Anda di halaman 1dari 15

1. 1.

KEGAWATDARURATAN ORTHOPEDI
2. 2. PENDAHULUAN Saat ini penyakti musculoskeletal telah menjadi masalah yang
banyak dijumpai di pusat pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO
menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian.
Dengan bertambahnya jumlah kendaraan kemungkinan terjadinya kecelakaan juga
akan meningkat drastis.
3. 3. Trauma yang paling sering terjadi adalah fraktur, yang nantinya akan
mengakibatkan kejadian kejadian lainnya yang akan mengancam nyawa jika tidak
segera ditangani, inilah yang disebut dengan kegawatdaruratan orthopedi. Yang
termasuk kegawatdaruratan orthopedi antara lain : fraktur terbuka, compartment
syndrome, osteomyelitis, dislokasi atau fraktur dislokasi serta traumatik amputation
4. 4. OPEN FRACTURE Dikatakan fraktur terbuka jika terdapat hubungan adalah
daerah yang fraktur dengan dunia luar, biasanya karena kulit di atasnya sudah tidak
intak.
5. 5. KLASIFIKASI MENURUT RAMON GUSTILLO Grade I Garis patah sederhana,
luka kurang dari 1 cm, luka relatif bersih, kerusakan jaringan lunak minimal Grade II
Garis patah sederhana, luka lebih dari 1 cm, luka relatif bersih, kerusakan jaringan
lunak tidak banyak
6. 6. disertai kerusakan arteri yang membutuhkan perbaikan secepat mungkin tanpa
menghiraukan luas kerusakan jaringan lunakGrade III C apabila fraktur tidak
dapat ditutup dengan jaringan lunak Grade III B apabila fraktur dapat ditutup
dengan jaringan lunak Grade III A Grade III Disertai kerusakan jaringan lunak
yang luas, yang kemudian dibagi lagi menjadi :
7. 7. OPEN FRACTURE
8. 8. DIAGNOSIS Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
9. 9. fraktur patologis, usia tua tempat kotor atau bersih Penyulit golden period Di
mana terjadinya trauma mechanism of injury Kapan terjadinya trauma
ANAMNESA Apa yang menyebabkan terjadinya trauma
10. 10. krepitasi, range of movement (ROM), false movement nyeri, nadi dan sensori
bagian distal Movement kulit intak, pembengkakan, deformitas, kontusio Feel
PEMERIKSAAN FISIK Look
11. 11. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS Lokasi pasti dari fraktur Jenis fraktur Tingkat
keparahan fraktur Kelaianan jaringan lunak di sekitar daerah fraktur Sebagai salah
satu pertimbangan penanganan fraktur
12. 12. eksternal atau internal fiksasi Perawatan pasca tindakan terbuka atau tertutup
Stabilisasi fraktur Antibiotika dan ATS / HTIG Debridement segera mungkin
Perawatan luka resusitasi sesuai ATLS (ABC) Pencegahan atau penanganan infeksi
PENATALAKSANAAN Life saving
13. 13. KOMPLIKASI Early LateLokal Osteomyelitis, arthritis, Kontraktur dan kekakuan
compartment syndrome, sendi, penyakit degeneratif robekan otot, ligamen dan sendi,
non union, tendon, kerusakan saraf, malunion, delayed union, pembuluh darah dan
organ miositis, tardy nerve palsy visceral, thrombosis vena, nekrosis kulitSistemik
Emboli lemak, emboli paru, Gagal ginjal syok, pneumonia, tetanus
14. 14. COMPARTMENT SYNDROME Merupakan suatu sindrom yang terjadi karena
peningkatan tekanan intrakompartmen yaitu kompartmen osteofasial yang tertutup
sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen
jaringan. Kompartmen osteofasial berisi tulang, pembuluh darah, saraf dan otot yang
dibungkus oleh suatu fascia.
15. 15. Fraktur tibia 1/3 proximalFraktur antebrachii Fraktur elbow Paling sering
terjadi pada :
16. 16. RUANG INTRA KOMPARTMEN
17. 17. pendarahan atau trauma vascular, luka bakar, penggunaan otot berlebihan, gigitan
ular, obstruksi vena balutan yang terlalu ketat, berbaring di atas lengan, pemasangan
gips Peningkatan tekanan pada struktur kompartmen penutupan defek fascia, traksi
internal berlebihan pada fraktur esktrimitas Peningkatan tekanan eksternal
ETIOLOGI Penurunan volume kompartmen
18. 18. PATOFISIOLOGI Patofisiologi terjadinya kompartmen sindrom ini melibatkan
hemostasis jaringan lokal yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan,
penurunan aliran darah kapiler dan nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia
.Jika tidak segera ditangani akan menyebabkan kerusakan yang ireversibel pada otot
dan saraf.
