Anda di halaman 1dari 58

MINI PROJECT

ANGKA KEJADIAN KEJADIAN HIV/AIDS

DI WILAYAH PUSKESMAS SINGOROJO 01

KABUPATEN KENDAL

Disusun oleh:
dr. Arie Andrianto

DOKTER INTERNSIP ANGKATAN III

PERIODE JUNI 2016 JUNI 2017

KABUPATEN KENDAL
LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT

KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Program Internsip

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

DI KABUPATEN KENDAL

Kendal, Mei 2017

Pembimbing Pembimbing

dr. Restu Gelar Pangripto dr. Nancy Wardhani

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 2

1.4 Manfaat. ..... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 4

BAB III METODE ................................................................................................................. 26

BAB IV HASIL ..................................................................................................................... 28

4.1 Profil Umum Kecamatan Singorojo..................................................................................28

4.2 Data Geografis Kecamatan Singorojo ............................................................................. 28

4.3 Data Demografi Kecamatan Singorojo ............................................................................ 30

4.4 Sumber daya Kesehatan Kecamatan Singorojo ............................................................... 34

4.5 Data Kesehatan Masyarakat Kecamatan Singorojo ......................................................... 36

4.5.1 Data Kegiatan VCT .......................................................................................... 36

4.5.2 Prevalensi Penderita HIV AIDS Kecamatan Singorojo......................................37

4.5.3 Analisis Pemecahan Masalah .............................................................................43

4.5.4 Intervensi ........................................................................................................... 46

BAB V DISKUSI ............................................................................................................. .....47

iii
BAB VI SIMPULAN ............................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 50

LAMPIRAN ........................................................................................................................... 51

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
Bangsa Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya
yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemeratan pelayanan kesehatan. Salah satu sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah
meningkatnya pengendalian penyakit menular. Saat ini prioritas pemerintah tertuju pada
penyakit HIV/ AIDS.
HIV dan AIDS adalah masalah darurat global. Di seluruh dunia lebih dari 20 juta
orang meninggal sementara 40 juta orang telah terinfeksi. HIV dan AIDS merupakan salah
satu ancaman terbesar terhadap pembangunan sosial ekonomi, stabilitas dan keamanan pada
negara-negara berkembang. HIV dan AIDS telah menyebabkan kemiskinan yang semakin
parah.
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan
retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positif
T-sel dan makrofag, komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan
menghancurkan atau mengganggu fungsinya.
Saat ini prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15-49 meningkat. Pada awal tahun
2009, prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 - 49 tahun hanya 0,16% dan meningkat
menjadi 0,30% pada tahun 2011, meningkat lagi menjadi 0,32% pada 2012, dan terus
meningkat menjadi 0,43% pada 2013. Angka CFR AIDS juga menurun dari 13,65% pada
tahun 2004 menjadi 0,85 % pada tahun 2013.
Berdasarkan hal tersebut sangat penting untuk mendukung strategi dan penanganan
penanggulangan HIV/ AIDS sehingga paradigma sehat di Indonesia bisa terwujud.
1
Dalam profil kesehatan Kabupaten Kendal tahun 2015, diketahui bahwa jumlah kasus
HIV/AIDS terus meningkat semenjak tahun 2009 yang diikuti dengan meningkatnya kasus
baru HIV/AIDS dan jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit ini. Peningkatan kasus
AIDS baru yang ditemukan pada tahun 2009 - 2015 cukup signifikan, dari 19 kasus pada
tahun 2009 menjadi 55 kasus pada tahun 2015. Dengan semakin banyaknya jumlah kasus
yang ditemukan diharapkan agar penyebaran maupun penularan penyakit ini dapat dicegah
sedini mungkin.1 Agar upaya pencegahan dapat dilakukan secara lebih efektif, diperlukan
data mengenai perkembangan penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimanakah situasi dan perkembangan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kendal,
khususnya di wilayah Puskesmas Singorojo 01?

1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui situasi dan perkembangan kasus HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Singorojo
01, Kabupaten Kendal.
1.3.2. Tujuan khusus
1) Mengetahui jumlah kasus HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Singorojo 01, Kabupaten
Kendal.
2) Mengetahui jumlah kasus HIV/AIDS di tiap desa di wilayah Puskesmas Singorojo 01,
Kabupaten Kendal.
3) Mengetahui jumlah infeksi HIV berdasarkan kelompok umur penderita di wilayah
Puskesmas Singorojo 01, Kabupaten Kendal.
4) Mengetahui jumlah infeksi HIV berdasarkan jenis kelamin penderita di wilayah
Puskesmas Singorojo 01, Kabupaten Kendal.
5) Mengetahui jumlah infeksi HIV berdasarkan jenis pekerjaan penderita di wilayah
Puskesmas Singorojo 01, Kabupaten Kendal.
6) Menganalisis masalah terkait dengan pencapaian target pelaksanaan program vct
Puskesmas Singorojo 1, Kabupaten Kendal.

2
1.4 Manfaat
Dapat memberikan informasi tentang situasi dan perkembangan kasus HIV/AIDS di
wilayah Puskesmas Singorojo 01, Kabupaten Kendal, sehingga upaya pencegahan maupun
penanggulangan HIV/AIDS dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HIV


Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang dapat ditularkan melalui
darah atau hubungan seksual. Virus ini biasanya ditularkan lewat hubungan seksual,
penggunaan jarum suntik yang tidak aman, dan penularan dari ibu ke anak, yang dapat terjadi
pada saat proses persalinan maupun pada saat menyusui.2
AIDS pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada musim panas tahun 1981,
ketika CDC Amerika Serikat melaporkan kejadian pneumonia oleh bakteri Pneumocystis
jiroveci (dulu P. carinii) pada lima pria homoseksual di Los Angeles dan kejadian sarkoma
kaposi dengan atau tanpa peneumonia pada 26 pria homoseksual yang di New York dan Los
Angeles yang tidak dapat dijelaskan. Penyakit ini kemudian ditemukan pada pria dan wanita
pengguna obat suntik; pada pasien hemofilia dan penerima transfusi darah; pada wanita yang
menjadi pasangan seksual pria dengan AIDS; dan pada bayi yang lahir dari ibu dengan AIDS
atau dengan riwayat penggunaan obat suntik. Pada tahun 1983, human immunodeficiency
virus (HIV) berhasil diisolasi dari pasien dengan limfadenopati, dan pada tahun 1984 terbukti
menjadi penyebab AIDS. Pada tahun 1985, dikembangkan metode ELISA; yang selanjutnya
dapat menilai besaran dan evolusi epidemik HIV yang awalnya di Amerika Serikat lalu ke
negara-negara berkembang di seluruh penjuru dunia.2
HIV termasuk dalam kelompok lentivirus dari famili retrovirus. Retrovirus memiliki
ciri adanya enzim reverse transcriptase, yang memungkinkan RNA virus untuk mengalami
transkriptasi menjadi DNA dan kemudian menggabungkan diri dengan genom sel inang.
Reverse transcriptation merupakan proses yang cenderung menimbulkan kesalahan dengan
jumlah kekeliruan pasangan basa yang signifikan. Hal ini, dikombinasikan dengan turnover
virus yang cepat, menyebabkan variasi genetik dan jumlah subtipe virus yang banyak dan
bervariasi.5
Ada dua tipe, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan subtipe yang paling banyak
ditemukan secara global. HIV-2 hampir selalu ditemukan di Afrika Barat saja, meskipun ada
juga yang menyebar ke Eropa, terutama Perancis dan Portugal. HIV-2 hanya memiliki 40%
homologi struktural dengan HIV-1 dan meskipun dikaitkan dengan imunosupresi dan AIDS,
tampaknya HIV-2 memiliki perjalanan penyakit yang lebih lambat daripada HIV-1. Banyak
obat yang digunakan untuk HIV-1 tidak efektif untuk HIV-2.5

4
2.2 Rute penularan
Meskipun HIV dapat diisolasi dari berbagai cairan tubuh dan jaringan, mayoritas
infeksi terjadi melalui sementum, cairan serviks, dan darah.5
Hubungan seksual (vaginal dan anal). Secara umum, hubungan seksual dengan lawan
jenis berkontribusi pada sebagian besar infeksi HIV dan penyakit menular seksual
yang telah ada sebelumnya, terutama yang menimbulkan ulkus, dapat mempermudah
penularan HIV. Penularan HIV tampaknya lebih mudah dari pria ke wanita daripada
sebaliknya.
Penularan dari ibu ke anak (transplasental, perinatal, menyusui). Transmisi vertikal
merupakan rute infeksi HIV yang paling banyak ditemukan pada anak-anak.
Peningkatan risiko transmisi vertikal berhubungan dengan stadium infeksi pada ibu
yang telah mencapai tahap lanjut, viral load pada ibu, ketuban pecah dini, dan
korioamnionitis. Penularan dapat terjadi in utero, tetapi mayoritas terjadi pada
perinatal. Menyusui terbukti meningkatkan risiko penularan hingga dua kali lipat.
Darah, produk darah, dan donasi organ yang terkontaminasi.
Jarum suntik yang terkontaminasi.
Tidak ada bukti bahwa HIV menyebar melalui kontak sosial atau lingkungan
ataupun melalui serangga seperti nyamuk dan kutu.

