Anda di halaman 1dari 37

PT.

Danone Aqua Tbk merupakan pelopor air minum dalam kemasan pertama di
Indonesia dan Asia Tenggara. Sudah 40 tahun ini perusahaan ini didirikan dengan produknya
Aqua telah memberikan banyak kontribusi terhadap seluruh masyarakat di Indonesia, yaitu
sebagai perusahaan air minum dalam kemasan yang memanfaatkan air dari sumber mata air
alami yang mengandung mineral-mineral penting. Telah banyak penelitian yang dilakukan dan
menyatakan bahwa Aqua aman untuk dikonsumsi dan baik untuk kesehatan. Dan dari sinilah
Aqua menjadi dikenal oleh masyarakat luas karena kualitas produknya, inovasi teknologi
kemasan, dan pelayanan konsumen yang baik. Selain itu Aqua juga telah diakui oleh PBB, dan
badan pengawas makanan dan obat-obatan Amerika.
Dari hal ini bisa kita lihat bahwa baku utama perusahaan ini sangat begantung pada
sumber daya air. Sedangkan ketersedian air untuk kelangsungan usaha perusahaan sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sumber air tersebut yang tidak terlepas dari keberadaan
masyarakat yang tinggal di daerah setempat. Oleh karena itu perusahaan ini berkomitmen untuk
menciptakan keseimbangan serta bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat
dengan melakukan kegiatan CSR.
CSR sendiri merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek perusahaan. CSR
sangat erart hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan, yang memiliki tujuan bahwa
perusahaan tidak hanya mencari keuntungan saja akan tetapi juga peduli terhadap lingkungan.
Dan dari sinilah dapat dilihat bahwa perusahaan memiliki etika bisnis yang baik yaitu peduli
dengan lingkungan sekitarnya. Etika bisnis dalam perusahaan sendiri memiliki peran yang sangat
penting, yaitu untuk membentuk perusahaan yang lebih kuat dan kokoh serta memiliki daya
saing yang tinggi.
Sejak awal pendirian hingga sekarang telah banyak CSR yang dilakukan oleh perusahaan
ini dan disini saya hanya membahas salah satu program CSR Aqua yang saat ini dilakukan
WASH (Water Accsess, Sanitation, Hygiene Program) ini adalah program Satu Untuk Sepuluh
yang memiliki tujuan yaitu memberikan solusi dalam penyediaan air bersih di Indonesia,
tepatnya untuk daerah yang kekurangan air bersih dan bahkan sulit untuk mendapatkan air
bersih. Program ini didasakan pada fakta bahwa air merupakan keutuhan dasar yang sangat
dibutuhkan oleh manusia, namun kenyataannya tidak semua orang dapat mengakses air bersih,
karena beberapa faktor dan bahkan mungkin tidak adanya infrastruktur yang memadai untuk
mendapatkan air bersih. Dan program ini akan dilaksanakan di Timor Tengah Selatan, dan telah
melalui survey daerah tersebut merupakan wilayah yang tepat, karena terjadi kelangkaan air
bersih selain itu juga akses untuk mendaptka air bersih yang sangat jauh dan harus melewati
jalan yang terjal dan sungai-sungai, hal ini membutuhkan waktu berjam-jam untuk membawa
pulang air. Selain itu masalah kelangkaan air disini juga sangat berpengaruh terhadap banyak
aspek misalnya munculnya brbagai macam penyakit demam berdarah, diare, hingga malaria, dan
hal lain yaitu anak-anak mau tidak mau harus membantu orang tua mereka untuk mendapatkan
air bersih, sehingga waktu belajar sering terabaikan.
Dari kasus diatas, Aqua memiliki komitmen untuk memperbaiki kesejahteraan anak
Indonesia, yaitu dengan cara menjual produk Aqua berlabel khusus yakni Aqua 600 mm dan
1.500 mm dijual maka konsumen telah membantu program Aqua dengan menyumbangkan 10
liter air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan. Selain itu Aqua juga membuatkan pipa-
pipa agar air dapat menjangkau ke pemukiman penduduk.
Menurut saya, etika bisnis yang dilakukan oleh Aqua sangat tepat, maksudnya yaitu
program ini tepat pada sasaran, dimana Aqua membantu masyarakat di NTT yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
3.4. Pelanggaran Etika Bisnis PT. Danone
Dalam kasus ini, danone-aqua telah melakukan pelanggran serta pengabaian kode etik
dalam hal penggunaan sumber daya alam. Sebenarnya, keprihatinan dunia akan eksploitasi
sumberdaya alam sudah dapat dirasakan semenjak diselenggarakannya United Nations
Conference on Environment and Development atau Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun
1992 yang membahas mengenai perubahan iklim.
Dalam mengimplementasikan atau mengaplikasikan etika dalam rekayasa terutama dalam
penciptaan produk baru, maka hal-hal yang harus diketahui adalah:
Sebaik apa produk yang dihasilkan tersebut.
Pengaruh atau fungsi produk tersebut kepada konsumen.
Perubahan-perubahan yang akan ditimbulkan kepada konsumen.
Sebaik apa kegunaan produk tersebut dalam berbagai kondisi yang dihadapi.
Produk tersebut aman atau tidak bagi konsumen
Dampak buruk dari produk jika mengabaikan peringatan-peringatan yang ada.
Dari hal-hal tersebut di atas, etika sangat berperan penting dalam penciptaan suatu
produk untuk menentukan manfaat atau keuntungan yang dapat dinikmati oleh konsumen, serta
dapat menentukan dampak-dampak buruk dari produk tersebut jika mengabaikan peringatan-
peringatan yang ada.
Produk yang dihasilkan oleh AMDK Aqua sebagian telah memenuhi dari ketentuan
diatas. AMDK Aqua mampu menghasilkan air bersih untuk keperluan air minum untuk banyak
orang, selain itu AMDK Aqua menjamin tingkat keamanan untuk menggunkan produknya.
Selain praktis produk Aqua bisa memperbaiki kehidupan masyarakat untuk hidup lebih sehat
dengan mengkonsumsi air bersih.
Tapi yang jadi permasalahan adalah, datang dari manakah air bersih yang dijual oleh
Aqua sehingga sekarang manusia perlu membayar hanya untuk mendapatkan air bersih?
Salah satu dari sekian banyak sumber mata air yang dieksploitasi habis-habisan oleh
Aqua adalah sumber mata air di Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang dimana di
daerah tersebut masyarakatnya menopangkan kehidupannya dari sektor pertanian. Karena debit
air menurun sangat drastis sejak Aqua beroperasi di sana, sekarang para petani terpaksa harus
menyewa pompa untuk memenuhi kebutuhan irigasi sawahnya. Untuk kebutuhan sehari-hari,
penduduk harus membeli air dari tangki air dengan harga mahal karena sumur-sumur mereka
sudah mulai kering akibat pompanisasi besar-besaran yang dilakukan oleh Aqua. Hal ini
sangat ironis mengingat Kabupaten Klaten merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya air.
Di satu Kabupaten ini saja sudah terdapat 150-an mata air.
Untuk kasus kali ini Aqua dalam produksinya kurang berpikir etis dan telah melanggar
tanggung jawab sosial perusahaan, sumber daya alam memang bisa dinikmati siapapun, tetapi
dalam mengekploitasinya tidak boleh berlebihan atau dengan kata lain serakah. Apalagi disini
yang jadi permasalahannya ialah air, air merupakan sumber daya yang dibutuhkan untuk hajat
hidup orang banyak. Memang aqua mempunyai tujuan yang baik yaitu menyediakan air besih
untuk keperluan minum banyak orang. Tetapi yang jadi permasalahan ialah kenapa aqua
seenaknya mengeksploitasi air secara besar-besaran tanpa mempedulikan efek sampingnya.
Aqua terkesan tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan kepentingan perusahaan
sendiri. Masyarakat menjadi bersaing dengan pihak aqua untuk mendapatkan air. Dari kasus, ini
aqua tidak berpikir secara etis dalam hal deonteologis.
Eksploitasi sumberdaya alam yang mengabaikan lingkungan akan mengancam
keberlanjutan dan ketersediaan sumber daya alam itu. Dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 menggariskan bahwa "Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat". Salah satu
asas penting dalam pemanfaatan kekayaan alam dalam pembangunan Indonesia adalah
pengutamaan pengelolaan sumber daya alam yang dapa diperbarui.
Konsep hak dalam menguasai negara (HMN) menjadi instrumen dasar dalam eksploitasi
SDA di Indonesia, secsra historis melalui konsep ini pemerintah telah mengingkari semangat
demokrasi ekonomi dan pencapaian kesejahteraan rakyat, hal ini terjadi karena paradigma
pertumbuhan yang di usung memberikan ruang yang berlebihan pada praktek destruktif dan
eksploitatif bagi SDA lewat praktek penyerahan wewenang pada perusahaan-perusahaan asing
secara besar.
Beberapa kebijakan yang mendukung praktek "sesat" ini diantaranya melalui
pemberlakuan scema per undang - undangan nasional, seperti UU No. 5 tahun 1860 tentang
pokok-pokok agraria, UU No.20 tahun 1861 tentang pencabutan hak atas tanah, UU No. 5 tahun
1967 tentang pokok-pokok kehutanan (dan penggantinya UU 41/ perpu No. 1 tahun 2004 tentang
perubahan UU No. 41 tahun 1999) dan UU No. 11 tahun 1967 tentang pokok - pokok
pertambangan, didukung oleh UU No. 9 tahun 1967 tentang penanaman modal asing, kemudian
pada tanggal 3 Juli 1968, di keluarkan UU No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam
negri.
Kebihakan otonomi daerah yang didasarkan UU No. 32 tahun 2004 sebagai
penyempurnaan dari UU 22 tahun 1999, tentang pemerintahan daerah, serta adanya UU 25 tahun
1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang dimaknai sebagai desentralisasi
kekuasaan, telah mendorong daerah-daerah untuk melirik dan mengandalkan SDA sebagai
sumber PAD sehingga maraklah beragam PERDA dan kebijakan pemberian izin oleh kepala
daerah kepada beragam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi oleh investor, dan ini menjadi
ancaman yang nyata bagi ketersediaan daya dukung SDA kita.
Oleh karena itu, agar pemanfaatannya dapay berkesinambungan, maka tindakan
eksploitasi sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan
pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai
berikut :
1. Memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien,
misalnya: air, tanah, dan udara.
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran)
3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien,serta pendaur ulangan
(recycling).
4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.

PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok di Indonesia. Perusahaan ini mengolah dan
menghasilkan jenis rokok kretek dan cerutu. Ada tiga jenis rokok yang kita kenal selama ini.
Rokok Cerutu (Terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan daun tembakau pula), rokok
putih (Terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan kertas sigaret), dan rokok kretek
(Terbuat dari tembakau ditambah daun cengkeh dan dibungkus dengan kertas sigaret).
PT Jarum adalah salah satu jenis perusahaan perseroan yang ada di Indonesia. Namun dahulu PT
Jarum adalah sebuah perusahaan perseorangan karna didirikan oleh seorang Oei Wie Gwan. PT.
Djarum memiliki, 5 nilai-nilai inti dalam pengembangan perusahan. Nilai-nilai itu adalah .Fokus
pada pelanggan, Profesionlisme, Organisasi yang terus belajar, Satu Keluarga, Tanggung Jawab
Sosial.

Tahun Berdirinya

Rokok kretek adalah sebuah produk yang racikannya ditemukan oleh H. Djamhari (Kebangsaan
Indonesia) pada tahun 1880 di kota Kudus (Kudus kota keretek). Saat itu H. Djamhari adalah
seorang perokok dan ia sering merasa sesak napas. Saat ia menderita sesak, ia menggunakan
minyak cengkeh untuk mengobati penyakitnya. Hingga suatu ketika ia mencoba meracik daun
tembakau dan bunga cengkeh untuk rokoknya. Alhasil percobaannya tersebut membuahkan hasil
dan rokok tersebut disebut kretek karena letupan api yang membakar cengkeh menghasilkan
bunyi tek-tek-tek.
Perusahaan rokok kretek Djarum berdiri pada 25 Agustus 1950 dengan 10 pekerja. Oei Wie
Gwan, mantan agen rokok Minak Djinggo di Jakarta ini, mengawali bisnisnya dengan memasok
rokok untuk Dinas Perbekalan Angkatan Darat. Pada tahun 1955, Djarum mulai memperluas
produksi dan pemasarannya. Produksinya makin besar setelah menggunakan mesin pelinting dan
pengolah tembakau pada tahun 19

Fokus pada pelanggan.

Pelanggan merupakan bagian yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan,
tanpa ada pelanggan, tanpa ketertarikan pelanggan terhadap produk yang telah diproduksi,
perusahan akan mandet. PT.Djarum selalu mengutamakan agar pelanggan selalu puas terhadap
produknya, dengan memberikan harga yang relatif rendah meskipun keuntungan yang dicapai
berkurang, hal ini diatasi dengan peningkatan hasil yang baik dan jumlah penjualan, selain itu
juga PT.Djarum memberikan dana kepada beberapa pelanggan untuk memasarkan produknya
sehingga tercipta hubungan yang sangat dekat.
Profesionalisme. Profesional dalam membangun perusahaan secara baik, dimulai dengan
perekrutan karyawan-karywati yang potensial (salah satu elemen vitas bagi kegemilangan gerak
sebuah perusahaan). Kemampuan perusahaan untuk melakukan inovasi secara terus menerus.
seiring tuntutan tersebut, PT.Djarum selalu memberikan respon yang inovatif pada konsumen.
Profesional dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah dirancang dengan penuh
optimis. Dengan profesionalisme tersebut semuanya dapat tercapai.
Organisasi yang terus belajar. Dengan keberhasilan yang diperoleh berupa penghargaan-
penghargaan dan produk-produk yang inovatif,PT.Djarum tidak berpuas hati, dengan
keberhasilan tersebut, selalu belajar keberhasilan itu. Tidak hanya selalu menilai perusahaannya
sendiri. Melakukan sharing dengan perusahaan lain berbagi pengetahuan.
Satu keluarga.Rasa kekeluargaan sangat terasa di lingkungan PT.Djarum, ini terlihat ketika pada
waktu istirahat, terkadang para direksi bergabung bersama karyawan,berbagi cerita, bercanda, ini
menciptakan kesenangan bagi para karyawan.Disinilah kekompakan dari segenap jajaran
manajemen dan karyawan. Mereka bersama-sama untuk memajukan perusahaan,dengan
dukungan organisasi yang solid,serta kerja keras dari semua karyawan.
Tanggung Jawab Sosial. Dalam hal tanggung jawab sosial, untuk karyawan, PT.Djarum sangat
memperhatikan karyawannya dengan memberikan jaminan sosial berupa jaminan
kesehatan,hadiah tahunan, tunjangan, jaminan kecelakan,jaminan pensiun. PT.Djarum juga
memberikan beasiswa pendidikan pada anak-anak karyawan sehingga dapat melanjutkan
pendidikannya dengan baik. Tanggung Jawab Sosial yang diberikan PT.Djarum tidak hanya pada
karyawannya tetapi juga pada masyarakat umum.Untuk melaksanakan tanggung jawab ini
PT.Djarum melakukan Coorporate Social Responbility (CSR), yang sangat jelas saat ini, yaitu :
Djarum memberikan dananya 30 Milliar dalam pembangunan lapangan bulutangkis, GOR
PT.Djarum Bakti Bangsa, yang digunakan untuk merekrut para pemain bulutangkis yang handal
berkelas dunia. Dalam bidang lingkungan PT.Djarum memberikan secara cuma-cuma pohon-
pohon untuk penghijauan.
Dengan ke lima nilai pengembangan tersebut, membuat PT.Djarum semakin memantapkan
perjalanannya dalam industri rokok murni pribumi, tanpa tersentuh oleh aset-aset asing.
Semangat Nasionalismelah yang semakin membangkitkan perusahaan ini.
Kepemilikan

Keuangan

PT Djarum system upah harian. Untuk upah harian, Jerih payah buruh pabrik ini memang
terbilang kecil bagi ukuran gaji buruh di Jakarta. Mereka dibayar dengan upah perjam sekitar
Rp.9.750/per 1.000 batang buat satu grup yang terdiri dua orang tersebut. Tetapi biasanya, satu
grup bisa membuat 3.000 batang dalam waktu kurang dari 4 jam. PT Djarum untuk tahun 2006
menyentuh 6,99 milyar rupiah. Jumlah itu didapati lewat omset perbungkusnya mencapai angka
23,66 milyar rupiah/perhari. Sementara itu, produksinya tahun lalu tercatat sekitar 38,36 unit
milyar dengan asumsi sekitar 127,87 batang/perhari.
Bidang Usahanya

PT. Djarum adalah salah satu perusahaan rokok di Indonesia. Perusahaan ini mengolah dan
menghasilkan jenis rokok kretek dan cerutu. Bidang usaha yang digeluti oleh PT Djarum tidak
lain dan tidak bukan ialah rokok. Dalam sehari perusahaan ini mampu menghasilkan omeset
sekitar 23,66 milyar rupiah/perhari, karna sasaran penjualanya tidak hanya di Indonesia saja
tetapi juga di Austria, Polandia, Prancis, Spanyol, Portugal, Turki, Belgia, Belanda, Luxemburg,
Jerman, Brazil, Jepang, Malaysia, Kanada, Usa dll.

