4.kti Burn
4.kti Burn
4.kti Burn
Bismillahirrahmanirrahim
v
drh Mahdalena, drh Arkam, drh Amrul, drh Erwanda, drh Arif, drh Rifki, drh
Arkam, atas semangat, bantuan, dan kebersamaan yang diberikan. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada anak rantau Makassar Ari,Irwan,eka,awi,
tading, aksar, mute, naya, suci, hera, fatma, dan lain lain yang tidak sempat
disebutkan namanya.
Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan lindungan-Nya kepada kita
semua. Amin ya Rabbalalamin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
2.1 Anatomi Organ Reproduksi Hewan Betina ............................................ 4
2.2 Pyometra ................................................................................................. 6
BAB 3 MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................................... 11
3.2 Alat............................................................................................................. 11
3.3 Bahan ......................................................................................................... 11
3.4 Prosedur kegiatan ...................................................................................... 11
3.5 Alur pemeriksaan ....................................................................................... 13
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Anamnesa............................................................................................. 14
4.1.2 Signalemen........................................................................................... 14
4.1.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 15
4.1.4 Pemeriksaan Laboratorium .................................................................. 16
4.1.5 Diagnosa............................................................................................... 17
4.1.6 Penanganan ......................................................................................... 17
4.1.7 Hasil Pemeriksaan Klinis selama Perawatan ....................................... 18
4.2 Pembahasan................................................................................................ 19
vii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 21
5.2 Saran....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 22
LAMPIRAN............................................................................................... 23
BIODATA .................................................................................................. 124
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 2. Biodata......................................................................................... 24
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Secara umum pyometra dibagi dua yaitu: pyometra terbuka (open pyometra)
dan pyometra tertutup (closed pyometra). Pyometra terbuka mudah didiagnosa
secara klinis, hal ini terlihat dari nanah yang keluar dari uterus melalui vulva.
Sedangkan pyometra tertutup sangat sulit untuk didiagnosa, karena yang terlihat
hanya pembengkakan pada daerah abdomen, namun tidak terlihat nanah yang
keluar dari uterus dan biasanya hewan kelihatan lebih sakit daripada pyometra
terbuka karena penimbunan toksin di uterus, karena jumlah toksin yang tidak
dapat dikeluarkan tubuh meningkat akan membuat ginjal bekerja lebih keras, jika
tanpa perawatan yang baik hewan akan mati karena gagal ginjal. Diagnosa
terbaik kasus pyometra adalah dengan menggunakan USG atau X-Ray (Lopate,
2010). Pada kondisi keterbatasan peralatan seperti USG dan X-Ray menjadi
kendala dalam mendiagnosa pyometra sehingga dibutuhkan diagnosa secara
gejala klinis.
Penanganan terbaik pyometra adalah dengan ovariohisterectomi. Teknik
ovariohisterectomi umumnya dilakukan pada kasus pyometra tertutup dan
pyometra terbuka karena untuk mencegah terjadinya kejadian pyometra berulang
(Indrawati, 2015). Tindakan ovariohisterectomi mengakibatkan hewan tidak
dapat bereproduksi lagi. Sehingga tindakan ovariohisterectomi lebih tepat untuk
kasus pyometra dengan kondisi organ reproduksi yang sudah rusak. Pada kondisi
kasus pyometra yang ringan, dimana organ reproduksi hewan belum mengalami
kerusakan lebih tepat ditangani dengan terapy obat-obatan dan hormon sehingga
diharapkan ketika hewan sembuh masih bisa bereproduksi lagi.
Penggunaan Kalium Permanganat (PK) sebagai antiseptik untuk
membersihkan uterus pada kasus gangguan reproduksi seperti pyometra,
metritis, prolapsus uteri sudah sering digunakan pada ternak besar seperti sapi.