2.3 Faktor Resiko

Faktor risiko epidemiologis infeksi HIV adalah sebagai berikut :


1. Perilaku berisiko tinggi :
Hubungan seksual dengan pasangan berisiko tinggi tanpa menggunakan kondom
Pengguna narkotika intravena, terutama bila pemakaian jarum secara bersama tanpa
sterilisasi yang memadai.
Hubungan seksual yang tidak aman : multi partner, pasangan seks individu yang
diketahui terinfeksi HIV, kontaks seks per anal.
2. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual.
3. Riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa penapisan.
4. Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak
disterilisasi.

5
Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial
mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan
keringat, air liur, air mata dan lain- lain.5
2.4 Epidemiologi
Di seluruh dunia pada tahun 2013, ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang
meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV
pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak berusia
<15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa
dan 190.000 anak berusia <15 tahun.4

Gambar 1. Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan tahun 1987 sampai dengan September 2014.

Di Indonesia, HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun 1987. Hingga
saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.
Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh Pemerintah bekerja sama dengan
berbagai lembaga di dalam negeri dan luar negeri. Berikut ini ditampilkan situasi HIV/AIDS
yang bersumber dari Ditjen PP-PL melalui Apliksi Sistem Informasi HIV-AIDS dan IMS
(SIHA).4

6
Gambar 2. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan per provinsi tahun 1987 sampai dengan September 2014.

Gambar 3. Presentase kumulatif AIDS yang dilaporkan menurut kelompok umur tahun 1987 sampai dengan
September 2014.

Gambar 4. Persentase kumulatif AIDS yang dilaporkan menurut jenis kelamin tahun 1987 sampai dengan
September 2014.

7
Gambar 5. Jumlah kumulatif AIDS yang dilaporkan menurut jenis pekerjaan tahun 1987 sampai dengan
September 2014.

Gambar 6. Persentase AIDS yang dilaporkan menurut faktor risiko tahun 1987 sampai dengan September 2014.

Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia

Di Indonesia sendiri, HIV/AIDS bukan merupakan suatu peyakit yang baru, namun
telah menjelma menjadi suatu masalah kesehatan yang cukup serius. Berikut ini merupakan
jumlah penderita HIV per provinsi yang ditampilkan dalam tabel 3.

Tabel 1. Jumlah Infeksi HIV yang Dilaporkan Menurut Provinsi sd Maret 2016
s.d.
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah/Total
NAD/Aceh - - - - 2 26 31 26 46 60 48 14 253
Sumatera Utara/North
Sumatra 49 566 511 626 677 1,347 1,251 1,337 1,603 1,628 1,491 209 11,295
Sumatera Barat/West
Sumatra - - - - 224 212 132 133 222 321 243 28 1,515
Riau - - - 119 112 337 439 314 412 550 586 118 2,987
Jambi - - - - 40 86 105 203 208 170 148 29 989
Sumatera Selatan/South
Sumatra 52 126 32 149 119 226 265 230 262 252 265 71 2,049

8
Bengkulu - - - - 29 55 33 40 79 92 87 27 442
Lampung - - - - 27 93 295 335 189 256 345 38 1,578
Bangka Belitung - - - - 12 85 103 132 97 113 147 28 717
Kepulauan Riau/Riau
Archipelago - - - 456 311 743 674 792 926 973 885 150 5,910
DKI Jakarta - 2,393 1,584 3,145 2,690 5,175 4,012 3,926 5,865 5,851 4,695 1,164 40,500
Jawa Barat/West Java 69 641 736 605 726 1,535 1,429 1,416 3,041 3,740 3,741 1,048 18,727
Jawa Tengah/Central Java 47 382 266 343 443 993 1,057 1,110 2,322 2,867 3,005 712 13,547
DI Yogyakarta/Jogjakarta 66 126 121 306 179 310 310 272 489 614 531 81 3,405
Jawa Timur/East Java 88 983 635 1,576 1,222 2,731 2,715 2,912 3,391 4,508 4,155 1,136 26,052
Banten 48 348 572 299 182 400 433 395 502 680 649 103 4,611
Bali - - - 730 717 1,628 1,557 1,737 1,690 2,129 2,028 523 12,739
Nusatenggara Barat/West
Nusa Tenggara 12 39 65 48 41 93 132 110 170 149 194 39 1,092
Nusatenggara Timur/East
Nusa Tenggara 2 32 57 133 144 371 352 242 259 249 299 100 2,240
Kalimantan Barat/West
Kalimantan 227 547 387 463 379 643 499 465 525 699 456 87 5,377
Kalimantan
Tengah/Central
Kalimantan - - - - - 21 68 46 57 113 134 22 461
Kalimantan Selatan/South
Kalimantan - - - - - 21 83 88 174 227 250 88 931
Kalimantan Timur/East
Kalimantan 13 133 81 112 180 392 429 392 467 539 504 258 3,500
Kalimantan Utara/North
Kalimantan - - - - - - - - - - 84 34 118
Sulawesi Utara/North
Sulawesi 18 423 469 155 94 186 222 212 264 392 311 65 2,811
Sulawesi Tengah/Central
Sulawesi - - - - - 38 37 86 147 131 138 32 609
Sulawesi Selatan/South
Sulawesi 65 89 132 484 375 692 611 524 792 839 700 142 5,445
Sulawesi Tenggara/SE
Sulawesi - - - - - 6 49 71 100 160 129 20 535
Gorontalo - - - - - 6 11 8 26 24 24 - 99
Sulawesi Barat/West
Sulawesi - - - - - 21 5 7 - 30 13 - 76
Maluku/Moluccas - - - - - 216 440 295 236 414 409 54 2,064
Maluku Utara/North
Moluccas - - - - - 14 46 92 54 63 45 5 319
Papua Barat/West Papua 86 100 77 160 192 390 356 535 448 600 702 106 3,752
Papua 17 256 323 453 687 2,499 2,850 3,028 3,974 3,278 3,494 615 21,474
Jumlah/Total 859 7,184 6,048 10,362 9,804 21,591 21,031 21,511 29,037 32,711 30,935 7,146 198,219

Jumlah penderita HIV baru di Indonesia yang dilaporkan dari bulan Januari 2016
Maret 2016 tercatat sebanyak 7.146 penderita dengan jumlah kumulatif penderita
sebanyak 198.216 penderita. Pada tahun 2015, jumlah penderita baru HIV yang
dilaporkan sebanyak 30.935 penderita, jumlah ini mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebanyak 32.711 penderita. Walaupun angka
pelaporan HIV cukup tinggi, tapi baru sekitar 33,5% kasus yang terdiagnosis, sisanya
masih banyak kasus-kasus HIV yang tidak terdiagnosis dan hal ini merupakan fenomena

9
gunung es. Dari seluruh temuan kasus HIV, jumlah laki-laki penderita HIV lebih banyak
dibanding perempuan, dengan kelompok umur yang paling banyak dilaporkan merupakan
usia produktif yaitu 25-49 tahun (sebanyak 117.548 penderita, 4.979 di antaranya
dilaporkan pada 2016) dan terdapat 4.220 penderita yang dilaporkan mengenai usia < 4
tahun dengan 158 di antaranya dilaporkan pada tahun 2016. 4
Untuk jumlah penderita baru AIDS di Indonesia yang dilaporkan dari bulan
Januari 2016 Maret 2016 tercatat sebanyak 305 penderita dengan jumlah kumulatif
penderita AIDS sebanyak 78.292 penderita. Pada tahun 2015, jumlah penderita baru
AIDS yang dilaporkan sebanyak 6.373 penderita, jumlah ini mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebanyak 7.864 penderita dan sejak tahun 2012,
angka temuan kasus baru AIDS mengalami penurunan tiap tahunnya. Jumlah kematian
yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 610 kematian, jumlah ini lebih sedikit bila
dibandingkan pada tahun 2014 yang sebanyak 949 kematian. 4

