Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia

untuk hidup. Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau

memiliki derajat kesehatan yang optimal karena suatu penyakit. Penyakit atau

kelainan pada sistem perkemihan diantaranya adalah batu nefrolitiasis atau batu

ginjal.

Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan

melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh.Aktivitas sistem

perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam

batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan

memberikan dampak yang fatal.

Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu

Nefrolitiasis.Nefrolitiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu dalam saluran

kemih baik dalam ginjal,ureter maupun buli-buli. Kondisi ini memberikan

gangguan pada sistem perkemihan.

Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di

Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-

laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga

dan keempat. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari

rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru,

1
dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah pasien yang

dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang.

Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi

hidronefrosis, lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi

komplikasi-komplikasi, diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis,

avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan

mengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Sistem Perkemihan

Gambar 2.1 Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses

penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak

dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh

tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan

dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Pada manusia, sistem ini terdiri dari ginjal,ureter, kandung kemihdan uretra.

3
2.1.1 Ginjal

Gambar 2.2 Ginjal

Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang

peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding

abdomen.

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau

abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan

limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut

kelenjar suprarenal).

Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum

yang melapisi rongga abdomen.Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12

hingga L3.Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk

memberi tempat untuk hati.

4
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan

duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan

lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip

kacang.Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran

(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk

urin.Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut

nefrologi.

a. Lapisan ginjal

Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan

fibrus berwarna ungu tua. Lapisan ginjal terbagi atas :

lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)

lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)

Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut

medulla.Bagian paling dalam disebut pelvis.Pada bagian medulla ginjal manusia

dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran

pengumpul.Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut

kapsula.

5
b. Unit Fungsional Ginjal

Gambar 2.3 Nefron Ginjal


Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih

dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi

sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara

menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih

diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan

pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan

kotranspor.Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.

Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut

korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).

Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut

glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus mendapat

6
aliran darah dari arteri aferen.Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori

untuk filtrasi atau penyaringan.Darah dapat disaring melalui dinding epitelium

tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan

dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke

dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat

arteri eferen.

Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman.Bagian yang

mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi

proksimal.Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus

konvulasi distal.

Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav

Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik

dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi

tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan

memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam

amino, dan berbagai ion mineral.Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk

ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.

Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul

yang terdiri dari:

tubulus penghubung

tubulus kolektivus kortikal

tubulus kloektivus medularis

7
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus

juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular.Sel

juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin.Cairan menjadi

makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang

kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.

c. Persyarafan pada ginjal

Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini

berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini

berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal

2.1.2 Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil

penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica

urinaria.Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing

satu untuk setiap ginjal.

Ureter laki-laki melintas di bawah lig.umbilikal lateral dan ductus deferens

sedangkan ureter perempuan melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian

atas vagina.

Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas

major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter

berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara

ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.Adanya katup uretero-vesical

mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih.Terdapat beberapa

tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-

8
ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria.Tempat-

tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.

Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca

communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior.Sedangkan persarafan

ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus,

serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.

2.1.3 Vesika Urinaria

Gambar 2.4 Vesika Urinaria

Vesika urinaria atau kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat

mengempis, terletak di belakang simfisis pubis.Kandung kemih mempunyai tiga

muara, yaitu dua muara ureter dan satu muara uretra.Sebagian besar dinding

kandung kemih tersusun dari otot polos yang di sebut muskulus destrusor. Di

dinding kandung kemih terdapat scratch reseptor yang akan bekerja memberikan

stimulus sensasi berkemih apabila volume kandung kemih telah mencapai kurang

lebih 150 cc.

9
2.1.4 Uretra

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria

menuju lingkungan luar.Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.

Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ

seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita

panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu

m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter)

dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan

pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandun

kemih dan bersifat volunter).

Gambar 2.5 Uretra pria

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars

membranosa dan pars spongiosa.

Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae

dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.

10
sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.

Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.

Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus

kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar

dibanding bagian lainnya.

Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan

tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis

melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh

m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter

(somatis).

Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,

membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar

penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

Gambar 2.6 Uretra wanita

Letak uretra wanita berada di bawah simphis pubis dan bermuara disebelah

anterior vagina.Di dalam uretra bermuara kelenjar periuretra diantara kelenjar

11
skene.Kurang lebih 1/3 medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri

dari otot bergaris.Tonus otot sfingter uretra terdapat eksterna dan tonus otot

levator ini berfungsimempertahankan urine tetap berada di dalam buli pada saat

perasaan ingin miksi.Miksi terjadi jika tekanan intra vesika melebihi tekanan

intrauretra akibat kontraksi otot destrusor dan relaksasi sfingter uretra eksterna.