Sedangkan pada kasus pyometra pada hewan kesayangan seperti anjing masih
jarang dilakukan. Konsentrasi larutan Kalium Permanganat (PK) yang
digunakan adalah 1: 1000 (Bhattacharyya et al., 2012). Terapi antibiotik juga
diperlukan untuk membantu kesembuhan. Selain itu pada beberapa kasus
pyometra juga sering dibarengi dengan kasus corpus luteum persisten sehingga
dibutuhkan terapi hormon prostaglandin untuk melisiskan korpus luteum.
Kombinasi antibiotik dan prostaglandin pernah digunakan oleh Sayuti et al.,
3
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui efektifitas flusing uterus dengan kalium permanganat pada
kasus pyometra pada anjing.
b. Untuk mengetahui efektifitas terapy antibiotik dan hormon prostaglandin
pada kasus pyometra pada anjing.
1.4 Manfaat
a. Manfaat pengembangan ilmu
Sebagai bahan pengkajian lebih lanjut tentang penanganan pyometra
pada anjing dengan flusing kalium permanganat, terapi antibiotik dan
hormon prostaglandin.
Untuk memperkaya khazanah keilmuan khususnya dibidang
Kedokteran Hewan.
b. Manfaat aplikatif
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang dampak dari
pyometra.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
vagina yang berperan sebagai organ kopulasi pada betina. Semen ditumpahkan
oleh penis pejantan di dalam vagina. Seperti halnya serviks, vagina juga
mengembang agar fetus dan membran dapat lewat pada waktunya. Toelihere
(1981) yang mengatakan bahwa vagina berfungsi sebagai alat kopulatoris dan
sebagai tempat berlalu bagi foetus sewaktu partus.
f. Vulva
Vulva adalah kelamin terluar dari alat reproduksi. Fungsi vulva adalah
sebagai pelindung, tempat keluarnya lendir dan hormon pheromon untuk
menarik pejantan. Vulva berasal dari intoderm sinus urogenitalis dan ektoderm
embrional. Vulva terdiri atas labia mayora (luar) dan labia minora (dalam). Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan, bahwa
vulva terdiri dari labia majora, labia minora, commisura dorsalis, dan ventralis
dan clitoris. Vulva dan vestibulum tidak timbul dari saluran paramesonephrik
primitif tetapi berasal dari intoderm sinus urogenitalis dan ektoderm embrional.
Labia vulva ditutupi oleh bulu-bulu yang jarang dan menjaga lubang luar
saluran reproduksi.
2.2 Pyometra
Pyometra adalah penimbunan nanah dalam uterus yang disebabkan oleh
bakteri-bakteri yang secara normal berada dalam uterus namun dalam keadaan
tertentu menjadi pathogen akibat dari pengaruh hormonal yang disebut dengan
endometritis atau pyometra. Pyometra terjadi sebagai salah satu konsekuensi dari
perubahan hormonal yang mengakibatkan terjadi perubahan pada lapisan uterus.
Pada hewan pasca estrus progesteron meningkat selama 8-10 minggu dan
menebalkan lapisan uterus untuk mempersiapkan lingkungan uterus yang sesuai
untuk kehidupan foetus. Jika kehamilan tidak terjadi karena beberapa hal, lapisan
tersebut akan terus menebal dalam bentuk nodul-nodul yang mengeluarkan cairan
kental sehingga menciptakan suasana lingkungan yang ideal di dalam uterus untuk
pertumbuhan bakteri (Ressang,1984). Bakteri yang menginfeksi biasanya adalah
E.Coli, Stapylococus, Streptococus, Pseudomonas, Proteus Spp dan lain-lain
(Aiello,2000).