10
Tabel 2. Jumlah AIDS yang Dilaporkan Menurut Provinsi Tahun 1987 - 2016

1987-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Total1 Meninggal
NAD/Aceh 40 18 33 27 47 56 49 6 276 39
Sumatera Utara/North Sumatra 1,011 329 30 1,180 927 231 53 0 3,761 558
Sumatera Barat/West Sumatra 424 128 130 120 150 240 0 0 1,192 139
Riau 450 132 118 130 172 171 253 0 1,426 345
Jambi 204 45 47 62 83 59 52 6 558 170
Sumatera Selatan/South Sumatra 219 0 41 62 0 87 175 4 588 57
Bengkulu 91 40 18 25 37 19 24 10 264 46
Lampung 144 37 11 137 94 95 111 0 629 59
Bangka Belitung 152 30 34 28 59 33 61 9 406 89
Kepulauan Riau/Riau
Archipelago 182 63 31 99 221 44 212 0 852 114
DKI Jakarta 3,008 1,310 1,332 1,187 996 130 130 12 8,105 1,822
Jawa Barat/West Java 2,984 471 480 184 33 61 657 49 4,919 710
Jawa Tengah/Central Java 970 501 546 798 524 740 963 7 5,049 1,449
DI Yogyakarta/Jogjakarta 399 61 77 227 195 199 91 0 1,249 171
Jawa Timur/East Java 4,753 1,146 1,561 1,882 2,772 1,445 939 1 14,499 3,292
Banten 349 109 188 208 253 209 134 1 1,451 221
Bali 1,543 584 567 708 682 880 957 13 5,934 388
Nusatenggara Barat/West Nusa
Tenggara 134 41 80 112 80 80 89 16 632 298
Nusatenggara Timur/East Nusa
Tenggara 482 234 200 287 335 389 0 8 1,935 531
Kalimantan Barat/West
Kalimantan 1,431 209 151 98 221 168 179 24 2,481 387
Kalimantan Tengah/Central
Kalimantan 40 19 20 9 11 23 26 0 148 54
Kalimantan Selatan/South
Kalimantan 79 38 65 88 83 76 0 0 429 118
Kalimantan Timur/East
Kalimantan 151 82 91 35 151 226 254 33 1,023 210
Kalimantan Utara/North N/A
Kalimantan 14 18 18 20 25 36 43 0 174
Sulawesi Utara/North Sulawesi 258 117 133 144 146 163 180 0 1,141 202
Sulawesi Tengah/Central
Sulawesi 35 19 29 58 83 116 112 0 452 49
Sulawesi Selatan/South Sulawesi 853 169 220 233 340 279 145 18 2,257 350
Sulawesi Tenggara/SE Sulawesi 28 11 66 56 51 54 60 62 388 43
Gorontalo 33 7 9 16 16 6 25 19 131 61
Sulawesi Barat/West Sulawesi 0 0 0 3 4 3 0 0 10 -
Maluku/Moluccas 0 0 0 117 142 118 62 0 439 99
Maluku Utara/North Moluccas 19 24 50 79 65 77 104 0 418 105
Papua Barat/West Papua 772 67 102 154 626 13 7 0 1,741 42
Papua 4,458 1,359 1,699 2,190 2,058 1,338 226 7 13,335 1,142
Jumlah/Total 25,710 7,418 8,177 10,763 11,682 7,864 6,373 305 78,292 13,360

11
Untuk pelayanan VCT pada tahun 2015, dari 1.275.636 kunjungan ke klinik VCT,
30.935 di antaranya positif terkena HIV dengan positive rate-nya sebesar 2,4%. Hingga
Maret 2016, tercatat telah ada 273.425 kunjungan dan 7.146 di antaranya positif HIV.
Pengobatan ARV sendiri hingga Maret 2016, dari 158.523 penderita yang memenuhi
syarat pemberian ARV hanya 130.577 (62%) penderita yang pernah menerima ARV dan
saat ini hanya 65.826 penderita yang masih mendapat ARV. 4

Prevalensi HIV/AIDS di Jawa Tengah


Jumlah penderita HIV/AIDS di Jawa Tengah menduduki peringkat ke-6 se-
Indonesia setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa Barat dan Bali. Total kumulatif
penderita HIV di Jawa Tengah yaitu sebesar 13.547 penderita. Pada tahun 2015, jumlah
penderita baru HIV dilaporkan sebanyak 3.005 penderita, jumlah ini meningkat bila
dibandingkan dengan jumlah penderita tahun 2014 yaitu sebesar 2.867 penderita. Hingga
Maret 2016, telah tercatat 712 penderita baru HIV, jumlah temuan ini yang ke-4 terbesar
di Indonesia. 4
Total kumulatif penderita AIDS di Jawa Tengah yaitu sebesar 5.049 penderita.
Pada tahun 2015, jumlah penderita baru AIDS dilaporkan sebanyak 963 penderita, jumlah
ini meningkat bila dibandingkan dengan jumlah penderita tahun 2014 yaitu sebesar 740
penderita. Hingga Maret 2016, telah tercatat 7 penderita baru AIDS. 4

Grafik 1. Kasus Kumulatif HIV/AIDS Jawa Tengah

12
Gambar 7. Sebaran Kasus Kumulatif HIV/AIDS di Jawa Tengah Tahun 2015

Prevalensi HIV/AIDS di Kabupaten Kendal

Grafik 2. Grafik Kasus Hiv / Aids Di Kab. Kendal Th. 2000-2015

Jumlah penderita baru HIV/AIDS di Kabupaten Kendal dari tahun ke tahun


mengalami kondisi yang fluktuatif. Pada tahun 2015, jumlah penderita baru HIV
sebanyak 50 penderita, jumlahnya menurun bila dibandingkan dengan tahun 2014.

13
Penderita baru AIDS pada tahun 2015 sebanyak 55 penderita, jumlah ini lebih besar bila
dibandingkan jumlah penderita baru AIDS pada tahun 2014 yang hanya 29 penderita.
Jumlah kematian akibat HIV/AIDS tahun 2015 juga mengalami peningkatan bila
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 26 kematian. Sehingga bila dijumlah, total
penderita baru HIV/AIDS kabupaten Kendal tahun 2015 sebanyak 105 penderita. Dari
jumlah tersebut, 31 penderita merupakan ibu rumah tangga. Bila melihat sebaran usianya,
79 penderita ditemukan pada usia produktif, yaitu usia 25-49 tahun. 4

Gambar 8. Profil Penderita HIV/AIDS berdasarkan pekerjaan tahun 2015

Grafik 3. Profil Penderita HIV/AIDS Kabupaten Kendal berdasarkan kelompok umur tahun 2015

14
Profil data penderita HIV/AIDS di Kabupaten Kendal tahun 2016

Profil data penderita HIV/AIDS berdasar umur di Kabupaten Kendal bulan Januari 2016
sampai September 2016:

Sebaran Umur

70 62
60
50
40
30
20
10 5 6
1 1 1
0
<4 5-14 15-19 20-24 25-49 50
Grafik 4. Profil Penderita HIV/AIDS Kabupaten Kendal berdasarkan kelompok umur tahun 2016 (September)

Apabila data ini kemudian dikelompokkan menjadi berdasarkan jenis kelamin maka akan
menjadi:
Tabel 3. Profil Penderita HIV/AIDS Kabupaten Kendal berdasarkan jenis kelamin tahun
2016 (September)

L P Tot

HIV 14 16 30

AIDS 25 21 46

Tot 39 37 76

15
Selanjutnya, profil jenis pekerjaan dari para penderita HIV AIDS di Kabupaten Kendal
adalah sebagai berikut:

Pekerjaan
26
22

11
8
5
1 1 2 0 0 0 0

Grafik 5. Profil Penderita HIV/AIDS Kabupaten Kendal berdasarkan pekerjaan tahun 2016 (September)

Dari gambar tersebut didapatkan ibu rumah tangga adalah yang terbanyak terjangkit
HIV, dengan total 26 kasus, diikuti oleh buruh dengan 11 kasus, pedagang dengan 8 kasus,
karyawan swasta 22 kasus dan supir 5 kasus, pengangguran/orang yang tidak bekerja 2 kasus,
dan pembantu rumah tangga serta WPS dengan 1 kasus. Hal ini membuktikan bahwa sudah
banyak terjadi penularan dari HIV dari orang orang yang beresiko tinggi, seperti WPS atau
orang orang yang berganti ganti pasangan seksual kepada orang orang yang sebenarnya
tidak memiliki resiko tinggi, seperti ibu rumah tangga.

2.5 Patogenesis
Hubungan antara HIV dengan sistem imun host menjadi dasar patogenesis penyakit
HIV. Pada saat paparan yang pertama kali, virus ditransport oleh sel-sel dendritik dari
mukosa ke limfonodi regional dimana infeksi permanen akan terjadi. Reseptor seluler host
yang dikenali oleh glikoprotein gp120 HIV adalah molekul limfosit T CD4+, yang

16
selanjutnya menjadi populasi sel yang rentan mengalami infeksi HIV. Interaksi antara
limfosit T CD4+ dan glikoprotein gp120 HIV, bersama dengan co-receptor chemokine CCR5
milik host, bertanggung jawab atas masuknya HIV ke dalam sel. Meskipun semua limfosit T
CD4+ di seluruh sistem tubuh rentan terhadap infeksi HIV, limfosit T CD4+ di traktus
gastrointestinal ditemukan mengalami infeksi berat pada awal proses penyakit dan
mengalami penurunan pesat hingga menyebabkan gangguan fungsi imun mukosa.5
Imunodefisiensi yang terjadi menyebabkan host rentan terhadap infeksi oleh patogen
intraseluler, sedangkan kelainan antibodi yang menyertainya dapat menjadi predisposisi dari
infeksi oleh bakteri berkapsul. HIV dikaitkan dengan keadaan inflamasi dalam waktu yang
lama, yang menjadi kunci progresivitas penyakit ini. Aktivasi sel T diamati sejak awal
terjadinya infeksi yang akan menggambarkan peningkatan jumlah limfosit T CD4+ yang
rentan mengalami infeksi dan kerusakan. Inflamasi yang terjadi berhubungan dengan HIV itu
sendiri, serta co-pathogen lain seperti cytomegalovirus. Terjadilah peningkatan kadar sitokin
inflamatorik dan aktivasi sistem koagulasi. Respon inflamasi ini berperan dalam kerusakan
organ akibat infeksi HIV.5
2.6 Manifestasi klinis
Infeksi HIV secara klinis terjadi dalam 3 fase: serokonversi akut, infeksi
asimtomatik, dan AIDS.2

Gambar 9. Grafik perubahan jumlah limfosit T CD4+ dan viral-load pada infeksi HIV yang tidak diobati.