2.2 Fisiologi Sistem Perkemihan

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan

ekstrasel dalam batas batas normal.Komposisi dan volume cairan ekstra sel ini

dikontrol oleh filtrasi glomerolus, reabsorpsi dan sekresi tubulus. Untuk lebih

jelasnya fungsi dasar ginjal dapat dibagi menjadi dua fungsi, yaitu :

Fungsi Eksresi

a. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 m-osmol dengan

mengubah ubah eksresi air.

b. Mempertahankan kadar masing masing elektrolit plasma dalam

rentang normal.

c. Mempertahankan Ph plasma sekitar 7.4 dengan mengeluarkan H+dan

membentuk kembali HCO3- .

d. Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein,

terutama urea, asam urat dan kreatinin.

Fungsi Non Eksresi

a. Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan darah.

12
b. Menghasilkan eritripoetin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel

darah merah oleh sum sum tulang.

c. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktif.

d. Degradasi insulin, sekitar 20 % dari insulin dibentuk oleh pankreas dan

didegradasi oleh sel sel tubulus ginjal, akibatnya penderita diabetes

yang menderita payah ginjal mungkin membutuhkan insulin yang

jumlahnya sedikit. (Suharyanto, Toto & Abdul Madjid. 2009:18)

1. Pembentukan Urine

Pembentukan urine adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam

mempertahankan homeostasis tubuh.Pembentukan urine berlangsung

dalam tiga tahap yaitu :

a. Filtrasi glomerulus

Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat

glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula

Bowman.Proses filtrasi: Ketika darah yang mengandung air,

garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan molekul

protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi

sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak

dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus,

kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju

membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam

ruang kapsula Bowman.Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula

Bowman disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer

13
ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion

anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih

diperlukan tubuh.

b. Reabsorpsi

Reabsorpsi yaitu proses penyerapan kembali zat-zat hasil filtrasi

yang masih diperlukan tubuh misalnya vitamin, glukosa & asam

amino. Dimulai dari tubulus kontortus proksimal, reabsorpsi

dilakukan oleh dinding usus secara difusi & transfor

aktif.Dinamakan reabsorpsi obligat, dimana 80% air diserap

kembali di tubulus ini.Filtrat yang keluar dinamakan urine

sekunder/filtrat tubulus.Lalu masuk melewati lengkung henle

desenden(turun) terjadi reabsorpsi 6% air dan lengkung henle

asenden(naik) terjadi reabsorosi Na+ & Cl-.Akhirnya masuk ke

tubulus kontortus distal, terjadi penambahan dan pengurangan

filtrat. Reabsorpsi Na+, Ca2+ & air dikontrol oleh hormon

antideuretik(ADH), reabsorbsi ini dinamakan reabsorpsi fakultatif

karena reabsorpsinya disesuikan dengan kebutuhan.

c. Sekresi

sekresi beberapa zat dari darah dikapiler ke filtrat berupa ion K+,

PO3-, keratin, obat-obatan dan senyawa toksik terjadi di tubulus

kontortus distal, lalu mengalir ke duktus kolektifus akan terjadi

reabsorpsi air dan ion Na+ dipengaruhi oleh ADH & aldesteron

dan augmentasi ion K+ dan ion bikarbonat. Kemudian urine

14
diampung di katung kemih, daya tampungnya 300 cc, tekanan ke

dinding katung menyebabkan ingin buang air kencing..

2.3 Batu Saluran Kemih

2.3.1 Definisi

Gambar 2.7 Nefrolitiasis


Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras

seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas

(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang

dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.

Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung

kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,

magnesium, asam urat, atau sistein.

BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu

yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat

15
keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih

atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih

bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.

Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat

menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah

antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah

kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon

ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat

menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.

2.3.2 Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih didiga ada hubungannya dengan gangguan

aliran urin, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-

keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak

faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang

berpengaruh terhadap pembentukan BSK yaitu :

a. Teori Fisiko Kimiawi

Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika

maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa terjadinya

batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran kemih.

Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu, yaitu:

16
1 Teori Supersaturasi

Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan

dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila

kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi

supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya

akan terbentuk batu.

Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu

bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang

suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi

dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK

yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air

kemih.

2 Teori Matrik

Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria

sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun

kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela

anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari protein

65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel

kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks tersebut

merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.

3 Teori Tidak Adanya Inhibitor

Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor

organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat

17
terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall

glikoprotein sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan

uropontin.

Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor

yang paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium

membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah

terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal

kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua

buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat

menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi pembentukan BSK,

sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama terjadi

supersanturasi.

4 Teori Epitaksi

Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain

yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.

Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling

sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat

yang ada.

5 Teori Kombinasi

Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran

dari beberapa teori yang ada.

18
6 Teori Infeksi

Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari

kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori

terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya

reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga

terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada

bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan

urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia,Enterobakter, Pseudomonas,

dan Staphiloccocus.

Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana

penyebab pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter

50-200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini

tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada

bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal

karbonat apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat

akan menempel yang lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90%

penderita BSK mengandung nano bakteria.

b. Teori Vaskuler

Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol

darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya

BSK, yaitu :

1 Hipertensi

Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan

19
pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak

52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan

aliran darah berubah dari aliran lamine r menjadi turbulensi. Pada penderita

hipertensi aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion

kalsium papilla (Ranalls plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat

berubah menjadi batu.

2 Kolesterol

Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui

glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol

tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium

fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).

Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni

supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun

batu terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan

kimia urine yang menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium

hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan

oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu.

Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan

membantu memahami mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal

dalam penilaian dan awal terapi pada penderita BSK.

Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih

dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui

20
adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan

sistin.

a. Batu kalsium

Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu

sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai

dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan

batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur

tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar

kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu

kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:

1 Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/

hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.

2 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu

batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.

2.3.4 Klasifikasi Batu Saluran Kemih

Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih

dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui

adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan

sistin.

a. Batu kalsium

Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu

sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai

21
dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan

batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur

tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar

kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu

kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:

1 Whewellite (monohidrat) yaitu, batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam

dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.

2 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu

batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.

b. Batu asam urat

Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien

biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.

Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih

besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan

ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat

bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk

staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat

dipecahdengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.

c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)

Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan

oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan

kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease

22
dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi

amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus

spp,Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan

Staphiloccocus.Ditemukansekitar 15-20% pada penderita BSK

Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran

kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada

batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri

dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.

d. Batu Sistin

Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.

Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%.

Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang,

pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine

yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga

terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu

yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet

mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah

dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

2.3.5 Epidemiologi Penyakit Batu Saluran Kemih

23
2.3.5.1 Distribusi dan Frekuensi

Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000,

insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih

atas adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi, tertinggi

kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi. Insidens

rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah

pada jenis kelamin laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan pada perempuan

51 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak

batu yaitu saluran kemih bawah adalah pada kelompok umur 75-84 tahun 18 per-

100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 11 per-

100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu

yaitu saluran kemih bawah adalah jenis kelamin laki-laki 4,6 per-100.000 populasi

sedangkan pada perempuan 0,7 per-100.000 populasi.

Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat pada

tahun 2005, jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam urat

23,1%, batu struvit 5%, dan batu cysteine 0,5%, sedangkan pada perempuan jenis

batu kalsium 86,2%, batu asam urat 11,3%, batu struvit 1,3%, dan batu cysteine

1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Australia Selatan pada

tahun 2005 yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis batu kalsium oksalat 73%, batu

asam urat 79%, sedangkan pada perempuan jenis batu struvit 58%. Analisis jenis

batu berdasarkan kelompok umur, jenis batu kalsium oksalat 50-60 tahun, batu

asam urat 60-65 tahun dan batu struvit 20-55 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di

24
RS dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin proporsi

tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki 79,9 % sedangkan wanita 20,1%.12 Di

RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2007 jumlah pasien rawat inap BSK 113

orang, berdasarkan kelompok umur proporsi tertinggi adalah kelompok umur 46-

60 tahun 39,8%, berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis kelamin

laki-laki 80,5%, dan berdasarkan jenis batu proporsi yang tertinggi adalah jenis

batu kalsium oksalat 100%, struvite 96,5%, dan Cystine 66,4% .

2.3.5.2 Determinan

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya

BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan

yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang

berasal dari lingkungan disekitarnya.

a. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.

Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat

keluarga.

1 Umur

Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50

tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.

Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya

perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet. Berdasarkan penelitian

Latvan, dkk (2005) di RS.Sedney Australia, proporsi BSK 69% pada

25
kelompok umur 20-49 tahun. Menurut Basuki (2011), penyakit BSK paling

sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.

2 Jenis kelamin

Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-laki

tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya

kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada

laki-laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam

air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan

pada air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki

memiliki hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat

endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada perempuan yang mampu

mencegah agregasi garam kalsium. Insiden BSK di Australia pada tahun 2005

pada laki-laki 100-300 per 100.000 populasi sedangkan pada perempuan 50-

100 per 100.000 populasi.

3 Heriditer/ Keturunan

Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya penyakit

BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor keturunan tersebut

sampai sekarang belum diketahui secara jelas. Berdasarkan penelitian Latvan,

dkk (2005) di RS. Sedney Australia berdasarkan keturunan proporsi BSK pada

laki-laki 16,8% dan pada perempuan 22,7%.

b. Faktor Ekstrinsik

26
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu

seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.

1 Geografi

Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah

pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi

oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung mineral

seperti phospor, kalsium, magnesium, dan sebagainya. Letak geografi

menyebabkan perbedaan insiden BSK di suatu tempat dengan tempat lainnya.

Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti

kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi

predoposisi kejadian BSK.

2 Faktor Iklim dan Cuaca

Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya

banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan

meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih.

