Akob Kadir
Kata pengantar
Penulis
Muh. Akob Kadir
Tata Letak
Mutmainnah
xii+248 halaman
15,5x23cm
Cetakan I : November 2016
ISBN : 978-602-328-208-1
DAFTAR ISI
Kompetensi ....................................................... 99
E. MENGELOLA MOTIVASI UNTUK MENGUBAH
KINERJA .......................................................... 108
F. SDM PROFESIONAL ...................................... 111
DAFTAR GAMBAR
penting, disamping faktor yang lain. Oleh karena itu SDM harus
dikelola dengan baik.
Sumber Daya Manusia dapat juga dibedakan menjadi dua
pengertian; Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat
diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam
waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian
kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti
mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis,
yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan. Disamping itu SDM juga merupakan salah
satu unsur masukan (input) bersama-sama dengan unsur lainnya
seperti: modal, bahan, mesin, metode yang diubah melalui proses
manajemen menjadi keluaran (output) berupa barang dan atau jasa
dalam usaha untuk mencapai tujuan. Penjelasan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1.
Tujuan Perusahaan
TUJUAN PERUSAHAAN
6) Health Capital.
Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung
manifestasi semua modal di atas. Badan yang tidak sehat
akan membuat semua modal di atas tidak
muncul dengan maksimal. Oleh karena itu kesehatan adalah
bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan
berfikir secara produktif. Stephen Covey (1990) dalam
bukunya yang berjudul Seven Habits of Highly Effective
People, mengatakan bahwa kesehatan adalah bagian dari
kehidupan yang harus selalu dijaga dan ditingkatkan
kualitasnya sebagai pendukung manusia yang efektif.
Keenam komponen modal manusia ini akan muncul dalam
sebuah kinerja yang optimum apabila disertai oleh modal
kepemimpinan dan modal struktur organisasi yang memberikan
wahana kerja yang mendukung. (Ancok,2002).
1. Tujuan Sosial.
Tujuan sosial manajemen sumber daya manusia adalah agar
organisasi atau perusahaan bertanggungjawab secara sosial dan
etis terhadap keutuhan dan tantangan masyarakat dengan
meminimalkan dampak negatifnya.
2. Tujuan Organisasional.
Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk
membantu organisasi mencapai tujuannya.
3. Tujuan Fungsional.
Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan
kontribusi departemen sumber daya manusia pada tingkat yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
4. Tujuan Individual.
Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota
organisasi atau perusahaan yang hendak mencapai melalui
aktivitasnya dalam organisasi.
b. Pengembangan (Development)
Dengan adanya tenaga atau sumber daya, yang telah
diperoleh suatu organisasi, maka perlu diadakan
pengembangan tenaga sampai pada taraf tertentu sesuai
dengan pengembangan organisasi itu. Pengembangan
sumber daya ini penting, searah dengan pengembangan
organisasi. Apabila organisasi itu ingin berkembang maka
seyogianya diikuti oleh pengembangan sumber daya
manusia. Pengembangan sumber daya manusia ini dapat
dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan.
Definisi pengembangan karyawan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritas, konseptual dan
moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau
jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.
c. Kompensasi (Compensation)
Kompensasi adalah merupakan fungsi manajemen yang
sangat penting. Melalui fungsi ini organisasi memberikan
balas jasa yang memadai dan layak kepada karyawan. Hal
ini wajar karena karyawan sebagai sumber daya manusia
organisasi tersebut telah memberikan jasanya yang besar
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Dari hasil - hasil
penelitian, meskipun kompensasi bukan hanya berupa
materi atau uang, namun bentuk gaji sangat penting untuk
meningkatkan hasil kerja.
d. Pengintegrasian (Integration)
Integrasi adalah kegiatan manajemen yang bertujuan untuk
rekonsiliasi kepentingan - kepentingan karyawan dalam
suatu organiasasi. Telah di sadari bersama bahwa dalam
pelaksanaan kegiatan organisasi sering terjadi benturan
kepentingan di antara karyawan atau antara karyawan
dengan manajer. Untuk itulah pentingnya fungsi integrasi
5. Tantangan SDM
Perencanaan pada umumnya dan perencanaan SDM pada
khususnya mutlak diperlukan guna lebih menjamin bahwa setiap
perusahaan semakin mampu memperhitungkan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kehidupan perusahaan yang
bersangkutan di masa depan. Pada dasarnya tantangan bagi
MSDM, akan tercermin pada pentingnya perencanaan.