2.6.1 Serokonversi akut


Penelitian pada binatang menunjukkan bahwa sel Langerhans merupakan target
seluler pertama HIV, yang bergabung dengan limfosit T CD4+ dan menyebar ke jaringan
yang lebih dalam. Pada manusia, viremia yang cepat terjadi pada 4-11 hari setelah virus

17
memasuki mukosa. Tidak ada tempat integrasi yang pasti, tetapi virus cenderung
berintegrasi di area dengan transkripsi aktif, mungkin karena area-area ini memiliki lebih
banyak kromatin yang terbuka dan memiliki DNA yang lebih mudah diakses.1
Pada fase serokonversi akut ini, viral load biasanya sangat tinggi dan jumlah
limfosit T CD4+ menurun dengan cepat. Dengan terbentuknya antibodi anti-HIV dan
respon limfosit T CD8, viral load menurun ke kondisi statis dan jumlah limfosit T CD4+
kembali ke kisaran normal, meskipun sedikit lebih rendah daripada sebelum infeksi.1
Serokonversi dapat terjadi selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Gejala yang muncul pada fase ini meliputi demam, gejala mirip flu, limfadenopati, dan
ruam. Manifestasi klinis ini muncul pada sekitar setengah dari semua orang yang terinfeksi
HIV.1
2.6.2 Infeksi HIV asimtomatik
Pada tahap ini, orang yang telah terinfeksi HIV sama sekali tidak menunjukkan
atau hanya menunjukkan sedikit tanda atau gejala selama beberapa tahun hingga beberapa
dekade. Replikasi virus terus terjadi selama fase ini, dan respon imun terhadap virus masih
kuat dan efektif. Pada beberapa pasien, limfadenopati generalisata persisten merupakan
tanda infeksi yang tampak dari luar. Selama fase ini, viral load, jika tidak diobati,
cenderung menetap pada kondisi yang relatif stabil, tetapi jumlah limfosit T CD4+ mulai
menurun secara perlahan.2
Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa inisiasi terapi pada fase asimtomatik
itu efektif. Namun, insiasi terapi yang sangat terlambat terbukti memberikan hasil yang
kurang efektif.2

2.6.3 AIDS
Ketika sistem imun sudah cukup rusak sehingga infeksi oportunistik mulai
berkembang, seseorang dapat dikatakan menderita AIDS. Di Amerika Serikat, jumlah sel-
T CD4+ kurang dari 200/L menjadi ukuran untuk mendiagnosis AIDS, meskipun
beberapa infeksi oportunistik mulai muncul saat sel-T CD4+ masih lebih tinggi dari
200/L, dan beberapa orang dengan sel-T CD4+ kurang dari 200/L belum mengalami
masalah kesehatan yang bermakna.2
Berbagai kondisi dan infeksi oportunistik dijadikan sebagai penanda bahwa
infeksi HIV telah berlanjut menjadi AIDS. Frekuensi dari kondisi dan infeksi tersebut
bervariasi mulai dari yang jarang hingga yang sering dialami, tetapi semua kondisi dan
infeksi tersebut jarang terjadi atau hanya bersifat ringan pada orang yang imunokompeten.

18
Jika seseorang yang telah terinfeksi HIV mengalami kondisi seperti ini dan tidak ada
penyebab imunosupresi lain yang dapat ditemukan, orang tersebut dapat didiagnosis
dengan AIDS.2

2.7 Klasifikasi
Sistem klasifikasi CDC untuk orang dewasa dan remaja yang terinfeksi HIV saat ini
menggolongkan seseorang berdasarkan kondisi klinis yang berhubungan dengan infeksi HIV
dan jumlah limfosit T CD4+. Sistem ini berdasar pada tiga kisaran jumlah limfosit T CD4+
dan tiga kategori klinik yang digambarkan dalam bentuk matriks yang terdiri dai sembilan
kategori. Dengan sistem ini semua individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah sel-T CD4+
<200/L didiagnosis dengan AIDS, tanpa melihat adanya gejala atau infeksi oportunistik.
Jika seseorang sudah masuk dalam kategori klinis B, dia tidak bisa kembali dimasukkan ke
kategori A, meskipun kondisinya sudah membaik.2
Tabel 4. Sistem klasifikasi infeksi HIV untuk remaja dan dewasa
Kategori Klinis
Kategori sel-T CD4+ A B C
>500/L A1 B1 C1
200-499/L A2 B2 C2
<200/L A3 B3 C3

Tabel 5. Kategori klinis infeksi HIV


Kategori A Kategori B Kategori C
Terdiri dari satu atau Terdiri dari kondisi simtomatik pada Kondisi yang termasuk
lebih kondisi berikut remaja atau dewasa yang terinfeksi HIV dalam definisi AIDS
ini pada remaja atau yang tidak termasuk dalam kategori C
dewasa (>13 tahun). dan memenuhi minimal salah satu
Tidak ada satupun kriteria: (1) kondisi tersebut
kondisi yang termasuk berhubungan dengan infeksi HIV atau
dalam kategori B cenderung disebabkan oleh defek
maupun C. imunitas seluler; atau (2) kondisi
tersebut memiliki perjalanan klinis atau
memerlukan penatalaksanaan yang
lebih rumit karena adanya infeksi HIV.

19
Infeksi HIV Bacillary angiomatosis Candidiasis pada
asimtomatik Candidiasis, oropharyngeal (thrush) bronkus, trakea, atau
Limfadenopati Candidiasis, vulvovaginal; paru
generalisata persistent, frequent, or poorly Candidiasis,
persisten responsive to therapy esophageal
Infeksi HIV akut Cervical dysplasia Cervical cancer,
(primer) dengan (moderate/severe)/clinical carcinoma invasif
penyakit lain yang in situ Coccidioidomycosis,
menyertai atau Gejala konstitusional, misalnya diseminata atau
adanya riwayat demam (>38,5C) atau diare >1 ekstrapulmoner
infeksi akut HIV bulan Cryptococcosis,
Hairy leukoplakia, oral ekstrapulmoner
Herpes zooster (shingles), Cryptosporodiosus,
melibatkan minimal dua episode chronic intestinal (>1
yang berjauhan atau lebih dari satu bulan)
dermatom Cytomegalovirus
Idiopathic thrombocytopenic purpura disease (selain hepar,
Listeriosis lien, atau limfonodi)
Pelvic inflammatory disease, Cytomegalovirus
terutama jika disertai komplikasi retinitis
abses tuboovarium Encephalopathy, HIV-
Peripheral neuropathy related
Herpes simplex: ulkus
kronis (>1 bulan): atau
bronkitis, pneumonia,
atau esofagitis
Histoplasmosis,
diseminata atau
ekstrapulmoner
Isosporiasis, chronic
intestinal (>1 bulan)
Kaposis sarcoma
Lymphoma, Burkitts

20
Lymphoma, primer,
pada otak
Mycobacterium avium
complex atau M.
kansasii, diseminata
atau ekstrapulmoner
Mycobacterium
tuberculosis, di organ
manapun
Mycobacterium,
spesies lain atau
spesies tidak dikenal,
diseminata atau
ekstrapulmoner
Penumocystis jiroveci
pneumonia
Pneumonia, rekuren
Progressive multifocal
leukoencephalopathy
Salmonella
septicemia, rekuren
Toxoplasmosis, di
otak
Wasting syndrome
karena HIV

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit HIV bergantung pada tahap penyakit dan infeksi
oportunistik yang menyertainya. Secara umum, tujuan terapi adalah untuk mencegah sistem
imun agar tidak semakin memburuk hingga infeksi oportunistik semakin mudah terjadi.1
Highly active antiretroviral therapy (HAART) merupakan metode utama untuk
mencegah penurunan sistem imun. Selain itu, profilaksis untuk infeksi oportunistik juga
diindikasikan pada kasus-kasus tertentu. HAART jangka panjang yang sukses akan
menghasilkan perbaikan jumlah sel-T CD4+ secara bertahap dan perbaikan respon imun.1
21
2.9 Pencegahan

Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya


pengendalian HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Respon harus ditujukan untuk mengurangi
semaksimal mungkin peningkatan kasus baru dan kematian. Salah satu langkah strategis yang
akan ditempuh adalah memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat.
Anggaran dari sektor pemerintah diharapkan juga akan meningkat sejalan dengan
kompleksitas masalah yang dihadapi. Sektor- sektor akan meningkatkan sumber daya dan
cakupan program masingmasing. Masyarakat umum termasuk LSM akan meningkatkan
perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke tingkat desa. Sementara itu mitra internasional
diharapkan akan tetap memberikan bantuan teknis dan dana. (kebijakan aids)

Tujuan Program Pengendalian HIV dan AIDS Sektor Kesehatan

Tujuan Umum:

Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA serta
mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan
masyarakat. 3

Tujuan Khusus:

Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana kondusif


untuk mendukung upaya pengendalian HIV dan AIDS, dengan menitik beratkan
pencegahan pada sub-populasi berperilaku risiko tinggi dan lingkungannya dengan
tetap memperhatikan sub-populasi lainnya.
Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara lembaga pemerintah, LSM,
sektor swasta dan dunia usaha, organisasi profesi, dan mitra internasional di pusat dan
di daerah untuk meningkatkan respon nasional terhadap HIV dan AIDS.
Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah serta inisiatif dalam
pengendalian HIV dan AIDS. 3

22
Kebijakan umum yang mendukung Pelaksanaan Program Intervensi Perubahan
Perilaku dalam Pencegahan IMS dan HIV Melalui Hubungan Seksual

1. Upaya pengendalian HIV dan AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat


berperilaku risiko tinggi tetapi harus memperhatikan kelompok masyarakat yang
rawan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marjinal
terhadap penularan HIV dan AIDS.
2. Upaya pencegahan yang efektif termasuk pengendalian IMS pada sub populasi
berisiko tertentu dan promosi alat/jarum suntik steril serta terapi rumatan metadon
bertujuan untuk memutus rantai penularan HIV.
3. Pelaksanaan kegiatan program pengendalian IMS, HIV dan AIDS menggunakan
standar, pedoman dan petunjuk teknis yang diberlakukan Departemen Kesehatan.
4. Layanan kesehatan terkait IMS, HIV dan AIDS tanpa diskriminasi dan menerapkan
prinsip keberpihakan kepada pasien dan masyarakat (patient and community
centered).
5. Upaya pengendalian HIV dan AIDS harus menghormati harkat dan martabat manusia
serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan jender.
6. Upaya pencegahan HIV dan AIDS pada anak sekolah, remaja dan masyarakat umum
diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi guna
mendorong kehidupan yang lebih sehat.
7. Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100% pada setiap
hubungan seks berisiko, semata-mata hanya untuk memutus rantai penularan HIV.
8. Upaya pengendalian HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat, pemerintah,
dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi pelaku utama
sedangkan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan
suasana yang mendukung terselenggaranya upaya pengendalian HIV dan AIDS.
9. Upaya pengendalian HIV dan AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat
berperilaku risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan kelompok masyarakat yang
rentan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marjinal
terhadap penularan HIV and AIDS. 3

23
Kegiatan Teknis Program

1. Intervensi Perubahan Perilaku.


2. Konseling dan Tes HIV.
3. Perawatan, Dukungan dan Pengobatan.
4. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak.
5. Pengendalian IMS.
6. Pengurangan Dampak Buruk NAPZA Suntik.
7. Kolaborasi TB-HIV.
8. Kewaspadaan Universal.
9. Pengamanan Darah.

24
BAB III
METODE

3. 1 Metode Pengumpulan Data


Data primer diperoleh dari data pelaksanaan program vct yang dilakukan pemegang
program Puskesmas Singorojo 01 selama tahun 2016. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari catatan yang ada di bagian P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal selama
tahun 2016. Pengumpulan data ini dilakukan di beberapa puskesmas dengan tingkat kejadian
angka penderita HIV-AIDS yang sering. Sampel berasal dari Puskesmas Singorojo 01,
Kaliwungu, Ngampel, Rowosari, Cepiring, dan Limbangan.

3.2 Metode Analisa Data


Mini project ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang digunakan untuk
menggambarkan kejadian HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Singorojo 01. Data yang
diperoleh akan di analisa dengan pendekatan sistem. Masalah didapatkan jika pencapaian
program vct yang dilakukan kurang dari 10%. Kemungkinan penyebab masalah ini dapat
berada pada input, proses, maupun lingkungan. Input meliputi 5 faktor, yaitu man, money,
machine, material, method; sedang proses meliputi P1 (Perencanaan), P2 (Pelaksanaan dan
Pengendalian), serta P3 (Pengawasan dan Pertanggungjawaban). Kemudian analisis faktor
penyebab masalah tersebut dimasukkan ke dalam Fish Bone Analysis. Penyebab masalah
yang ada kemudian akan diprioritaskan.

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

Mini project ini dilakukan pada bulan Juni 2016 sampai April 2017 bertempat di Kecamatan

Singorojo.

3.4 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk Kecamatan Sukorejo yang beresiko

terkena HIV/AIDS.

b. Sampel

25
Sampel dalam penelitian ini sama dengan populasi yaitu semua penduduk Kecamatan

Sukorejo yang beresiko terkena HIV/AIDS.

26
BAB IV
HASIL

Hasil survei dan laporan yang didapatkan dari seluruh Puskesmas di Kabupaten
Kendal yaitu Puskesmas Singorejo 01, Kaliwungu, Ngampel, Rowosari 01, Cepiring, dan
Limbangan pada tahun 2016 didapatkan Wilayah Singorojo merupakan daerah dengan pasien
baru dengan HIV positif cukup banyak.

4.1 Profil Umum Kecamatan Singorojo

Singorojo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa

Tengah, Indonesia. Kecamatan Singorojo merupakan satu dari 20 kecamatan di

Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah, dengan batas- batas wilayah; sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Kaliwungu Selatan dan Kecamatan Pegandon, sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Temanggung, Sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Patean, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Boja dan

Limbangan. 1

Wilayah Kecamatan Singorojo merupakan daerah dataran tinggi/pegunungan

yang ketinggiannya mencapai 100 sampai dengan 379 meter dari permukaan laut.

4.2 Data Geografis Kecamatan Singorojo

Luas wilayah Kecamatan Singorojo adalah sebesar 119,31 km 2 .Dari luas

tersebut 31,80 km 2 atau (26,65%) adalah lahan tegalan/penggembalaan.Sedangkan

untuk lahan perkebunan sebesar 30,45 km 2 atau sebesar (25,52%). Secara umum

wilayah Kecamatan Singorojo mayoritas berupa dataran tinggi dengan ketinggian

tanah berkisar antarsekitar 100- 378 meter di atas permukaan laut (dpl). 1

27
Gambar 10. Peta Kecamatan Singorojo

Secara geografis desa-desa di Singorojo dapat di bagi menjadi 5 bagian yaitu

sebelah Utara kecamatan, berada di dalam Kecamatan, sebelah Timur Kecamatan, di

sebelah Barat Kecamatan, dan sebelah Selatan Kecamatan. Di sebelah Utara meliputi

3 desa yaitu desa Merbuh, desa Trayu dan desa Kertosari. Untuk desa yang berada di

dalam Kecamatanah yaitu desa Ngareanak. Desa yang berada Timur adalah desa

Kedungsari. Sebelah Selatan meliputi 4 desa yaitu desa Banyuringin, desa Sukodadi,

desa Kaliputih dan desa Cening. Sedangkan di sebelah Barat ada 3 desa yaitu desa

Cacaban, desa Kalirejo dan desa Singorojo. Sementara Luas Kecamatan Singorojo

28
terbagi menjadi 13 desa, yaitu desa Cening, desa Sukodadi, desa Kaliputih, desa

