Anda di halaman 1dari 8

Tinjauan Pustaka

Vaksin Virus Influenza

I Made Setiawan

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta

Abstark: Walaupun tingkat kematian penyakit influenza sangat rendah namun imunisasi
terhadap penyakit ini masih dianggap penting karena dapat mencegah penyakit, sehingga
tingkat kesakitan dan kematian dapat ditekan. Imunisasi terutama sangat penting untuk
kelompok anak-anak, orang tua lebih dari 65 tahun, orang yang menderita penyakit kronis,
dan orang yang mempunyai risiko menderita penyakit influenza. Vaksin influenza cukup efektif
untuk mencegah penyakit influenza, selain mempunyai efek samping yang ringan. Ada berbagai
jenis vaksin influenza, yaitu vaksin hidup, vaksin mati, dan vaksin subunit. Dengan
berkembangnya teknologi untuk membuat vaksin, maka kita mengenal berbagai jenis vaksin,
misalnya vaksin dengan adjuvan, vaksin DNA, vaksin rekombinan. Semua vaksin dengan
teknologi baru diharapkan dapat meningkatkan efektivitas vaksin dengan efek samping yang
minimal.
Kata kunci: imunisasi, vaksin, virus influenza

Vaccine for Influenza Virus

I Made Setiawan

Prof. Dr. Sulianti Saroso Infectious Diseases Hospital, Jakarta

Abstract: The mortality rate of influenza infection is low. However, immunization to prevent
spreading of disease is considered important. This immunization is aimed to reduce the morbidity
and mortality rate, especially for children, elderly (more than 65 years old), people with chronic
infections, and those who are prone to suffer influenza infection. This vaccine, having few adverse
effects, is effective to prevent influenza. There are several types of influenza vaccine: live attenu-
ated vaccine, inactivated vaccine, subunit vaccine. Boosted by the new technological advancement
in vaccine production, there are several types of vaccine available now, such as vaccine with
adjuvant, DNA vaccine, recombinant vaccine. Each of these vaccines is hoped to improve the
effectivity of the vaccine with low adverse effects.
Keywords: immunization, vaccine, influenza virus

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 12, Desember 2008 517
Vaksin Virus Influenza

Pendahuluan NEP) dan protein non-struktural NS1 yang dikenal sebagai


Virus influenza beredar sangat luas di seluruh dunia penekan interferon antagonis banyak ditemukan pada sel
dan mengakibatkan terjadinya epidemi penyakit saluran yang terinfeksi dan tidak tergabung dalam struktur virion.4,5
napas pada manusia setiap tahun. Angka konsultasi ke dokter Sudah sejak lama diketahui bahwa virus influenza selalu
menjadi meningkat di Inggris sebagai akibat adanya wabah dipelihara dan beredar pada burung air (waterfowl), yang
influenza. Saat terjadi epidemi antara tahun 1975-1976 dan merupakan sumber virus influenza. Sampai saat ini terdapat
antara tahun 1989-1990 diperkirakan sebanyak 6.20029.600 16 subtipe HA dan 9 subtipe NA virus yang sudah dapat
orang meninggal dunia akibat penyakit influenza. Selama diidentifikasi pada spesies unggas. Berdasarkan bukti
periode tahun 1976-1999 tingkat kematian tahunan akibat serologis, hanya subtipe H1, H2, H3, N1, dan N2 telah
pneumonia dan influenza di Amerika Serikat sebanyak 8.097 diketahui dapat menginfeksi manusia sejak 100 tahun yang
orang. Sekitar 90% kematian yang disebabkan influenza lalu. Saat ini terdapat dua subtipe virus influenza A yang
terjadi pada orang yang berumur 65 tahun atau lebih. Selain beredar pada manusia di seluruh dunia, yaitu H2N2 dan H3N2.
itu, tingkat kematian yang tinggi juga ditemukan pada anak HA virus influenza A H2N2 dan H3N2 yang menyebabkan
yang berumur kurang dari 1 tahun.1 terjadinya pandemi pada manusia mungkin berasal dari virus
Sampai saat ini imunisasi masih merupakan cara yang unggas sebagai akibat terjadinya reassortment genetik antara
cukup efektif untuk mencegah serta mengurangi komplikasi virus manusia dan virus unggas.6
akibat penyakit influenza. Komplikasi juga dapat dicegah
dengan pemberian profilaksis obat antivirus, misalnya in- Imunitas terhadap Virus Influenza
hibitor M2 (amantadine dan rimantadine) atau inhibitor Penanda utama bahwa seseorang memiliki daya tahan
neuraminidase (oseltamivir dan zanavir).2,3 Dalam tulisan ini terhadap virus influenza setelah mendapat imunisasi atau
akan dibahas tentang vaksin virus influenza. menderita penyakit adalah antibodi humoral yang ber-
komplementer secara spesifik dengan antigen HA dan NA
Virologi Virus Influenza virus.ref
Struktur dan Fungsi Antibodi HA dapat menahan virus dengan menetralisasi
infektivitasnya, sedangkan antibodi terhadap NA membatasi
Virus influenza adalah virus RNA tunggal negatif
penyebaran virus dengan jalan menghambat lepasnya virion
bersegmen dan berselubung, termasuk famili Orthomy-
yang baru dirakit dari sel yang terinfeksi.5,16
xoviridae. Bentuk partikel virus adalah pleomorfik dengan
Jika dibandingkan dengan imunitas humoral, imunitas
ukuran 80-120 nm. Selubung (envelope) virus terdiri dari lipid
seluler terhadap virus influenza belum banyak diketahui.
bilayer, pada permukaannya terdapat tonjolan dua gliko-
Respons sel T CD8+ sitotoksik biasanya muncul dalam 3-4
protein antigen yang sangat penting, yaitu hemaglutinin
hari sesudah infeksi. Sel T sitotoksik CD8+ mendeteksi dan
(HA) untuk menempelnya virus dan terjadinya fusi anatara
melisis sel pejamu yang terinfeksi virus dan spesifisitasnya
dinding virus dan dinding sel yang diinfeksi, dan neuramini-
ditujukan terhadap epitop HA, NP, M, dan PB2 yang sangat
dase (NA) untuk mencegah terjadinya agregasi virus serta
dilindungi dibandingkan dengan epitop imunitas humoral.
melepaskan virion yang baru dirakit dari sel yang diinfeksi.
Sel T helper CD4+ merupakan sinyal yang sangat penting
Kedua protein ini sangat penting untuk masuk dan keluar
dalam memfasilitasi respons imun seluler maupun humoral.
virus dari sel yang diinfeksi sesudah mengalami replikasi di
Selain itu, sel T helper CD4+ juga mempunyai efek sitotoksik,
dalam sel. Selain itu, kedua protein ini juga merupakan anti-
walaupun efek ini kurang kuat dibandingkan dengan sel T
gen yang sangat penting terhadap respons imun humoral
CD8+.5,16
(antibodi). Perubahan antigenik yang lebih luas terjadi pada
HA dibandingkan dengan NA.4,5
Pada selubung juga terdapat protein M2 yang menga-
dakan interaksi dengan genom sel dan faktor ekspor nuklear
untuk membantu merakit virus. Bentuk tetramerik protein M2
merupakan saluran ion antara bagian dalam virus dan
lingkungan luarnya. Protein M2 memegang peranan yang
sangat penting untuk menjaga agar pH tetap rendah selama
terjadi sintesis HA dan virion yang masih telanjang. Masing-
masing gen segmen RNA di-encapsidasi oleh nukleoprotein
(NP).4,5
Gen PB2, PB1, dan PA mengkode protein yang mem-
bentuk kompleks polimerase yang berguna untuk transkripsi,
terletak pada setiap ujung masing-masing segmen gen. Pro-
tein non-strutural nuklear eksport (Nuclear Export Protein, Gambar Struktur virus influenza (Lamb and Krug, 2001).4

