Ikan mas merupakan ikan air tawar yang biasa dijual dalam keadaan
hidup. Teknik transportasi ikan hidup yang dapat menjamin ikan tetap hidup
hingga ke tangan konsumen sangat dibutuhkan. Upaya meningkatkan kepadatan
ikan dengan mengurangi jumlah air telah dilakukan. Upaya tersebut masih belum
diikuti dengan upaya peningkatan ketahanan hidup ikan dan kajian fisiologis ikan
sehingga, masih banyak masalah yang dihadapi. Suhu merupakan salah satu faktor
fisik yang berpengaruh terhadap proses fisiologis ikan. Informasi dasar tentang
sifat fisiologis ikan mas pada suhu berbeda yaitu suhu dingin, suhu ruang, dan
suhu hangat sangat diperlukan terutama mengeanai metabolismenya
(tingkat konsumsi oksigen dan produksi metabolit). Tujuan penelitian ini adalah
mendapatkan informasi mengenai perubahan kondisi fisiologis ikan mas
(C. carpio L.) serta perubahan kualitas air pada perlakuan perbedaan ukuran dan
perbedaan suhu lingkungan.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Tujuan penelitian pendahuluan adalah untuk memilih size ikan
mas ukuran konsumsi (size 4, size 5, dan size 6) yang memiliki daya tahan terbaik
terhadap perubahan lingkungan (kepadatan). Penelitian utama dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai perubahan kondisi fisiologis ikan mas dibawah
kondisi suhu lingkungan yang berbeda. Rancangan percobaaan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan satu faktor, yaitu faktor
pemberian ukuran untuk penelitian pendahuluan dan faktor pemberian suhu untuk
penelitian utama dengan taraf suhu dingin, suhu ruang, dan suhu hangat. Apabila
hasil perhitungan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, maka dilakuan uji
lanjut Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan mas dengan size 4 memiliki SR
yang paling tinggi yaitu 62,5 %, diikuti oleh size 5 sebesar 60 %, dan size 6
sebesar 50 %. Penurunan kualitas air pada perlakuan size 4 relatif lebih lambat
dibandingkan dengan size 5 dan size 6. Rata-rata jumlah bukaan mulut yang
paling banyak didapatkan oleh ikan size 6 yaitu sebesar 1643, sedangkan rata-rata
terkecil didapatkan oleh ikan size 4 yaitu sebesar 1131. Tingkat konsumsi oksigen
tetinggi pada perlakuan perbedaan suhu didapatkan pada perlakuan suhu hangat
menit ke-30 yaitu sebesar 23,40 0,42 mgO2/kg/jam, sedangkan tingkat konsumsi
oksigen terendah didapatkan pada perlakuan suhu ruang menit ke-90 yaitu sebesar
0,14 0,02 mgO2/kg/jam. Perhitungan kualitas air pada perlakuan perbedaan suhu
untuk parameter DO, CO2, TAN, dan pH yang terbaik didapatkan oleh perlakuan
suhu dingin. Ikan dengan perlakuan suhu dingin gerakan fisik tubuhnya terlihat
lebih lambat dibandingkan dengan suhu ruang dan suhu hangat. Ikan dengan
perlakuan suhu dingin juga menghasilkan SR 100 % atau tidak ada ikan yang mati
pada saat simulasi. Metode transportasi terbaik yang menyebabkan tingkat
mortalitas paling rendah adalah transportasi ikan mas size 4 dengan perlakuan
suhu dingin.
PERUBAHAN KONDISI FISIOLOGIS IKAN MAS
(Cyprinus carpio L.) AKIBAT PENGARUH
PERBEDAAN UKURAN DAN
SUHU LINGKUNGAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS. MPhil Roni Nugraha, S.Si, M.Sc
NIP : 1958 0511 1985 03 1 002 NIP : 1983 0421 2009 12 1 003
Mengetahui
Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan cukup baik
dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar
Sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi
hasil penelitian ini berjudul Perubahan Kondisi Fisiologis Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.) akibat Pengaruh Perbedaan Ukuran dan Suhu Lingkungan.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan
dari berbagai pihak. Penulis sangat berterima kasih pada:
1. Dr. Ir. Ruddy Suwandi, M.S, M.Phil dan Roni Nugraha, S.Si, M.Sc
sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
arahan dengan penuh kesabaran.
2. Dr. Ir. Nurjanah, M.S, sebagai Dosen Penguji atas saran yang telah
diberikan.
3. Ibu Etty Lisnawati, Bapak Sumardi Sumamiharja, Yuska Etika Mardiana,
Dwi Prima Nurani, dan Irfan Widya Permana atas perhatian dan
dukungannya.
4. Yunita Puspa Dewi atas saran, semangat, dan bantuannya.
5. Teman-teman THP 45 atas kenangan indah yang telah terukir.
6. Kakak-kakak kelas THP 44, 43, dan 42 atas saran yang sangat membantu.
Penulis menyadari penulisan skrpsi ini masih belum sempurna. Penulis
sangat terbuka atas saran maupun kritik yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR TABEL......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
1 PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2
2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) ................. 3
2.2 Suhu .................................................................................................... 3
2.3 Derajat Keasaman (pH) ...................................................................... 4
2.4 Oksigen Terlarut (DO) ...................................................................... 4
2.5 Karbondioksida (CO2) ........................................................................ 5
2.6 Total Amonia Nitrogen (TAN)........................................................... 5
2.7 Glukosa Darah .................................................................................... 6
3 METODE PENELITIAN .......................................................................
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan......................................................... 9
3.2 Bahan dan Alat ................................................................................... 9
3.3 Tahap Penelitian ................................................................................. 9
3.3.1 Persiapan penelitian................................................................... 9
3.3.2 Penelitian pendahuluan ............................................................. 11
3.4.3 Penelitian utama ........................................................................ 12
3.5 Rancangan Percobaan......................................................................... 12
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
4.1 Sifat Fisiologis Ikan Mas (C. carpio L.) ............................................ 13
4.2 Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Mas (C. carpio L.) ......................... 18
4.3 Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Kualitas Air dan Tingkah .......