7
Patogenesis
Penyakit ini biasanya terjadi setelah hewan birahi dan apabila hewan tidak
pernah kawin maka infeksi-infeksi sekunder dari mikroorganisme yang secara
normal hidup dalam uterus bisa dianggap sebagai penyebab pyometra. Serviks
uterus merupakan pintu masuknya mikroorganisme ke dalam uterus yang
selamanya tertutup, kecuali pada saat estrus. Bakteri yang normalnya ditemukan
di dalam vagina dapat dengan mudah masuk ke dalam uterus saat terjadi estrus, jika
kondisi uterus normal bakteri yang masuk tidak akan bisa bertahan hidup, akan
tetapi jika kondisi dalam uterus tidak normal akibat adanya cystik maka uterus
merupakan tempat yang sempurna untuk perkembangan bakteri. Adanya gangguan
hormonal di dalam endometrium seperti pengulangan antara jumlah/konsentrasi
yang tinggi antara hormon progesteron dan estrogen secara bersamaan tanpa
disertai dengan adanya kebuntingan inilah yang menjadi penyebab cystic
endometrium ( Lary dan Tiley, 2011).
Kejadian pyometra sangat sering terjadi pada anjing sesudah birahi, bila dari
anamnesa anjing diketahui tidak pernah kawin, maka infeksi-infeksi sekunder dari
mikroorganisme yang secara normal hidup dalam uterus dianggap sebagai causa
penyebab pyometra. Mikroorganisme ini menyebabkan proses radang, kemungkinan
pyometra juga terjadi karena anjing yang estrus tidak terjadi konsepsi. Gangguan ini
menghasilkan kadar estrogen dalam darah anjing yang berlebihan (hyperestrogen),
dalam keadaan ini hanya sedikit leukosit yang menuju ke dalam mukosa vagina dan
mungkin inilah yang menyebabkan infeksi dalam uterus mudah terjadi. Nanah dan
hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar uterina menimbun di dalam uterus karena
kontraksi uterus berkurang bahkan tidak terjadi. Hal ini diduga karena peningkatan
hormon progesteron yang mengganggu fungsi bagian posterior kelenjar pituitarian
(Ressang, 1984).
Pyometra merupakan bentuk khusus dari endometritis kronis, ditandai dengan
pengumpulan eksudat purulen (nanah) dalam lumen uterus, serviks tidak berdilatasi
sehingga leleran nanah tidak keluar. Menurut Sayuti et al., (2012) uterus berada di
bawah pengaruh hormon progesteron yang menekan aktivitas fagositosis oleh sel-sel
leukosit, sehingga serviks tertutup dan membuat nanah berakumulasi dan terhambat
pengeluarannya.
8
Gejala Klinis
Secara umum gejala klinis pyometra ada 2 macam tergantung dari kondisi
serviks yang terbuka atau yang sering disebut open pyometra dan tertutup atau
closed pyometra. Pada pyometra terbuka gejala yang bisa diamati secara kasat
mata adalah munculnya leleran vagina yang berbau amis dan sering disertai
dengan nanah yang berwarna kekuningan, kecoklatan dan bahkan kemerahan.
Selain itu hewan juga mengalami lethargi (kelesuan), anorexia (tidak mau
makan) tapi banyak minum, dan pucat. Pada beberapa kasus terkadang pemilik
hewan tidak bisa mengamati gejala seperti leleran/ discharge vagina ini dikarenakan
anjing sering menjilat-jilat vaginanya sendiri. Sedangkan untuk kasus pyometra
tertutup (closed pyometra) gejala seperti munculnya leleran di kelamin hewan
tidak akan terlihat. Hewan akan terlihat lemes, tidak mau makan, demam, muntah
(vomit) dan terkadang terlihat perut (abdomen) membesar seperti hewan bunting
tetapi hewan kesakitan. Pada kondisi yang seperti ini justru sangat
membahayakan hewan karena bisa menimbulkan kematian (Indrawati, 2015).
Diagnosa
Diagnosa pyometra dapat dilakukan secara gejala klinis dan paling terbaik
untuk membuktikan terjadi atau tidaknya pyometra adalah dengan melakukan
ultasonografi dan radiografi. Apabila dilakukan ultrasonografi, maka akan terlihat
adanya cairan di dalam uterus, disertai dengan terlihatnya dinding uterus yang
menebal. Sedangkan penampakan radiografi yang terlihat adalah adanya bentukan
tubular yang terisi oleh cairan, dan terletak diantara colon decenden dan vesica
urinaria (Lopate, 2010).