Tantangan SDM dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni:
1) Tantangan Eksternal, yang dimaksud adalah berbagai hal
yang pertumbuhan ataupun perkembangannya berada di
SDM dan Daya Saing dalam Bingkai Kearifan Lokal 33
Manajemen Sumber Daya Manusia
Borang lamaran
Tes kemampuan (Tes potensi akademik = TPA)
Tes kepribadian
Tes psikologi
Wawancara
Assessment center
Drug tes (tes Narkoba)
Honesty tes (tes kejujuran) antara lain Graphologi tes
kejujuran dengan tulisan tangan
Handwriting analysis
Sistem selesksi yang efektif pada dasarnya memiliki tiga sasaran
yaitu; pertama Keakuratan, artinya kemampuan dari proses
seleksi untuk secara tepat dapat memprediksi kinerja pelamar,
Keadilan, artinya memberikan jaminan bahwa setiap pelamar
yang memenuhi persyaratan diberikan kesempatan yang sama
didalam sistem seleksi, Keyakinan,artinya taraf orang-orang
yang terlibat dalam proses seleksi yakin akan manfaat yang
diperoleh.
3. Peranan Rekrutmen Dan Seleksi.
Rekrutmen dan seleksi termasuk fungsi-fugsi MSDM yang
mempunyai peranan strategis dalam mempersiapkan dan
menyediakan sumber daya manusia yang sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam analisis
pekerjaan khususnya deskripsi dan spesifikasi. Pelaksanaan
kedua kegiatan tersebut secara wajar dan dikerjakan sesuai
dengan prinsip-prinsip manajemen yang baik dapat mencegah
suatu organisasi akan mencegah suatu organisasi akan
mengalami surplus pegawai, kecuali karena adanya faktor
eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh organisasi itu
sendiri. (Veithzal Rivai, 2009).
A. PENGERTIAN KOMPETENSI.
Terminologi kompetensi sebenarnya bukan hal yang baru
dalam wacana manajemen sumber daya manusia maupun psikologi
organisasi. Konsep kompetensi telah lama menjadi kajian, bahkan
menjadi bahan perdebatan dalam berbagai jurnal dan buku teks.
Sekarang ini kurikulum pendidikan nasional juga disusun dengan
pendekatan kompetensi, dengan penyebutan Kurikulum berbasisi
kompetensi.
Menurut Palan (2007;5) terdapat dua istilah yang muncul
dalam pekerjaan, yaitu istilah kompetensi (competency) dan
kecakapan (competence). Istilah itu muncul dari dua aliran
pemikiran yang berbeda tentang konsep kesesuaian dalam
peerjaan. Syaiful F. Prihadi (2004;83) mengatakan bahwa kedua
istilah tersebut dapat dipertukarkan. Merujuk pada istilah yang ada
dalam kamus bahasa yakni an ability to do something or for a
task (Nur Fuad, 2009).
Ide dasar kompetensi sesungguhnya berawal dari David
McClelland pada tahu 1973 lewat suatu tulisan yang cukup
dimana level kompetensi para pegawai kita dan dari sini juga kita
bisa memahami gap antara level kompetensi yang dipersyaratkan
dengan level yang dimiliki oleh pegawai saat ini.
Terdapat beragam metode untuk mengevaluasi level
kompetensi, dari mulai yang bersifat sederhana dan praktis hingga
yang kompleks. Metode yang praktis adalah meminta atasan, rekan
kerja dan mungkin juga bawahan untuk menilai level kompetensi
pegawai tertentu, dengan menggunakan semacam kuesioner
kompetensi. Kuesioner ini didesain dengan mengacu pada direktori
kompetensi serta indikator perilaku per kompetensi yang telah
disusun pada fase sebelumnya.
Metode lain yang lebih kompleks adalah dengan
menggunakan teknik yang disebut sebagai competency assessment
center. Dalam metode ini, pegawai diminta untuk melakukan
bermacam-macam tugas seperti melakukan simulasi peran,
memecahkan suatu kasus atau juga menyusun skala prioritas
pekerjaan.
Hasil kegiatan ini kemudian dievaluasi oleh para evaluator
yang biasanya terdiri lebih dari satu orang. Meskipun
obyektivitas dan validitasnya relatif tinggi, metode ini
membutuhkan waktu yang cukup panjang (biasanya dua hari)
dan biaya serta energi yang relatif besar.
