BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENDAHULUAN
Bahu Jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan
jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat,
dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, lapis pondasi, dan
lapis permukaan.
Lajur Pendakian adalah lajur tambahan pada bagian jalan yang mempunyai
kelandaian dan panjang tertentu untuk menampung kendaraan dengan
kecepatan rendah terutama kendaraan berat.
Ekivalen Mobil Penumpang (EMP) adalah faktor dari berbagai kendaraan
dibandingkan terhadap mobil penumpang sehubungan dengan pengaruhnya
kepada kecepatan mobil penumpang dalam arus lalu lintas campuran.
Faktor-K adalah faktor berupa angka yang memperbandingkan volume lalu
lintas per jam yang didasarkan pada jam sibuk ke 30-200 dengan volume lalu
lintas harian rata-rata tahunan.
Faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per 15 menit dalam satu jam,
ditetapkan berdasarkan perbandingan antara volume lalu lintas dalam satu jam
dengan 4 kali tingkat volume lalu lintas per 15 menit tertinggi.
Jarak Pandang (Jr) adalah, jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur dari
mata pengemudi ke suatu titik di muka pada garis yang sama yang dapat
dilihat oleh pengemudi.
Jarak Pandang Mendahului (Jd) adalah jarak pandang yang dibutuhkan untuk
dengan aman melakukan gerakan menyiap dalam keadaan normal.
Jarak Pandang Henti (JP) adalah jarak pandang ke depan untuk berhenti
dengan aman bagi pengemudi yang cukup mahir dan waspada dalam keadaan
biasa.
Jarak Pencapaian Kemiringan adalah panjang jalan yang dibutuhkan untuk
mencapai perubahan kemiringan melintang normal sampai dengan kemiringan
penuh.
KAJI adalah singkatan dari Kapasitas Jalan Indonesia.Kapasitas Jalan adalah
arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu bagian jalan
pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil penumpang per jam.
Kecepatan Rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat
dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut jika
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
Mobil Penumpang adalah kendaraan beroda 4 jenis sedan atau van yang
berfungsi sebagai alat angkut penumpang dengan kapasitas tempat duduk 4
sampai 6.
Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah jumlah mobil penumpang yang
digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu lintas
dan pengawasan yang berlaku.
Strip Tepian adalah bagian datar median, yang perkerasannya dipasang dengan
cara yang sama seperti pada jalur lalu lintas dan diadakan untuk menjamin
ruang bebas samping pada jalur.
Tingkat Arus Pelayanan (TAP) adalah kecepatan arus maksimum yang layak
diperkirakan bagi arus kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas yang
seragam pada suatu jalur atau daerah manfaat jalan selama jangka waktu yang
ditetapkan dalam kondisi daerah manfaat jalan, lalu lintas, pengawasan, dan
lingkungan yang berlaku dinyatakan dalam banyaknya kendaraan per jam.
Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas per jam pada
jam sibuk tahun rencana, dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung dari
perkalian VLHR dengan faktor K.
Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antara satuan
wilayah pengembangan.
Klasifikasi jalan dibagi menurut fungsi, kelas jalan, medan (topografi) jalan
danwewenang pembinaan jalan/layanan administrasinya (Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota, 1997).
c. Jalan Lokal: jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil
atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan
kota jenjang ketiga dengan di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil
atau di bawah kota jenjang ketiga sampai persil.
i. Berikut persyaratan jalan lokal primer :
- Kecepatan rencana minimal 20 km/jam.
- Lebar jalan minimal 6 meter.
- Tidak terputus walaupun melewati desa.
- Lebar badan jalan tidak diperuntukan bagi kendaraan beroda tiga atau
lebih, minimal 3,5 meter.
Tabel 1 Klasifikasi Jalan Menurut UU No. 13 tahun 1980 dan PP No. 26 tahun 1985.
Rumus :
Jalan Penghubung - -
III
.,
Rumus :
Beda Tinggi
Kemiringan Topografi = 100%
Jarak
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
Klasifikasi TerrainMedan
Persentase (%)Lereng Melintang
Topografi
AP MENTERI MENTERI
NASIONAL
KP 1 MENTERI MENTERI
Keterangan :
AP = Arteri Primer.
AS = Arteri Sekunder.
KS = Kolektor Sekunder.
LS = Lokal Sekunder.
LP = Lokal Primer.
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
3. JalanKolektor
4. Jalan Lokal
Pada setiap jalan ray, bentuk, susunan dan kelengkapan bagian jalan tidak selalu sama. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan fungsi pelayanan dari jalan yang besangkutan,
serta adanya perbedaan keadaan topografi dan kondisi lingkungan daerah setempat. Pada
umumnya bentuk dan kelengkapan susunan bagian suatu jalan sangat dipengaruhi oleh
keadaan topografi, serta ketentuan klasifikasi dan spesifikasi jalan yang bersangkutan.