19. 19. Iskemia jaringan dimulai ketika tekanan intrakompartmen meningkat di atas 30
mmHg. Sel otot akan mengalami nekrosis dan digantikan jaringan fibrosa, saraf akan
diliputi kontriksi epineurium yang menebal dan sendi akan menabal serta menolak
setiap gerakan pasif
20. 20. COMPARTMENT SYNDROME
21. 21. DIAGNOSIS Anamnesa Pemeriksaan fisik Pengukuran tekanan intra
kompartmen
22. 22. ANAMNESA Dari anamnesa dicari kira kira apa yang menyebabkan terjadinya
kompartmen sindrom ini, misalnya adanya nyeri hebat yang terjadi setelah ada
riwayat trauma (fraktur), setelah olahraga berlebihan atau karena pemasangan gips.
23. 23. gerakan ekstensi pasif, karena sel otot menjadi hipersensitif
akiPEMERIKSAAN FISIK Painfull (nyeri) jangan ditunggu sampai keluarbat
kondisi hipoksia Pale / Pallor (pucat) Parestesia (kesemutan) Paralisis
(kelumpuhan) Pulseless (nadi melemah atau hilang)
24. 24. PENGUKURAN TEKANAN INTRA KOMPARTMEN Dilakukan pada pasien
pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, pada anak anak, pasien yang sulit
berkomunikasi, pasien dengan trauma kepala, medulla spinalis atau saraf perifer, atau
jika diagnosis dengan pemeriksaan fisik kurang jelas. Tekanan intrakompartmen
normal adalah 0 mmHg. Di atas 30 mmHg mulai terjadi proses iskemia jaringan, jika
di atas 40 mmHg langsung dilakukan tindakan segera
25. 25. hindari elevasi, pemberian SABU, membuka gips atau bebat tekan, terapi cairan,
diuretik dan manitol jika diperlukan untuk mengurangi tekanan intrakompartmen
fasciotomy harus segera dilakukan jika tekanan intrakompartmen di atas 30 40
mmHg. Tujuannya adalah untuk menurunkan tekanan intrakompartmen dengan
segera sehingga memperbaiki perfusi otot. Non bedah PENATALAKSANAAN
Bedah
26. 26. FASCIOTOMY
27. 27. KOMPLIKASI Nekrosis pada saraf dan otot dalam kompartmen, trauma
vascular Volkman kontraktur Gagal ginjal akut Sepsis, ISK, pneumonia, ARDS
Emboli lemak, DVT Wound infection Delayed union, malunion, non union
28. 28. VOLKMANN CONTRACTURE
29. 29. OSTEOMYELITIS Merupakan suatu proses inflamasi yang akut maupun kronis
dari tulang dan strukturnya yang disertai secara sekunder oleh infeksi organism
pyogenik Infeksi yang berkaitan dengan osteomyelitis bisa local atau menembus
periosteum, korteks, sumsum tulang di jaringan cancellous. Bateri pathogen
bervariasi berdasarkan umur penderita dan mekanisme infeksi.
30. 30. OSTEOMYELITIS
31. 31. EPIDEMOLOGI Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi
dapat pula ditemukan pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding
anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti
femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.
32. 32. karena trauma atau pembedahanETIOLOGI OSTEOMYELITIS Hematogen
osteomyelitis Biasanya terjadi pada anak anak, jika terjadi pada orang dewasa
mungkin ada suatu imunokompromised misalnya diabetes melitus. Direct trauma
atau contagious inoculation osteomyelitis
33. 33. OSTEOMYELITIS AKUT Keluhan utama yang muncul biasanya nyeri lokal,
bengkak, dan rasa hangat pada daerah yang terinfeksi. Hal-ini sering muncul
sehubungan dengan demam dan malaise.