Getas, desa Banyuringin, desa Kedungsari, desa Ngareanak, desa Singorojo, desa

Cacaban, desa Kalirejo, desa Merbuh, desa Trayu dan desa Kertosari. Desa dengan

wilayah terluas adalah Desa Getas dengan luas 17,90 km2 (15,00 persen), dan desa

paling kecil adalah Desa Cacaban dengan luas 3,15 km2 (2,64 persen). 1

4.3 Data Demografi Kecamatan Singorojo

Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Singorojo tahun 2015 adalah sebanyak 49.984

jiwa. Dengan rincian laki-laki sebanyak 25.258 jiwa sedangkan perempuan sebanyak

24.726 jiwa. 3 desa dengan Jumlah penduduk terbanyak adalah di desa kertosari

dengan total 9.500 jiwa, kemudian diikuti desa Getas dengan 6.274 jiwa dan desa

Kaliputih dengan 5.415 jiwa. Sedangkan 3 desa dengan jumlah penduduk terendah

dengan 817 jiwa adalah di desa Cacaban, kemudian desa Sukodadi dengan 1.832 jiwa

dan desa Trayu dengan 2.375jiwa. 1

Kepadatan Penduduk

Secara umum dengan melihat luas wilayah Kecamatan Singorojo 119.31 Km

dan jumlah penduduk tahun 2015 sebesar 49.984 jiwa, kepadatan penduduk untuk

kecamatan singorojo bisa dikatakan relative sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari

rata rata kepadatanya yaitu hanya sebesar 419 jiwa/Km. Kepadatan penduduk yg

terbesar di kecamatan Singorojo adalah di desa Kertosari dengan jumlah penduduk

yang mencapai 9.500 jiwa dan luas wilayah 13,55 km, maka kepadatanya mencapai

701 jiwa/km Sedangkan yg terkecil adalah di desa Cacaban dengan hanya jumlah

29
penduduk yang mencapai 817 jiwa dan luas wilayah 3,15 km, maka kepadatanya 259

jiwa/km. 1

Tabel 6. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Kecamatan Singorojo

30
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Singorojo

Sex Ratio

Secara total jumlah kecamatan sex rasio antara laki-laki terhadap perempuan

di Kecamatan Singorojo adalah 102,41, artinya perbandingannya setiap 102 lakilaki

ada 100 penduduk perempuan. Dari 13 desa yang berada di Kecamatan Singorojo, sex

rasio yang tertinggi adalah desa Getas yangmencapai 105 dan yang terendah adalah

desa Kedungsari yang mempunyai sex rasio 97,71. Dari data tersebut dapat di

simpulkan bahwa penduduk di Kecamatan Singorojo di dominasi oleh penduduk laki-

laki. Ada 5 desa yang mempunyai sex rasio relatif seimbang antara laki-laki dan

perempuan yaitu desa Sukodadi, Kedungsari, Ngareanak, Cacaban dan Kalirejo. 1

31
Tabel 8. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kecamatan Singorojo

Kelompok umur

Di kecamatan Singorojo kelompok umur tertinggi adalah pada rentang usia 20

sampai dengan 24 tahun yaitu dengan jumlah 4.004 jiwa, dengan rincian laki-laki

2.059 jiwa dan perempuan 1.945 jiwa. Sedang jumlah penduduk dengan rentang usia

terendah adalah usia 70 sampai dengan 74 tahun. 1

32
4.4 Sumber daya Kesehatan Kecamatan Singorojo

Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan di Kecamatan Singorojo sebenarnya masih kurang,

karena dengan letak geografis kecamatan yang mempunyai wilayah yang luas serta di

tunjang dengan infrastruktur jalan yang sebagian masih belum bagus, pelayanan

masyarakat akan kesehatan kurang memadai. Hal ini jelas kurang memberikan

pelayanan prima bagi masyarakat. 1

Adapun jumlah bidan yang ada juga kurang, karena untuk desa-desa yang

tergolong desa besar karena jumlah penduduknya yang banyak, seperti desa Singorojo

dan desa Getas hanya memiliki 1 orang bidan. Sedang untuk jumlah dukun bayi yang

tercatat di Puskesmas Kecamatan Singorojo ada sekitar 37 orang, di bandingkan tahun

sebelumnya jumlah ini mengalami penurunan sebesar 11 orang, karena banyak

diantara mereka yang sudah meninggal. 1

Sementara untuk jumlah mantri kesehatan yang ada yaitu 8 orang yang ada di enam

desa di Kecamatan Singorojo. 1

33
Tabel 9. Jumlah Tenaga Kesehatan Kecamatan Singorojo

Sarana Pelayanan Kesehatan Kecamatan Singorojo

Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Singorojo pada tahun 2015

ada sebanyak 2 unit Puskesmas, 2 unit Puskesmas pembantu. Sementara itu,

keberadaan dokter umum, poliklinik dan dokter spesialis belum tersedia. Jumlah ini

relatif sama (tidak mengalami perubahan) dari tahun sebelumsebelumnya. 1

Tabel 10. Sarana Kesehatan Kecamatan Singorojo

34
4.5 Data Kesehatan Masyarakat Kecamatan Singorojo

4.5.1 Data Kegiatan VCT

Kunjungan VCT di Puskesmas Singorojo tahun 2016 termasuk yang paling


tinggi se-Kabupaten Kendal. Hingga Desember 2016 telah tercatat VCT lengkap
sebanyak 2050 dengan 5 di antaranya positif terkena HIV/AIDS. 3 di antaranya sudah
berada dalam stadium AIDS dan telah meninggal.
Grafik 6. Grafik Kunjungan VCT di Puskesmas Singorojo 01 Januari Desember 2016

450 450
400
350
300 262
250 188 207
183 195
200 173
150 101 87 94
100 52 58
50 0 0 0 1 0 0 2 0 1 0 0 1
0
Ma Me Ag Sep No
Jan Feb Apr Jun Jul Okt Des
r i us t p
VCT 450 183 262 173 101 188 87 207 52 94 195 58
pos 0 0 0 1 0 0 2 0 1 0 0 1
Bumil tes 151 77 76 80 50 91 40 91 42 64 37 31
pos 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

35
4.5.2 Prevalensi Penderita HIV AIDS Kecamatan Singorojo

Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Puskesmas Singorojo 01 Tahun 2012 - 2016

Jumlah kasus HIV/AIDS

th 2012 th 2013 th 2014 th 2015 th 2016


Jumlah kasus HIV/AIDS 1 4 5 1 5

Grafik 7. Jumlah kasus baru HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Singorojo 01 tahun 2012
hingga 2016

Grafik di atas memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah kasus HIV

dari tahun ke tahun, walau terkadang fluktuatif. Hingga akhir tahun 2016 ini, jumlah kasus

yang dilaporkan telah mencapai 5 orang, tidak menutup kemungkinan akan bertambah lagi

pada tahun 2017 nanti. Jumlah kumulatif penderita HIV dari tahun 2012 sampai 2016

sebanyak 16 orang dengan 4 orang di antaranya saat pelaporan telah masuk stadium AIDS.

Jumlah Pasien HIV-AIDS 2012-2016 Puskesmas Singorojo 01 (Berdasarkan Desa)

Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS dari


tahun 2012-2016 berdasarkan desa
6
3 3
2
1 1
0 0

Grafik 8. Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Singorojo 01 menurut


desa tahun 2012 hingga 2016

36
Berdasarkan laporan per desa, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS sejak tahun 2012
sampai 2016 yang terbanyak adalah di desa Kaliputih (6 kasus), diikuti oleh desa Getas dan
desa Ngareanak (3 kasus), desa Banyuringin (2 kasus), desa Kedungsari dan desa Cening(1
kasus).
Jumlah Pasien HIV-AIDS 2012-2016 Puskesmas Singorojo 01 (Berdasarkan Usia)

Jumlah kasus HIV/AIDS menurut usia


4.5
4 4 4
3.5
3 3
2.5
2
1.5
1 1 1 1
0.5
0 0 0 0 0
2012 2013 2014 2015 2016
< 4 th 0 0 0 0 0
5-14 th 0 1 0 0 0
15-19 th 0 0 0 0 0
20-24 th 0 0 0 0 1
25-49 th 1 3 4 1 4
>50 th 0 0 0 0 0

Grafik 9. Profil Penderita HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Singorojo 01 menurut kelompok umur tahun 2012
hingga 2016

Berdasarkan grafik di atas, pola penularan infeksi HIV paling banyak terjadi pada
kelompok usia produktif 25-49 tahun, yaitu esbanyak 4 orang. Hal ini sesuai dengan profil
penderita HIV/AIDS nasional.

37
Jumlah Pasien HIV/AIDS 2012-2016 Puskesmas Singorojo 01 (Berdasarkan Kelamin)

Jumlah kasus HIV/AIDS menurut jenis


kelamin

10

1
3 4 4 6
1 1 1 1
2012 2013 2014 2015 2016 Total
Perempuan 1 3 4 1 1 10
Laki-laki 0 1 1 0 4 6

Grafik 10. Profil penderita HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Singorojo 01 menurut jenis kelamin tahun 2012
hingga 2016

Profil HIV/AIDS di Puskesmas Singorojo 01 berdasarkan jenis kelamin lebih


banyak pada perempuan (10 orang ) dibanding dengan perempuan (6 orang). Hal ini berbeda
dengan profil HIV/AIDS Nasional, dimana jumlah laki-laki lebih banyak di banding wanita.