Metode uji kompetensi lain yang kini juga banyak dilakukan
adalah dengan menerapkan sertifikasi kompetensi yang dikeluarkan
oleh suatu badan yang independen dan kredibel. Di Amerika
Serikat misalnya, telah terdapat sertifikasi kompetensi untuk
beragam profesi/posisi seperti untuk posisi marketing, HR,
keuangan, engineering, dll. Dengan sertifikasi ini, maka seorang
pegawai benar-benar telah teruji level kompetensinya.
Tahap berikut dari penerapan CBHRM adalah memanfaatkan
hasil level asesmen kompetensi yang telah dilakukan untuk
diaplikasikan pada setiap fungsi manajemen SDM, mulai dari
C. DIMENSI KOMPETENSI.
Sumberdaya yang menghasilkan kompetensi haruslah langka,
unik, khusus, tak berwujud, sulit ditiru diganti dan sulit ditiru.
Meyer and Utterback (1993) menekankan peran penting
kompetensi teknologi, penelitian dan pengembangan, kompetensi
produksi dan manufaktur, serta kompetensi pemasaran.
Selanjutnya Hamel and Heene (1994) membagi kompetensi
menjadi kompetensi akses-pasar, kompetensi yang berkaitan
dengan integrasi, dan kompetensi dikaitkan dengan fungsionalitas.
Hall (1994) percaya bahwa kemampuan fungsional, budaya, posisi,
dan pengaturan sebagai pembentuk dan penentu keunggulan
perusahaan secara keseluruhan.
Barney (1991) menyajikan struktur yang lebih konkret dan
komprehensif untuk mengidentifikasi pentingnya kompetensi untuk
memperoleh keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Ada
empat indicator sehingga kompetensi yang dimiliki perusahaan
dapat menjadi sumber keunggulan bersaing yang
berkesinambungan, yakni: bernilai (valuable), merupakan
kompetensi langka diantara perusahaan-perusahaan yang ada dan
pesaing potensial (rare), tidak mudah ditiru (inimitability), dan
tidak mudah digantikan (non-substitutability).
a) Bernilai (valuable)
Kompetensi bernilai (valuable competencies) adalah
kompetensi yang menciptakan nilai bagi suatu perusahaan
dengan mengeksploitasi peluangpeluang atau menetralisir
ancaman-ancaman dalam lingkungan eksternal perusahaan.
Kompetensi dapat menjadi sumber keunggulan bersaing yang
berkesinambungan hanya ketika kompetensi tersebut bernilai
(valuable).
Gambar 2.1.
[
The Ice Berg Model
Gambar 2.2.
Kompetensi Organisasi
Tujuan Perilaku
Program/Bisnis Kompetensi
Kompetensi
Inti Inti
Kompetensi
Pendukung
Gambar 2.3
Model Alur Kompetensi
Gambar 2.4
.Integrated HRM Around a dear Understanding of Core Competencies
Penerimaan
Dan Seleksi
Membayar untuk
Keterampilan dan Kinerja
Manajemen
Gambar 2.5
Standar Kompetensi
STANDAR KOMPETENSI
Terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan dan
melakukan pekerjaan tertentu
UNIT KOMPETENSI
Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya
Standar kompetensi, setiap unit kompetensi memiliki sejumlah sub- kompetensi
ELEMEN KOMPETENSI
Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya
unit kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati
BATASAN VARIABEL
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks di mana criteria unjuk kerja
tersebut diaplikasikan
PANDUAN PENILAIAN
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam
melaksanakan penilaian
a. Nilai Prediksi
Atas system seleksi yang dijalankan selama
beberapa bulan, kinerja orang yang dipekerjakan
haruslah dinilai dengan cermat untuk menyakinkan
orang yang baru diterima dapat memberikan hasil
yang positif.
b. Keadilan
Cara yang terbaik untuk menyakinkan bahwa system
seleksi terlaksana secara fair adalah dengan
mengumpulkan informasi secara sistematis dalam
permasalahan jenis kelamin, kesukuan, dan
ketidakmampuan calon karyawan, kemudian
memonitor apakah keberhasilan dalam seleksi
berhubungan dengan cir-ciri individu yang tidak
memengaruhi keputusan seleksi.