Diagnosa pyometra kadang sulit dibedakan dengan metritis dan endometritis.
Metritis adalah peradangan pada dinding selaput mukosa uterus(endometrium)
hingga otot polos uterus (miometrium), sedangkan endometritis adalah peradangan
pada dinding selaput mukosa uterus (endometrium) . Pyometra merupakan bentuk
khusus dari endometritis kronis, ditandai dengan pengumpulan eksudat purulen
(nanah) dalam lumen uterus (Manspeaker, 1996).
9
Penanganan
Penaganan pyometra dapat dilakukan secara pembedahan dan tanpa
pembedahan. Penanganan secara pembedahan dapat dilakukan dengan
ovariohisterektomi, sedangkan tanpa pembedahan dapat dilakukan dengan terapi
antibiotik dan hormon seperti prostaglandin dan oxitosin (Fadillah,2017). Selain itu
tindakan flushing uterus dengan Kalium Permanganat (PK) juga sering digunakan
pada ternak besar seperti sapi (Bhattacharyya et al.,2012).
diberikan selama 5-10 hari hingga uterus kembali normal (pus telah keluar
semua). Namun pemberian terapi dengan hormon prostaglandin banyak
menimbulkan efek samping diantaranya gelisah, hipersalivasi, panting,
vomiting, sakit pada abdominal, tachycardia, demam, defekasi, dan prolapsus
uteri (Blendinger,2010). Dosis prostaglandin pada anjing 0.050.25 mg/kg SC
q24h selama 27 hari sampai uterus kembali keukuran normal (The 5-Minute
veterinary consult).
Sayuti et al., (2012) juga menegaskan bahwa berdasarkan hasil
pengamatan pada sapi pyometra dapat disimpulkan bahwa gambaran klinis dan
USG sapi yang diterapi dengan antibiotik dan prostaglandin menyebabkan
pengeluaran leleran yang lebih cepat dan banyak dibandingkan dengan sapi yang
diterapi hanya dengan antibiotik saja.
BAB 3
METODE KEGIATAN
3.2 Alat
Alat yang digunakan yang digunakan antara lain stetoskop, termometer,
Hematologi analizer, sentrifus, urinalisis strip test, syring 1 CC, syring 3 CC,
selang infus dan syring 10 CC .
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain darah dan urin, larutan kalium
permanganat 0,1%, prostaglandin dan oxitetracyclin.
11
12
Anamnesa
dan
Sinyalemen
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Suhu,Pulsus,Inspeksi,Palpasi,
Perkusi, dan Auskultasi darah dan urin
Diagnosa
Penanganan
Flushing uterus
terapi antibiotik
terapi hormon
BAB 4
4.1 Hasil
4.1.1 Anamnesa
Anjing domestik bernama syifa kurang nafsu makan (anorexia). Selama
3 hari terlihat ada leleran berwarna kuning kemerahan keluar dari vagina.
selanjutnya beberapa hari kemudian leleran berubah berwarna putih kental
kekuningan dan berbau busuk. Anjing tersebut tidak sedang menyusui ataupun
bunting dan belum pernah diberikan penanganan dari dokter hewan.