34. 34. OSTEOMYELITIS KRONIS Osteomielitis kronis dapat muncul pada presentasi
awal sekalipun; tidak harus seorang pasien melalui tahap akut, sub akut, kemudian
baru menjadi kronik Beberapa hal yang dapat mendahului terjadinya osteomyelitis
kronik adalah terapi osteomyelitis akut yang tidak adekuat, trauma, osteomyelitis
hematogen, iatrogenik seperti internal fiksasi atau infeksi tuberculosa
35. 35. PATOFISIOLOGI Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi
langsung, melalui penyebaran hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari
struktur lain yang jauh, atau selama pembedahan dimana jaringan tubuh terpapar
dengan lingkungan sekitarnya. Secara singkat, patofisiologi osteomielitis tergantung
dari derajat kerusakan jaringan lunak dan ketidak mampuan suplai darah, instabilitas
fragmen fraktur, inokulasi flora bakteri dan sistem imun dari penjamu (host).
36. 36. Meningkatnya tekanan, obstruksi vaskuler, dan trombus yang infektif di sekitar
pembuluh darah periosteal dan endosteal, menyebabkan nekrosis tulang dan formasi
sekuestrum sekitar 7 hari.nanah di dalam tulang memaksakan jalannya menuju
sistem havers dan membentuk abses subperiosteal dalam 2-3 hari. Sekuestrum tahap
ini mewakili peradangan awal dengan kongesti vaskuler dan tekanan intraosseus yang
meningkat. Obstruksi dari aliran darah mencul pada trombosis intravaskuler.
Supurasi TAHAP PERKEMBANGAN OSTEOMYELITIS Inflamasi
37. 37. SEKUESTRUM
38. 38. dengan antibiotik dan terapi pembedahan pada awal dari penyakit, osteomielitis
dapat sembuh tanpa komlikasi sama sekali.ini adalah formasi tulang baru dari
permukaan periosteum. Resolusi atau progresi menuju komplikasi Involukrum
39. 39. OSTEOMYELITIS ANAK S.aureus adalah agen kausatif pada 70-90% kasus
pediatri. Pada anak yang lebih tua, organisme yang menginfeksi selain S.aureus,
dapat juga Grup A beta-Streptococcus hemolitikus, Mycobacterium, Salmonella,
bakteri gram-negatif, sifilis, dan fungal, serta agen viral menjadi penyebab yang lebih
jarang pada osteomielitis. Abses Brodie adalah bentuk terlokalisir dari osteomielitis
yang muncul pada tahap subakut tanpa melewati gejala akut. Evaluasi histologi
menunjukkan kavitas abses intraoseus tergaris oleh jaringan granulasi.
40. 40. ABSES BRODIE
41. 41. foto rontgen, CT scan, MRI Pemeriksaan kultur darah atau jaringan
tulangDIAGNOSIS Anamnesa dan pemeriksaan fisik Pemeriksaan radiologis
42. 42. ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK Riwayat trauma pada daerah yang
bersangkutan, riwayat infeksi di tempat lain (paru paru, ISK dll), demam, malaise,
anoreksia, nyeri, bengkak, pada anak anak dapat ditemukan ggn pertumbuhan
Bengkak, nyeri tekan, kemerahan dan rasa hangat pada daerah yang terkena, kadang
disertai limfodenopati regional
43. 43. OSTEOMYELITIS TENGKORAK
44. 44. OSTEOMYELITIS VERTEBRAE
45. 45. OSTEOMYELITIS TULANG PANJANG
46. 46. OSTEOMYELITIS PELVIS
47. 47. secara terbuka dengan general anastesi. Dilakukan jika ada gejala pus yang dalam
yaitu swelling, edema, fluktuasi, pyreksia, toksemia, nyeri dan tidak ada perbaikan
dengan pemberian antibiotika selama 3 hari Setelah tanda infeksi menurun dimulai
rehabilitasi jalan dengan kruk, full weight bearing setelah 3-4 minggu untuk
mencegah kontraktur, pemasangan skin traksi Antibiotika intravena Drain
PENATALAKSANAAN OSTEOMYELITIS AKUT MRS (tirah baring dan
hidrasi) Splint
48. 48. Eksisi soft tissue yang terinfeksiEksisi sequester Asam fusidat / Clindamycin /
Chepalosporin Lokal dengan pasta colostomy untuk menghentikan ekskoriasi Insisi
abses Operasi PENATALAKSANAAN OSTEOMYELITIS KRONIS Antibiotika