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
c) Kecepatan Kendaraan
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
Kemiringan pada bahu jalan ini dimaksudkan untuk keperluan pengaliran air dari
permukaan jalan dan untuk memperkokoh konstruksi perkerasan, sebagai pedoman
dalam perencanaan.
Selain kemiringan, ada juga fungsi jalan raya menurut permukaannya, yaitu:
a) Bahu lunak (soft shoulder) yaitu bahu jalan yang tidak diperkeras dan biasanya
ditanami rumput dan digunakan pada jalan kelas rendah.
b) Bahu diperkeras (hard shoulder) yaitu bahu jalan yang diperkeras dan
digunakan pada jalan kelas menengah dan tinggi.
Lebar bahu jalan disesuaikan dengan klasifiksi kelas jalan yang berasngkutan, yaitu :
a) Untuk jalan kelas IIC daerah pegunungan = 1 meter.
b) Untuk jalan kelas I daerah pegunungan = 3 meter.
c) Untuk jalan penghubung daerah pegunungan tergantung lebar pada keadaan
setempat = 1 meter.
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
d) Pengurangan bahu jalan untuk kelas I sama sekali tidak dianjurkan, bahkan
harus ada bahu lunak selebar minimum 2 meter di luar tepi bahu.
c. Saluran Samping
Saluran samping merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu drainase jalan
raya, yaitu merupakan suatau galian tanah diluar bahu jalan yang dibuat sejajar dengan
jalur lalu lintas. Kemiringan saluran samping ini berkisar antara 1:1 sampai 1:4, jika
membentuk empat persegi panjang dengan kemiringan talud. Ada beberapa bentuk
saluran samping, diantaranya :
Kemiringan saluran pada arah memanjang haruslah dibuat teliti, agar air di dalam
saluran dapat mengalir dengan bebas dan tidak menimbulkan erosi. Pada umumnya
kemiringan dibuat antara 0,67 % sampai 5 %,akan tetapi jika suatau jalan raya terletak
pada daerah galian dan gradient jalan lebih dari 5 %, maka kemiringan saluran
samping dapat mengikuti gradient jalur lalu lintas yang bersangkutan.
Adapun fungsi dari saluran samping jalan raya, antara lain :
a) Sebagai penampung air dari permukaan konstruksi perkerasan jalur lalu lintas
dan dari bahu jalan.
b) Untuk mengaliri air dari suatu tempat ke tempat tertentu.
c) Mencegah naiknya air dari bagian luar badan jalan ke permukaan konstruksi
perkersan jalan.
d. Talud
Talud merupakan kemiringan lereng yang dibentuk oleh timbunan atau galian tanah.
Timbunan dan galian tersebut dimaksudkan untuk memperoleh suatu kelandaian jalan
yang sedatar-datarnya. Oleh sebab itu permukaan suatu jalan raya dapat terletak diatas
tanah timbunan atau terletak diatas galian.
Dalam pebangunan jalan raya talud dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Talud Timbunan
1) Timbunan tanah harus memenuhi syarat keamanan dan syarat kestabilan
lereng, hal ini ditujukan untuk menghindari kecelakaan lalu lintas yang
diakibatkan oleh longsor. Untuk memenuhi syarat tersebut timbunan tanah
harus dibuat agar memiliki kemiringan lereng dengan angka perbandingan
yang relative kecil dengan kemiringan yang lebih datar.
2) Dalam hal ini disarankan, untuk daerah datar dan bukit dengan tinggi
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
b) Talud Galian
1) Pada talud galian yang tingginya lebih dari 6 meter dari permukaan jalan,
kemiringan talud dapat dibuat bertangga dengan membuat saluran
penampung diatasnya. Saluran penampung ini biasanya berbentuk trapezium
dengan ukuran minimum 130 x 45 x45 cm dengan kemiringan lereng
tepidibuat 1:1. Tujuan dari saluran penampung ini adalah :
Mencegah terjadinya erosi agar air tidak melimpah ke permukaan jalan.
Mencegah terjadinya pengencapan tanah pada saluran
Mencegah agar jalan tidak licin akibat adanya tanah/lumpur yang
terbawa oleh limpahan air lepermukaan jalan.
Menampung air permukaan dari daerah yang lebih tinggi.
e. Median
Median adalah suatu jalur yang memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan
arah. Untuk jalan yang mempunyai 4 jalur atau lebih pada lalu lintas dua arah
(twoway traffic) diperlukan median. Penggunaan median khususnya pada jalan kelas 1
merupakan suatu persyaratan, seperti pada jalan raya bebas hambatan, jalan ekspress,
dan jalan raya arteri di daerah perkotaan. Penggunaan median pada jalan raya
dimaksudkan untuk :
a) Untuk menghindari konflik lalu lintas.
b) Menyediakan daerah netral yang cukup lebar.
c) Untuk membatasi/mengurangi silaunya sinar lampu kendaraan dari arah
berlawanan.
d) Sebagai tempat berlindung bagi kendaraan yang akan berbelok ke kanan.
e) Sebagai tempat pijakan bagi pejalan kaki untuk menyebrang.
f) Untuk menambah kenyamanan bagi pengemudi.
g) Menyediakan ruang untuk keperluan kanalisasi arus yang berpindah
(chanallised traffic)..