518 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 12, Desember 2008
Vaksin Virus Influenza

Sangat jelas bahwa, imunitas humoral maupun seluler aman dan ditoleransi dengan sangat baik.7
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menahan Karena terjadinya mutasi shift atau drift pada protein
infeksi virus influenza. Antibodi dapat mengurangi jumlah HA dan NA virus influenza tidak dapat diramal, maka WHO
virus yang menginfeksi sel dan menahan terjadinya infeksi mengorganisasi sistem surveilans influenza secara global
ulang. Sel T sitotoksik menghancurkan sel yang terinfeksi untuk memilih virus influenza A H1N1 dan H3N2 dan virus
virus dan menekan sitokin. Respons imun seluler terhadap influenza B yang mangalami mutasi drift yang terakhir untuk
influenza kurang spesifik, terutama karena memberi respons dipakai membuat vaksin trivalen. Pemilihan virus dilakukan
imun yang luas terhadap antigen inti.5,16 antara bulan Februari dan April setiap tahun, kemudian vaksin
diproduksi, dan didistribusikan bulan September atau Oktober
Vaksin Influenza pada tahun yang sama.5 Hal ini untuk mencegah agar
Jenis vaksin virus influenza yang digunakan untuk pembuatan vaksin jangan sampai terlambat seperti pada
mengimunisasi manusia di seluruh dunia adalah vaksin vi- pandemi-pandemi yang lalu.
rus mati, karena vaksin virus hidup dapat bereplikasi dan
dianggap berbahaya. Vaksin yang ada saat ini diproduksi Efikasi dan Efektivitas Vaksin Mati Utuh
dari virus yang ditumbuhkan dalam telor ayam yang subur Berdasarkan studi tentang efikasi dan efektivitas vaksin
dan dibunuh menggunakan formalin atau -propiolakton. influenza mati utuh, ternyata vaksin ini memberi keuntungan
Vaksin dapat berupa virus utuh yang merupakan hasil yang cukup berarti. Berdasarkan hasil penelitian, efikasi vaksin
pemisahan protein dengan detergen atau formulasi antigen untuk mencegah influenza simptomatik --yang dipastikan
permukaaan yaitu, hemaglutinin dan neuraminidase dari ketiga dengan pemeriksaan laboratorium--diperkirakan 80%.8,9
galur virus yang disarankan oleh WHO. Sekitar 50 negara Keuntungan lain yang diperoleh termasuk berkurangnya
sudah menyiapkan dana untuk melakukan program imunisasi absen anak sekolah, menurunnya kasus penyakit otitis me-
dan vaksin influenza juga sudah tersedia di beberapa negara. dia, berkurangnya angka kekambuhan penyakit asma,
Sekitar 234 juta orang dari 6 miliar penduduk dunia sudah menurunnya angka kejadian penyakit saluran napas yang
mendapat imunisasi influenza pada tahun 2000. Rekomendasi lain, bila berkontak dengan anggota serumah yang tidak
untuk melakukan vaksinasi spesifik sangat bervariasi, tetapi mendapat imunisasi.10
sebagian besar menyarankan untuk mengadakan imunisasi
tahunan pada orang tua dan penderita penyakit kronis Keamanan Vaksin Virus Mati Utuh
tertentu. Saran ini muncul karena adanya tingkat kesakitan Vaksin virus utuh lebih sering menimbulkan reaksi
dan kematian yang tinggi pada kelompok yang berisiko, yang samping pada anak-anak kecil dibandingkan dengan formula
sesuai dengan efikasi vaksin.1 vaksin terpisah/subunit yang hanya mengandung antigen
protein permukaan murni. Walaupun demikian, hasil penelitian
Vaksin Virus Mati Utuh terakhir membuktikan bahwa vaksin influenza mati yang utuh
Perkembangan vaksin virus utuh bergantung kepada juga cukup aman diberikan pada penderita asma dan penyakit
kemampuan untuk memperbanyak dan mempurifikasi virus. kronis yang lain.16
Biasanya virus ditumbuhkan pada sakus alantoik telor ayam Reaksi ikutan yang sering terjadi pada imunisasi vaksin
yang berembrio. Sebelumnya virus dipurifikasi dan influenza mati yang utuh adalah eritema, nyeri, dan pem-
dikonsentrasi menggunakan teknik dengan mengabsorpsi bengkakan pada tempat suntikan yang terjadi 12-24 jam
dan elusi pada sel darah merah, kemudian dimatikan dengan sesudah imunisasi. Kadang-kadang terjadi indurasi. Gejala
formalin. Selanjutnya Stanley menemukan cara baru untuk lokal sering terjadi pada orang dewasa. Gejala sistemik yang
mempurifikasi vaksin dengan menggunakan alat sentrifugasi, terjadi adalah suhu tubuh sedikit meningkat dalam 48 jam
dan sampai sekarang cara ini menjadi standar untuk mem- sesudah imunisasi. Gejala yang lain adalah nyeri otot, nyeri
produksi vaksin secara rutin setiap tahun. Puncak perkem- sendi, sakit kapala, dan badan lemas. Gejala ini muncul pada
bangan teknologi pemurnian virus adalah menggunakan ul- sekitar 6-50% orang yang mendapat imunisasi.16
tra sentrifugasi dengan beberapa modifikasi, sehingga Reaksi hipersensitif terutama reaksi alergi terhadap pro-
lahirlah teknologi sentrifugasi perbedaan densitas. Gabungan tein telor dikarenakan proses pembuatan vaksin dilakukan
purifikasi filtrasi membran dan purifikasi dengan sentrifugasi pada telor ayam yang berembriyo. Walaupun demikian, anak
dapat menghasilkan vaksin yang mendapat lisensi.5 yang alergi masih dapat diberikan imunisasi influenza secara
Vaksin virus mati sangat berhasil dipakai untuk hati-hati dengan membagi dosis.16
mencegah penyakit influenza. Setiap dosis vaksin mati saat Komplikasi lain yang pernah dilaporkan adalah
ini mengandung 15 g virus influenza A H1N1, H3N2, dan munculnya sindrom Guillain-Bare dalam 6 minggu sesudah
virus influenza B. Vaksin mati diperkirakan mempunyai efikasi pemberian vaksinasi. Komplikasi ini terjadi sangat jarang,
protektivitas 60-90% pada anak-anak dan orang dewasa, dan kira-kira satu dalam satu juta orang yang mendapat imu-
lebih rendah pada orang tua. Vaksin ini sudah diakui sangat nisasi.17 Berdasarkan studi kepustakaan, ternyata gejala

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 12, Desember 2008 519
Vaksin Virus Influenza