4.1.2 Signalement
Nama Hewan : Syfa
Jenis Hewan : Anjing
Ras Hewan : Domestik
Jenis Kelamin : Betina
Warna Rambut : Merah bata
Berat Badan : 12 kg
Umur : 1,5 tahun-2 Tahun
14
15
1. Keadaan Umum
a. Gizi Baik
b. Temperamen Jinak
c. Habitus Normal
2. Frekuensi nafas 28x/ menit
Frekuensi pulsus 64/menit
Suhu tubuh 38,9oC
3. Kulit dan bulu Kulit Kering, bulu kusam dan turgor
kulit baik
4. Selaput Lendir
a. Mata Normal
b. Hidung Normal
c. Mulut (Gusi) Anemis (CRT > 2 detik)
d. Anus Normal
5. Kelenjar Limfe
a. Limfoglandlua Axillaris Normal
b. Limfoglandlua Prescapularis Normal
c. Limfoglandlua Poplitea Normal
d.Limfoglandlua Normal
Submandibularis Tidak teraba
e. Limfoglandlua Mesenterika
6. Alat Pernafasan
a. Rongga Hidung Normal
b. Trachea Normal
c. Paru-paru Normal
7. Alat Peredaran Darah
a. Jantung Normal
b. Buluh Darah Normal
8. Alat Pencernaan
a. Rongga mulut Normal
b. Lambung Normal
c. Usus Normal
9. Alat Kelamin/Perkencingan
a. Ovarium Tidak teraba
b. Oviduct Tidak teraba
c. Uterus Tidak teraba ( merasa sakit saat
dipalpasi)
d. Vagina Ada discharge purulent
e. Vulva Ada discharge purulent
f. Ginjal Normal
g. Vesika urinaria Normal
10. Urat saraf Normal
16
4.1.4 Laboratorium
Hematology Standar Urinalysis
Hct 39,8 % 37-55 Warna Kuning
Hb 12,0 L g/dl 12-18 Bau Khas
RBC 5,34 L X 10 6/ l 5,5-8,5 Uji gula Negatif
MCV 74,7 Fl 60-75 Uji protein Positif
MCH 22,4 Pg 19,25-26 Uji sedimentasi Negatif
MCHC 30,1 % 32-36
PLT 215 X 10 3/l 200-900
WBC 19,2 H X 10 3/l 6-18
Neutrofil 12,8 H X 10 3/l 2,7-9,4
Eusinofil 0,19 X 10 3/l 0,1-1,3
Basofil 0,57 H X 10 3/l 0-0,1
Limfosit 2,88 X 10 3/l 0,9-4,7
Monosit 2,68 H X 10 3/l 0,1-1,3
4.1.5 Diagnosa
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan hematologi anjing Syfa
didiagnosa mengalami infeksi uterus. Infeksi uterus terbagi atas metritis,
endometritis dan pyometra. Diagnosa yang ditetapkan adalah pyometra.
Diagnosa ini didukung dengan gejala patognomonis yaitu adanya
Discharge purulent yang keluar dari vagina yang berasal dari uterus.
Selain itu infeksi yang bersifat kronis juga mendukung diagnosa ke arah
pyometra. Karena Pyometra adalah bentuk khusus dari endometritis
kronis.
4.1.6 Penanganan
Tindakan Flushing Uterus dengan Kalium Permanganat
Flusing uterus dilakukan menggunakan larutan Kalium Permanganat
0,1%. Larutan tersebut dapat dibuat dengan cara melarutkan 1 gram kalium
permanganat dengan 1000 mL air. Selanjutnya dilakukan pemasangan kateter
buatan menggunakan selang infus. Kateter dipasang kedalam organ
reproduksi pasien sampai ke organ uterus. Flusing uterus dilkakukan dengan
18
10mg/kgbb IM
11/11/16 Leleran kental keluar dari vagina Injeksi
Suhu 38,5o C prostaglandin 0,1
Frekuensi nafas 28x/menit mg/kg bb IM
Frekuensi Pulsus 64x/ menit Injeksi
Nafsu makan baik Oxitetraciclin
10mg/kgbb IM
12/11/16 Tidak ada leleran Injeksi
Suhu 38,2o C prostaglandin 0,1
Nafsu makan baik mg/kg bb IM
Hewan sangat aktif Injeksi
Oxitetraciclin
10mg/kgbb IM
13/11/16 Tidak ada leleran Injeksi
Suhu 38,5 o C Oxitetraciclin
Frekuensi nafas 30x/menit 10mg/kgbb IM
Pulsus 60x menit
Palpasi Organ reproduksi hewan
sudah tidak merasa kesakitan.