Kejayaan

Sejak awal berdiri pada tahun 25 Agustus 1950 perusahaan ini sudah menjadi perusahaan yang
sangat pesat dalam perkembangan nya. Karna didirikan oleh Oei Wie Gwan, mantan agen rokok
Minak Djinggo. PT Djarum sejak bediri sampai sekarang masih saja mengalami masa kejayaan.
Hal ini di karnakan Perusahaan ini memiliki 76 lokasi kerja (70 di Kudus, 3 di Pati, 1 Rembang
dan 2 di Jepara) ini cukup diakui masalah kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Hal ini
dibuktikan dari perolehan Zero Accident Acknowledgement pada tahun 2002. Pada tahun 2004
di Audit External Keselamatan dan Kesehatan dengan hasil 85%. Karena hasil auditan yang
memuaskan, pada tahun 2005 memperoleh Bendera Emas. Pada tahun 2007, hasil auditan
meningkat menjadi 93% dan tahun 2008 menunggu memperoleh Bendera Emas kembali. Karena
hal itulah masalah keselamatan dan kesehatan bukan lagi menjadi masalah bagi perusahaan ini.
Selain masalah keselamatan dan kesehatan, perusahaan ini juga aktif dalam bidang koperasi.
Pada tahun 1976, koperasi karyawan dibuka. Koperasi yang memiliki anggota sebanyak 51
ribuan orang ini memiliki kas hingga 75 ribu miliaran hingga Januari 2008 ini. Karena
ketekunannyalah, koperasi ini juga memperoleh penghargaan sebagai Koperasi Teladan dari
tahun 1993 sampai dengan 1996. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki kinerja yang sesuai
dengan standar ISO (ISO tahun 9001-1994). Pada tahun 2001 mendapatkan penghargaan dan
ISO diperbaiki menjadi ISO 9001-2000.

Analisis Strategi

PT. Djarum mengeluarkan beberapa produk diantaranya Djarum Super, Djarum Coklat, Djarum
76, Djarum Istimewa. Kesemuanya merupakan rokok berjenis kretek. Akan tetapi djrum melihat
pangsa pasar ini stagnan sehingga PT.Djarum merambah pasar rokok mild, diantaranya adalah
L.A Light, L.A Menthol, Djarum Super Mezzo, Djarum Black dan Djarum Black Menthol.
Selain itu Djarum mengembangkan cita rasa yang lebih varian dengan mengkombinasikan cita
rasa cappucino, dan Teh yang dikenal dengan nama Brand Djarum Black Tea dan Djarum Black
cappuccino.
Produk dalam kategori rokok mild diluncurkan oleh PT Djarum di akhir tahun 2005, perusahaan
ini meluncurkan rokok mild dengan merek Djarum Super Mezzo untuk melengkapi portofolio
produk Djarum Super dan merambah segmen premium serta menjadi alternatif pilihan rokok
mild baru dengan cita rasa tinggi. Khusus untuk peluncuran PT Djarum membuat program
promosi modern dengan menggunakan balon mini zeppelin yang berputar-putar disekitar
wilayah Jakarta selama 3 minggu. Program tersebut juga diiringi dengan iklan televisi yang
menampilkan visual yang luar biasa, iklan televisi Mezzo versi leap dan race.
PT Djarum menggunakan pendekatan strategi yang berbeda dalam membangun merek Djarum
Super Mezzo, yaitu dengan menambahkan kata Djarum Super dalam merek rokok mild
tersebut, merek Djarum Super yang sudah memiliki awareness yang tinggi dan brand image yang
kuat di tengah konsumen diharapkan mampu mengangkat penjualan produk mild yang baru ini
masuk ke pasar rokok mild.
Kenyataannya, hasil dari sebuah penelitian adalah top of mind merek rokok mild masih
didominasi oleh Sampoerna A Mild (79,5%), diikuti oleh Star Mild (12,1%). Djarum Super
Mezzo berada di peringkat ketiga (4,2%). Untuk merek kedua yang diingat setelah merek
pertama yang terlintas atau unaided awareness dikuasai oleh Star Mild (39,5%), Sampoerna A
Mild (18,4%) dan Djarum Super Mezzo (14,7%).
Djarum Super Mezzo dan Star Mild memiliki karakteristik akan personality dan association yang
mirip. Djarum Super Mezzo dipersepsikan memiliki sifat yang santai dan easy going,
berpenampilan menarik, dan penuh percaya diri, namun merek ini juga memiliki posisi yang
sama dengan Star Mild yang dekat dengan atribut menikmati kehidupan malam, menyukai
petualangan dan maskulin..

Dikutip dari: http://tukangblog.blogspot.com/2011/04/profil-ptdjarum.html

Contoh etika bisnis pada PT. DJARUM

Kisah-kisah seputar pohon yang sudah saya utarakan disini dan disitu, ternyata sejalan
dengan sebuah program menarik yang digagas dan dilaksanakan oleh PT Djarum : Trees for
Life. Sebuah program yang merupakan bagian dari kegiatan CSR (Corporate Social
Responsibility) perusahaan rokok terkemuka tersebut sebagai bentuk dari tanggung jawab sosial
serta empati konstruktif perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Yang menarik adalah, sejak tahun 1979, perusahaan ini telah mendedikasikan diri untuk
melestarikan lingkungan demi hidup yang berkualitas dengan program Djarum Bhakti
Lingkungan. Kota Kudus adalah langkah awal dari program ini. Ribuan jenis tanaman peneduh
ditanam.
Selain itu, dibawah payung Djarum Bakti Lingkungan telah melakukan aksi pelestarian
lereng Gunung Muria dengan tanaman peneduh maupun pohon bernilai ekonomi, sehingga
mampu mempertahankan kawasan penting resapan air kota Kudus. Selain itu sejak tahun 2008
Djarum BaktiLingkungan bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kanwil Jawa
Tengah, turut serta dalam program pelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo
dengan komitmen 700.000pohon.
Luna Maya melakukan penanaman pohon Trembesi pada program Trees for Life Djarum Bakti
Lingkungan di Demak (18/4), Sumber foto: Situs Trees for Life PT Djarum