Laku Ikan Mas (C. carpio L.) ........................................................... 19
4.4 Pengaruh Suhu terhadap Glukosa Darah Ikan Mas (C. carpio L.) ..... 26
5 KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 28
5.2 Saran ................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................. 33
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Parameter kualitas air, alat, dan cara pengukurannya ...................... 10
2 Jumlah bukaan mulut ikan saat mengambil oksigen ke permukaan 14
3 Nilai perhitungan SR perlakuan perbedaan ukuran ......................... 14
4 Tingkat konsumsi oksigen ikan mas selama simulasi...................... 18
5 Pengamatan fisik tingkah laku ikan pada suhu dingin, ruang, dan
hangat ............................................................................................... 25
6 Uji kadar glukosa darah pada beberapa suhu di awal dan akhir
simulasi ............................................................................................ 26
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Ikan mas (Cyprinus carpio L.) ......................................................... 3
2 Diagram alir tahapan pengujian fisiologis ikan mas ........................ 13
3 Grafik nilai DO pada perlakuan perbedaan ukuran ......................... 13
4 Grafik nilai CO2 pada perlakuan perbedaan ukuran ........................ 15
5 Grafik nilai TAN pada perlakuan perbedaan ukuran ....................... 16
6 Grafik nilai pH pada perlakuan perbedaan ukuran .......................... 17
7 Diagram batang nilai rata-rata parameter DO .................................. 19
8 Diagram batang nilai rata-rata parameter CO2................................. 20
9 Diagram batang nilai rata-rata parameter TAN ............................... 21
10 Diagram batang nilai rata-rata parameter pH................................... 22
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Data kualitas air perbedaan ukuran ikan mas .................................. 34
2 Data pengamatan tingkah laku ikan pada perlakuan
perbedaan ukuran ............................................................................ 35
3 Data kualitas air perbedaan suhu lingkungan .................................. 38
4 Data pengamatan tingkah laku ikan pada perlakuan
perbedaan suhu lingkungan ............................................................. 39
5 Tabel ANOVA perlakuan perbedaan ukuran .................................. 42
6 Tabel ANOVA perlakuan perbedaan suhu ...................................... 45
7 Tabel uji lanjut Duncan perlakuan perbedaan ukuran ..................... 48
8 Tabel uji lanjut Duncan perlakuan perbedaan suhu ......................... 50
9 Faktor perhitungan CO2 dalam air dengan dikethui pH dan
temperatur ........................................................................................ 53
xi
1
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mendapatkan informasi mengenai perubahan kondisi fisiologis ikan mas
(C. carpio L.) serta perubahan kualitas air pada perlakuan perbedaan ukuran dan
perbedaan suhu lingkungan.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Suhu
Ikan merupakan hewan berdarah dingin (poikilothermal) yang
metabolisme tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Neuman et al. 1997).
Engelsma et al. (2003) menyatakan bahwa suhu juga berpengaruh terhadap
parameter hematological dan daya tahan terhadap penyakit. Pemberian suhu tinggi
4
ataupun suhu rendah yang mendadak dapat meningkatkan jumlah sel darah putih
pada ikan mas. Proses fisiologis dalam ikan yaitu tingkat respirasi, makan,
metabolisme, pertumbuhan, perilaku, reproduksi dan tingkat detoksifikasi dan
bioakumulasi dipengaruhi oleh suhu (Fadhil et al. 2011).
Setiap ikan memiliki rentang suhu yang optimal bagi pertumbuhannya. Ikan
yang hidup di lingkungan lebih hangat memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih
cepat tetapi cenderung memiliki jangka hidup yang lebih pendek daripada ikan
pada lingkungan air dingin. Suhu air yang tinggi dapat meningkatkan
sistem metabolisme tubuh ikan sehingga konsumsi pakan meningkat
(Kausar & Salim 2006). Meningkatnya suhu dapat meningkatkan aktivitas enzim
pencernaan yang dapat mempercepat pencernaan nutrisi sehingga dapat
meningkatkan hasil buangan (Shcherbina & Kazlauskene 1971).
Tingkat aktivitas dan stres ikan juga mempengaruhi kadar CO2 dalam air
terkait tingkat respirasinya. Hal tersebut dikarenakan CO 2 dihasilkan sebagai
oksidasi senyawa organik yang berasal dari makanan selama proses respirasi
(Suryaningrum et al. 2006). Ketika ikan ditebar sangat banyak atau pada
kepadatan tinggi, konsentrasi CO2 dapat menjadi tinggi sebagai hasil dari
respirasi. CO2 bebas yang dilepaskan selama respirasi akan berekasi dengan air
sehingga menghasilkan asam karbonat (H2CO3) yang dapat menurunkan pH air
(William & Robert 1992).
(Porchas et al. 1990). Keberhasilan pasokan glukosa ke dalam sel ditentukan oleh
kinerja insulin. Sedangkan selama stres terjadi inaktivasi insulin sehingga
menutup penggunaan glukosa oleh sel (Brown 1993 dalam Hastuti et al. 2003).