ikutan yang terjadi pada imunisasi influenza adalah sangat Indikasi Vaksin Influenza
kecil. Akhir-akhir ini ditemukan adanya sindrom oculores- Walaupun penyakit influenza merupakan penyebab
piratory yang merupakan reaksi berupa kemerahan pada mata kematian yang sangat rendah (kurang dari 0,1%), tetapi ia
dengan atau tanpa gejala saluran napas, misalnya batuk, dapat menyerang penduduk dengan angka kesakitan yang
pilek, sesak napas, susah menelan, nyeri tenggorokan, dan tinggi. Selain itu, penyakit influenza pada anak-anak dan or-
muka udem, yang terjadi 2-24 jam sesudah imunisasi. Reaksi ang tua yang berumur lebih dari 65 tahun, serta orang yang
ini ditemukan di Canada dengan frekuensi yang sangat menderita penyakit kronis dapat mengakibatkan komplikasi
rendah (13,9-19,3 per 100.000 penduduk yang mendapat yang sangat berat. Pemberian imunisasi pada kelompok-
imunisasi).18,19 Di tempat lain kasus tersebut dilaporkan sangat kelompok ini dapat mengurangi terjadinya komplikasi.
sedikit, dan mekanisme terjadinya masih belum jelas.1 Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran imunisasi
adalah:16
Vaksin Subunit/Terpisah/Split Vaccine - Orang tua yang berumur lebih dari 65 tahun.
Sebelum berkembangnya teknologi purifikasi vaksin - Petugas rumah sakit yang merawat penderita penyakit
untuk memperoleh vaksin yang sangat murni, maka pabrik kronis.
pembuat vaksin mengembangkan teknik pemisah protein - Orang dewasa dan anak-anak yang menderita penyakit
virus dengan menggunakan eter atau deterjen, sehingga paru atau sistem kardiovaskuler kronis, termasuk anak
toksigenitas vaksin yang terjadi pada manusia dapat di- yang menderita penyakit asma.
kurangi. Vaksin tersebut sudah banyak digunakan di dunia, - Orang dewasa dan anak-anak yang menderita penyakit
dan terutama disarankan untuk anak yang berumur kurang yang perlu dikontrol secara teratur setiap tahun, misalnya
dari 12 tahun.5 penyakit diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal,
Vaksin subunit yang diberikan 1 kali dosis cukup untuk hemoglobinopati, dan penyakit penekanan sistem imun.
mengimunisasi orang yang sudah mendapat imunisasi atau - Anak dan dewasa muda (umur 6 bulan sampai 18 tahun)
yang sudah mempunyai memori imunologi terhadap antigen yang mendapat pengobatan aspirin jangka panjang, yang
atau epitop virus yang dapat melindungi (epitop protektif). mungkin mempunyai risiko sindrom Reye bila menderita
Sebaliknya vaksin terpisah/subunit ini kurang imunogenik penyakit influenza.
untuk orang yang tidak memiliki memori terhadap antigen - Wanita dengan kehamilan trimester kedua atau ketiga
karena belum pernah mendapat imunisasi atau belum pernah pada saat terjadi musim influenza.
terinfeksi virus influenza. Oleh karena itu, disarankan untuk
memberikan dua kali dosis.20 Kontraindikasi Vaksin Influenza
Vaksin ini tidak boleh diberikan pada anak berumur
Efikasi dan Efektivitas Vaksin Virus Subunit kurang dari 6 bulan, karena pada kelompok umur ini vaksin
Berdasarkan hasil penelitian pada orang dewasa umur sering menimbulkan gejala panas. Pada anak yang berumur
aktif kerja yang diberi vaksin influenza terpisah/subunit, kurang dari 12 tahun sebaiknya diberikan vaksin influenza
diperkirakan mempunyai efikasi untuk mencegah influenza yang terpisah/subunit. Orang yang menderita penyakit
yang dibuktikan secara laboratorium adalah 77%. Ke- saluran napas yang ringan dapat diberikan imunisasi vaksin
untungan lain yang diperoleh adalah berkurangnya absensi influenza. Orang yang alergi terhadap protein telor dapat
kerja, konsultasi dokter, dan penggunaan antibiotik.11,12 diimunisasi tetapi harus diberikan secara hati-hati.16
Frekuensi influenza yang dideteksi berdasarkan
pemeriksaan laboratorium berkurang 52% pada orang yang Pendekatan Baru Vaksinasi
mendapat imunisasi13 dan berkurang 94% pada orang yang Pada dekade yang lalu telah banyak dikembangkan
lebih tua yang tinggal dalam masyarakat.14 Banyak studi lain teknologi baru yang dapat digunakan untuk memproduksi
membuktikan bahwa angka perawatan pneumonia dan influ- vaksin atau untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin serta
enza di rumah sakit menurun.1 Imunisasi pada penderita mengurangi efek samping yang terjadi. Berikut ini akan
penyakit paru kronis dapat mengurangi angka perawatan diuraikan beberapa teknik baru yang sudah dan sedang
rumah sakit sebagai akibat pneumonia dan influenza dikembangkan oleh para ahli imunisasi.
sebanyak 52%.15
Vaksin Virus Influenza Hidup yang Dilemahkan
Keamanan Vaksin Mati Subunit Vaksin influenza hidup yang diberikan secara intranasal
Vaksin terpisah/subunit dapat ditoleransi dengan memberikan keuntungan karena menyerupai infeksi alami,
sangat baik dan sangat aman. Selain itu, tidak ada laporan dapat memberikan respons imunologis yang lebih luas, dan
yang dipublikasi tentang adanya reaksi hipersensitivitas dengan masa perlindungan yang lebih dibandingkan dengan
pada vaksin influenza subunit.1 vaksin mati. Strategi penggunaan vaksin hidup berdasarkan

520 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 12, Desember 2008
Vaksin Virus Influenza