Sebagaimana diungkap pada siaram persnya, Dalam rangka Hari Ulang Tahun PT.
Djarum ke-59, pada tanggal 18 April 2010 lalu, sebanyak 400 karyawanDjarum di Kudus
bersama Luna Maya, artis pemerhati lingkungan, menanam Pohon Trembesi sepanjang1,2 km di
Demak, Jawa Tengah. Kegiatan ini merupakan program lanjutan Djarum Trees For Life, dar i
Corporate Social Responsibility Bakti Lingkungan PT Djarum yang merencanakan 2.767 Pohon
Trembesi sepanjang jalan Turus Semarang-Kudus Jawa Tengah.Serius dan konsisten untuk
melakukan pelestarian lingkungan adalah semangat Djarum Trees For Lifeyang ingin ditularkan
kepada seluruh pihak dan masyarakat luas. Berawal dari penanaman PohonTrembesi bersama
Gubernur beserta Muspida Jawa Tengah, kemudian diikuti beberapa minggu lalupenanaman
bersama artis Nugie dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan
Saya melihat sepanjang jalan Demak ini merupakan jalan yang sering dilewati oleh banyak
kendaraan,mulai dari kendaraan pribadi hingga truk. Oleh sebab itu, penanaman Pohon Trembesi
sangat cocok ditanam di area ini karena dapat menyerap banyak CO2 dan emisi karbon lainnya,
sehingga kedepannyajalan ini bisa menjadi jalan yang teduh dan hijau. Saya berharap Pohon
Trembesi yang kami tanam saatini dapat tumbuh maksimal dan tentunya dirawat oleh
masyarakat luas. Mari tanam dan rawat PohonTrembesi ajak Luna.
Komitmen perusahaan juga tak berhenti pada kegiatan-kegiatan insidental tertentu
belaka. Bahkan, Bibit Pohon Trembesi yang digunakan dalam rangkaian program Penanaman
2.767 Pohon Trembesi disepanjang turus jalan Semarang-Demak ini berasal dari Pusat
Pembibitan Tanaman (PPT) PT. Djarum.
Saat ini PPT tengah melakukan budi daya pembibitan Pohon Trembesi yang total
berjumlah 300 ribuan.Rencananya, pembibitan tersebut untuk memenuhi program Djarum Trees
For Life ujar Yunan Adityadari Pusat Pembibitan Tanaman PT Djarum.
Untuk menjaga kesinambungan kegiatannya, salah satu dukungan PT. Djarum adalah
dengan mendirikan pusatpembibitan aneka tanaman yang dikelola secara intensif. Diharapkan
dengan upaya pembibitan aneka tanaman ini, PT. Djarum dapat turut menjadi bagian dari usaha
dalam mempertahankan dan melestarikan tanaman-tanaman langka agar terjaga dari
kepunahan.Hingga saat ini, PPT telah memilikitotal sekitar 100 ribuan jenis bibit tanaman,
termasuk di dalamnya tanaman langka seperti Kepel, Sawit,Nogosari, buah Kawista dan Pohon
Botol dari Afrika.
It is true that economic and social objectives have long been seen as distinct and often
competing. Butthis is a false dichotomyCompanies do not function in isolation from the society
around them. In fact,their ability to compete depends heavily on the circumstances of locations
where they operate., Demikian ungkapan Michael E. Porter dan Mark R. Kramer dalam
tulisannya di The Competitive Advantage of Corporate Phiilantropy, pada Harvard Business
Review, December 2002, halaman 5. Pernyataan diatas menemukan makna tersendiri bila
dihubungkan dengan aktifitas yang dilaksanakan PT Djarum Kudus lewat program Djarum Bakti
Lingkungan, Trees for Life ini.
Implementasi atas konsep triple bottom line (profit,planet,
people) dalam mainstream etika bisnis yang digagas John Elkington, memperoleh bentuknya
lewat kegiatan ini. Perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar profit belaka tetapi juga
menunjukkan kepedulian besar bagi lingkungan dan masyarakat sekitar tempat perusahaan
bersangkutan beroperasi. Dengan program CSR ini tidak hanya merupakan investasi jangka
panjang yang berguna untuk meminimalisasi risiko sosial, juga berfungsi sebagai sarana
meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial,
melainkan pula untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan
berkelanjutan.
Saya ikut menyatakan salut dan mengacungkan jempol tinggi-tinggi bagi upaya-upaya
konstruktif yang telah dilakukan sejumlah korporasi besar, termasuk PT Djarum Kudus, melalui
program CSR-nya yang sudah menunjukkan komitmen dan kepedulian tinggi menjaga
kelestarian lingkungan dengan kegiatan Trees For Life. Ini sebentuk empati sosial nyata untuk
menghindari nestapa kemanusiaan akibat kerusakan lingkungan.
Saya tertarik pada pendapat Elkington (1998) dalam bukunya Canibals With Forks: The
Triple Bottom Line in 21st Century Business (seperti yang saya kutip dari makalah Bapak Edi
Suharto PhD Ketua Program Pascasarjana Spesialis Pekerjaan Sosial, Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung yang disampaikan pada Seminar Dua Hari CSR
(Corporate Social Responsibility): Strategy, Management and Leadership, Intipesan, Hotel
Aryaduta Jakarta 13-14 February 2008) yang mengelompokkan perusahaan yang peduli dan
tidak peduli terhadap CSR berdasarkan analogi serangga.
Perusahaan kategori pertama laksana ulat, yang memiliki model bisnis rakus dan tidak
pedulipada lingkungan sekelilingnya. Kategori kedua adalah perusahaan yang mirip belalang,
modelbisnis yang juga eksploitatif dan degeneratif. Kategori kedua ini mungkin saja sudah mulai
mempraktikan CSR. Tetapi, CSR tidak dilakukan dengan sepenuh hati. CSR di perusahaan ini
hanyalah Celana Dalam untuk menutupi aurat perusahaan agar terhindar dari tekanan
masyarakat atau LSM.
Perusahaan kupu-kupu adalah kategori ketiga. Korporasi seperti ini punya komitmen kuat
menjalankan CSR. Bagi perusahaan ini CSR adalah investasi, bukan basa-basi. Kategori terakhir
adalah korporasi lebah. Perusahaan seperti ini punya sifat regeneratif atau menumbuhkan.
Perusahaan ideal ini menerapkan etika bisnis dan menjalankan good CSR.
Saya yakin model CSR yang dikembangkan oleh PT Djarum Kudus adalah jenis
korporasi ideal yang dengan teguh memegang konsistensi empati sosialnya lewat program Trees
for Life dimana disaat yang sama ikut memelihara kelanjutan program yang sudah dicanangkan
tersebut dengan kegiatan pendukung seperti menyiapkan bibit-bibit tanaman unggulan lewat
Pusat Pembibitan Tanaman yang dimilikinya. Mari kita dukung segala ikhtiar-ikhtiar positif ini
demi masa depan kehidupan yang lebih baik.
BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PT.Ethica Industri Farmasi berdiri sejak tanggal 30 November 1946, merupakan industri pertama
penghasil ampul di Indonesia. Tidak banyak perusahaan farmasi dapat bertahan lama, akan tetapi
PT. Ethica Industri Farmasi mampu bersaing dengan perusahaan industri lainnya dan bahkan
perusahaan ini sedang mengalami pertumbuhan pesat.

PT. Ethica Industri Farmasi menerapkan sistem Balanced Scorecard dan Analytical Hierarchy
Process yang merupakan sistem jitu dimana menyebabkan perusahaan ini dapat maju dengan
pesat.

Berikut penjelasan mengenai Balanced Scorecard dan Analytical Hierarchy Process.


Balanced Scorecard

Merupakan suatu sistem manajemen pengukuran dan pegendalian yang secara capat, tepat dan
komprehensif dapat memberiakan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis.
Pengukuran tersebut memandang unit bisnis dari empat persepektif, yaitu perspektif keuangan,
pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan.

Balanced Scorecard Sebagai Sisitem Manajemen Strategis


Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan sebab-sebab kegagalan dari beberapa perusahaan
dan keberhasilan dari perusahaan yang lainnya.

Komponen utama dari manajemen strategis adalah :

Misi dan tujuan utama organisasi.


Analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi.
Pemilihan yang sesuai dengan ancaman, peluang, kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Balanced Sorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perusahaan
Balanced Scorecard selain dapat berfungsi sebagai alat pengukur kinerja juga dapat sebagai alat
ukur keberhasilan organisasi yang bersifat multidimensional yang dikembangkan sebagai dasar
dan pedoman untuk menetapkan beberapa hal seperti :

Terpenuhinya harapan dan kebutuhan semua pihak yang terkait dengan organisasi (stakeholder).
Kesiapan organisasi untuk menjaga kelangsungan hidupnya dimasa depan yang penuh gejolak.
Sudah diperhitungkannya seluruh kekayaan dan potensi yang dimiliki organisasi pada waktu
disiapkan strategi dan misi untuk mewujudkan cita-cita bersama.
Selain itu jua BSC akan berfungsi sebagai instrument manajemen yang bersifat sebagai
instrument manajeman yang bersifat strategis dan sistematis.
Manfaat yang didatangkan dengan menerapkan BSC sebgai alat ukur kinerja terhadap
perusahaan dilihat dari perspektif yang dicakup olehnya adalah sebagai berikut :

Perspektif keuangan
Memberi gambaran ringkas mengenai konsekuensi ekonomi dan tindakan strategis yang diambil
organisasi.

Pespektif pelanggan
Memberikan kepuasan dan nilai tinggi kepada pelanggan, sehingga dapat dipertahankan
pelanggan lama dan ditingkatkan pelanggan baru.

Perspektif Bisnis Internal


Menjaga adanya proses bisnis yang memungkinkan perusahaan menjaga efisiensi dan
produktivitas proses operasi dengan memanfaatkan teknologi terbaik dan cara-cara paling tepat.

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Menjamin agar perusahaan mampu beradaptasi dengan baik dan mampu melakukan perubahan
sesuai dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya.
Metode BSC berusaha untuk menggabungkan ukuran-ukuran finansial dengan ukuran- ukuran
performansi yang menjadi pendorong peningkatkan performansi di masa mendatang.
Keunggulan Perenacanaan Strategis Menggunakan Metode BSC
Keunggulan penggunaan BSC sebagai alat penyusunan rencana strategis perusahaan adalah
dihasilkannya sasaran strategis yang komprehensif, koheren, terukur dan seimbang.

Komprehensif
Balanced Scorecard menjanjikan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja
keuangannya dalam jangka panjang melalui kekomprehensivan sasaran-sasaran startegis yang
dihasilkan dalam perencanaan stategisnya.

Koheren
Penggunaan BSC dalam perencanaan strategis dapat menghasilkan sasaran-sasaran strategis
yang koheren, yaitu dihasilkannya hubungan sebab akibat antara sasaran strategis non keuangan
degan sasaran strategis keuangan serta hubungan antara sasaran non keuangan dengan sasaran
non keuangan lainnya.

Jadi, sasaran strategis yang dihasilkan pada perspektif non keuangan tidak ada yang tidak
bermanfaat untuk mewujudkan sasaran strategis keuangan.

Terukur
Keterukuran sasaran strategis menjadikan sasaran tersebut jelas sehingga menjanjikan
ketercapainya sasaran tersebut. Sasaran yang dihasilkan akan diukur dalam dua macam ukurang
hasil dan pemicu.

