DIREKTORATJENDERALMINERALDANBATUBARA
KEMENTERIANENERGIDANSUMBERDAYAMINERAL
POKOK BAHASAN
I. PENYEDERHANAAN PERIZINAN
II. TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO.
23/2014
III. PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)
IV. PERKEMBANGAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA (KK) DAN
PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA
(PKP2B)
V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)
VI. OPTIMALISASI PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA
VII. PENGAWASAN LINGKUNGAN
VIII. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN
IX. TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN
X. PENUTUP
2
I. PENYEDERHANAAN PERIZINAN
(PEMANGKASAN IZIN 56 -> 18)
Kewenangan Provinsi:
1. Penerbitan Izin UsahaPertambangan Minerallogam,bkn logam ,batu bara dan batuan dlm
rangka PMDNpdWIUPDaerahyg berada dlm 1DaerahProv termasuk wil laut sd 12millaut.
2. Penerbitan Izin Pertambangan rakyat utk komoditas minerallogam,batubara,mineralbkn
logam dan batuan dlm wil pertambangan rakyat.
1. Meminta Gubernur untuk mencabut IUP Non CNC yang tidak memenuhi kewajiban;
2. Meminta Bupati/Walikota segera menyerahterimakan dokumen perizinan IUP yang ada
di Kabupaten/Kota kepada Gubernur sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014;
3. Penyerahan pengelolaan IUP PMA dari Bupati/Walikota/Gubernur kepada Menteri,
berikut dokumen pendukung.
4. Pemerintah Provinsi membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan payung
hukum perizinan.
5. Gubernur dapat membentuk UPT di kabupaten/kota untuk pelaksanaan binwas.
6. Gubernur memperbanyak pegawai fungsional IT (recruiting tenaga IT kab/kota dan
diklat IT untuk pegawai.
7. Gubernur mulai mengembangkan dan memperkuat database pertambangan minerba.
8. Meminta Kementerian Dalam Negeri untuk menyelesaikan permasalahan batas
wilayah administrasi kabupaten/kota.
III. PENATAAN IUP
(1) REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA NASIONAL
Per 08 MEI 2015
SEBELUMKORSUP SESUDAHKORSUP
CNC 1.524 2.056 1.473 988 6.041 1.502 2.207 1.349 1.085 6.143
NON CNC 1.442 1.974 1.063 398 4.877 1.240 1.848 849 349 4.286
SEBELUM KORSUP
CNC NONCNC
JUMLAH
PROVINSI MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA TOTAL
MINERAL BATUBARA
EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP
MALUKU 83 4 3 0 9 1 2 0 97 5 102
PAPUA 14 1 25 0 52 4 29 0 71 54 125
CNC NONCNC
JUMLAH
PROVINSI MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA TOTAL
MINERAL BATUBARA
EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP
PAPUA 14 1 25 0 55 4 29 0 74 54 128
No Kategori Jumlah
1. IUP OPK terbit Periode 15 Juli 2011 s.d Oktober 2013 (berlaku 5 tahun) 364
2. IUP OPK terbit Periode Maret 2014 s.d Maret 2015 (berlaku 3 tahun) 52
Terdapat 154 Surat Keputusan pengakhiran izin bagi IUP OP khusus pengangkutan dan
penjualan batubara yang diterbitkan pada Februari 2015, karena izin perusahaan telah
berakhir pada periode Februari-Juni 2014 dan perusahaan tidak mengajukan permohonan
perpanjangan.
Terdapat 47 IUP OP Khusus Pengangkutan dan Penjualan Batubara yang telah dicabut
izinnya Agustus 2014 karena perusahaan tidak memenuhi kewajiban.
Periode Agustus Desember 2014 diterbitkan surat peringatan ke III kepada
120 Perusahaan dan telah diterbitkan sanksi Penghentian Sementara Kegiatan bagi
52 perusahaaan dan akan dilanjutkan kepada 36 perusahaan lainnya yang saat ini dalam
proses persetujuan SK.
Peringatan I bagi 45 IUP OP khusus pengangkutan dan penjualan batubara yang terbit
tahun Maret 2014 Januari 2015, dan telah dilanjutkan dengan Peringatan II kepada 24
perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban setelah diberikan Peringatan I.
Surat Peringatan kepada 25 perusahaan atas kegiatan pengangkutan dan penjualan
batubara dari sumber yang tidak sesuai SK (Desember April 2015).