pemindahan gen pengkode cold adaptation (ca) dan tem- dalam tubuh orang yang divaksinasi; respons imun yang
perature sensitivity (ts) dari donor virus induk yang ditimbulkan oleh pemberian galur biang yang sama secara
dilemahkan telah digunakan di Rusia selama bertahun- berulang dari tahun ke tahun hanya terbatas untuk ber-
tahun.25 Kemudian di Amerika Serikat dilakukan penelitian kembangnya imunitas terhadap enam komponen vaksin selain
secara intensif selama bertahun-tahun untuk membuat vaksin HA atau NA.
hidup yang dilemahkan tersebut. Kemajuan yang paling Keamanan vaksin ini juga diragukan karena diproduksi
penting diperoleh oleh Maassab et al.26 di Universitas Michi- dengan menggunakan telor ayam sehingga dapat
gan. Dia mengembangkan vaksin influenza hidup, yaitu menimbulkan reaksi alergi terhadap protein telor ayam. Selain
reasortant yang dilemahkan diadaptasi dingin, yang di itu barier mukosa juga mungkin dapat tembus, sehingga terjadi
dalamnya diselipkan gen HA atau NA yang diinginkan. infeksi sekunder oleh mikroba patogen yang lain yang
Vaksin ini diperjuangkan agar mendapat lisensi. terdapat dalam tubuh. Yang paling berbahaya dari peng-
Vaksin trivalen virus influenza A dan B hidup dari gunaan vaksin virus hidup adalah bila imunisasi terjadi
Maassab terdiri dari galur biang influenza lemah yang bersamaan dengan infeksi virus influenza liar yang virulen.
diadaptasi dingin yang di dalamnya mengandung gen HA Hal ini mungkin mengakibatkan terjadinya reassortment,
dan NA yang beredar saat ini menggantikan gen yang sesuai sehingga terbentuk virus virulen baru sebagai akibat adanya
dari galur biang dengan cara reassortment. Galur biang vi- mutasi drift ataupun shift. Oleh karena itu, penggunaan
rus influenza A dan B dilemahkan sehingga replikasinya vaksin influenza hidup perlu dipertimbangkan secara
terbatas hanya pada saluran napas bagian atas manusia. matang.28
Caranya adalah replikasinya diadaptasi pada telor dengan
temperatur rendah (25oC) sehingga terjadi mutasi stabil pada Vaksin yang Ditambah Adjuvan
ketiga gen polimerase viz. PA, PB1, dan PB2. Studi klinis Vaksin influenza subunit dengan adjuvan MF59 (suatu
memperlihatkan bahwa vaksin ini memberikan hasil yang emulsi squalene dalam air) dapat diberikan secara parenteral.
cukup memuaskan pada anak, orang dewasa, dan orang tua. Vaksin ini sudah mendapat lisensi di beberapa negara Eropa,
Pemberian secara nasal memperoleh hasil efikasi yang tinggi tetapi tidak di Inggris. MF59 dapat meningkatkan respons
pada anak yang masih muda.11,15,27 antibodi hemaglutinasi inhibisi secara bermakna terhadap
Setelah dievaluasi secara klinis selama tiga dekade, maka antigen influenza A (H3N2) dan influenza B interpandemik
vaksin ini disetujui oleh Food and Drug Administration pada dan ditoleransi dengan baik terutama pada orang tua dengan
bulan Juni 2003 untuk digunakan pada anak-anak yang sehat, penyakit kronis, walaupun ditemukan adanya sedikit reaksi
anak remaja umur 5-17 tahun, dan orang dewasa sehat yang lokal yang bersifat sementara dan sedikit lebih banyak
berumur 18-49 tahun. Vaksin dengan dasar ca dapat dibandingkan dengan vaksin yang lain. 30 Juga dengan
bereplikasi dengan sangat baik pada suhu nasofaring, tetapi menambah adjuvan MF59 pada vaksin virus H5N3 A/Duck/
tidak pada suhu saluran napas bagian bawah.1 Dari hasil Singapore/97 dapat mencegah infeksi influenza unggas
penelitian, vaksin ca pada anak-anak yang masih muda di H5N1.31
Amerika Serikat memberikan daya lindung yang sangat tinggi, Virosom terdiri dari bilayer phospholipids (liposom)
sehingga memberikan keuntungan dapat menurunkan yang mengandung protein permukaan virus yang menempel
insidens penyakit influenza dan komplikasi otitis media.27 pada lapisan bilayer. Virosom sudah secara luas dievaluasi
Selama tahun kedua studi, vaksin ca dapat memberikan dalam berbagai populasi manusia.32 Imunisasi dengan virosom
tingkat perlindungan yang tinggi terhadap varian yang tidak dapat menginduksi konsentrasi antibodi yang lebih tinggi,
mempunyai hubungan dekat dengan antigen vaksin.28 Studi dengan rata-rata serokonversi yang lebih tinggi, serta jumlah
pada penduduk yang diobservasi secara ketat memberi kesan individu dengan titer antibodi protektif yang lebih tinggi
bahwa pemberian kombinasi vaksin hidup dan mati dapat dibandingkan dengan vaksin mati yang konvensional. Vaksin
meningkatkan daya proteksi terhadap infeksi influenza. ini sudah mendapat lisensi di Inggris.1,32
Dalam pelaksanaannya, pemberian vaksin hidup yang Kompleks perangsang imun yang mempunyai struktur
dilemahkan banyak mendapat tantangan terutama dari menyerupai sangkar, yang aslinya membentuk kompleks
Pfleiderer et al,29 mereka meragukan keamanan vaksin ini. antara kolesterol dan saponin, yang berasal dari pohon
Bila vaksin ini mendapat lisensi, maka keamanan vaksin ini Quillaia saponaria. Vaksin yang mengandung saponin
harus dipastikan dengan penelitian tentang akibat tertentu disebut Iscoprep 703 dapat merangsang respons
imunosupresif yang terjadi; respons imun humoral dan seluler antibodi serum dengan sangat cepat pada manusia diban-
yang terjadi harus diukur secara benar; stabilitas penyim- dingkan dengan vaksin mati yang konvensional. Iscoprep
panan terhadap infektivitasnya harus diamati dengan ketat. 703 dapat meningkatkan proliferasi respons sel T helper dan
Selain itu perlu dipastikan kemungkinan: adanya per- respons sel T sitotoksik.1
campuran di antara galur vaksin yang dapat memberi efek Walaupun vaksin influenza yang diberikan secara intra-
terhadap respons imun seseorang; terjadinya integritas nasal dapat meningkatkan cakupan vaksin dan dapat mem-
genetik virus yang tertahan sesudah mengalami replikasi di berikan imunitas mukosa, vaksin influenza mati yang