Seimbang
Sasaran strategis yang dihasilkan perlu diarahkan ke dalam empat perspektif secara seimbang.
Perspektif proses bisnis dan belajar dan pertumbuan berfokus ke dalam perusahaan sedang
pelanggan dan keuangan berorentasi keluar pershaan. Jadi, dengan BSC akan dihasilkan sasaran
strategis.

Beberapa alasan pentingnya BSC mengkomunikasikan strartegi yaitu :


Menerapkan visi masa depan organisasi ke seluruh perusahaan, sehingga menciptakan
pemahaman yang sama.
Menciptakan model yang holistic dari strategi yang mengijinkan semua karyawan untuk melihat
hubungan kontribusi mereka terhadap organisasi.
BSC berfokus pada perubahan, jadi jika tujuan dan ukuran yang tepat sudah diidentifikasikan,
akan kemungkinan pelaksanaan berhasil akan sangat besar.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Perspektif Pelanggan

HASIL
NO PERTANYAAN
PERSENTASI

Penampilan dan sambutan yang diterima


1 60%
dari pegawai.

Ketanggapan pegawai dalam menjawab


2 95%
pertanyaan terhadap nasabah.

Kenyamanan dan kebersihan (lokasi, tempat


3 70%
parkir, suasana).

Persediaan produk yang diberikan


4 memenuhi keinginan dan kebutuhan 80%
nasabah.

5 Promosi yang dilakukan kepada nasabah. 60%

kemudahan mendapatkan informasi tentang


6 75%
produk.

Pelayanan (data) yang diberikan akurat dan


7 60%
tidak ada penyelewengan atas data tersebut.

BRI menerapkan praktek-praktek


8 90%
manajemen penjualan yang propesional.
Perhatian terhadap keluhan-keluhan
9 65%
nasabah.

Pemberian fasilitas-fasilitas yang diberikan


10 90%
kepada nasabah.

Dari hasil persentasi dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan dapat dikatakan cukup
baik dengan rata-rata persentasi 74,5%, karena adanya kepercayaan pelanggan terhadap
produk. selain itu rata-rata pelanggan menyatakan cukup puas dengan pelayanan yang
diberiakan oleh perusahaan.

2. Perspektif Bisnis Internal

Hasil persentasi tertinggi pada proses inovasi

HASIL
NO PERTANYAAN
PERSENTASI

Pelebaran jaringan usaha dilokasi yang


1 95%
Berbeda.

2 Kelengkapan produk yang disediakan. 100%

3 Pemenuhan kebutuhan pasar. 95%

Hasil persentasi tertinggi pada proses operasi

HASIL
NO PERTANYAAN
PERSENTASI

Waktu / lamanya proses pelayanan terhadap


1 90%
Pelanggan.
2 Kualitas penanganan klaim dari pelanggan. 90%

Profesionalisme customer service dalam


3 100%
menghadapi masalah.

Pengenalan jasa produk oleh customer


4 95%
service penjualan.

Pemberian informasi tentang jasa yang


5 100%
Ditawarkan.

6 Jalinan hubungan baik dengan pelanggan 95%

Hasil persentasi tertinggi pada pelayanan purna jual

HASIL
NO PERTANYAAN
PERSENTASI

Tanggapan yang cepat terhadap klaim


1 100%
kerusakan.

2 Keramahan petugas customer service. 100%

Profesionalisme customer service dalam


3 100%
menghadapi masalah.

4 Kecepatan pelayanan customer service. 100%

Dari hasil persentasi diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja proses internal
perusahan dapat dikatakan baik karena rata-rata persentasi mencapai 96,9%, selain itu juga
perusahaan terus melaksanakan inovasi, memaksimalkan proses operasi, dan memberikan
layanan purna jual yang memadai dan cukup memuaskan para pelanggan.

3. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Hasil persentasi tertinggi pada motivasi, kepuasan dan keselarasan

HASIL
NO PERTANYAAN
PERSENTASI

1 Saya menyukai pekerjaan saya. 100%

Karyawan sering dihargai bila hasil


2 kerjanya 100%
Baik.

3 Peralatan yang digunakan baik. 100%

4 Rekan-rekan sya hangat dan menyenangkan. 95%

Saya senang dengan kebijaksanaan


5 mengenai 100%
absent perusahaan.

Atasan saya bisa menghargai masukan dan


6 90%
Pendapat.

Perusahaan ini mempunyai reputasi yang


7 baik 95%
Dimasyarakat.

Dari hasil persentasi diatas dapat disimpulkanbahwa kinerja perusahaan dapat dikatakan
baik, karena perusahaan sudah cukup memperoleh pegawai yang produktif dengan rata-rata
persentasi 97,2%. Lebih dari itu perusahaan memiliki pegawai yang cukup termotivasi, puas
dan selaras dengan lingkungan kerja.

4. Perspektif Financial

KETERANGAN 2008 2009 2010 2011 2012

Rasio Liquiditas
a. Cash Ratio 185,98% 117,21% 220,69% 255,38% 357,07%

b. RR 8,29% 8,22% 8,98% 11,34% 12,53%

Rasio
Rentabilitas

a. ROA 2,42% 2,31% 2,84% 3,21% 3,39%

b. ROE 26,65% 26,81% 31,28% 30,29% 28,80%

Rasio
Solvabilitas

a. DER 1000,69% 1062,79% 1002,40% 843,19% 749,76%

Dari hasil penilaian diatas, terlihat bahwa kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia untuk
rasio liquiditas dan rasio rentabilitas cenderung baik, itu dapat dilihat RR, ROA, dan ROE
yang mengalami kenaikan di setiap tahunnya dan melebihi persantase yang di inginkan.
Tetapi kurang baik pada Cash Ratio walaupun persentase disetiap tahunnya mengalami
kenaikan, ini dikerenkan bank kurang melakukan investasi atau meberikan
pembiayaan/pinjaman kepada nasabah,sehingga banyak dana yang menganggur. dana yang
menganggur ini dapat merugikan bank karena pendapatan bank sebagai akibat dari
penggunaan dana menjadi menurun. Untuk rasio solvabilitas, dilihat dari DER kinerjanya
kurang baik karena melebihi persantase yang di inginkan.

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan penulis pada bab
sebelumnya, analisis Balanced Scorecard yang diterapkan pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk dapat dinilai cukup baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari keempat
perspektif yang menjadi tolak ukur dalam Balanced Scorecard dan telah sesuai dengan
fungsinya masing-masing, jadi bagi anda para investor ini merupakan indikator untuk kalian
semua para investor dalam mempertimbangkan penanaman modal kepada perusahaan kami
dan ini merupakan investasi yang aman bagi kalian. Keempat perspektif tersebut
diintisarikan sebagai berikut :

1. a. Perspektif Financial

Berdasarkan hasil penilaian diatas, terlihat bahwa kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia
untuk rasio Liquiditas, rasio Rentabilitas, dam rasio Solvabilitas cenderung baik, itu dapat
dilihat dari RR, ROA, dan ROE yang telah mencapai persantase yang di inginkan, tetapi
kurang baik pada Cash Ratio karena walaupun persentase disetiap tahunnya mengalami
kenaikan, tetapi ini kurang baik karena banyak dana yang menganggur, dan DER yang
mengukur kemampuan bank dalam melunasi hutang-hutangnya dengan mengandalkan
ekuitasnya yang tergambar dalam perhitungan DER, maka itu kurang baik untuk Bank
Rakyat Indonesia

1. b. Perspektif Pelanggan

Dilihat dari perspektif ini kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, karena adanya
peningkatan kepercayaan dan kepuasan pelanggan terhadap produk, pelayanan dan
perusahaan yang dapat dilihat dari adanya penambahan pelanggan baru dan peningkatan
pangsa pasar yang direbut oeh perusahaan.

1. c. Persepktif Proses Bisnis Internal

Dilihat dari perspektif ini, secara umum kinerja proses internal perusahan dapat dikatakan
baik, karena perusahaan terus melaksanakan inovasi, memaksimalkan proses operasi, dan
memberikan layanan purna jual yang memadai dan memuaskan para pelanggan.

1. d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dilihat dari perspektif ini, kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan
sudah cukup memperoleh pegawai yang produktif dan cukup termotivasi, sudah memiliki
informasi dan data base yang cukup baik bagi pegawai. Dari initisari diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kinerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara umum adalah
cukup baik.