49. 49. KOMPLIKASI OSTEOMYELITIS AKUT Penyebaran infeksi ke tempat lain
(bakteremia / sepsis) Athritis supuratif Bone growth arrested Osteomyelitis kronis
50. 50. KOMPLIKASI OSTEOMYELITIS KRONIS Gangguan sirkulasi Kerusakan
saraf (nervus medianus) Suddeck atrhophy Mal union, delayed union, non union
Kekakuan sendi Terutama pada pergelangan akibat pemakaian bidai terlalu lama
Suddeck atrhophy Rupture tendon
51. 51. UNSTABLE PELVIS Sebagian besar fraktur pelvis bersifat stabil dan terjadi
dengan mekanisme low-energy injury Yang paling umum/sering terjadi adalah
kecelakaan kendaraan bermotor. Pasien dengan cedera ini tidak hanya memiliki
cedera pada osseus tetapi seiring waktu juga sering kali mengancam kehidupan
Kematian setelah luka ini biasanya disebabkan oleh perdarahan, kegagalan beberapa
system organ, atau sepsis
52. 52. Fraktur pelvis dapat bersifat unstable apabila cincin pelvis mengalami kerusakan
pada 2 tempat atau lebih, biasanya terjadi karena high energy injury. Pada daerah
pelvis terdapat plexus plexus vena, jika ada trauma seringkali menyebabkan pecahnya
pembuluh darah ini, dan pendarahan baru berhenti jika cavum pelvis terisi penuh
dengan darah. Pada fraktur unstable, pendarahan tidak berhenti karena pelvis tidak
terfiksasi dengan sempurna Yang paling sering karena kecelakaan kendaraan
bermotor dan jatuh dari ketinggian.
53. 53. UNSTABLE PELVIS
54. 54. PENATALAKSANAAN Tujuan perawatan fraktur pelvis tidak stabil adalah
sama dengan patah tulang yang lain Prioritas awal pada pasien dengan
hemodinamika tidak stabil adalah dilakukan resusitasi agresif dan pencegahan
perdarahan lebih lanjut. Fiksasi eksternal diindikasikan sebagai pengobatan langsung
pada pasien yang hemodinamika nya tidak stabil dengan fraktur panggul yang tidak
stabil.
55. 55. Buka reduksi dan fiksasi internal (ORIF) lebih disukai untuk pengelolaan
definitif dan telah terbukti memberikan hasil yang lebih unggul. ORIF merupakan
kontraindikasi untuk pasien yang tidak stabil dan sakit kritis atau mereka yang berat
patah tulang terbuka dengan debridement luka yang tidak memadai, menghancurkan
cedera, dan penempatan dari sebuah tabung suprapubik operasi di lapangan.
56. 56. OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION
57. 57. tulang lepas dari sendi (brunnerDISLOKASI DAN FRAKTUR DISLOKASI
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis & suddarth) Merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera Dislokasi jarang terjadi pada anak-anak muda, anak-anak lebih rentan
terhadap patah tulang daripada dislokasi.
58. 58. PATOFISIOLOGI Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian
rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi
dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau
karena sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi
dapat menyebabkan patah tulang di-sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
59. 59. Xray dan MRI mencari faktor resiko atau penyebab terjadinya dislokasi dan
fraktur dislokasi Pemeriksaan fisik Pemeriksaan radiologis DIAGNOSIS
Anamnesa
60. 60. ANAMNESA Sejak kapan terjadinya, untuk membedakan antara kelainan
kongenital dengan kelainan yang didapat Riwayat terjadinya trauma, misalnya
trauma olahraga atau karena kecelakaan Adanya riwayat fraktur dengan penyebab
yang tidak jelas atau adakah penyakit kegananasan (fraktur patologis), perlu
ditanyakan jika tidak ditemukan adanya riwayat terjadinya trauma Lokasi terjadinya
dislokasi, perbedaan tempat terjadinya akan menentukan penatalaksanaan yang
berbeda beda juga.