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 12, Desember 2008 521
Vaksin Virus Influenza

konvensional yang diberikan secara intranasal ternyata rekombinan yang baru sudah dapat dibuat. Pendekatan ini
kurang berhasil dengan baik. Percobaan pada binatang berpotensi dipakai untuk membuat vaksin interpandemi.1,5
membuktikan bahwa penambahan adjuvan mukosa yang
berasal dari bakteri berhasil meningkatkan imunogenisitas. Vaksin Asam Nukleat
Beberapa vaksin tersebut yang diberikan secara intranasal Vaksin DNA merupakan pendekatan baru yang sangat
telah dievaluasi secara klinis dan ternyata hasil yang menjanjikan untuk vaksinasi. Penerapan temuan ini pada
diperoleh sangat menjanjikan. Satu formula semprot intrana- berbagai penyebab penyakit telah menghasilkan publikasi
sal yang mengandung vaksin influenza subunit trivalen yang yang banyak dan sangat menjanjikan dipakai untuk
dipersiapkan dari virosom dan enterotoksin E coli tipe liar mengembangkan vaksin DNA yang sangat berguna untuk
telah mendapat lisensi di Prancis. Walaupun vaksin intrana- kehidupan manusia. Vaksin ini dapat merangsang respons
sal ini memenuhi kriteria imunogenisitas yang tepat untuk imun dengan batas yang sangat luas termasuk respons
lisensi ulang setiap tahun seperti vaksin influenza kon- antibodi, respons sel T sitotoksik dan sel T helper. Vaksin
vensional, tetapi lisensinya sudah dicabut karena dicurigai DNA dengan susunan pengkode nukleoprotein, hema-
mempunyai reaksi ikutan, yaitu Bells palsy.1 glutinin, neuraminidase, protein matriks 1 (M1), dan protein
Berbagai partikel mikro saat ini sedang diteliti untuk nonstruktural 1 virus influenza telah dipelajari secara luas,
dipakai sebagai adjuvan dan sistem pengantar yang dapat dalam bentuk tunggal maupun kombinasi, atau dikombinasi
membawa antigen virus influenza secara parenteral, atau dengan DNA yang mengkode berbagai sitokin.1,5
mengantarkan ke situs mukosa termasuk saluran cerna.1 Beberapa tahun yang lalu Wolft et al,22 menemukan DNA
plasmid rekombinan yang membawa selipan sekuens gen
Vaksin Virus dari Biakan Sel reporter yang dapat mengekspresikan protein asing pada
Vaksin ini mempunyai potensi untuk dapat memberikan tempat suntikan dalam otot hewan coba. Yang paling menarik
respons dengan cepat terhadap epidemi maupun pandemi adalah vaksin DNA dapat mengekspresikan antigen di dalam
yang dapat terjadi setiap saat, dan dapat menghindari sitosol sel yang dapat mempresentasikan antigen (Antigen
terjadinya risiko kontaminasi protein telor dan endotoksin presenting cell, APC). Dengan demikian, fragmen antigen
pada vaksin yang dapat mengganggu secara biologis. Selain tersebut dapat dipresentasikan ke sistem imun oleh jalur
itu, virus influenza yang ditumbuhkan pada sel mamalia lebih imunologi kelas I maupun kelas II.
menyerupai proses infeksi yang terjadi pada manusia Pentingnya vektor DNA untuk vaksin influenza A
dibandingkan dengan virus yang ditumbuhkan pada telor. diperlihatkan oleh Liu et al dan Ulmer et al.23 Penelitian
Oleh karena itu, vaksin ini diperkirakan akan lebih efektif. mereka memperlihatkan bahwa dalam tubuh mencit timbul
Vaksin influenza yang dibuat dalam sel Madin Darby Ca- respons imun seluler maupun humoral setelah mencit disuntik
nine Kidney (MDCK) dan sel monyet hijau Afrika (sel Vero) dengan plasmid rekombinan yang mengandung sekuens gen
sudah mendapat lisensi di Belanda.1 HA dari virus PR8 H1N1 1934 dan NP. Bila mencit ini diberi
virus PR8 homologous yang virulen secara intranasal, maka
Vaksin Rekombinan mencit tersebut terlindungi/tidak sakit. Yang lebih penting
Vaksin subnit influenza telah dipersiapkan dari protein lagi adalah mencit yang disuntik dengan DNA rekombinan
hemaglutinin dan neuraminidase rekombinan yang yang mengandung protein NP, yang sangat dilindungi dari
diekspresikan oleh baculovirus dalam sel serangga. Hema- virus PR8 H1N1, hampir sepenuhnya mendapat daya lindung
glutinin rekombinan ditoleransi dengan sangat baik oleh or- bila diinfeksi dengan virus pandemi H3N2 tahun 1968. Dengan
ang dewasa muda dan tua. Terdapat efek dose response yang keberhasilan ini, sangat mungkin untuk mengembangkan satu
sangat bermakna terhadap vaksin hemaglutinin H1 dan H3. vaksin yang mengandung kodon NP yang sangat dilindungi
Studi fase I dan studi virus neuraminidase rekombinan yang sehingga dapat terhindar terhadap seluruh virus influenza A
diekspresikan baculovirus pada relawan sehat yang dinfeksi pada manusia yang ada saat ini, waktu yang lalu, dan yang
virus letal hasilnya sangat menjanjikan.1,5,34 akan datang.5
Diperlukan pengembangan vaksin influenza yang dapat
menghindari hilangnya efektivitas sebagai akibat adanya Penggunaan Vaksin untuk Menghadapi Pandemi
mutasi drift atau shift pada antigen virus. Protein M2 secara Vaksin influenza konvensional tampaknya kurang
antigenik sangat dilindungi dan antibodi homologous imunogenik jika dipakai untuk menghadapi situasi pandemi.
terhadapnya dapat mencegah terjadinya infeksi baik in vitro Untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin, maka perlu
maupun in vivo pada mencit.21 diberikan dua dosis dan perlu ditambahkan adjuvan. Dalam
menghadapi pandemi, pemberian imunisasi perlu dikombinasi
Genetik Terbalik/Reverse Genetic dengan obat profilaksis antivirus seperti penghambat
Dengan berkembangnya teknik genetik terbalik untuk neuraminidase misalnya oseltamivir.
virus RNA sens-negatif, maka saat ini hasil gen virus influ- Seandainya penyebab pandemi adalah virus influenza
enza sudah dapat dimanipulasi secara langsung dan virus A subtipe H5N1, maka teknologi pembuatan vaksin secara