Pengujian glukosa darah merupakan salah satu parameter yang digunakan
untuk mengevaluasi tingkat stres pada ikan (Kucukgul & Sahan 2008). Barton &
Iwama (1991) menyatakan bahwa konsentrasi kortisol dan glukosa merupakan
indikator stres yang paling penting pada ikan. Kebutuhan energi dari glukosa
untuk menangani stres dapat dipenuhi apabila glukosa dalam darah dapat segera
masuk ke dalam sel target. Keberhasilan pasokan glukosa ke dalam sel ditentukan
oleh kinerja insulin. Inaktivasi insulin terjadi selama stres sehingga menutup
penggunaan glukosa oleh sel (Hastuti et al. 2003).
Mekanisme terjadinya perubahan performa glukosa darah selama stres
adalah sebagai berikut: Adanya perlakuan shock suhu (perubahan suhu)
lingkungan akan diterima oleh organ reseptor. lnformasi tersebut disampaikan ke
otak bagian hipotalamus melalui sistem syaraf, dan selanjutnya sel kromaffin
menerima perintah melalui serabut syaraf symphatik untuk mensekresikan
hormon katekolamin. Hormon ini akan mengaktivasi enzim-enzim yang terlibat
dalam katabolisme simpanan glikogen hati dan otot serta menekan sekresi hormon
insulin, sehingga glukosa darah mengalami peningkatan. Pada saat yang
bersamaan hipothalamus otak mensekresikan CRF (corticoid releasing factor)
yang meregulasi kelenjar pituitary untuk mensekresikan ACTH
(adrenocorticotropik hormone), MSH (melanocyte stimulating hormone) dan
B-End (B-endorphin). Hormon tersebut akan meregulasi sekresi hormon kortisol
dari sel. Kortisol selanjutnya akan menggertak enzim-enzim yang terlibat dalam
glukoneogenesis yang menghasilkan peningkatan glukosa darah yang bersumber
dari non karbohidrat. Penurunan glukosa darah terjadi akibat adanya katabolisme
protein untuk membentuk glukosa, katabolisme protein ini juga menghasilkan
asam amino, sehingga asam amino dalam darah diduga meningkat. Meningkatnya
asam amino dalam darah akan mengaktivasi insulin kembali sehingga mampu
melakukan transport glukosa, sehingga glukosa dalam darah akan menurun
kembali (Hastuti et al. 2003).
8
Insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh sel beta pulau lengerhan
pada jaringan epithelium pankreas yang mengatur tingkat kenormalan gula darah
yang relatif konstan dibawah kondisi normal. Hormon ini berpengaruh terhadap
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak (Suptijah 1996). Insulin adalah
protein yang mempunyai struktur primer spesifik dan merupakan polipeptida
besar dengan berat molekul kira-kira 6000. Polipeptida ini terdiri dari 51 asam
amino tersusun dalam 2 rantai: rantai A yang terdiri dari 21 asam amino dan rantai
B terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan rantai B terdapat
2 jembatan disulfida yaitu antara A-7 dengan B-7 dan N-19 dengan A-20.
Jembatan disulfida juga terdapat antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A
(Suharto & Handoko 1987 dalam Suptijah 1996).
Insulin memiliki fungsi yang luas dan rumit. Efek akhir dari hormon ini
adalah penyimpanan karbohidrat, protein dan lemak sehingga insulin dapat
disebut sebagai hormone of abudance (Nurtanio & Wangko 2007). Insulin
memiliki dua fungsi penting dalam menjaga homeostasis metabolisme dalam
tubuh. Mengusahakan tetap tersedianya sumber energi yang cukup
untuk kebutuhan tubuh dalam masa perkembangan, pertumbuhan, dan
reproduksi adalah fungsi pertama. Fungsi kedua adalah mengatur
konsentrasi glukosa plasma. Pengaturan pelepasan insulin ini dikendalikan
oleh sistem saraf pusat dan dipengaruhi oleh jumlah sel lemak dan glukosa plasma
(Nurtanio & Wangko 2007).
9
3 METODOLOGI
TAN (mg/L) =
Keterangan :
Cst = konsentrasi larutan standar (0,3 ppm)
As = Nilai Absorban sampel
Ast = Nilai absorban standar
( )
( )
Keterangan :
TKO = tingkat konsumsi oksigen (mgO2/g/jam)
DO0 = konsentrasi oksigen terlarut pada awal pengamatan (mg/L)
DOt = konsentrasi oksigen terlarut pada waktu t (mg/L)
V = volume air dalam wadah (L)
W = biomassa ikan uji (g)
t0 = waktu pada jam ke-0 (awal)
t1 = waktu pada jam ke-1 (akhir)
b) Ikan uji
Ikan mas berukuran konsumsi yang baru dibeli dalam keadaan hidup dari
kolam dipindahkan pada akuarium untuk dilakukan adaptasi kemudian dipuasakan
selama 1 hari. Pada saat ikan dipindahkan pada akuarium, ikan tidak boleh diberi
pakan terlebih dahulu, karena ikan baru berada dalam lingkungan baru sehingga
perlu penyesuaian diri terhadap lingkungan baru.
3.3.2 Penelitian pendahuluan
Tujuan penelitian pendahuluan adalah untuk memilih size ikan mas ukuran
konsumsi (size 4, 5, dan 6) yang memiliki daya tahan terbaik terhadap perubahan
lingkungan. Sebanyak 3 buah akuarium yang berisi air 3 liter masing-masing
diberi ikan sebanyak 4 ekor (size 4), 5 ekor (size 5), dan 6 ekor (size 6). Ikan
diamati setiap 30 menit selama dua jam. Prosedur penelitian tersebut dilakukan
sebanyak dua ulangan serta duplo. Parameter yang diamati diantaranya adalah
12
respon fisiologis gerak ikan, serta kualitas air yaitu DO, CO 2, TAN dan pH. Size
ikan yang terbaik kemudian dipilih untuk dijadikan bahan uji pada penelitian
utama.
