tiba-tiba bertemu dengan Davin, saat
mencari jalan ke kampus.
Davin : Waktu tinggal 3 menit lagi gara-gara soal dasi, habis waktu kita!!!
Thomas : Iya nih, mana haus lagi!
Davin : Sama, aku juga haus!
Thomas : Bagaimana kalau cari tumpangan
Davin : Jangan lagi tanggung juga 3 menit
Thomas : Iya nih dan kita masih di sekitar-sekitar sini
beberapa saat kemudian, tiba tiba datang sesosok manusia dari belakang Thomas dan ternyata
ia adalah Kak Reksa
Saat pulang, sore harinya di kamar kos Davin (kamar tidur di sanggar pramuka) Davin dan
Thomas berkumpul.
Davin pun membuka internet di HPnya, dan melihat berita mengenai penangkapan terduga teroris.
Davin : Aduh, teroris lagi, teroris lagi
Thomas : Ah, itu cuma rekayasa
Davin : Rekayasa?
Thomas : Lihat aja, kan kemarin ada kasus korupsi besar?
Davin : Terus?
Thomas : Seolah hilang ditelan berita terduga teroris
Davin : Nggak juga. Kebetulan kali?
Thomas : Sebelumnya juga gitu. Coba aja perhatiin
Davin : Hmm iya juga ya
b) Permasalahan
Brandon, Tommy, Anna dan Ivan menyingkirkan Elsa begitu saja semenjak gadis itu menjadi miskin.
c) Komplikasi
Elsa berencana untuk bunuh diri karena orang tuanya bangkrut dan teman-temannya meninggalkan
dirinya.
d) Catatan 1
Ivan dan Anna menyakiti hati Elsa dengan perkataan mereka.
e) Catatan 2
Helen, kakak Elsa, berbesar hati memaafkan mereka dan itu membuat mereka menyadari
kesalahannya.
f) Kesimpulan
Brandon, Tommy, Anna dan Ivan sadar tentang arti kehidupan karena Helen dan kematian Elsa.
3. Karakter:
Brandon (Antagonis)
Ivan (Antagonis)
Helen (Prontagonis)
Tommy (Tritagonis)
Elsa (Tritagonis)
Anna (Tritagonis)
4. Latar
a) Tempat : Cafe dan Rumah Sakit
b) Waktu : Siang Hari
Sabtu adalah hari dimana sekelompok anak muda yang terdiri dari Brandon, Ivan, Tommy, Elsa dan
Anna menghabiskan waktu. Sejak siang mereka sudah berkumpul di sebuah cafe elit yang berada di
bilangan pusat kota Surabaya. Seperti biasa, hari ini adalah giliran Brandon yang menraktir mereka
semua.
Brandon : Pesen yang banyak deh! Nanti aku yang bayar. Pokoknya kalian harus makan sampe
kenyang.
Anna : Ya jelas mau lah! Hari ini kan giliran kamu yang keluar duit.
Tidak lama kemudian Elsa datang menghampiri meja dimana mereka duduk. Ia baru pamit dari toilet
untuk menerima telepon.
Anna : Elsa kenapa? Kok sedih? Pamali loh sabtu-sabtu murung gitu!
Elsa : Mamaku barusan telepon. Dia bilang papaku bangkrut. Semua rumah, mobil dan tabungan di
bank ludes. (Terisak pelan) kami harus pindah ke tempat tinggal yang lebih kumuh.
Parahnya lagi semua kebangkrutan ini karena papa terlibat kasus korupsi dan sekarang dia menjadi
buronan polisi (Menangis)
Elsa : Aku sudah nggak punya apa-apa sekarang, tapi kalian masih mau kan temenan sama aku? Kita
kan bersahabat sejak lima tahun lalu.
Anna menjauhkan kursinya yang tadinya berada di dekat kursi Elsa. Ia merapat kearah Brandon yang
berada disebelahnya.
Anna : Ya, kamu tahu sendiri lah, Sa kita ini sekumpulan pemuda-pemuda kaya. Jadi, mana mungkin
kamu bisa menuruti gaya hidup kita?