522 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 12, Desember 2008
Vaksin Virus Influenza

konvensional tidak mampu membuat galur vaksin yang potential human pandemic. J Virol. 1999;73:8303-7.
produktif dan aman. Hal ini disebabkan virus H5N1 sangat 7. Cox NJ, Subbarao K. Influenza. Lancet. 1999; 354:1277-82.
8. Clover RD, Crawford S, Glezen WP, Taber LH. Matson CC,
berbahaya karena sangat virulen.1 Untuk mengatasi masalah Couch RB. Comparison of heterotypic protection against influ-
ini Li et al,33 memodifikasi gen hemaglutinin virus A/Hong enza A/Taiwan/86 (H1N1) by attenuated and inactivated vac-
Kong/97. Ya membuat serentetan delesi residu asam amino cines to A/Chile/83 like viruses. J Infect Dis. 1991;163:300-4.
basa pada situs potong (cleavage site) penyebab virus 9. Hurwitz E.S, Haber M, Chang A, Shope T, Teo ST, Giesick JS, et
al. Studies of the 1996-1997 inactivited influenza vaccine among
menjadi virulens. Kemudian, dengan menggunakan teknologi children attending day care: Immunologic response, protection
genetik terbalik (reverse genetic), gen hemaglutinin yang against infection, and clinical effectiveness. J Infect Dis. 2000;
dimodifikasi dan gen neuraminidase dari virus A/Hong Kong/ 182:1812-21.
97 tipe liar dimasukkan ke dalam virus ca A/Ann Arbor/6/60. 10. Rudenko LG, Slepuskin AN, Monto AS, Kendal AP, Grigorieva P,
Burtseva EP, et al. Effecacy of attenuated and inactivated influ-
Virus ca yang diperoleh tidak patogenik pada hewan coba, enza vaccine in school children and their unvaccinated contacts
tumbuh sangat baik pada telor, dan dapat melindungi ayam in Novgorod, Risia. J Infect Dis. 1993;168:881-7.
dari infeksi virus yang mematikan. Virus ca ini merupakan 11. Edwards KM, Dupont WD, Westrich MK, Plummer WD, Palmer
calon galur virus vaksin yang sangat baik. PS, Wright PF. A randomized control trial of cold-adapted and
inactivated vaccine for the prevention of influenza A diseases. J
Teknologi lain yang mungkin dapat memberikan hasil Infect Dis. 1994;169:68-76.
baik adalah teknologi DNA rekombinan untuk membuat 12. Wilde JA, McMillan JA, Serwint J, Butta J, ORicardan MA,
hemaglutinin rekombinan. Tetapi, uji klinis baculovirus yang Steinhoff MC. Effectiveness influenza vaccine in health care
mengekspresikan hemaglutinin dari virus A/Hong Kong/97 professionals. JAMA. 1999;281:908-13.
13. Govaert TME, Thijs CTMCN, Sprenger MJW, Dinant GJ,
H5N1 belum memberikan hasil baik, walaupun diberikan dua Knottmerus JA. The efficacy of influenza vaccination in elderly
dosis 90 g.34 individual: A randomized double-blind placebo-controlled trial.
JAMA. 1994;272:1661-5.
Kesimpulan 14. Deguchi Y, TakasugiY, Tatara K. Efficacy of influenza vaccine in
the elderly in welfare nursing home: Reduction in risks of mortal-
Virus influenza menyebar dengan sangat luas di seluruh ity and morbidity during an influenza A (H3N2) epidemic. J Med
dunia dan dapat menyebabkan penyakit pada masyarakat. Microbiol. 2000;49:553-6.
Walaupun angka kematian yang ditimbulkan sangat rendah, 15. Nichol KL, Baken L, Nelson A. Relation between influenza vac-
cination and outpatient visit, hospitalization, and mortality in
namun imunisasi sangat penting untuk mencegah terjadinya
elderly person with chronic lung disease. Ann. Intern Med. 1999;