Yij = + i + ij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j (j=1,2)
= Nilai tengah atau rataan umum pengamatan
13
Ikan Mas
(C. carpio) size 4
Pengukuran glukosa
darah ikan
berbedanya jumlah bukaan mulut. Semakin tinggi kepadatan, maka kualitas air
lebih cepat menurun sehingga ikan akan lebih cepat mati (Docan et al. 2010).
Nilai perhitungan SR pada perlakuan perbedaan ukuran disajikan pada Tabel 3.
Rata-rata size ikan yang memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap
perubahan lingkungan (kepadatan) adalah ikan mas dengan size 4 yaitu dengan
rata-rata SR 62,5 %. Gomes et al. (2003) menyatakan pula bahwa tingkat
mortalitas semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kepadatan. Hasil
pengujian juga menunjukkan bahwa ikan mas size 4 memiliki rata-rata kelarutan
oksigen (DO) terbesar (Gambar 3). Grafik perbandingan nilai CO 2 pada perlakuan
perbedaan ukuran disajikan pada Gambar 4.
tinggi diperoleh pada perlakuan size 6 (Gambar 4). Nilai CO 2 berbanding terbalik
dengan nilai DO karena CO2 merupakan hasil dari proses respirasi. Suryaningrum
et al. (2006) menjelaskan bahwa tingkat aktivitas dan stres ikan dapat
mempengaruhi kadar CO2 dalam air terkait tingkat respirasinya, karena CO2
dihasilkan sebagai oksidasi senyawa organik yang berasal dari makanan selama
proses respirasi. Kepadatan ikan mas juga dapat mempengaruhi jumlah eksresi
CO2. Perlakuan size 6 memiliki kepadatan yang lebih tinggi dari segi kuantitas
dibanding dengan perlakuan lainnya, sehinga menghasilkan eksresi CO2 yang
lebih banyak. William & Robert (1992) melaporkan bahwa pada umumnya,
kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan konsentrasi CO 2 menjadi tinggi. Grafik
perbandingan nilai TAN pada perlakuan perbedaan ukuran disajikan pada
Gambar 5.
baik untuk kehidupan ikan adalah kurang dari 2,4 mg/L. TAN merupakan salah
satu sumber amonia dari hasil metabolit ikan yang dikeluarkan melalui insang dan
tinja (Effendi 2003). Tingginya metabolisme ikan mas pada kepadatan yang lebih
tinggi (Size 6) menghasilkan buangan amonia yang lebih banyak dibandingkan
dengan size 4 dan size 5, sehingga kepadatan yang tinggi harus dihindarkan
selama proses transportasi. Meningkatnya kepadatan ikan yang diangkut akan
meningkatkan tingkat metabolisme ikan dan dapat mengakibatkan tingginya
tingkat stres yang dialami oleh ikan karena menurunya kualitas air
(Supriyono et al. 2010). Grafik perbandingan nilai pH pada perlakuan perbedaan
ukuran disajikan pada Gambar 6.
4.3 Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Kualitas Air dan Tingkah Laku
Ikan Mas (C. carpio L.)
Diagram batang uji kualitas air untuk nilai DO disajikan pada Gambar 7.
Hasil uji Kruskal Wallis (Lampiran 6) menunjukkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95 % pemberian suhu berbeda memberikan pengaruh yang berbeda
nyata terhadap kelarutan oksigen (DO) pada media. Hasil uji lanjut Duncan
(Lampiran 8) menunjukkan bahwa pada menit ke-30, nilai DO suhu ruang
berbeda nyata dengan nilai DO suhu hangat dan dingin.
a a a
4,20
3,60
3,00
DO (mg/L)
2,40
1,80
1,20
0,60 b a c
a a b b a a b a c
0,00
0 30 60 90 120
Menit ke-
Di menit ke-90, nilai DO suhu dingin berbeda nyata dengan nilai DO suhu
ruang dan hangat. Nilai DO ketiga suhu saling berbeda nyata satu sama lain pada
menit ke-60 dan ke-120. Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai DO berada pada
kisaran 0,14 0,02 mg/L hingga 4,19 0,09 mg/L. Nilai DO awal air sudah
memenuhi Nilai Baku Air (NBA) untuk perikanan, namun setelah menit ke-30
nilai DO menurun drastis. Nilai DO yang merosot ini diakibatkan oleh tingginya
nilai kulaitas air awal. Menurunnya nilai DO juga diakibatkan oleh tidak adanya
aerasi. Nilai DO tertinggi pada menit ke-30 hingga menit ke-120 diperoleh pada
perlakuan suhu dingin yaitu sebesar 0,48 0,04 mg/L. Lesmana (2002)
menyatakan bahwa pengaruh suhu rendah terhadap ikan adalah rendahnya
kemampuan mengambil oksigen (hypoxia). Rendahnya kemampuan pengambilan
oksigen ini menyebakan nilai kelarutan oksigen lebih lambat menurun pada
perlakuan suhu dingin. Diagram batang uji kualitas air untuk CO 2 disajikan pada
Gambar 8.
1,80 b
1,60 b
1,40
1,20
CO2 (mg/L)
b
1,00 a
b a a a
0,80
a a
0,60 a a
b b b
0,40
0,20
0,00
0 30 60 90 120
Menit ke-
nilai CO2 suhu ruang berbeda nyata dengan CO2 suhu dingin dan suhu hangat.
Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata CO2 pada suhu ruang lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu dingin dan suhu ruang. Metabolisme tubuh ikan
menurun pada suhu dingin sehingga tingkat konsumsi oksigen kecil dan nilai CO 2
yang dihasilkan pun juga menjadi kecil, sedangkan pada suhu hangat kelarutan
gas lebih kecil dibandingan pada suhu dingin dan suhu ruang sehingga nilai CO 2
pun lebih kecil. Ghosal & Freeman (1994) menyatakan bahwa semakin tinggi
suhu maka kelarutan gas pada perairan akan semakin menurun. Nilai CO2 pada
Gambar 8 menunjukkan bahwa nilainya masih tergolong rendah yaitu berkisar
antara 0,14 0,00 hingga 1,56 0,44. Nilai CO2 yang tinggi tidak akan menjadi
masalah selama nilai oksigen tinggi. Hasil studi Tahe (2008) menunjukkan bahwa
nilai CO2 yang tinggi (36,45-70,45 mg/L) masih dapat ditoleransi oleh ikan
asalkan kadar oksigen tinggi (3,9-4,3 mg/L). Diagram batang uji kualitas air untuk
TAN disajikan pada Gambar 9.
1,00 b c
c
b b
b
0,80 a a a
a a
TAN (mg/L)
a
0,60
0,40
c
0,20 a b
0,00
0 30 60 90 120
Menit ke-
saling berbeda nyata satu sama lain. Di menit ke-30, nilai TAN suhu hangat
berbeda nyata dengan nilai TAN suhu ruang dan dingin, sedangkan di menit
ke-60, nilai TAN suhu ruang berbeda nyata dengan nilai TAN suhu dingin dan
hangat. Gambar 9 menunjukkan bahwa kisaran nilai TAN berada pada 0,06 0,01
hingga 0,91 0,01 mg/L.
Nilai TAN awal air untuk ketiga suhu sudah cukup memenuhi Baku Mutu
Air (BMA) untuk perikanan, namun setelah menit ke-30 nilai TAN melonjak
naik. Sofarini (2009) melaporkan bahwa nilai Baku Mutu Air (BMA) untuk
amonia adalah kurang dari 0,1 mg/L. Nilai TAN tertinggi saat simulasi pada menit
ke-60 didapat pada perlakuan dengan suhu ruang yaitu sebesar 0,91 0,01 mg/L
(Gambar 9). Boyd (1990) menyatakan bahwa laju proses biokimia sesuai dengan
hukum van hoff akan meningkat dua kalinya setiap peningkatan suhu 10 oC.
Meningkatnya reaksi di dalam cairan media dan cairan tubuh ikan menyebabkan
adanya peningkatan reaksi kimia di dalam air dimana NH3 bereaksi dengan H2O
menghasilkan NH4+ sehingga pH perairan menjadi naik. Pada tingkat toksik, NH3
dapat menyebabkan peningkatan pH pada darah, gangguan osmoregulasi, dan
kesulitan bernafas (Hargreaves dan Tucker 2004). Diagram batang uji kualitas air
untuk pH disajikan pada Gambar 10.
7,50 b a b b b b b a a a a
7,00 a
6,50 a
a
a
6,00
5,50
5,00
pH
4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
0 30 60 90 120
Menit ke-
Tabel 5 Pengamatan fisik tingkah laku ikan pada suhu dingin, ruang, dan hangat
Gerak
Gerak Gerak Dinding Ekskresi
Suhu Tutup Lendir
Tubuh Siirp Perut Anal
Insang
0` Lincah* Cepat Cepat Normal Sedikit Sedikit
30` Lincah* Cepat Cepat Normal Sedikit Sedikit
Dingin Agak
(15oC) 60` Lincah Cepat Cepat Normal Sedikit
Banyak
Agak
90` Lambat Lambat Lambat Normal Sedikit
Banyak
Agak
120` Lambat Lambat Lambat Normal Sedikit
Banyak
0` Lincah Cepat Cepat Normal Sedikit Sedikit
Agak
30` Lincah* Cepat Cepat Normal Sedikit
Banyak
Ruang Agak
60` Lincah* Cepat Cepat Normal Sedikit
(27oC) Banyak
Agak
90` Lambat Lambat Lambat Normal Banyak
Banyak
120`
Lambat Lambat Lambat Normal Banyak Banyak
perlakuan suhu dingin juga menghasilkan SR 100 % atau tidak ada ikan yang
mengalami kematian pada saat simulasi.
Pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degenerasi sel darah merah
sehingga proses respirasi terganggu. Pemberian suhu rendah juga dapat
menyebabkan ikan tidak aktif, bergerombol seperti tidak mau berenang dan
makan sehingga imunitasnya terhadap penyakit berkurang. Perubahan suhu yang
melebihi 3-4 oC dalam waktu yang relatif singkat dan mengakibatkan kejutan suhu
dan kematian ikan (Boyd 1990). Pada suhu dingin ikan terlihat lincah stres pada
menit awal, namun pada menit berikutnya ikan terlihat tenang. Karnila & Edison
(2001) menyatakan bahwa untuk pembiusan bertahap sampai suhu 15 oC selama
15 menit kondisi ikan sudah melewati fase panik dan tidak meronta saat dilakukan
pengemasan, sehingga proses pengemasan sanga mudah dilakukan.
Tabel 6 Uji kadar glukosa darah pada beberapa suhu di awal dan akhir simulasi
Kadar Glukosa Darah (mg/L)
Suhu Dingin (15 oC) Suhu Ruang (27 oC) Suhu Hangat (35 oC)
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
12,9 0,1 15,0 0,3 12,2 0,3 14,0 1,1 11,7 2,2 6,3 0,8
Penurunan nilai kadar glukosa ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka
metabolisme tubuh ikan menjadi tinggi dan ikan akan lebih aktif bergerak sampai
cadangan glikogen habis, sehingga kadar glukosa dalam darah menurun.