Lebar median harus dibuat selebar mungkin dengan melihat batas-batas
pertimbangan ekonomi yang layak dan pertimbangan menurut keperluannya. Adapun
lebar median menurut tujuan penggunaannya, yaitu:
Lebar Median Tujuan Penggunaan
< 1,50 meter Untuk perlindungan pejalan kaki.
Untuk menyediakan ruang yang cukup dan
5,00 7,00 meter memberikan perlindungan bagi kendaraan yang
berbelok ke kanan.
Untuk memberikan perlindungan bagi kendaraan yang
0,00 9,00 meter
melintasi jalan.
9,00 12,00 Untuk menyediakan ruang yang cukupguna pembuatn
meter jalur bagi kendaraan yang hendak berputar arah.
Sumber : Supratman Agus, M.T Geometrik Jalan Raya tahun 2002.
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
Selain itu ada pula lebar median menurut klasifikasi perencanaan jalan raya.
Kelas Lebar minimum standar Lebar minimum khusus
Perencanaan (m) (m)
Kelas 1 2,50 2,50
Tipe I
Kelas 2 2,0 2,0
Kels 1 2,0 1,0
Tipe II Kelas 2 2,0 1,0
Kelas3 1,5 1,0
Sumber, Gunadarma Rekayasa Jalan Raya ISBN : 979 8382 47 1
f. Trotoar
Trotoar adalah suatu jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang
disediakan khusus untuk pejalan kaki.Untuk memberikan perlindungan dan dan rasa
aman bagi pejalan kaki, maka trotoar dibuat terpisah dengan jalur lalu lintas yang
dibatasi oleh kerb. Perlu atau tidaknya trotoar ini tergantung dari volume pejalan kaki
dan volume lalu lintas. Pada umumnya trotoar mempunyai lebar 1 3.0 meter dengan
ketinggian 20 30 cm. Suatu ruas jalan dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar
apabila disepanjang jalan tersebut terdapat penggunaan lahan yang mempunyai
potensi menimbulkan pejalan kaki. Penggunaan lahan tersebut antara lain perumahan,
sekolah, pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, pusat perkantoran, pusat hiburan,
pusat kegiatan sosial, daerah industri, terminal bus dan lain sebgainya. Secara umum
trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume pejalan kaki lebih
besar dari 300 orang per 12 jam (6.00-18.00) dan volume lalu lintas lebih besar dari
1000 kendaraan per 12 jam (6.00-18.00). trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar
bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas (bila tersedia jalur parkir). Trotoar hendaknya
dibuat sejajar dengan jalan, akan tetapi trotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila
keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.
g. Kerb
Kerb merupakan peninggian pada tepi konstruksi pada perkerasan jalan ataupun
pada bahu jalan. Kerb dibuat dengan maksud untuk mencegah keluarnya kendaraan
dari tepi konstruksi perkerasan jalan dan untuk keperluan drainase. Kerb dibuat di lalu
lintas jalan raya yang direncanakan dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam.
Menurut fungsinya kerb dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
a) Kerb peninggi, biasanya terdapat pada tempat parkir dengan tinggi 10 15 cm.
b) Kerb penghalang, banyak digunakan pada daerah yang terdapat median, trotoar,
dan pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Dengan tinggi 25 30 cm.
c) Kerb Parit, direncanakan untuk membangun suatu system drainase jalan raya
yang di buat dengan tinggi 20 30 cm.
h. Pengaman Tepi
Pengaman tepi berfungsi untuk memberikan ketegasan letak tepi badan jalan
sehingga dapat mencegah agar kendaraan tidak keluar dari badan jalan. Pengaman tepi
biasanya dipergunakan pada jalan yang menyekusuri jurang pada tanah timbunan
dengan tikungan jalan yang tajam, atau pada jalan dengan timbunan lebih dari 2,5
meter serta pada jalan yang direncanakan dengan kecepatan tinggi. Menurut jenis
bahan yang digunakan , pengaman tepi terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
a) Pengaman tepi yang terbuat dari baja yang di galvanizer (guard rail)
b) Pengaman tepi yang terbuat dari beton (parapet).
c) Pengaman tepi yang terbuat dari balok kayu.