Nomer 3

Wujud kepedulian Perseroan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya menjadi komitmen
dan tanggung jawab Perseroan dalam menerapkan falsafah usaha ADHI. Falsafah ini mendorong
ADHI untuk mengembangkan bisnisnya berbanding lurus dengan kepentingan lebih luas yang
dimiliki masyarakat dimana ADHI beroperasi - menunjang pertumbuhan ekonomi setempat
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari misi korporasi
ADHI Principles, dimana ADHI bertujuan untuk:

Menjadi mitra masyarakat sekitar untuk menunjang pemberdayaan ekonomi menuju


kesejahteraan serta kebersinambungan, dalam rangka mengentaskan kemiskinan .
Menjadi agen perubahan sosial demi peningkatan kualitas hidup yang berkaitan dengan
pendidikan dan kehidupan spiritual.
Menjadi inisiator dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Pelaksanaan program CSR ADHI merupakan bagian dari praktik usaha yang dilakukan secara
sukarela berdasarkan inisiatif sendiri dari Perusahaan. Pelaksanaan program CSR Perseroan tidak
hanya mengejar keuntungan dalam menjalani bisnisnya, akan tetapi juga tetap memberikan
kontribusi terbaik kepada masyarakat serta lingkungan tepat dimana perusahaan beroperasi.
Harapan Perseroan yakni terciptanya hubungan yang harmonis antara Perseroan dengan
lingkungan dan masyarakat serta memberikan manfaat yang saling menguntungkan bagi kedua
belah pihak.

Perseroan mengimplementasikan program CSR melalui Program Kemitraan dan Bina


Lingkungan (PKBL) sebagaimana yang diatur oleh Kementerian Negara BUMN dalam
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-09/MBU/07/2015 tentang Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara.

Pelaksanaan CSR dalam bentuk PKBL dilaksanakan atas dasar Landasan Hukum sebagai
berikut:

Pasal 1 ayat 3 dan Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 40 tahun
2007.
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER- 09/MBU/07/2015 tentang Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara, melalui pemanfaatan dana
dari penyisihan laba bersih setelah pajak yang ditetapkan dalam RUPS/Menteri.
Kegiatan Sosial ADHI
1. Dalam bidang pendidikan bagi generasi mendatang, ADHI bekerja sama dengan Sampoerna
Foundation melanjutkan beasiswa untuk dua orang siswa kurang mampu yang berprestasi
untuk belajar di Akademi Siswa Bangsa Internasional (ASBI), yakni pendidikan setara
sekolah menengah atas.
2. ADHI terus mendukung program Millenium Development Goals (MDGs), khususnya
sasaran ke-4 dan ke-5, yaitu untuk mengurangi angka kematian anak dan meningkatkan
kesehatan ibu hamil melalui penyediaan ruang menyusui bagi karyawati ADHI. Dengan
demikian Perseroan memberikan dukungan pada karyawatinya agar tetap dapat memberikan
ASI Eksklusif tanpa harus mengurangi tingkat produktivitas kerja.
3. Sesuai sasaran MDGs ke-7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup yang
berkelanjutan, yang berdampak langsung pada masyarakat dan generasi mendatang, ADHI
telah memberikan bantuan kepada masyarakat dan lingkungan antara lain berupa
pemeliharaan tanaman penghijauan kawasan Banjir Kanal Timur (BKT) bekerja sama PT
BUMN Hijau Lestari.
Aktivitas CSR ADHI sepanjang tahun 2015 dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, dengan
nilai total sebesar Rp.2.139.792.230. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari beberapa kategori,
antara lain bantuan masyarakat dan lingkungan, pendidikan dan pelatihan, peningkatan
kesehatan, pembangunan sarana ibadah serta bantuan prasarana dan sarana umum.

No Nama Proyek Lokasi Deskripsi

1 DK6 Papua Barat Bantuan Pendidikan/Pelatihan

2 DK6 Sulawesi Tenggara Bantuan Sarana Ibadah

3 DK6 Sulawesi Tenggara Bantuan Sarana & Prasarana Umum


No Nama Proyek Lokasi Deskripsi

4 DK6 Sulawesi Barat Bantuan Sarana Ibadah

5 DK6 Sulawesi Selatan Bantuan Sarana Ibadah

6 DK6 Maluku Utara Bantuan Masyarakat & Lingkungan

7 DK6 Maluku Bantuan Masyarakat & Lingkungan

8 DK5 Kalimantan Selatan Bantuan Pendidikan/Pelatihan

9 DK5 Kalimantan Selatan Bantuan Sarana Ibadah

10 DK5 Kalimantan Timur Bantuan Sarana Ibadah

11 DK5 Kalimantan Timur Bantuan Pendidikan & Pelatihan

12 DK5 Kalimantan Timur Bantuan Pelestarian Alam

13 DK5 Kalimantan Timur Bantuan Sarana & Prasarana Umum

14 DK5 Kalimantan Timur Bantuan Peningkatan Kesehatan

15 DK5 Kalimantan Tengah Bantuan Pelestarian Alam

16 DK5 Kalimantan Tengah Bantuan Sarana Ibadah

17 DK5 Kalimantan Tengah Bantuan Sarana & Prasarana Umum


No Nama Proyek Lokasi Deskripsi

18 DK3 Kepulauan Riau Bantuan Sarana Ibadah

TOTAL

1. Program-program CSR Yayasan Unilever Indonesia[1]


Yayasan Unilever Indonesia memfokuskan kegiatannya pada 4 program (issue) utama, yakni (1)
Public Health and Education; (2) Humanitarian Aid Program; (3) Small Medium Enterprise
Development Program; dan (4) Environment Program. Keempat program ini telah ditetapkan
oleh Board of Directors.

Program-program tersebut dibuat berdasarkan pada empat prinsip utama. Pertama, prinsip
relevansi. Program-program yang dikembangkan selaras dengan bisnis. Kedua, prinsip model.
Program percontohan dikembangkan terlebih dahulu sebelum direplikasi di daerah-daerah
lain. Ketiga, prinsip kemitraan. Prinsip ini dimaksudkan untuk menggalang dukungan mitra-
mitra strategis yang memiliki visi yang sama. Keempat, prinsip replikasi. Kegiatan dan
pendekatan yang sukses direplikasi di wilayah-wilayah lain.
Berikut ini diuraikan secara ringkas program-program CSR Yayasan Unilever Indonesia:

1) Public Health and Education (PHE) Program.


Public Health and Education Program merupakan program CSR yang memberi fokus pada
kebersihan dan kesehatan dalam masyarakat. Tujuan PHE Program adalah (1) mempromosikan
gaya hidup sehat di masyarakat; dan (2) mengurangi angka kematian dan angka orang sakit yang
disebabkan oleh diare dan malaria, melalui penyediaan akses sanitasi yang lebih baik dan
perubahan perilaku masyarakat dengan mendorong mereka untuk menjalankan gaya hidup sehat.
Strategi yang dibangun dalam pelaksanaan program ini yakni pertama, Unilever mencari
pemimpin potensial di dalam masyarakat dengan memberikan sosialisasi tentang program-
program PHE. Kedua, pengembangan kader melalui pelatihan. Ketiga, para kader kesehatan
akan menyebarkan pengetahuan mereka dengan mengadakan generative training. Dan keempat,
lahirlah kader kesehatan yang baru. Para kader inilah yang menjadi agen perubahan di
masyarakat dan menjamin keberlanjutan program.
2) Humanitarian Aid Program
Humanitarian Aid Program berfokus pada bantuan kemanusiaan pasca bencana alam. Unilever
bekerja sama dengan beberapa organisasi, seperti Indonesia Peduli, Peduli
Bengkulu, dan Berbagi untuk Indonesia dalam mengumpulkan dana dan mendistribusikan
bantuan kepada korban bencana alam pada masa gawat darurat dan rekonstruksi. Beberapa
kegiatan yang dilaksanakan, yakni (1) mendirikan sekolah berstandar internasional pasca gempa
dan tsunami di Aceh (26 Desember 2004) dalam kerjasama dengan Media Group; (2)
membangun pusat pelatihan pasca gempa dan tsunami Aceh (2004) bersama Yayasan Nurani
Dunia; (3) mendirikan beberapa fasilitas publik berupa 5 puskesmas, 1 balai masyarakat, dan 1
taman kanak-kanak pasca gempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta; (4) mendoasikan berbagai produk
dan mendirikan dapur umum dan memproduksi 3.000 nasi bungkus selama 5 hari saat banjir
besar melanda Jakarta (Februari 2007); (5) membangun perbaikan fasilitas di Pesantren
Darujanna dan di sekitar Bengkulu Utara pasca gempa Bengkulu (12 September 2007); dan (6)
menyiapkan dan mendistribusikan 8.000 paket bantuan untuk korban banjir di kawasan Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta dalam kerjasama dengan forum Berbagi untuk Indonesia.
3) Small Medium Enterprise Development Program
Small Medium Enterprise Development Program dilakukan dalam bentuk Black Soybean
Farmers Development. Program ini dilakukan dalam kerjasama dengan Universitas Gajah Mada
(UGM) untuk melibatkan petani dalam memproduksi kedelai hitam berkualitas, yang dikenal
dengan MALLIKA atau kerajaan. UGM menyediakan ahli pertanian untuk pendampingan
petani, sedangkan Unilever memberikan jaminan pasar dengan komitmen membeli komoditas
petani dengan harga yang disepakati bersama, dan menyalurkan bantuan sarana produksi bagi
para petani yang membutuhkan melalui koperasi tani. Program ini juga melibatkan kaum
perempuan. Lokasi pelaksanaan program adalah Ciwalen, Yogyakarta, Nganjuk, dan Trenggalek.
Hingga 2007 sudah dikelola 600 hektar lahan kedelai hitam oleh 600 petani.
4) Environment Program
Environment Program dilaksanakan untuk memecahkan masalah lingkungan, terutama masalah
sampah, yang salah satu sumber utamanya berasal dari sampah rumah tangga. Environment
Program ini dilakukan pertama kali di Surabaya (2005) dengan temaSurabaya Green & Clean.
Masyarakat dididik mengenai pemilahan sampah; sampah organik untuk kompos, sedangkan
sampah an-organik didaur ulang. Di samping itu, masyarakat juga didorong untuk melakukan
penghijauan di sekitar rumah mereka. Mereka dilatih untuk mengembangkan pengetahuan serta
kepemimpinan dan berperan sebagai teladan bagi warga sekitar, menjadi duta lingkungan hidup,
dan sumber informasi serta gagasan. Sebagai buah dari program ini, kota Surabaya memperoleh
penghargaan internasional Energy Globe Award karena dinilai berhasil menyelamatkan Sungai
Brantas.