5. Keefektifan Biaya
Untuk kebanyakan pekerjaan sangatlah mungkin
menghitung nilai keuangan yang berhubungan
penampilan kerja yang di atas rata-rata. Berdasarkan
kerumitan kerja, merupakan hak yang biasa bagi
pekerja superior untuk melakukan satu setengah
sampai dua kali lebih dibandingkan dengan
karyawan yang memiliki keahlian biasa. Biaya
pelaksanaan system seleksi berdasarkan kompetensi
lebih besar diimbangi dengan keuntungan yang
didapat.
Motivasi
Persyaratan kompetensi kerja dan kompetensi manajer
Gaya manajerial, dengan enam definisi
Masalah organisasi
1. Manajer Era Tahun 1990-an
Para manajer secara teratur dibanjiri informasi tentang
siapa mereka, siapa seharusnya mereka dan di atas
semuanya itu, apa hasil luar biasa yang harus mereka capai.
Setelah berobsesi focus terhadap ancaman akan kompetensi,
para pemimpin sekarang mulai menggunakan berbagai
ancaman eksternal terhadap para manajer mereka,
seharusnya mereka tidak dapat membuktikan diri untuk
bersaing dalam kompetisi, dan kepada mereka tidak mampu
bersaing akan lebih baik disarankan utuk berhenti.
2. Tujuan mengelola Motivasi untuk Mengingkatkan
Kinerja
Mengelola motivasi untuk peningkatan kinerja
berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dan
kepemimpinan, apapun budaya dari suatu negara ataupun
organisasi tersebut. Profesi ini memerlukan waktu karena
ada perbedaan di antara para manajer dan perbedaan
kolektif antar organisasi.
Tujuan mudah: yaitu mengajarkan para manajer bagaimana
mengukur hasil dari menangani tim mereka dan untuk
mengubah cara kerja mereka apabila diperlukan.
Untuk pengembangan manajemen didasarkan kepada empat
factor kunci yang memengaruhi secara hebat kinerja di
dalam organisasi:
a. Sumber motivasi individual;
b. Kemampuan yang diperlukan dalam pekerjaan;
c. Gaya dari manajemen;
d. Iklim di organisasi.
F. SDM PROFESIONAL
Keberhasilan organisasi atau perusahaan dalam
menciptakan atau melahirkan SDM yang berbasis kompetensi,
tentunya sekaligus melahirkan SDM yang professional.
1. Menjadikan Profesional sebagai Budaya
a. Pengertian Profesional
Professional berasal dari kata professional, yang jika
ditilik dalam kamus Webster dijelaskan sebagai:
learned vocation, atau vocation that requires
learning rather than work with hands, atau One who
engages in a learned vocational.
b. Bagaimana Terbentuknya Sikap Profesional
Bagaimana proses terbentuknya positivity ini. Pertama,
arah minat seseorang akan memegang peran yang
sangat penting. Arah minat ini sudah mulai terbentuk
berdasarkan potensi-potensi (kepribadian/predisposisi)
yang dimiliki sejak mudanya, yang kemudian
berinteraksi dengan pengaruh lingkungan, pendidikan
A. KONSEP PEMBERDAYAAN.
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar
daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari
pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses
untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau
pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang
memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
pemberdayaan adalah proses kepada masyarakat agar menjadi
berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya
dan pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan
masyarakat yang tertinggal. (Prijono, S)
Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan sebuah konsep
yang fokusnya adalah hal kekuasaan. Pemberdayaan secara
subtansial merupakan proses memutus atau breakdown dari
hubungan antara subyek dan obyek. Proses ini mementingkan
pengakuan subyek akan kemampuan atau daya (power) yang
dimiliki obyek.
Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya
mengalirnya daya dari subyek ke obyek. Hasil akhir dari proses
derajat pengambilan resiko,
jumlah usulan dan perbaikan yang direkomendasikan,
tingkat kerjasama antar individu, dan
derajat ketidaktergantungan yang diperlihatkan oleh setiap
orang.