61. 61. PEMERIKSAAN FISIK Nyeri pada daerah yang mengalami trauma
Pembengkakan Kesulitan menggunakan atau memindahkan area yang terluka dengan
cara yang normal Kecacatan pada daerah dislokasi Kehangatan, memar atau
kemerahan pada daerah yang terluka
62. 62. DISLOKASI RAHANG Seringkali terjadi ketika seseorang membuka mulut
terlalu lebar dan biasanya tidak dapat tertutup kembali dengan bantuan otot otot wajah
dan membutuhkan adanya tekanan dengan daya paksa yang cukup. Dapat
menyebabkan terjadinya nyeri yang kronis pada kedua rahang dan kepala yang sangat
hebat sehingga menyebabkan kesulitan berkonsentrasi. Gejala gejala ini bervariasi
tergantung dari tingkat keparahan dislokasi dan berapa lama seseorang telah
mengalami trauma tersebut.
63. 63. DISLOKASI RAHANG
64. 64. GEJALA KLINIS DISLOKASI RAHANG Gejala yang awal terjadi biasanya
adanya sakit kepala dan spasme dan nyeri otot pada daerah wajah, rahang dan leher,
kadang disertai juga dengan adanya suara seperti orang mengunyah (crunch noise)
pada daerah yang mengalami dislokasi (sekitar telinga). Gejala jangka panjangnya
dapat menyebabkan gangguan tidur, kelelahan, gejala frustasi, mudah marah, depresi
dan lain lain akibat gangguan dalam melakukan aktivitas antara lain makan, minum,
berbicara dan lain lain.
65. 65. dapat digunakan obat obatan analgesik (Paracetamol) untuk mengurangi rasa
nyeri rahang ditekan kebawah dengan mempergunakan ibu jari yang sudah
dilindungi balutan, ibu jari tersebut diletakkan pada geraham paling belakang, tekanan
tersebut harus mantap tetapi pelan-pelan bersamaan dengan penekanan jari-jari yang
lain mengangkat dagu penderita keatas. Tindakan dikatakan berhasil bila rahang
tersebut menutup dengan cepat dan keras. Pengobatan simptomatis
PENATALAKSANAAN DISLOKASI RAHANG Reposisi
66. 66. REPOSISI DISLOKASI RAHANG
67. 67. DISLOKASI BAHU Dikatakan dislokasi bahu bila os humerus terlepas dari
scapula pada glenohumeral joint. Sendi pada bagian bahu adalah sendi yang
memiliki area pergerakan (ROM) yang paling luas dibanding seluruh sendi yang ada
di tubuh manusia. Sebagian besar dislokasi sendi yang terjadi adalah dislokasi pada
sendi bahu. Berdasarkan arah dislokasinya, dapat terjadi kea rah anterior, posterior
dan inferior
68. 68. GEJALA KLINIS DISLOKASI BAHU Sendi bahu tidak dapat digerakan
Korban menggendong tangan yang sakit dengan tangan yang lain Korban tidak bisa
memegang bahu yang berlawanan Kontur bahu hilang Bongkol sendi tidak teraba
pada tempatnya
69. 69. REPOSISI HENNIPEN Secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol sendi
masuk kedalam mangkok sendi. Pasien duduk atau tidur dengan posisi 45 derajat, siku
pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi
arah keluar (eksterna) sampai 90 derajat dengan lembut dan perlahan, jika korban
merasa nyeri, rotasi eksterna sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot,
kemudian dilanjutkan. Sesudah relaksasi eksterna mencapai 90 derajat maka reposisi
akan terjadi.
70. 70. REPOSISI STIMSON Pasien tidur tengkurap, kemudian tangan yang dislokasi
digantung tempat tidur diberi beban 10-15 pound selama 30 menit biasanya akan
terjadi reposisi jika tidak berhasil dapatditolong dengan pergerakan rotasi dan
kemudian interna.
71. 71. DISLOKASI PANGGUL Bisa karena kongenital, bisa karena didapat Dislokasi
panggul yang didapat biasanya terjadi karena tekanan dengan gaya yang hebat, paling
sering terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor. Jatuh dari ketinggian, misalnya
tangga, juga menimbulkan gaya tekan yang cukup besar untuk menimbulkan
terjadinya dislokasi panggul. Karena gaya yang bekerja cukup besar, biasanya
disertai juga dengan adanya kelaianan lain seperti adanya fraktur pada daerah pelvis.
Pada orang tua resiko terjadinya dislokasi panggul meningkat mengingat kerapuhan
tulang yang meningkat seiring bertambahnya usia.
72. 72. Dilakukan setelah reposisi. Penderita disaran memakai cast atau braces dengan
tujuan untuk mempertahankan posisi sendi selama proses penyembuhan dari tulang.