Tommy : Mending kamu pulang dan tengok keadaan orang tuamu, Sa.
Ivan dan Brandon hanya memandang dingin kearah Elsa. Elsa pun menatap mereka dengan tatapan
yang sangat sedih.
Elsa : Kupikir persahabatan kita selama lima tahun ini berarti. Tetapi kita aku jatuh miskin, kalian
menempakku begitu saja!
Brandon : Sudahlah, Sa. Pulanglah. Betul tadi apa kata Tommy. Sudah bagus makananmu kubayari!
Elsa bangkit berdiri dari kursinya kemudian menatap sedih keempat temannya. Kemudian ia
meninggalkan mereka dan keluar dari cafe.
Ivan : Gila si Elsa, masa kita disuruh anggep dia teman sih. Sementara dia udah melarat. Aku jadi
nggak nafsu makan.
Tiba-tiba Anna yang sudah hampir sampai ke mobilnya, berlari menghampiri Brandon dan Ivan.
Anna : Guys! Barusan aku dapat kabar kalo ada seorang gadis yang ciri-cirinya mirip Elsa hendak
lompat dari fly over!
Ivan : Serius?!
Brandon dan Ivan mengecek handphone masing-masing dan menerima kabar yang sama dari pesan
broadcast.
Brandon : Yuk, kita langsung ke fly over itu! Kamu bareng kita aja, Anna! Hubungi Tommy, suruh
dia langsung kesana.
Anna, Ivan dan Brandon masuk kedalam mobil. Brandon mengemudikan mobil kearah fly over
tempat dimana Elsa hendak bunuh diri. Tiba-tiba di separuh perjalanan, handphone Ivan berbunyi dan
raut muka Ivan berubah menjadi sangat tegang.
Ivan : Guys.... Kita terlambat. Elsa melompat dari fly over tersebut dan ia tewas.
Brandon langsung menghentikan mobilnya. Anna menangis tersedu-sedu di jok belakang mobil.
Ivan : Kita langsung ke Rumah Sakit Permata Biru aja, jenazah Elsa dibawa kesana.
Brandon menarik nafas panjang kemudia mengemudikan mobilnya kearah rumah sakit itu.
Sesampainya disana, mereka bertiga berlari dan didepan ruang jenazah sudah ada ibu dan Helen,
kakak Elsa yang duduk membisu.
Anna berlari memeluk Helen.
Anna : Kak, maafkan kami. Ini semua salah kami. Kalau kami kasih support ke Elsa, pasti jadinya
tidak akan begini. Tetapi kami malah meninggalkan Elsa begitu saja saat ia membutuhkan kami.
Helen membalas pelukan Anna dan mengusap punggung Anna dengan lembut. Helen tidak dapat
menahan air matanya.
Helen : Sudahlah, kami sudah memaafkan kalian. Ini semua sudah digariskan oleh Yang Maha
Kuasa. Aku Cuma memohon agar kalian terus mendoakan Elsa agar ia tenang disana.
Brandon dan Ivan terkesiap menatap Helen yang tidak marah kepada mereka dan malah
memaafkannya.
Ivan : Kami mohon maaf sebesar-besarnya, Kak. Kami pasti terus mendoakan Elsa.
Helen : Tidak perlu minta maaf terus menerus, Van. Elsa hanya tidak kuat menerima kenyataan
bahwa kami semua jatuh miskin. Aku sangat mengerti karena sejak kecil ia hidup dengan bergelimang
harta.
Brandon, Ivan dan Anna takjub akan kebesaran hati Helen dan semenjak itu mereka bertekad untuk
lebih menghargai orang lain dan tidak menggunakan uang sebagai tolak ukur.
Cerita diatas merupakan suatu bentuk penulisan contoh naskah drama pendek. Kurang lebih dialog
tidak terlalu panjang karena naskah pendek hanya memberikan penampilan dalam waktu yang singkat
saja. Perhatikan juga tema yang Anda gunakan, apakah sudah sesuai dengan isi naskah yang Anda
buat. Pastikan apa yang ingin Anda sampaikan sudah terdapat dalam naskah.