38
Jumlah Pasien HIV/AIDS 2012-2016 Puskesmas Singorojo 01 (Berdasarkan Faktor

Resiko)

Profil penderita HIV/AIDS menurut


faktor resiko

2012 2013 2014 2015 2016 Total


Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Transfusi darah 0 0 0 0 0 0
Ibu ke anak 0 1 0 0 0 1
LSL 0 1 0 0 0 1
Biseksual 0 0 0 0 0 0
Heteroseks 1 2 5 1 5 14
Penasun 0 0 0 0 0 0

Grafik 11. Profil penderita HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Singorojo 01 menurut faktor resiko tahun 2012
hingga 2016

Pola penularan HIV/AIDS berdasarkan faktor risikonya tidak mengalami perubahan


yang bermakna dalam 5 tahun terakhir. Infeksi HIV/AIDS dominan terjadi pada kelompok
heteroseksual.
Jumlah Pasien HIV/AIDS Puskesmas Singorojo 01 (Berdasarkan Pekerjaan)

Profil Penderita HIV/AIDS menurut


pekerjaan
Belum Bekerja 1
WPS 1
Buruh 4
Karyawan swasta 1
Ibu rumah tangga 9

Ibu rumah Karyawan Belum


Buruh WPS
tangga swasta Bekerja
Jumlah infeksi HIV 9 1 4 1 1

Grafik 12. Profil penderita HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Singorojo 01 menurut pekerjaan tahun 2012
hingga 2016

39
Menurut jenis pekerjaan, penderita HIV/AIDS di Puskesmas Singorojo 01 paling
banyak berasal dari kelompok ibu rumah tangga (9 orang), diikuti buruh (4 orang), karyawan
swasta, wps dan belum bekerja (1 orang).

Kunjungan VCT baru di Kabupaten Kendal tahun 2016


Data Kunjungan VCT baru di Kabupaten Kendal bulan Januari 2016 sampai September 2016:
Tabel 11. Data Kunjungan VCT Kabupaten Kendal tahun 2016 (September).

Puskesmas VCT lengkap Positif Persentase


Sukorejo 01 230 3 1,30
Cepiring 165 2 1,21
Kaliwungu 410 2 0,49
Ngampel 301 1 0,33
Singorojo 01 1703 4 0,23
Ringinarum 367 0 0,00
Rowosari 01 185 0 0,00
Jumlah 3361 12 0,36

1000

800

600
410
367 301 359
400
230 185 207
200 165
74 92
13 15 32 15 30
0
SIN RO
Suk RSU KDL NGA KLW GM BOJ KDL PAT WLR KKG
GO CEP RA RSI WO
o1 D 1 M G H1 A1 2 1 2 2
1 1
VCT Lengkap 230 13 1703 165 74 367 301 410 359 185 92 207 15 32 15 30
Positif 3 3 4 2 0 0 1 2 3 0 0 0 0 0 0 0

Grafik 13. Grafik Kunjungan VCT Kabupaten Kendal tahun 2016 (September)

40
Dari data tersebut didapatkan total 4 kasus baru positif HIV, dengan rincian 1 kasus
HIV positif di wilayah Puskesmas Singorojo 01, 1 kasus di wilayah Puskesmas Kaliwungu,
dan 2 kasus di wilayah Puskesmas Cepiring. Hal ini menunjukkan masih adanya masalah
dalam pencegahan kejadian kasus baru HIV di Kabupaten Kendal.

41
4.5.3 Analisis Pemecahan Masalah

i. Analisis Data
Jumlah pemeriksaan VCT pada ibu hamil di Puskesmas Singorojo 01 sudah melebihi
target yang ditetapkan oleh bagian P2P Dinas Kabupaten Kendal yaitu 20 layanan aktif
perbulan. Dari data yang di dapat jumlah pemeriksaan ibu hamil di Puskesmas Singorojo 01
berkisar antara 30 sampai 150 pemeriksaan perbulannya. Ini juga menunjukkan pelayanan
VCT di Puskesmas Singorojo 01 untuk ibu hamil sudah sangat baik dan rutin dilakukan,
sejalan dengan Permenkes no. 21 tahun 2013.
Untuk program pemeriksaan VCT selain ibu hamil harus lebih ditingkatkan karena
saat ini lebih banyak kasus didapatkan pada kelompok risiko rendah seperti ibu rumah tangga
dan buruh. Sebelumnya pelaksanaan program VCT Puskesmas Singorojo 01 juga telah
dilakukan kegiatan jemput bola seperti mobile VCT ke desa-desa secara berkala tetapi pada
kenyataannya pencapaian target masih belum maksimal.

Hasil VCT positif Puskesmas Singorojo 01 adalah


5
= 100% = 0,24%
2050

ii. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem


Kemungkinan penyebab masalah di atas jika di analisis dengan pendekatan system
dapat berada pada input, proses, maupun lingkungan. Input meliputi 5 faktor, yaitu man,
money, machine, material, dan method; sedang proses meliputi P1 (Perencanaan), P2
(Pelaksanaan dan Pengendalian), serta P3 (Pengawasan dan Pertanggungjawaban).

Tabel 12. Identifikasi penyebab masalah tahap analisis pendekatan sistem


INPUT KEKURANGAN
MAN Petugas puskesmas yang melaksanakan program masih
merangkap program lainnya sehingga kurang fokus
Kurangnya kader/petugas lapangan yang aktif terhadap
program VCT
MONEY Belum adanya reward/hadiah untuk kader/petugas

42
lapangan untuk memaksimalkan program VCT
METHOD Belum menemukan cara yang efektif dan efisien untuk
memberikan informasi tentang HIV/AIDS kepada
masyarakat sehingga kesadaran kurang
Belum rutin diadakan penyuluhan tentang pentingnya
pemeriksaan HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
MATERIAL Kurangnya media untuk melakukan sosialisasi
mengenai HIV/AIDS di tempat tempat publik
MACHINE Sarana dan prasarana dari puskesmas untuk
penyuluhan yang terbatas
LINGKUNGAN Stigma buruk di masyarakat mengenai HIV/AIDS
masih besar
Sikap kurang peduli yang ditunjukkan dari kaum laki-
laki untuk ikut program VCT dibandingkan dengan
perempuan

Proses KEKURANGAN
P1 (Perencanaan) Pemilihan sasaran VCT kurang tepat sehingga
kunjungan VCT tinggi tapi masih jauh dari target
karena kurang mengacu kepada kelompok faktor
beresiko lainnya seperti misalnya kelompok
penasun, LSL dan biseksual.
P2 (Pelaksanaan Kaum laki-laki kurang peduli terhadap pelaksanaan
dan program VCT dibandingkan dengan perempuan
Pengendalian) sehingga hasil kurang maksimal.
Kelompok berisiko tinggi belum terjamah sehingga
angka VCT positif masih rendah.
P3 (pengawasan Pelaporan pendataan hasil program VCT sudah
dan pertanggung rutin dilakukan tiap bulan tetapi kurang maksimal
jawaban) karena banyak kolom pendataan yang masih
kosong

43
Material
Money
Man
Kurangnya media untuk sosialisasi
HIV/AIDS di tempat publik
Petugas puskesmas merangkap Belum ada reward untuk kader
program sehingga kurang fokus untuk program VCT

Kurangnya kader/petugas lapangan Tingginya kasus


yang aktif terhadap program VCT HIV/AIDS di
Puskesmas
Singorojo 01

Belum menemukan cara yang


efektif dan efisien untuk Stigma buruk di masyarakat
memberikan informasi HIV/AIDS mengenai HIV/AIDS masih besar

Belum rutin diadakan penyuluhan


tentang pentingnya pemeriksaan Sarana dan prasarana dari
HIV/AIDS dan PMS puskesmas untuk penyuluhan
yang terbatas Sikap kurang peduli yang
ditunjukkan laki-laki untuk ikut
VCT dibandingkan perempuan

Method

Machine Lingkungan

44
4.5.4 Intervensi

a. Waktu Pelaksanaan : Senin, 17 April 2017


b. Lokasi Pelaksanaa : Puskesmas Singorojo 01
c. Sasaran :
Wanita usia produktif
Wanita hamil
d. Tujuan :
Memberikan informasi mengenai HIV-AIDS
Memberikan informasi penularan HIV-AIDS dari Ibu ke bayi
Sasaran mengerti dan menjalankan aktivitas seksual yang aman
Sasaran lebih menjaga kesehatan organ reproduksi
Sasaran dapat dapat memberikan informasi yang di dapat serta meneruskan
kepada warga usia produktif lainnya yang berada di lingkungannya dalam
rangka menurunkan angka cakupan HIV-AIDS
e. Susunan Acara
Pukul 08.00 : Pembukaan Acara
Pukul 08.15 : Penyuluhan
- Pretest : menanyakan kepada para peserta apakah mereka sudah mengetahui HIV-
AIDS dan IMS serta bagaimana cara pelularan dan pencegahannya
- Menjelaskan mengenai HIV-AIDS dan IMS
- Sesi tanya-jawab
- Post-test
Pukul 10.30 : penutupan
f. Simpulan Acara
Pretest
Hasil : >50% peserta tidak mengetahui cara penularan dan pencegahannya
Postest
Hasil : peserta sudah mengerti HIV-AIDS dan IMS beserta cara penularan dan cara
pencegahan, terbukti dengan peserta dapat menyimpulkan serta mengutarakan
kembali isi dari penyuluhan.