Kucukgul & Sahan (2008) menyatakan bahwa semakin meningkat suhu, maka
nilai glukosa darah akan semakin menurun. Hastuti et al. (2003) menyatakan
bahwa hormon kortisol dan katekolamin akan diproduksi ketika ikan stres.
Hormon kortisol dan katekolamin selanjutnya akan mengaktivasi proses
glikogenosis dalam hati sehingga kadar glukosa darah meningkat.
28
5.1 Kesimpulan
Ikan yang memiliki daya tahan cukup baik terhadap stres perubahan
lingkungan (kepadatan) adalah ikan mas size 4 dengan rata-rata SR 63 %.
Rata-rata tingkat konsumsi oksigen tertinggi pada perlakuan perbedaan suhu
didapatkan pada perlakuan suhu hangat yaitu sebesar 8,07 mgO 2/kg/jam,
sedangkan rata-rata tingkat konsumsi oksigen terendah didapatkan pada perlakuan
suhu dingin yaitu sebesar 5,89 mgO2/kg/jam. Ikan mas yang diberi perlakuan suhu
dingin memberikan hasil yang lebih baik daripada perlakuan suhu ruang dan
hangat. Ikan dengan perlakuan suhu dingin gerakan fisik tubuhnya lebih lambat
dan menghasilkan sisa metabolit yang lebih sedikit. Ikan dengan perlakuan suhu
dingin juga menghasilkan SR 100 % atau tidak ada ikan yang mati pada saat
simulasi.
5.2 Saran
Transportasi ikan mas sebaiknya dilakukan pada suhu dingin atau pada
waktu pagi hari, dan hindari pengangkutan ikan mas dengan kepadatan yang
terlalu tinggi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Barton BA, Iwama GK. 1991. Physiological changes in fish from stress in
aquaculture with emphasis on the response and effects of corticosteroids.
Annual Review of Fish Diseases 1: 3-26.
Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquqculture. Alabama: Birmingham
Publishing Co.Birmingham.
Burggren WW, Randall DJ. 1978. Oxygen uptake and transport during hypoxic
exposure in the sturgeon Acipenser transmontanus. J. Respiratory
Physiology 34: 171-183.
Davis KB, Parker NC. 1990. Physiological stress striped bass: Effects of
acclimation temperature J. Aquaculture. 91: 349-358.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolahan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Fadhil R, Endan J, Taip FS, Salih M. 2011. Kualitas air dalam sistem resirkulasi
untuk budidaya ikan lele/keli (Clarias Batrachus). J. Aceh Depelovment
International Conference 1:1-10.
Franson MA. 1975. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater.
14th Ed. New York: American Public Health Association.
Ghosal K, Freeman BD. 1994. Gas separation using polymer membranes. Polym.
Adv. Technol 5: 673-697.
Ghufran HM, Kordi K, Andi BT. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gomes LC, Araujo LCARM, Roubach R, Gomes CAR, Lopes NP, Urbinati EC.
2003. Effect of fish density during transportation on stress and mortality of
juvenile tambaqui colossoma macropomum. J. World Aquaculture Society
34(1):7684.
Hargreaves JA, Tucker CS. 2004. Managing ammonia in fish ponds. J. South
Region Aquaqulture Center Publication 4603: 1-7.
Imanto PT. 2008. Beberapa teknik transportasi ikan laut hidup dan fasilitasnya
pada perdagangan ikan laut di Belitung. J. Media Akuakultur 3(2): 181-188.
Karnila R, Edison. 2001. Pengaruh suhu dan waktu pembiusan bertahap terhadap
ketahanan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dalam transportasi
sistem kering. J. Natur Indonesia 3(2): 151-167.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Data Produksi Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.). www.dkp.go.id [4 Juni 2012].
Lesmana Darti S. 2002. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta: Penebar
Swadaya.
31
Nugroho E, Wahyudi NA. 1991. Seleksi berbagai ras ikan mas koleksi dari
berbagai daerah di Indonesia dengan menggunakan Skor-Z, Buletin
Penelitian Perikanan Darat 10(2): 49-54.
Porchas MM, Cordova LRF, Enriquez RR. 2009. Cortisol and glucose: reliable
indicators of fish stress?. Pan-American Journal of Aquatic Sciences
(2009), 4(2): 158-178.
Rand MC, Greenberg AE, Taras MJ. 1975. Standard methods for the examination
of water and wastewater. 14th Ed. Washington DC: APHA.
Rudiyanti S, Ekasari AD. 2009. Pertumbuhan dan survival rate ikan mas
(Cyprinus carpio Linn) pada berbagai konsentrasi pestisida regent 0,3 G.
J. Saintek Perikanan. 5(1): 39-47.
Suptijah P. 1996. Ekstrak insulin dari ikan dan uji kemurniannya. Buletin
Teknologi Hasil Perikanan 2(2): 103-121.
Tahe S. 2008. Penggunaan phenoxy ethanol, suhu dingin, dan kombinasi suhu
dingin dengan phenoxy dalam pembiusan bandeng umpan. J. Media
Akuakultur 3(2): 133-136.
Tim Peneliti BRPPU. 2008. Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jakarta: Badan Riset
Kelautan dan Perikanan.
William AW, Robert MD. 1992. Interaction of pH, carbon dioxide, alkalinity and
hardnes in fish ponds. J. SRAC Publication 464: 1-4.