penyakit yang dapat mengganggu kehidupan. Virus influ- 130:397-403.
enza sangat cepat mengalami mutasi, sehingga vaksin yang 16. Kilbourne ED, Arden NH. Inactivated influenza vaccine. Dalam:
digunakan untuk mencegah harus selalu diganti. Ada berbagai Plotkin SA, Orenstein WA, penyunting. Vaccines. Edisi ke-3.
Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo: W.B.
jenis vaksin virus influenza yang sudah dibuat dan sudah
Saunders Company; 1999.h.531-51.
digunakan dalam masyarakat, di antaranya vaksin hidup, 17. Lasky T, Terrcciano GJ, Magder L, Koski CL, Ballesteros M,
vaksin mati, vaksin subunit, dan lain-lain. Saat ini pendekatan Nash D, et al. The Guilain-Bare syndrome and the 1993 and
dengan teknologi baru untuk membuat vaksin sedang diteliti 1993-1994 influenza vaccine. N Eng J Med. 1998;339:1797-
802.
untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan optimal, misalnya
18. Boulianne N, De Serres G, Duval B, Shadmani R, Rochette L.
vaksin DNA, vaksin dengan penambahan ajuvan, dan Clinical manifestation and incidence of oculorespiratory syn-
sebagainya. drome following influenza vaccination-Quebec 2000. Can
Commun Dis Resp. 2001;27:85-90.
19. Choudhri Y, Walop W, Squires S, Tam T, King A, Skowronski D,
Daftar Pustaka
et al. ORS during the 2000-2001 influenza vaccination season.
1. Nicholson KG, Wood JM, Zambon M. Influenza. Lancet. 2003; Can Commun Dis Resp. 2002;28:2-8.
362:1733-45. 20. Barry DW, Mayner RE, Staton E, Dunlap RC, Rastogi SC, Hannah
2. Peters PH, Gravenstein S, Norwood P, Bock VD, Couter AV, JE, et al. Comparative trial of influenza vaccines in man. Am J
Gibbens M, et al. Long-term use of oseltamivir for the prophilaxis Epidem. 1976;104:34-46.
of influenza in vaccinated frail older population. J Am Geriatr 21. Zebedee FL, Lamb RA. Influenza A virus M2 protein: Mono-
Soc. 2001;49:1025-31. clonal antibody restriction of virus growth and detection of M2
3. Hayden FG, Belshe R, Villanueva C, Lanno R, Hughes C, Small I, in virus. J. Virol. 1988;62:2762-72.
et al. Management of influenza in household: A prospective, 22. Wolff JA, Malone RW, Williams P, Chong W, Acsadi G, Jani A, et
randomised comparison of oseltamivir treatment with or with- al. Direct gene transfer into mouse muscle, in vivo. Science.
out postexposure prophylaxis. J Infect Dis. 2004;189:440-9. 1990;247:1465-8.
4. Lamb RA, Krug RM. Orthomyxoviridae: the viruses and their 23. Donnelly JJ, Ulmer JB, Shiver JW, Liu MA. DNA vaccine. Annu
replication. Dalam: Knip DM, Howley PM, penyunting. Field Rev Immunol. 1997;15:617-48.
virology. Edisi ke-4. Philadelphia: Lippincott, Williams, and 24. Ulmer JB, Donnelly JJ, Parker SE, Rhode GH, Felgner PL, Dwarki
Wilkins; 2001.h.1487-531,. Vj, et al. Heterologous protection against influenza by injection
5. Hilleman M. Realities and enigmas of human viral influenza: of DNA encoding viral protein. Science 1993;259:1745-9.
Pathogenesis, epidemiology and control. Vaccine. 2002; 20:3068- 25. Kendal AP. Cold-adapted live attenuated influenza vaccines de-
87. velope in Russia: can they contribute to meeting the needs for
6. Takada A, Kuboki N, Okasaki K, Aninomiya A, Tanaka H, Ozaki influenza control in other countries. Eur J Epidemiol. 1997;13:
H, et al. Avirulent avian influenza as a vaccine strain against a 591-609.