Environment Program juga dilakukan di Jakarta pada 2006 dengan tema Jakarta Green &
Clean (JGC). Latar belakang program ini adalah masalah lingkungan yang ditandai dengan
kurangnya penghijauan dan banyaknya timbunan sampah. JGC mengambil bentuk
pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan programnya. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengelolaan sampah, kebersihan, dan penghijauan berbasis masyarakat. Metode yang dipakai
adalah perlombaan. Metode ini dipakai untuk memotivasi masyarakat. Pada tahun 2007
dilakukan perlombaan tingkat RT. Tahun 2008 diadakan di tingkat RW dengan melibatkan 300
RW. Sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 500 RW.

Program-program CSR Unilever Indonesia tersebut berada di bawah Yayasan Unilever Indonesia
yang merupakan perwujudan utama dari komitmen Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Unilever Indonesia Tbk. Yayasan Unilever Indonesia dibentuk untuk mewujudkan tujuan PT.
Unilever Indonesia Tbk., yaitu tumbuh bersama masyarakat dan lingkungan dalam kehidupan
yang berkelanjutan.

Sebelum Yayasan Unilever Indonesia terbentuk, program CSR PT. Unilever Tbk., ditangani
langsung oleh departemen/unit kerja perusahaan. Beberapa program yang dilaksanakan
sebelumnya, yakni (1) mengadakan Kampanye Cuci Tangan dan Kampanye Sikat Gigi; (2)
membina supplier kecil dengan cara pemberian pinjaman; (3) pemberian pelatihan
kepada sales dan distributor tentang bagaimana melakukan delivery produk yang baik; (4)
pemberian pelatihan kepada para karyawan agar menjadi karyawan dengan high quality; (5)
pengadaan ruang kerja yang nyaman bagi karyawan; dan (6) membuat pabrik berkonsep zero
waste management. Tetapi program-program ini tidak membawa dampak yang signifikan
karena hanya sebatas hit and run dan non-sustainable. Yayasan Unilever Indonesia dibentuk
agar lebih memfokuskan program-program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk., agar lebih
berkualitas dan berdampak secara sustainable serta mampu memberi image yang baik bagi PT.
Unilever Indonesia Tbk.
Oleh karena itu, Yayasan Unilever Indonesia menjalankan program-program CSR dengan misi:
(1) melakukan yang terbaik untuk berbagi sumber daya dan kontribusi untuk menciptakan
kualitas yang lebih baik; (2) dengan cara membuka potensi masyarakat, menambah nilai kepada
masyarakat, mensinergikan kekuatan yang ada dengan sesama mitra kerja, dan menjadi
katalisator dalam membangun kemitraan.

1. 2. Penilaian tentang Pelaksanaan Program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk.


Apabila program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk., tersebut dikaitkan dengan pandangan dari
Kotler dan Lee, maka ada 6 hal yang perlu diperhatikan, yakni (a) choose only a few social
issues to support, (b) choose issues that are of concern in the communities where you do
business, (c) choose causes that have synergy with mission, values, products, and services, (d)
choose causes that have potential to support business goals: marketing, supplier relations,
increased productivity, cost reductions, (e) choose issues that are of concern to key constituent
groups: employees, target markets, customers, investors, and corporate leaders, and (f) choose
causes that can be supported over a long term.

Berikut ini dijelaskan keenam pilihan program menurut Kotler and Lee di atas.[2]
a) Choose only a few social issues to support
Kotler dan Lee, melalui wawancara dengan beberapa eksekutif, menekankan the importance of
picking only a few major social issues as a focal point bagi suatu perusahaan untuk program
CSR. Issue sosial pokok ini membantu perusahaan agar kehadirannya benar-benar berdampak
pada pemecahan masalah sosial tertentu, di mana sumberdaya difokuskan dan tertuju
pada one cause. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk say no to others, dengan
menunjukkan prioritas area untuk programnya. Hal ini dapat dilakukan dalam jangka panjang
dengan mencari mitra yang kuat dan terpercaya dalam melaksanakan program dengan komitmen
untuk waktu yang lama. Akhirnya, dengan menargetkan sumberdaya di beberapa daerah dapat
meningkatkan peluang terhubung dengan penyebab/akar masalahnya, dan karena itu, akan
meningkatkan potensi brand positioning-nya, dan manfaat pemasaran lain yang diinginkan.
Bila dikaitkan dengan program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk., di atas, dapat dikatakan bahwa
program CSR yang dilakukan melalui Yayasan Unilever Indonesia mengambil fokus pada 4 isu
pokok, yakni PHE Program yang berfokus pada perilaku hidup bersih dan sehat, Humanitarian
Aid Program dengan fokus pada bantuan kemanusiaan pasca bencana, Small Medium Enterprise
Development Program dengan fokus utama pemberdayaan komunitas petani penghasil kedelai
hitam (ekonomi masyarakat), dan Environment Program yang berfokus pada pemberdayaan
komunitas untuk pengelolaan sampah. Menurut saya, program-program tersebut tidak merujuk
pada one cause dengan masalah sosial tertentu dan di area tertentu, tetapi terbagi dalam beberapa
masalah sosial dan dilakukan beberapa daerah.
b) Choose issues that are of concern in the communities where you do business
Kotler dan Lee menegaskan bahwa program CSR mestinya memilih issue yang menunjukkan
kepedulian terhadap masyarakat di sekitar lingkungan bisnis perusahaan. Program yang berfokus
pada masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dan mereka yang tinggal di dalamnya dapat
meningkatkan peluang bagi perusahaan untuk diperhatikan dan dihargai di kalangan key
publics. Hal ini menambah kredibilitas dan kepercayaan atas standar laporan tahunan dan
diproklamirkan dalam catalog penjualan, We believe in giving back to the communities where
we do business. Hal ini juga dapat membantu memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam
bisnis, seperti memastikan tenaga kerja terlatih di masa depan, suppliers yang berkualitas, dan
bahkan ekonomi yang kuat.

Isu-isu sosial yang diangkat dalam program CSR Yayasan Unilever Indonesia memang memiliki
concern pada masalah-masalah yang dihadapi komunitas masyarakat di lingkungan bisnis PT.
Unilever Indonesia Tbk. Program yang paling jelas terlihat menjawab permasalahan sosial
adalah program pemberdayaan petani kedelai hitam melalui pendampingan yang intensif hingga
produksi dan pemasaran. Tapi itu saja belum cukup. Para petani kedelai hitam tidak didampingi
sampai pada pengelolaan keuangan rumah tangga yang menjadi bagian penting dari ekonomi
rumah tangga mereka. Di samping itu, Yayasan Unilever Indonesia tidak melakukan program
yang berkaitan dengan misi perusahaan yang peduli pada pola hidup bersih dan sehat terhadap
komunitas petani penghasil kedelai hitam.