45
BAB V
DISKUSI

Hasil VCT di wilayah PKM Singorojo 01, dari sebanyak 2050 pemeriksaan
didapatkan 5 orang positif terkena HIV, dengan persentase sebesar 0,24%. Sedangkan dari
pelayanan VCT nasional pada tahun 2015, dari 1.275.636 kunjungan ke klinik VCT, 30.935
di antaranya positif terkena HIV dengan positive rate-nya sebesar 2,4%. Hal ini menunjukan
bahwa kejadian lebih rendah dibanding dengan kasus nasional. Berdasarkan VCT tahun 2016
di wilayah lain di Kabupaten Kendal jumlah kasus HIV di PKM Singorojo merupakan yang
terbanyak dengan jumlah 5 kasus. Namun nilai positive rate berada di urutan ke 5. Positive
rate paling tinggi di PKM Sukorejo 01 dengan nilai 1,3 %.

Di Puskesmas Singorojo 01, ada kecenderungan peningkatan jumlah kasus HIV dari
tahun ke tahun yang berfluktuatif. Hingga akhir tahun 2016 ini, jumlah kasus yang dilaporkan
telah mencapai 5 orang, tidak menutup kemungkinan akan bertambah lagi pada tahun 2017.
Jumlah kumulatif penderita HIV dari tahun 2012 sampai 2016 sebanyak 16 orang dengan 4
orang di antaranya saat pelaporan telah masuk stadium AIDS. Hal ini sesuai dengan data
jumlah penderita baru HIV/AIDS di Kabupaten Kendal dari tahun ke tahun yang mengalami
kondisi fluktuatif.

Berdasarkan laporan per desa, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS sejak tahun 2012
sampai 2016 yang terbanyak adalah di desa Kaliputih (6 kasus), diikuti oleh desa Getas dan
desa Ngareanak (3 kasus), desa Banyuringin (2 kasus), desa Kedungsari dan desa Cening (1
kasus). Kemungkinan hal ini disebabkan banyak warga desa Kaliputih yang bekerja sebagai
TKI (Tenaga Kerja Indonesia).
Pola penularan infeksi HIV di wilayah Singorojo 01 paling banyak terjadi pada
kelompok usia produktif 25-49 tahun. Hal ini sesuai dengan profil penderita HIV/AIDS di
wilayah Kabupaten kendal, Jawa Tengah dan nasional.
Pola penularan HIV/AIDS berdasarkan faktor risikonya tidak mengalami perubahan
yang bermakna dalam 5 tahun terakhir. Infeksi HIV/AIDS dominan terjadi pada kelompok
heteroseksual.
Menurut jenis pekerjaan, penderita HIV/AIDS di Puskesmas Singorojo 01 paling
banyak berasal dari kelompok ibu rumah tangga (9 orang), diikuti buruh (4 orang), karyawan
swasta, wps dan belum bekerja (1 orang). Hal ini sesuai dengan yang didapatkan di Wilayah

46
Kabupaten Kendal dimana pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah yang terbanyak
terjangkit HIV, dengan total 26 kasus, diikuti oleh buruh dengan 11 kasus, pedagang dengan
8 kasus, karyawan swasta 22 kasus dan supir 5 kasus, pengangguran/orang yang tidak bekerja
2 kasus, dan pembantu rumah tangga serta WPS dengan 1 kasus. Hal ini membuktikan bahwa
sudah banyak terjadi penularan dari HIV dari orang orang yang beresiko tinggi, seperti
WPS atau orang orang yang berganti ganti pasangan seksual kepada orang orang yang
sebenarnya tidak memiliki resiko tinggi, seperti ibu rumah tangga.
Jumlah pemeriksaan VCT pada ibu hamil di Puskesmas Singorojo 01 sudah melebihi
target yang ditetapkan oleh bagian P2P Dinas Kabupaten Kendal yaitu 20 layanan aktif
perbulan. Dari data yang di dapat jumlah pemeriksaan ibu hamil di Puskesmas Singorojo 01
berkisar antara 30 sampai 150 pemeriksaan perbulannya. Ini juga menunjukkan pelayanan
VCT di Puskesmas Singorojo 01 untuk ibu hamil sudah sangat baik dan rutin dilakukan,
sejalan dengan Permenkes no. 21 tahun 2013.

47
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Kasus HIV/AIDS baru di Kabupaten Kendal hingga bulan September 2016 telah
ditemukan 76 kasus.
Di wilayah kerja Puskesmas Singorojo 01 hingga Desember 2016 telah ditemukan 5
kasus HIV/AIDS baru dengan jumlah kumulatif dari tahun 2012 sebanyak 16 kasus.
Kelompok umur yang paling banyak terjangkit HIV/AIDS baik di wilayah Puskesmas
Singorojo 01 maupun di Kabupaten Kendal adalah kelompok usia produktif yaitu 25-49
tahun maka penyebaran HIV/AIDS sangat dimungkinkan terjadi pada usia remaja karena
dalam temuan diagnosis HIV/AIDS ini rata-rata sesudah 3-10 tahun dari penyebaran.
Oleh karena itu perlu adanya pemberian pengetahuan sejak dini tentang kesehatan
reproduksi dan penyakit menular seksual terhadap usia remaja.
Presentasi jenis kelamin yang terjangkit HIV/AIDS lebih banyak perempuan bila
dibandingkan dengan laki-laki. Faktor resiko heteroseksual tetap dominan dalam 5 tahun
terakhir ini.
Ibu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak ditemukan menderita
HIV/AIDS. Saat ini telah terjadi pergeseran jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak dari
populasi risiko tinggi ke populasi risiko rendah. Hal ini terjadi karena banyaknya
penularan yang telah terjadi, perilaku ibu rumah tangga yang beresiko, serta kasus yang
mungkin baru terdeteksi saat ini.
Faktor resiko heteroseksual paling dominan saat ini, oleh karena itu sebaiknya vct
dilakukan tidak hanya bagi ibu hamil tetapi juga untuk suaminya. Hal ini ditunjukkan
dengan angka kejadian VCT positif sangat kecil pada pelaksanaan program VCT yang
besar di Kabupaten Kendal dan masih jauh dari target Dinas Kesehatan Kabupaten
Kendal.
HIV/AIDS adalah masalah global, laporan kasus baru terus meningkat dan saat ini masih
sulit untuk mengetahui jumlah infeksi HIV/AIDS yang sebenarnya, sehingga selain
program yang dijalankan koordinasi dari berbagai pihak dan dukungan pemerintah sangat
diperlukan.

48
SARAN

Pendekatan berupa pemberian informasi yang benar mengenai HIV dan AIDS kepada
kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga perlu digiatkan di semua desa yang
termasuk wilayah kerja Puskesmas Singorojo 01, untuk intervensi selanjutnya penulis
menyarankan adanya evaluasi sebelum dan sesudah intervensi sehingga dapat mengukur
tingkat pemahaman masyarakat.
Intervensi HIV dan AIDS juga penting dilakukan pada usia remaja mengingat kasus
terbanyak ditemukan pada usia 25-49 tahun sehingga sangat dimungkinkan terkena virus
hiv pada waktu penderita usia remaja. Selain dengan metode penyuluhan, penulis
menyarankan dengan media interaktif seperti film atau video mengenai HIV dan AIDS
agar lebih menarik minat remaja.
Untuk program pemeriksaan VCT selain ibu hamil harus lebih ditingkatkan karena saat
ini lebih banyak kasus didapatkan pada kelompok risiko rendah seperti ibu rumah tangga
dan buruh. Sebelumnya pelaksanaan program VCT Puskesmas Singorojo 01 juga telah
dilakukan kegiatan jemput bola seperti mobile VCT ke desa-desa secara berkala tetapi
pada kenyataannya pencapaian target masih belum maksimal.
Koordinasi dari berbagai pihak dan dukungan pemerintah sangat diperlukan, sehingga
program HIV dan AIDS seperti contohnya mobile VCT dapat berjalan dengan baik agar
masyarakat khususnya kelompok yang berisiko dapat mengakses informasi dan pelayanan
kesehatan dengan mudah.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Statistik Daerah Kecamatan


Singorojo Tahun 2016, Kendal: 1-Kabupaten Kendal; 2016
2. Bennet NJ. HIV Disease. Medscape Reference [internet]. 2016 [last updated
2016 Apr 7; cited 2016 Sept 14]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/211316-overview
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Modul A-1 Kebijakan dalam
Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS, Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2009.
4. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis HIV/AIDS. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2014.
5. Kumar P, Clark M. Kumar & Clarks Clinical Medicine. 8th Edition.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2012: 173.
6. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J.
Harrisons Principles of Internal Medicine. 18th Edition. Pennsylvania:
McGraw-Hill; 2012.

50
LAMPIRAN

Foto Kegiatan Penyuluhan (Intervensi)

51
52
53
54

Anda mungkin juga menyukai