III. PENATAAN IUP
(3.c) PENATAAN IUP OPK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN MINERAL
No Kategori Jumlah
OnProgress
Kolaborasi data One stop
IUPdengan Integrasi data information
Pemda dengan K/Llain bagi pemilik IUP
Done OnProgress
Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi dengan 6,20dan 27November2014
KPK di 12 Provinsi
Koordinasi dan supervisi dengan KPK atas pelaksanaan penataan IUP di 34 Desember2014
19 Provinsi
Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi dengan MaretJuni 2015
KPK di 19 Provinsi
3. Batas akhir penyelesaian penataan IUP, disarankan wilayah eks IUP Non CNC Juni 2015
ditetapkan menjadi Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP) diperlukan revisi Permen 02 tahun 2013 tentang
Pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan
yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
Dan surat edaran terkait CnC dan koordinasi dengan kementerian terkait
1 yang mensyaratkan CnC di dalam perijinannya
7
IV. PERKEMBANGAN RENEGOSIASI KK DAN PKP2B
StatusRenegosiasiKKdanPKP2BPerPerusahaan
(08Mei 2015)
STATUS KK PKP2B Jumlah
Sepakat Sebagian MoU 8 12 20
Sepakat dan Tanda tangan
20 52 72
MOU
Sepakatdraft amandemen 5 9 14
Tanda tangan Naskah
1 1
Amandemen kontrak
Total 34 73 107
V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)
(1) PROGRES PEMBANGUNAN DAN RENCANA FASILITAS OLAH MURNI
1.Progres Pembangunan 2.Jumlah Rencana Fasilitas
Pengolahan dan Pemurnian
JUMLAH
PROGRES IUP
JUMLAH
NO CAPAIANKEGIATAN JUMLAH FAS.
(%) (Maret NO KOMODITAS
2015) IUP PENGOLAHAN
/PEMURNIAN
1. 0 5 ProgresmencapaiStudi 96
Kelayakan 1. Nikel 41 34
2. 6 10 ProgresmencapaiAMDAL 12 2. Bauksit 12 7
3. 11 30 ProgresmencapaiGround 19 3. Besi 8 8
BreakingdanAwal
KonstruksiPabrik 4. Mangan 3 3
4. 3150 Progresmencapai 18 5. Zirkon 13 11
PertengahanTahap
KonstruksiPabrik 6. Timbal dan 2 2
5. 5180 ProgresmencapaiAkhir 7 Seng
TahapKonstruksi 7. Kaolindan 4 4
Zeolit
6. 81100 Progresmencapaitahap 27
commissioning/Produksi Total 83 69
Kendala :
Rencana Investasi :US$10,9Miliar 1. Infrastruktur (Kawasan Industri)
2. Energi
1 3. Fiskal
9
V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN
PETA PENGEMBANGAN UU NO.
WILAYAH KAWASAN 4/2009)
INDUSTRI
(2) PETA PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI
PEMERINTAHPROVINSIPAPUA
Lokasi Kabupaten Mimika
Kapasitas Input Copperconcentrate:900 ributon/year
KapasitasProduksi CopperCathode:
AnodeSlime:
TargetPenyelesaian Direncanakanberoperasi padatahun2021
V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)
(4) TATA NIAGA TIMAH
1. Indonesia menguasai 30% pasar dunia dan lokasi potensinya hanya terdapat di sekitar
Kepulauan Bangka Belitung dan sekitar Kepulauan Riau
2. Bijih Timah berasosiasi dengan unsur-unsur logam tanah jarang yang bernilai tinggi;
3. Indonesia perlu mengontrol produksi timah agar mendapatkan manfaat yang maksimal.
4. Revisi Peraturan MENDAG No. 44 Tahun 2014 tentang Ketentuan ekspor timah
dengan melibatkan instansi teknis penanggungjawab sektor dalam hal ini KESDM
untuk memberikan Rekomendasi Eksportir Terdaftar kepada Mendag, setelah
mendapatkan rekomendasi dari Gubernur ;
5. Perbaikan regulasi tersebut dapat mengontrol jumlah produksi timah dan menjaga
keseimbangan supply and demand pasar timah dunia serta memperkuat manajemen
sumber daya timah.
6. Pemerintah Pusat sesuai dengan PP 77 Tahun 2014 akan menetapkan WIUPK untuk
wilayah ex PT. Kobatin.
V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)
(5) TINDAKLANJUT PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT)
1. PERLU KEBIJAKANDALAMHALPENETAPANBATASWAKTU
KEWAJIBANPELAKSANAANPNTMINERALBAGIIUP
2. PERLUDUKUNGANKONKRITKETERSEDIAANINFRASTRUKTUR,
ENERGIDANPEMBIAYAAN
6.1.PeningkatanRoyalti
1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara:
a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9 Tahun 2012
berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%;
dan perak 3,25%.
b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7% menjadi 1,5%, Tarif
royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga logam.
c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan
kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya:
Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 5%, batubara 5.100
6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%.
Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%, batubara 5.100
6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%.
2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual, royalti dikenakan
kepada hasil pemurnian.
VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA
(1) TINDAKLANJUT OPTIMALISASI PENINGKATAN PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA
6.2.Perbaikan TataKelola
1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
transfer of pricing.
2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu).
a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM)
b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara
c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen Bea dan
Cukai Kemenkeu
3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara:
a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual yang
kompetitif;
b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas timah).
4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan.
Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan.
5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda Provinsi/Kabupaten/Walikota
dan seluruh instansi terkait).
6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara.
7. Penataan Fungsi Surveyor.
8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih
mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.
VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA
(2) REALISASI DAN RENCANA PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SDA MINERAL DAN
BATUBARA
VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA
(3) REKAPITULASI PEMBAYARAN PIUTANG IUP DI WILAYAH PROVINSI MALUKU, PAPUA, PAPUA
BARAT
Per 08 Mei 2015
SEBELUMKORSUP SETELAHKORSUP
JUMLAH
NO. PROVINSI IUP JUMLAH JUMLAH
MINERBA IUPYANG IURANTETAP ROYALTI JUMLAH IUPYANG IURANTETAP ROYALTI JUMLAH
KURANG KURANG
BAYAR BAYAR
1 MALUKU 98 93 20.692.974.857 90
20.692.974.857 32.056.602.717 32.056.602.717
PAPUA
3 115 112 80.634.878.918 109 128.353.286.048
BARAT 80.634.878.918 128.353.286.048
PAPUA
3 115 0 0 BELUMADA TINDAK LANJUT
BARAT
TOTAL 349
VIII. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN
(1) TATA NIAGA EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Mineral Batubara
Rekomendasi ET RekomendasiPE Rekomendasi ET
KK 11 KK 2 PKP2B 40
IUPOP 71 IUPOP 3 IUPOP 206
IUPOPK 16 IUP OPK 1 IUPOPK 63
IUI IUI 1
JUMLAH 98 JUMLAH 7 JUMLAH 309
1. SK Menteri ESDM No. 666.K/30/DJB/2015 tgl 30 April 2015 tentang Persetujuan Penunjukkan dan
Penetapan PT. Surveyor Indonesia sebagai Surveyor Pemerintah (Witness Surveyor); SK Menteri
ESDM No. 668.K/30/DJB//2015 tgl 30 April 2015 tentang Persetujuan Penunjukkan dan Penetapan
PT. Puslitbang Tekmira sebagai Surveyor Pemerintah (Witness Surveyor); SK Menteri ESDM No.
669.K/30/DJB//2015 tgl 30 April 2015 tentang Tim Counterpart Terkait Kegiatan Verifikasi Analisa
Kualitas dan Kuantitas penjualan Batubara serta Kegiatan Witness Surveyor.
2. Sampai saat ini telah ditetapkan 6 (enam) perusahaan surveyor yaitu : PT Sucofindo, PT
Geoservices, PT Surveyor Indonesia, PT Carsurin, PT Anindya Wira Putra Konsult dan PT. Surveyor
Carbon Consulting Indonesia sesuai keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No. 1029-
1052 K/30/DJB/2014.
3. Telah terbit surat Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Nomor 1910/30/DBB/2014 perihal
pemakaian surveyor superintending batubara
4. Telah diterbitkannya surat Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Nomor 461/30/DBB/2015
tentang Pelaksanaan Peraturan Dirjen Mineral dan Batubara Nomor. 481K/30DJB/2014 yang
disampaikan ke Direksi PKP2B, IUP Operasi Produksi, IUP OP Khusus Pengangkutan dan
Penjualan Batubara, Kepala Adpel/Syahbandar, Perusahaan Surveyor dan Buyer batubara.
IX. TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN
NO TANTANGAN UPAYA TEROBOSAN
1. Koordinasi Pusat dan Daerah Revisi UU No 4/2009 beserta peraturan pelaksananya
sebagai tindak lanjut
UU No 23/2014
2. Peningkatan kualitas pelayanan a. Membentuk Unit Pelaksana Teknis yang khusus
publik menangani Pelayanan Terpadu Satu Pintu
b. Meminta dukungan Menteri ESDM untuk melakukan
harmonisasi pelayanan publik (reformasi perizinan)
dengan sektor lain, terutama dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (contoh Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan agar jangka waktu penerbitan izin
dapat di atur)
c. Pembayaran PNBP secara online
3. Pengawasan Langsung Penjualan Bersama unit terkait (Bea Cukai, Syahbandar, Dinas
setempat dan ESDM) menempatkan personil di pelabuhan
induk ekspor batubara yang ditunjuk pemerintah untuk
memantau dan mengawasi secara langsung kegiatan
pengapalan ekspor batubara dan pembayaran royalty
sebelum di kapalkan.
X. PENUTUP
Apabila wilayah eks IUP Non CNC dicabut, akan ditetapkan menjadi
Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP).
3
2
www.minerba.esdm.go.id