Sementara itu, Lowe mengemukakan ada 15 (lima belas)
pengukuran terhadap keberhasilan proses pemberdayaan, yaitu:
Individuals share a sense of purpose and a commitment to
organisation goals and values;
Individuals achievements are recognized;
On going feedback is provided to individuals on their
performance;
Individuals receive tranning and/or couching to maximize
all necessary technical and process skills;
Everyone can see the end results of their work;
Individuals have autonomy to perform their jobs in the way
that suits them best;
Everyone accepts responsibility for his/her commitmen to
the process;
Everyone is accountable for his/her contribution to the
organization;
Managers act as facilitators, coaches, and sponsors;
Processes are developed by those who carry them out in
self-directed workteams rather than by senior management
for transmission down a hierarchy;
Employees feel secure in their job;
Employees are dear about how their work contributes to
the organizations success;
Compensation structures reward performance and result,
whether on an individual or them basis;
All individuals have an equal opportunity to make inputs to
system design, and;
A. DAYA SAING
Dalam literatur, istilah daya saing (competitiveness)
mempunyai interpretasi beragam. Tak satupun penulis yang klaim
sebagai definisi baku yang diterima semua pihak. Tentang ini,
barangkali benar yang disampaikan Michael Porter: There is no
accepted definition of competitiveness. Whichever definition of
competitiveness is adopted, an even more serious problem has been
there is no generally accepted theory to explain it(Porter, 1990).
Hampir dua dekade kemudian, diskusi tentang ini bahkan
meluas dan perspektif tentang apa dan bagaimana meningkatkan
daya saing memperkaya debat yang berkembang. Dalam literatur,
bahasan konsep daya saing dapat ditinjau pada tingkat perusahaan,
industri atau sehimpunan/sekelompok industri, dan negara atau
daerah (sebagai suatu entitas ekonomi).
Pemaknaan daya saing pada konteks tersebut berbeda.
Akan tetapi, daya saing pada masing-masing tingkatan tersebut
terkait secara erat. Daya saing perusahaan merupakan elemen
pembentuk daya saing pada tingkat industri, daerah atau negara.
berarti bahwa tenaga kerja tentu akan menjadi murah, tatapi itu
akan sebanding dengan keuntungan yang dihasilkan dari penjualan
barang-barang berkualitas tinggi dengan harga yang lebih tinggi.
Keuntungan yang lebih tinggi berarti kemampuan untuk
mempertahankan produksi, memenuhi permintaan, dan menjaga
kerja karyawan, yang pada gilirannya membantu meningkatkan
standar hidup.
Penekanan pada kualitas dipahami untuk memberikan
keuntungan yang berbeda atas pesaing yang beroperasi dari
pendekatan yang berbeda. Dengan teori keunggulan kompetitif,
kualitas akhirnya mengatasi pilihan lain yang berkualitas lebih
rendah, bahkan ketika barang-barang rendah yang tersedia dengan
harga yang jauh lebih rendah. Sebagai konsumen menjadi lebih
sadar bahwa mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk
membeli barang-barang lain yang tidak memberikan tingkat
kepuasan yang sama, mereka akan bermigrasi ke produk yang
mungkin biaya sedikit lebih awalnya, tetapi akhirnya memberikan
utilitas yang lebih dalam jangka panjang.
Keunggulan kompetitif adalah merujuk pada kemampuan
sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang
menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan
dengan perusahaan lainnya. Keunggulan kompetitif muncul bila
pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari
transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya
(setiawan, 2006).
Keunggulan kompetitif (competitive advantage) adalah
kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik dan sumber daya
suatu perusahaan untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaa lain pada industri atau pasar yang sama.
Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, dapat disimpulkan
bahwa keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki
oleh organisasi atau perusahaan, dimana keunggulannya
A. KERIFAN LOKAL.
Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia.
Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan
lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya manusia. Hubungan
erat antara manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah yang
melahirkan budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan
manusia mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk
ditinggali waktu demi waktu.
Kebudayaan dipandang sebagai manifestasi kehidupan
setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam.
Kebudayaan merupakan usaha manusia, perjuangan setiap orang
atau kelompok dalam menentukan hari depannya. Kebudayaan
merupakan aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan. Oleh
sebab itu dituntut adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan-
penemuan baru.
Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan
lama melainkan dituntut mencari jalan baru dalam mencapai
SDM dan Daya Saing dalam Bingkai Kearifan Lokal 213
Kearifan Lokal
kehidupan yang lebih manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam
perencanaan kebudayaan adalah manusia sendiri sehingga
humanisasi menjadi kerangka dasar dalam strategi kebudayaan.