i. Daerah Milik Jalan (DMJ)
Damija merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu
yang dikuasai oleh Pembina Jalan guna peruntukkan daerah manfaat jalan dan
perlebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas dikemudian hari serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Lebar Minimum Lebar Damija sekurang-
kurangnya sama dengan lebar Damaja. Tinggi atau kedalaman, yang diukur dari
permukaan jalur lalu lintas, serta penentuannya didasarkan pada keamanan, pemakai
jalan sehubungan dengan pemanfaatan Daerah Milik Jalan, Daerah Manfaat Jalan serta
ditentukan oleh Pembina Jalan. Fungsi damija antara lain :
a) Untuk menyediakan ruang bagi kemungkinan perluasan jalan raya.
b) Untuk melindungi fasilitas jalan dari perkembangan social, ekonomi, dan
budaya masyarkat yang tidak diinginkan.
c) Untuk menyediakn ruang yang memadai bagi penepatan pengembangan utilitas
pelayanan masyarakat.
Oleh sebab itu damija sepenuhnya dikuasai oleh Negara dengan suatu ketentuan
Undang-undang, guna untuk terselenggaranya satu mode transportasi nasional yang
memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan bagi setiap warga Negara
Republik Indonesia.
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
j. Jarak Pandangan
Jarak pandangan adalah panjang bagian jalan di depan pengemudi yang dapat dilihat
jelas, di ukur dari tempat dari kedudukan mata pengemudi. Sehingga jika pengemudi
melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat menghindari bahaya
tersebut dengan aman. Lintasan dan kecepatan kendaraan di jalan sangat di pengaruhi
oleh kontrol pengemudi seperti kemampuan, keterampilan, dan pengalaman
pengemudi.
Pada saat menyiap kendaraan lain dimuka, jarak pandangan yang cukup
memungkinkan pengemudi untuk berada pada lintasan berlawanan. Ini
memungkinkan pengemudi dapat mengendalikan kecepatan kendaraannya untuk
menghindarai timbulnya bahaya pada jalur linyasnya atau pun penghalang.
Jarak pandangan dapat dimanfaatkan pula dalam merencanakan penempatan rambu-
rambu lalu lintas dan marka jalan yang diperlukan pada bagian ruas jalan, baik secara
geometrik maupun kondisi lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan. Jarak
pandangan yang cukup, dapat direncanakan dengan menyesuaikan rencananya pada
dua hal, yaitu:
a) Jarak yang diperlukan oleh kendaraan untuk berhenti (stoping), jarak ini harus
berlaku pada semua jalan.
b) Jarak yang diperlukan untuk melakukan penyiapan (passing) kendaraan lain,
sangat diperlukan pada jalan dengan dua jalur atau tiga jalur.
Jarak pandangan dapat dibedakan menjadi dua jarak pandang yaitu jarak pandang
henti (Jh) dan jarak pandang mendahului (Jd).
a) Jarak Pandang Henti
Jarak pandang henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap
pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman. Oleh karena itu,
suatu jalan harus direncanakan sehingga dapat memberikan jarak pandang
yang paling besar atau paling sedikit sama dengan jarak pandangan henti
minimum tersebut. Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa
tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari
permukaan jalan.
Jarak pandang henti merupakan penjumlahan dua bagian jarak, yaitu:
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
Jarak PIEV, yaitu jarak yang ditempuh oleh kendaraan pada saat
pengemudi melihat suatu halangan (objek) hingga saat menginjak rem.
Jarak mengerem (breaking distance), yaitu jarak yang diperlukan untuk
menghentikan kendaraan dengan menginjak rem.
Jarak pandang henti dalam satuan meter, dapat menghitung dengan rumus :
V
V ( r )2
Jh = 3,6r T + 3,6
2gf
dimana :
Vr = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35 0,55
adapun tabel jarak pandang henti minimum dengan kecepatan rencana,
90o Jh 1 90o Jh
E = R { 1 cos ( ) }. 2 (Jh Lt) sin ( )
R R
Dimana :
R = Jari jari tikungan (m)
Jh = Jarak pandang henti (m)
Lt = Panjang tikungan (m)
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Jalan raya yang ada di seluruh pelosok negara indonesia ini pada dasarnya
adalah milik negara yang diatur oleh perundang-undangan yang berlaku di negara
indonesia. Meskipun demikian, ada pula jalan milik swasta / owner pribadi (seperti :
jalan akses didalam perumahan milik swasta, didalam industri milik swasta dsb.).
mengatur didalamnya, baik dari aspek klasifikasi jalan raya, spesifikasi jalan raya,
efisiensi desaindan ketentuan keselamatan jalan raya yang harus diperhatikan oleh para
perencana (engineer).
Dari kajian klasifikasi jalan raya yang diuraikan pada bab sebelumnya,
diketahui bahwa klasifikasi jalan raya di Indonesia secara garis besar yaitu :
DAFTAR PUSTAKA