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 12, Desember 2008 523
Vaksin Virus Influenza

26. Maassab HR, Herlocher ML, Briyant ML. Live influenza vac- 31. Nicholson KG, Colegatre AE, Polda A, Stephenson I, Wood J,
cine. Dalam: Plotkin SA, Orenstein WA, editor. Vaccine. Edisi Ypma E, et al. Safety and antigenicity of non-adjuvant and MF-
ke-3. Philadelphia: Saunders; 1999.h.909-27. 59 adjuvant influenza A/Duck/Singapore/97 (H5N3) vaccine: A
27. Belshe RB, Mendelman PM, Treanor J, King J, Gruber WC, randomized trial of two potensial vaccine against H5N1 influ-
Piedra P, et al. The efficacy of live attenuated, cold-adapted, enza. Lancet. 2001;357:1937-43.
trivalent, intranasal influenza vaccine in children. N Eng J Med. 32. Holm KJ, Goa KL. Liposomal influenza vaccine. Biodrugs.
1998;338:1405-12. 1999;11:137-46.
28. Belshe RB, Gruber WC, Mendelmen PM, Cho I, Reisinger K, 33. Li SQ, Liu CG, Klimov A. Subbarao K, Perdue ML, Mo D, et al.
Block SL, et al. Efficacy of vaccination with lived attenuated, Recombinant influenza A virus vaccines for the pathogenic hu-
cold-adapted, trivalent, intranasal influenza virus vaccine against man A Hong Kong 97 (H5N1) viruses. J Infect Dis. 1999;179:
a variants (A/Sydney) not contain in the vaccine. J Pediatr. 1132-8.
2000;136:168-75. 34. Treanor JL, Wilkinson BE, Masseoud F, Hu-Primmer J, Battaglia
29. Pfleiderer M, Lwer J, Kurth R. Cold-atenuated live influenza R, OBrien D, et al. Safety and immunogenicity of a recombinant
vaccine, a risk-benefit assessment. Vaccine. 2002; 20:886-894. haemaglutinin vaccine for H5 influenza in human. Vaccine. 2001;
30. Banzhoff A, Nacci P, Podda A. A new MF-59-adjuvanted influ- 19:1732-7.
enza vaccine enhance the immune response in the elderly with
chronic diseases: Results from an immunogenicity meta-analy-
sis. Gerontology. 2003;49:177-84. EV

524 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 12, Desember 2008

Anda mungkin juga menyukai