Realitas yang sebenarnya adalah masa kini dengan segala
permasalahan yang dihadapkan kepada manusia dalam lingkungan
hidupnya. Masa kini sebagai realitas adalah hasil interaksi antara
manusia dengan lingkungannya. Bila perubahan lingkungan fisik
membuat manusia harus mensiasatinya dan melahirkan budaya-
budaya yang terus menerus disesuaikan, maka perubahan-
perubahan budaya itu juga mesti disiasati demi keberlangsungan
hidup manusia.
Dengan pengakuan terhadap perubahan sebagai
keniscayaan dan kemampuan manusia mensiasati lingkungan dan
budayanya, maka kearifan lokal (local wisdom) bisa mendapatkan
tempatnya sebagai bagian dari siasat kebudayaan itu. Menarik
untuk didiskusikan tentang posisi kearifan lokal sebagai
pengetahuan lokal masyarakat dalam rangka pemecahan masalah
masa kini (present problem solving).
Sebagaimana kita tahu, Indonesia terletak diantara dua
samudra dan dua benua. Menjadikan negara tersebut memiliki
keanekaragaman suku dan budaya. Pembangunan di Indonesia
sebenarnya sudah meningkat setiap tahunnya, namun sayangnya
belum merata di setiap daerah. Salah satu penyelesaian yang
mungkin dilakukan adalah, pembangunan dengan mengutamakan
kearifan lokal dan kearifan budaya lokal.
Kearifan lokal (local wisdom) secara etimologi terdiri dari
dua kata yaitu kearifan yang berarti kebijaksanaan (wisdom) dan
lokal (local) berarti setempat. Dan secara terminologi, local
wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai,
pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya.
https://rusdintahir.wordpress.com/2011/11/19/repositioning-
fungsi-manajemen-sumber-daya-manusia/
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah
Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat Jilid 37, Nomor 2 , 111.
Syamsunasir, 2015, Meningkatkan Daya Saing Organisasi Melalui
Peningkatan Kompetensi Pegawai Sesuai Kebutuhan
Individu Dan Organisasi,
http://syamsunasir.blogspot.co.id/2015/07/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
Sumaryadi, I Nyoman, 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah
Otonomi & Pemberdayaan Masyarakat, Citra Utama,
Jakarta.
Slamet Subekti, 2011. Pemaknaan Humanisme Pancasila Dalam
Rangka Penguatan Karakter Bangsa Menghadapi
Globalisasi. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Suwarsono, Alvin Y. So. 1994. Perubahan Sosial dan Pem-
bangunan. Jakarta: LP3ES
Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta
Saksono, Gatut Ign. 2009. Neoliberalisme vs sosialisme. Jogja.
Subandi, 2011. Sistem Ekonomi Indonesia, Alfabeta.
Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000). Pendidikan Di Indonesia
Memasuki Milenium III, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Schuller, Randall S. 1988. Managing Human Resources. South
Western College Publishing, Cicinati, Ohio.
Schuller, R.S. 1990. Repositioning The Human Resources
Function: Trans-forming or Demise. Academy
Management Executive. Vol. 4, No. 3: 49-59.
Sandra J., 2004. Classics of Public Administration. Wadsworth/
Thomson Learning., Belmont, CA.
Stroh, Linda K. & Caligiuri, Paula M., 1998. Strategic human
resources: a new source for competitive advantage in the
https://ardoyoga.wordpress.com/tag/faktor-keberhasilan-organisasi/
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/619/jbptunikompp-gdl-
tansatrisn-30913-8-tansatr-i.pdf
Yodhia Antariksa, 2007,
http://strategimanajemen.net/2007/09/06/membangun-
manajemen-sdm-berbasis-kompetensi
Veithzal Rivai, 2009 Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan dari teori kepraktek, Rajawali Pers, Edisi dua.
Yeni Absah, 2010, Kompetensi: Sumberdaya Pendorong
Keunggulan Bersaing Perusahaan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21117/1/jm
b-sep2008-1%20%283%29.pdf
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/09/30/132956126/Da
ya.Saing.Indonesia.Turun.3.Peringkat
https://ab3duh.wordpress.com/2015/01/23/definisi-manajemen-
sumber-daya-manusia-menurut-para-ahli/
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/12/16/154600626/Ind
eks.Pembangunan.Manusia.Indonesia.Stagnan.