Konsentrasi air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal

air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko

menderita penyakit BSK.

3 Jumlah Air yang di Minum

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang

diminum dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum tersebut. Bila

jumlah air yang diminum sedikit maka akan meningkatkan konsentrasi air kemih,

sehingga mempermudah pembentukan BSK.

27
4 Diet/Pola makan

Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK. Misalnya

saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya adalah 600

mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan risiko terbentuknya

BSK. Hal tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama protein hewani dapat

menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan

naik, konsumsi protein hewani yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar

kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi.

5 Jenis Pekerjaan

Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk

dalam melakukan pekerjaannya.

6 Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air kemih

yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang

disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu

struvit.

2.3.6 Manifestasi klinis

manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya

obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi

obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik

dan distensi pada ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala

demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi

28
hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal,

dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).

Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu : 3,28,29

a. Rasa Nyeri

Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)

tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri

tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka

pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat

menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan

genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang

keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut

mengalami kolik ureter.

Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos system kalises

ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran

kemih. Peningkatan peristaltic itu menyebabkan tekanan intraluminalnya

meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan

sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena

terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.

b. Demam

Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga

menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai

jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.

c. Infeksi

29
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat

obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran

kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia,

Enterobakter,Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

d. Hematuria dan kristaluria

Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air

kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit

BSK.

e. Mual dan muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan

mual dan muntah.

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto

vertebrae, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis dan retensi urin.

Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya leukosituria, hematuria

dan di jumpai Kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin

menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.

Jenis batu Radio opasitas

kalsium opak

Magnesium ammonium pospat (MAP) Semi opak

Urat/sistin Nin opak

2.3.7 Pemeriksaan penunjang

30
2.3.7.1 Foto Polos Abdomen

pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan

adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium

oksalat dan kalium fosfat bersifat radio opak dan paling sering

dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat

non opak (radio lusen)

2.3.7.2 Pielogram Intra Vena (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.

Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun non

opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.

2.3.7.3 USG

USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,

yaitu pada keadaan-keadan alergi terhadap kontras, faal ginjal yang

menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG

dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan

sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan

ginjal.

2.3.8 Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih

31
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan

batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi,

dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara

medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa

operasi, dan pembedahan terbuka.

2.3.8.1 Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil

yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar

tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet

makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya

kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan

ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas

air sehari.

2.3.8.2 Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan

Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar

batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu

petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan

naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat

digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat

infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi

sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui

komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat

32
pembentukan batu berikutnya.

2.3.8.3 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini

digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk

memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali

oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter

proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan

melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur

invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

2.3.8.4 Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk

mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian

mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung

kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi

kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu

yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat

endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian

dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan

memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.

c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat

ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang

33
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui

tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya

melalui alat keranjang Dormia.

2.3.8.4 Tindakan Operasi

Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk

mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah

dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada

beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut

tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :

a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu

yang berada di dalam ginjal

b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu

yang berada di ureter

c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang

berada di vesica urinearia

d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu

yang berada di uretra

2.3.9 Komplikasi
Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah :

34
a. Gagal ginjal

Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh

darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena

suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika

dibiarkan menyebabkan gagal ginjal

b. Infeksi

Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk

perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan

infeksi pada peritoneal.

c. Hidronefrosis

Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan

menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena

penumpukan urin

d. Avaskuler ischemia

Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga

terjadi kematian jaringan.

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit batu saluran kemih sudah sejak lama dikenal. Penyakit ini dapat
menyerang penduduk di seluruh dunia. Timbulnya batu saluran kemih di
pengaruhi oleh factor-faktor instrinsik dan factor-faktor ekstrinsik.
Faktor instrinsik antara lain :
o Usia
o Herediter
o Jenis kelamin
Factor ekstrinsik :
o Asupan air
o Iklim dan temperature
o Pekerjaan
o Geografi
Selain itu disebutkan pula terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolic, infeksi saluran
kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).

36
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R % Jong Wim De. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC

McAninch, Tanagho. Smiths General Urologi.17thedition. USA: McGraw-Hill


Companies.2008.

Menon, Resnick. Urinary Lithiasis:Etiology, Diagnosis, and Medical


Management. Campbells Urologi.

Gerard j, Bryan H. principles of Anatomy and Physiology. 12th edition. Volume 2.


Asia : Willey 2009

Thompson, Lim Eric. Medicine & surgery. Philadelphia : Elsevier. 2007

McCance, Huether. Pathopysiology The Biologic Basic for Desease in Adult and
Children. 5thedition.Philadephia : Elsevier Mosby 2006

American Urological ASSOCIATION. Report on the Management of Staghon


Calculi. 2001. Avaible in http://www.auanet.org/content/clinical-practice-
guidelines/clinical-guidelines.cfm?sub=uc

37

Anda mungkin juga menyukai