Reposisi ini prinsipnya adalah menyatukan kembali caput femoris pada acetabulum.
Dapat dilakukan secara terbuka maupun secara tertutup. Pada anak usia 6 bulan 2
tahun dapat dilakukan dengan reposisi secara tertutup dengan menggunakan anastesi
dan muscle relaxan. Jika reposisi secara tertutup ini gagal, dilakukan reposisi secara
terbuka dengan operasi. Retain / Imobilisasi / Fiksasi PENATALAKSANAAN
Reduction / Reposisi
73. 73. Dapat dilakukan selama 2-3 bulan tergantung dari keadaan pasien. Tujuan
dilakukan rehabilitasi ini adalah mengurangi pembengkakan, memelihara gerakan
sendi, melatih kekuatan otot dan mempercepat kembalinya fungsi normal dari sendi
dan tulang. 5-7 hari setelah terjadinya trauma, pasien mulai diajarkan untuk
melakukan gerakan pasif untuk meningkatkan flexibilitas pergerakan sendi.
Penggunaan alat bantu berjalan perlu diberikan, antara lain kruk (tongkat).
Rehabilitation
74. 74. TRAUMATIK AMPUTASI Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan
memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini
merupakan tindakan yang dilakukan adalam kondisi pilihan terakhir manakala
masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki
dengan menggunakan teknik lain atau manakala kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh penderita secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti
dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
75. 75. BEBERAPA KASUS AMPUTASI Fraktur multipel organ tubuh yang tidak
mungkin dapat diperbaiki Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat Infeksi yang berat atau
beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya Adanya tumor pada organ yang
tidak mungkin diterapi secara konservatif Deformitas organ
76. 76. dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit
untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm di bawah
potongan otot dan tulang.dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Biasanya dilakukan pada
kasus kasus yang gawat. Amputasi tertutup JENIS AMPUTASI Amputasi terbuka
77. 77. Jika sudah tidak ada kotoron, jahitan akan kering dan luka akan tertutup sehingga
tidak perlu dilakukan operasi ulang fungsi drainage Jika masih ada kotoran, maka
dapat keluar dengan sendirinya selain kedua jenis amputasi di atas, dikenal juga
dengan istilah amputasi semi open. Prinsip amputasi ini sama dengan amputasi
tertutup, tapi jahitannya lebih jarang. Jika luka terjadi pada golden periode, jenis
amputasi ini adalah yang cocok digunakan. Tujuan mengapa jenis amputasi ini
dijahit situasional adalah : Amputasi semi terbuka / tertutup
78. 78. AMPUTASI TERBUKA
79. 79. AMPUTASI TERTUTUP
80. 80. INDIKASI AMPUTASI (3D) Dead Penyakit vaskular perifer menyebabkan
hampir 90% amputasi. Sebab lainnya yang menyebabkan kematian tulang adalah,
luka bakar, trauma, dan frostbite. Dangerous Contohnya adalah tumor malignant,
sepsis dan crush injury. Damn nuisance
81. 81. PENATALAKSANAAN Fungsi vital penderita diperbaiki Hentikan
pendarahan Luka dibungkus secara steril atau bersih lalu dimasukkan ke dalam
kantong plastik kedap air lalu diikat. Selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong
plastik II yang berisi campuran air dan potongan es batu (4 derajat celcius) Penderita
dibawa ke RS dengan fasilitas replantasi
82. 82. Pemotongan otot pada amputasi memegang prinsip otot bagian medial bertemu
dengan otot lateral dan otot bagian anterior bertemu dengan otot posterior Kemudian
dijahit membentuk bentukan klonus (bulat lancip), pemotongan dengan bentuk seperti
ini bertujuan untuk pemasangan protese. Protese baru dipasang ketika pembengkakan
dan tanda tanda infeksi sudah mereda, karena jika diukur pada saat masih bengkak
maka ukurannya akan berubah, dan pada saat luka masih infeksi akan menimbulkan
rasa sakit. Selama belum terpasang protese, harus dilakukan fisioterapi dulu.
83. 83. PROTESE
84. 84. KOMPLIKASI Haematoma Infeksi Nekrosis Kontraktur Neuroma Phantom
limb
85. 85. TERIMA KASIH
\

Anda mungkin juga menyukai