4.2 Pembahasan
Hasil pemeriksaan klinis selama perawatan menunjukkan hasil yang baik.
Anjing Syfa tidak lagi merasakan kesakitan saat dipalpasi pada organ
reproduksinya dan tidak ditemukannya Discharge purulent setelah penanganan
dengan flushing Kalium Permanganat, Antibiotik dan Prostaglandin. Kalium
permanganat dengan konsentrasi 0,1% dapat digunakan sebagai antiseptik untuk
digunakan pada flusing uterus anjing yang mengalami pyometra. Hal ini
dikarenakan kalium permanganat bersifat peroksidan yang dapat membunuh
bakteri (bacterisid).
Selain itu antibiotik (oxitetracyclin) dan hormon prostaglandin juga
efektif digunakan untuk terapi pyometra pada anjing. Oxitetracyclin yang bersifat
spektrum luas dan dapat aktif dalam kondisi lingkungan yang purulen dan anaerob
seperti pada kasus pyometra. Oxitetracycline bekerja dengan cara menghambat
sintesis protein bakteri. Oxitetracyclin juga membantu defensi uterus dengan
infiltrasi leukosit ke uterus khususnya polimorfonuklear (PMN). Hal ini
diperlukan karena pada saat pyometra leukosit ditekan oleh hormon reproduksi
sehingga jumlahnya diuterus sangat sedikit. Akibatnya bakteri dengan sangat
mudah berkembang didalam uterus. Infiltrasi leukosit polimorfonuklear (PMN) ke
20
5.1 Kesimpulan
Flushing uterus dengan Kalium Permanganat (PK) 0,1 %, terapi
antibiotik (Oxitetracyclin) dosis 10 mg/kg BB secara intramuskular dan
hormon prostaglandin dosis 0,1 mg/kg BB secara intramuskular efektif
digunakan pada kasus pyometra pada anjing.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG pada bagian abdomen sebagai
penunjang diagnosa agar diagnosa lebih akurat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aiello, S.E. (2000) The Merck Veterinary Manual. 8th Ed. Merck&Co. inc whitehouse
station N. J.USA.
Blakely, J. dan H. Bade (1994) Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Subronto dan djahajati I, (2004) Ilmu Penyakit Ternak II. Jogyakarta : Gadjah Mada
University press
Tilley P, Larry dan Francis W.K Smith. (2011) Five Minute Veterinary Consult
Canine and Feline. Wiley Blackwell, USA
Toelihere M. (1981) Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa Bandung.
Vivi Indrawati, (2015) Pyometra pada anjing. Artikel 004 - Vitapet Animal Clinic.
Jakarta
22
FOTO-FOTO KEGIATAN
23
BIODATA
Nama : Zainal
Tempat/Tanggal Lahir : Kayowa /30 september1992
Nomor Induk Mahasiswa : 1502101020123
Agama : Islam
Alamat/No. telp : Jl. Askopma Unsyiah/ 082188350907
Email : fkhzainal@yahoo.co.id
Nama Orang Tua
Ayah : Antong
Ibu : Indorappe
Pekerjaan orang tua
Ayah : Petani
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua :Desa kayowa kecamatan Batui Kabupaten Banggai
Provinsi Sulawesi Tengah
Pendidikan Yang ditempuh
: 1. SDN Inpres Kayowa tamat tahun 2004
: 2. SMP N 1 Batui tamat tahun 2007
: 3.SMAN 1 Batui tamat tahun 2010
: 4. PSKH UNIVERSITAS HASANUDDIN tamat tahun 2014
Karya Tulis Ilmiah : Penanganan Pyoetra Pada Anjing Dengan Flushing Kalium
Permanganat, Terapy Antibiotik Dan Hormon Prostaglandin
24