LAMPIRAN
34
Lampiran 2 Data pengamatan tingkah laku ikan pada perlakuan perbedaan ukuran
Waktu Pengamatan
Parameter 30` 60` 90` 120`
I II I II I II I II
1. Gerak Tubuh
a. Normal
b. Lincah
b1. Normal
b2. Stres
c. Lamban
d. Pasca stres
2. Gerak Tutup Insang
a. Terbuka/tertutup normal
b. Terbuka/tertutup cepat
c. Terbuka/tertutup lambat
3. Gerak Sirip
a. Normal
b. Cepat
c. Lambat
4. Gerak Dinding Perut
a. Normal
b. Tidak normal
5. Penampakan Umum
a. Warna air atau perubahan
warna air
b. Bernafas ke permukaan
6. Lendir
a. Tidak ada
b. Sedikit
c. Agak banyak
d. Banyak
7. Ekskresi Anal
a. Tidak ada
b. Agak banyak
c. banyak
36
Lampiran 2 Data pengamatan tingkah laku ikan pada perlakuan perbedaan ukuran
Waktu Pengamatan
Parameter 30` 60` 90` 120`
I II I II I II I II
8. Gerak Tubuh
e. Normal
f. Lincah
b1. Normal
b2. Stres
g. Lamban
h. Pasca stres
9. Gerak Tutup Insang
d. Terbuka/tertutup normal
e. Terbuka/tertutup cepat
f. Terbuka/tertutup lambat
10. Gerak Sirip
d. Normal
e. Cepat
f. Lambat
11. Gerak Dinding Perut
c. Normal
d. Tidak normal
12. Penampakan Umum
c. Warna air atau perubahan
warna air
d. Bernafas ke permukaan
13. Lendir
e. Tidak ada
f. Sedikit
g. Agak banyak
h. Banyak
14. Ekskresi Anal
d. Tidak ada
e. Agak banyak
f. banyak
37
Waktu (s)
Parameter 0` 30` 60` 90` 120`
I II I II I II I II I II
pH A 6,91 6,94 6,93 6,64 6,90 6,47 6,91 6,80 6,90 6,16
B 6,93 6,93 6,93 6,60 6,89 6,48 6,90 6,20 6,89 6,26
DO A 4,27 4,00 0,46 0,50 0,32 0,33 0,25 0,26 0,18 0,22
(mg/L) B 4,25 3,99 0,43 0,53 0,33 0,35 0,2 0,25 0,19 0,23
CO2 A 0,29 0,29 0,29 0,29 0,29 0,59 0,59 0,59 0,79 0,59
(mg/L) B 0,29 0,29 0,29 0,29 0,29 0,59 0,59 0,59 0,79 0,59
TAN A 0,14 0,14 0,42 0,67 0,52 0,73 0,75 0,67 0,80 0,67
(mg/L) B 0,14 0,14 0,47 0,57 0,65 0,65 0,69 0,67 0,70 0,67
Lampiran 4 Data pengamatan tingkah laku ikan pada perlakuan perbedaan suhu
lingkungan
Waktu Pengamatan
Parameter 30` 60` 90` 120`
I II I II I II I II
1. Gerak Tubuh
a. Normal
b. Lincah
b1. Normal
b2. Stres
c. Lamban
d. Pasca stres
2. Gerak Tutup Insang
a. Terbuka/tertutup normal
b. Terbuka/tertutup cepat
c. Terbuka/tertutup lambat
3. Gerak Sirip
a. Normal
b. Cepat
c. Lambat
4. Gerak Dinding Perut
a. Normal
b. Tidak normal
5. Penampakan Umum
a. Warna air atau perubahan
warna air
b. Bernafas ke permukaan
6. Lendir
a. Tidak ada
b. Sedikit
c. Agak banyak
d. Banyak
7. Ekskresi Anal
a. Tidak ada
b. Agak banyak
c. Banyak
39
Waktu Pengamatan
Parameter 30` 60` 90` 120`
I II I II I II I II
1. Gerak Tubuh
a. Normal
b. Lincah
b1. Normal
b2. Stres
c. Lamban
d . Pasca stres
2. Gerak Tutup Insang
a. Terbuka/tertutup normal
b. Terbuka/tertutup cepat
c. Terbuka/tertutup lambat
3. Gerak Sirip
a. Normal
b. Cepat
c. Lambat
4. Gerak Dinding Perut
a. Normal
b. Tidak normal
5. Penampakan Umum
a. Warna air atau perubahan
warna air
b. Bernafas ke permukaan
6. Lendir
a. Tidak ada
b. Sedikit
c. Agak banyak
d. Banyak
7. Ekskresi Anal
a. Tidak ada
b. Agak banyak
c. Banyak
40
Waktu Pengamatan
Parameter 30` 60` 90` 120`
I II I II I II I II
1. Gerak Tubuh
a. Normal
b. Lincah
b1. Normal
b2. Stres
c. Lamban
d . Pasca stres
2. Gerak Tutup Insang
a. Terbuka/tertutup normal
b. Terbuka/tertutup cepat
c. Terbuka/tertutup lambat
3. Gerak Sirip
a. Normal
b. Cepat
c. Lambat
4. Gerak Dinding Perut
a. Normal
b. Tidak normal
5. Penampakan Umum
a. Warna air atau perubahan
warna air
b. Bernafas ke permukaan
6. Lendir
a. Tidak ada
b. Sedikit
c. Agak banyak
d. Banyak
7. Ekskresi Anal
a. Tidak ada
b. Agak banyak
c. Banyak
41
a. pH menit ke-0
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,000 2 ,000 ,000 1,000
Within Groups ,001 3 ,000
Total ,001 5
b. pH menit ke-30
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,004 2 ,002 1,074 ,382
Within Groups ,017 9 ,002
Total ,021 11
c. pH menit ke-60
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,003 2 ,001 1,286 ,323
Within Groups ,010 9 ,001
Total ,013 11
d. pH menit ke-90
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,003 2 ,002 6,542 ,238
Within Groups ,002 9 ,000
Total ,005 11
e. pH menit ke-120