c) Choose causes that have synergy with mission, values, products, and services
Bagi Kotler dan Lee, perusahaan yang melakukan program CSR perlu memilih causes yang
sinergis dengan misi, nilai, produk, dan pelayanan perusahaan. Sama seperti kita
mengembangkan dan menawarkan produk dan layanan yang konsisten dengan misi perusahaan
kita, dan kemudian mempromosikan dan memberikan kepada mereka dengan cara yang
mencerminkan nilai-nilai perusahaan kita, kita juga harus memilih area yang terfokus untuk
inisiatif (program) sosial yang memiliki sinergi yang sama. Ketika perusahaan berkontribusi
pada causes yang masuk akal, kita menemukan bahwa konsumen kurang mencurigakan produk
kita, para investor juga cenderung untuk tidak menilai pada hal-hal yang bersifat peripheral, dan
para karyawan lebih menunjukkan keahlian yang dibutuhkan dan lebih bergairah untuk menjadi
sukarelawan.
Program-program CSR Yayasan Unilever Indonesia menunjukkan sinergisitas dengan misi
perusahaan untuk menambah vitalitas kehidupan melalui pemenuhan kebutuhan nutrisi,
kebersihan dan perawatan pribadi sehari-hari dengan produk-produk yang membantu para
konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati hidup. Hal ini nyata dalam
program PHE. Nilai, produk dan jasa perusahaan pun sejalan dalam program PHE tersebut.

d) Choose causes that have potential to support business goals: marketing, supplier
relations, increased productivity, cost reductions
Kotler dan Lee melihat bahwa program perusahaan dalam melaksanakan CSR perlu
memilih causes yang potensial untuk mendukung tujuan bisnis, yakni pemasaran, relasi supplier,
menambah produktivitas, dan mengurangi biaya. Sambil merujuk pada pendapat dari Mikael
Porter dari Harvard Business School dan Mark Kramer (Direktur Strategy Group Foundation),
Kotler dan Lee menegaskan bahwa dukungan yang simultan untuk tujuan bisnis merupakan
strategi filantropi yang benar. Perusahaan dapat memilih untuk mendukung penyelesaian
masalah sosial yang memiliki potensi untuk berkontribusi pada tujuan bisnis, serta koneksi ke
misi perusahaan, nilai, masyarakat, dan produk serta jasa.
Program CSR Yayasan Unilever Indonesia berupa PHE Program dan Small Medium Enterprise
Development Program sangat berkaitan erat dengan tawaran pilihan program dari Kotler dan Lee
ini. Hanya, menurut saya, program pemberdayaan masyarakat melalui Environment Program
justru menambah cost yang tidak berkaitan dengan tujuan bisnis PT. Unilever Indonesia Tbk.
Sebenarnya, kalau mau dilihat lebih jauh, produk-produk PT. Unilever Indonesia Tbk., justru
menghasilkan banyak sampah plastik yang sangat tidak ramah lingkungan.[3]
e) Choose issues that are of concern to key constituent groups: employees, target markets,
customers, investors, and corporate leaders
Kotler dan Lee menggarisbawahi pula bahwa ketika perusahaan memilih issue, mestinya isu-isu
yang dekat dengan kelompok konstituen kunci, seperti karyawan, target pasar, customer,
investor, dan pimpinan perusahaan. Dukungan untuk program sosial ini akan dimanfaatkan
bila causes-nya dekat dan akrab dengan key public, baik internal maupun eksternal.
Keberhasilan program sosial ini mengandalkan koneksi dan upaya-upaya resonansi yang
dilakukan dengan satu atau lebih dari kelompok-kelompok konstituen kunci. Koneksi tersebut
semestinya menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan tentang causes apa yang akan
didukung.
Program-program CSR Yayasan Unilever Indonesia telah menunjukkan kerjasama dengan
berbagai pihak dalam pelaksanaan programnya. Hal ini sangat jelas dari 4 fokus program yang
diangkat oleh Yayasan Unilever Indonesia. Hanya boleh dikatakan bahwa program-program
tersebut lebih cenderung berorienatasi pada target pasar ketimbang karyawan, investor dan
pimpinan perusahaan. Barangkali hal ini merupakan konsekuensi dari pelaksanaan program CSR
yang diserahkan kepada Yayasan. Sementara yang berkaitan dengan karyawan lebih ditangani
oleh pihak managemen perusahaan.

f) Choose causes that can be supported over a long term


Akhirnya Kotler dan Lee melihat hal penting yang lain dalam memilih program (CSR), yaitu
memilih causes yang akan didukung dalam jangka waktu yang lama. Untuk mencapai manfaat
yang maksimal bagi perusahaan (and the cause), sering bergantung pada komitmen jangka
panjang, pada umumnya tiga tahun atau lebih. Seperti halnya dengan upaya komunikasi yang
intens, dibutuhkan banyak eksposure untuk menangkap pesan dan peristiwa-peristiwa sebelum
didalami lebih jauh, dan sebelum audience ditargetkan guna upaya penggalangan dana dan
terutama sebelum kampanye perubahan perilaku dilakukan.
Pada bagian akhir, Kotler dan Lee mengingatkan bahwa mereka yang menerapkan prinsip ini
perlu bertanya pada diri sendiri dan partnernya: (1) apakah upaya ini akan menjadi salah satu
yang akan menjadi perhatian sosial selama beberapa tahun ke depan; (2) apakah itu berkaitan
langsung dengan misi perusahaan, nilai, produk dan jasa; (3) apakah key publics akan terus
peduli pada program tersebut.
Yayasan Unilever Indonesia dalam melaksanakan program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk.,
telah menunjukan komitmennya dalam kaitan dengan sustainable. Namun, perlu dikritisi pula
bahwa program-program seperti PHE Program dan Environment Program yang berkaitan dengan
pola hidup bersih dan sehat merupakan program yang bersentuhan langsung dengan mental
masyarakat Indonesia. Ukuran 3 tahun sebagaimana dalam JCG Program bukanlah waktu yang
ideal untuk mengukur perubahan perilaku masyarakat Jakarta. Memang ada perubahan secara
fisik dalam hal penghijauan, tetapi Jakarta masih dinodai dengan masalah sampah. Dan metode
yang digunakan melalui perlombaan hanya menghasilkan target jangka pendek.

1. 3. Rekomendasi bagi PT. Unilever Indonesia Tbk


Program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk., yang ditangani Yayasan Unilever Indonesia memang
lebih diarahkan untuk program yang bercorak eksternal perusahaan. Berikut ini
direkomendasikan program CSR Internal PT. Unilever Indonesia Tbk., disertai jenis evaluasi
yang sesuai.

1. a. Program CSR Internal


Rekomendasi untuk program CSR internal PT. Unilever Indonesia Tbk., dapat dirujuk pada
beberapa poin yang berhubungan dengan karyawan dan managemen sebagaimana digambarkan
oleh Vives dan Papasolomou-Doukakis, cs., serta Al-bdour, cs., di bawah ini.

Vives mendefinisikan CSR internal sebagai perilaku tanggung jawab secara sosial dan
lingkungan. Internal corporate responsibility as socially and environmentally responsible
behavior.[4] Lebih lanjut, Vives menambahkan bahwa perhatian utama dari CSR meliputi the
health and well-being of workers, their training and participation in the business, equality of
opportunities, work-family relationship, and some corporate governance (independent audits,
CSR in suppliers, internal control of corruption practices).[5]
Di samping itu, Papasolomou-Doukakis cs.[6], dalam studinya yang mengangkat isu
philanthropic measures and the stewardship CSR projecst menekankan karyawan sebagai
bagian penting dari perusahaan dan perlu mendapat perhatian melalui program CSR.
Papasolomou-Doukakis dkk., menunjuk 9 (Sembilan) kriteria CSR untuk karyawan, yakni:[7]
1) To provides a work environment which is staff and family friendly

2) To engage in responsible human resource management

3) To provide an equitable reward and wage system for employees

4) To engage in open and flexible communication with employees

5) To invest in Training and Education

6) To encourage freedom of speech and allow employees the rights to speak up and report
their concerns at work

7) To provide child care support/paternity/maternity leave

8) To engage in employment diversity by hiring and promoting women, ethnic minorities and
the physically handicapped, and

9) Promote dignified and fair treatment of all employees.

Tambahan lagi, studi dari A. Ali Al-bdour, cs.,[8] menunjuk lima dimensi yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan CSR internal yang berbasis pada hak para karyawan, yakni
training and education, health and safety and human rights instruments development, work life
balance, dan workplace diversity. Ternyata kelima dimensi tersebut sangat berpengaruh pada
organizational commitment terhadap perusahaan, seperti affective commitment, normative
commitment, dan continuance commitment.
Memang dalam laporan tentang pelaksanaan CSR oleh PT. Unilever Indonesia Tbk., telah
disebutkan juga empat program yang ditangani oleh pihak managemen berkaitan dengan CSR
internal, seperti pemberian pelatihan kepada sales dan distributor tentang bagaimana
melaksanakan delivery produk yang baik, memberikan pelatihan kepada para karyawan agar
menjadi karyawan dengan high quality, pengadaan ruang kerja yang nyaman bagi karyawan, dan
membuat pabrik berkonsep zero waste management.

Catatan penting untuk PT. Unilever Indonesia Tbk., agar mengembangkan program CSR internal
yang lebih memperhatikan hak dan kewajiban karyawan dan managemen perusahaan di atas.

Anda mungkin juga menyukai