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,009 2 ,005 5,283 ,303
Within Groups ,008 9 ,001
Total ,017 11
f. DO menit ke-0
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,000 2 ,000 ,000 1,000
Within Groups ,004 3 ,001
Total ,004 5
42
g. DO menit ke-30
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2,608 2 1,304 47,587 ,000
Within Groups ,247 9 ,027
Total 2,855 11
h. DO menit ke-60
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,434 2 ,217 31,372 ,000
Within Groups ,062 9 ,007
Total ,496 11
i. DO menit ke-90
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,209 2 ,104 69,188 ,000
Within Groups ,014 9 ,002
Total ,222 11
j. DO menit ke-120
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,000 2 ,000 ,022 ,979
Within Groups ,003 9 ,000
Total ,003 11
b. pH menit ke-30
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,460 2 ,730 40,246 ,000
Within Groups ,163 9 ,018
Total 1,624 11
c. pH menit ke-60
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2,063 2 1,032 26,346 ,000
Within Groups ,352 9 ,039
Total 2,416 11
d. pH menit ke-90
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,210 2 ,105 1,909 ,204
Within Groups ,494 9 ,055
Total ,704 11
e. pH menit ke-120
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,259 2 ,129 2,211 ,166
Within Groups ,527 9 ,059
Total ,786 11
f. DO menit ke-0
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,014 2 ,007 ,526 ,608
Within Groups ,122 9 ,014
Total ,137 11
45
g. DO menit ke-30
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,143 2 ,072 52,042 ,000
Within Groups ,012 9 ,001
Total ,155 11
h. DO menit ke-60
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,068 2 ,034 131,074 ,000
Within Groups ,002 9 ,000
Total ,071 11
i. DO menit ke-90
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,229 2 ,115 188,233 ,000
Within Groups ,005 9 ,001
Total ,234 11
j. DO menit ke-120
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,175 2 ,088 51,312 ,000
Within Groups ,015 9 ,002
Total ,191 11
a. DO menit ke-30
N Subset for alpha = .05
Size 1 2 3 1
Size 4 4 ,215000
Size 5 4 ,977500
Size 6 4 1,332500
Sig. 1,000 1,000 1,000
b. DO menit ke-60
N Subset for alpha = .05
Size 1 2 3 1
Size 4 4 ,182500
Size 5 4 ,437500
Size 6 4 ,647500
Sig. 1,000 1,000 1,000
c. DO menit ke-90
N Subset for alpha = .05
Size 1 2 3 1
Size 4 4 ,167500
Size 5 4 ,345000
Size 6 4 ,490000
Sig. 1,000 1,000 1,000
a. pH menit ke-0
N Subset for alpha = .05
Suhu 1 1 2
Suhu Ruang 4 6,8175
Suhu Dingin 4 6,9275
Suhu Hangat 4 6,9275
Sig. 1,000 1,000
b. pH menit ke-30
N Subset for alpha = .05
Suhu 1 1 2
Suhu Hangat 4 5,9600
Suhu Ruang 4 6,5900
Suhu Dingin 4 6,7750
Sig. 1,000 ,084
c. pH menit ke-60
N Subset for alpha = .05
Suhu 1 1 2
Suhu Hangat 4 5,7525
Suhu Ruang 4 6,5675
Suhu Dingin 4 6,6850
Sig. 1,000 ,423
d. DO menit ke-30
N Subset for alpha = .05
Suhu 1 1 2
Suhu Ruang 4 ,2250
Suhu Hangat 4 ,2825
Suhu Dingin 4 ,4800
Sig. ,056 1,000
e. DO menit ke-60
N Subset for alpha = .05
Suhu 1 1 2 3
Suhu Ruang 4 ,1475
Suhu Hangat 4 ,2400
Suhu Dingin 4 ,3325
Sig. 1,000 1,000 1,000
50
f. DO menit ke-90
N Subset for alpha = .05
Suhu 1 1 2
Suhu Ruang 4 ,1350
Suhu Hangat 4 ,1725
Suhu Dingin 4 ,4450
Sig. ,060 1,000
.
g. DO menit ke-120
N Subset for alpha = .05
Suhu 1 1 2 3
Suhu Ruang 4 ,1225
Suhu Dingin 4 ,2050
Suhu Hangat 4 ,4100
Sig. 1,000 1,000 1,000
Suhu (oC)
pH
5 10 15 20 25 30 35
6,0 2,915 2,539 2,315 2,112 1,970 1,882 1,839
6,2 1,839 1,602 1,460 1,333 1,244 1,187 1,160
6,4 1,160 1,010 0,921 0,841 0,784 0,749 0,732
6,6 0,732 0,637 0,582 0,531 0,495 0,473 0,462
6,8 0,462 0,402 0,367 0,335 0,313 0,298 0,291
7,0 0,291 0,254 0,232 0,211 0,197 0,188 0,184
7,2 0,184 0.160 0,146 0,133 0,124 0,119 0,116
7,4 0,116 0,101 0,092 0,084 0,078 0,075 0,073
7,6 0,073 0,064 0,058 0,053 0,050 0,047 0,046
7,8 0,046 0,040 0,037 0,034 0,031 0,030 0,030
8,0 0,029 0,025 0,023 0,021 0,020 0,019 0,018
8,2 0,018 0,016 0,015 0,013 0,012 0,012 0,011
8,4 0,012 0,010 0,009 0,008 0,008 0,008 0,007
Ket : Faktor harus dikalikan dengan total alkalinitas (mg/L) untuk mendapatkan
karbondioksida (mg/L)