Anda di halaman 1dari 14

ILMU DASAR KEPERAWATAN 1 B

ANALISIS JURNAL TENTANG CLOSTRIDIUM DIFFICILE

Oleh
Kelompok 7
Arga Rifqi A NIM 152310101143
Alfia Andriyani NIM 152310101151
Aulia Dwi R NIM 152310101178

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
Tabel Analisis Jurnal
Penulis jurnal Judul jurnal Nama jurnal dan edisi
dan tahun
1. C. Rodriguez, Clostridium difficile from Anaerobe
N. Korsak, food and surface samples journal homepage:
B. Taminiau, in a Belgian nursing home: www.elsevier.com/locate/
G. Daube : An unlikely source of anaerobe
Food Science contamination : Clostridium
Department, difficle pada makanan dan Edisi dan tahun:
FARAH, Faculty permukaan lantai di sebuah Received 18 March 2014
of Veterinary panti jompo Belgia : sebuah Received in revised form
Medicine, sumber yang tidak biasanya 29 December 2014
University of terkontaminasi. Accepted 4 January 2015
Liege, Liege, Available online 5 January
Belgium. 2015
2. V. Avesani,
J. Van Broeck, http://dx.doi.org/10.1016
M. Delmee: /j.anaerobe.2015.01.001
Microbiology 1075-9964/2015
Unit, Catholic Elsevier Ltd. All rights
University of reserved.
Louvain,
Brussels, (Rodriguez et al., 2015)
Belgium
3. P. Brach :
Nursing Home
Saint-Josephine
site de la
Chausse, ACIS,
Theux, Belgium
Tujuan penelitian Metodologi
Tujuan penelitian ini -tempat penelitian :
betujuan untuk menilai Di panti jompo Belgia
adanya Clostridium -jumlah sampel : dilakukan pada satu rumah sakit
difficile pada makanan dengan total kapasitas 110 tempat tidur, dengan
segar di dapur pati jompo sebanyak 256 sampel permukaan lantai dan 188
dan memeriksa sampel makan dilakukan selama 70 hari.
munculnya bakteri di -kuesioner yang digunakan : pengambilan sampel
lingkungan termasuk di makanan dan sampel permukaan lantai yang di
permukaan lantai dapur, lakukan analisa di laboratorium.
kamar pasien, toilet.
Hasil dan pembahasan

Pembahasan :
Penelitian ini dilakukan pada tempat permukaan lantai panti jompo yang di
lakukan 2 kali dalam pengambilan sempel yaitu 5 maret dan 8 mei dengan interval
65 hari dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat yang ada di sekitar
dapur yaitu nampan, troli pengirim makanan, kantin, dan kamar pasien. Selain itu
di sekitar dapur staf dan kamar mandi.Kamar mandi warga, kamar mandi pribadi
klien, aula, lift dan pagar, sampel ini di lakukan pengujian dengan dilakukan
pembersihan rutin dan pengambilan sampel.
Berbagai kamar mencakup berbagai penghunian dan keperluan yang di butuhkan.
Kamar pribadi yang ketergantungan yaitu semi-dependent dan independent.Semi-
dependent yaitu pasien bisa bagun dari tempat tidur tapi butuh bantuan untuk
berjalan, makan, menuju ke toilet. Indenpenden yaitu dapat melakukan semua
tugas pemenuhan dasarnya tanpa adanya bantuan tambahan
Kamar di lakukan pembersihkan dan disenfeksi setiap hari dengan menggunakan
sodium hipoklorit 10%, setelah itu di berikan dekontaminasi gas dengan hydrogen
peroksida 6% yang di lakukan tiap minggu. Namun apabila ada klien yang
menderita Clostridium difficile ( CDI) akan dilakukan dekontaminasi pada
ruangan yang dilakukan setiap hari.
Di panti jompo semua makanan di sajikan setiap hari yang disiapkan oleh staf
dapur di kantin. Apabila pasien menginginkan untuk menyiapkan makanan
dirinya sendiri terdapat dapur khusus untuk memasak bagi klien. Setiap hari
makanan pagi hari-malam hari disiapkan oleh staf dapur di kantin.makanan di
siapakan di dapur pasien yang di simpan 20 derajat Celcius dalam freezer
maksimal 6 hari. Kuantitas dari makanan maksimum yang disediakasn oleh 2
dapur tersebut segala macam makanan semuanya sama.
Penelitian sebelumnya telah meneliti tentang pencemaran lingkungan oleh
Clostridium difficile di rumah sakit dengan prevalensi 2,4 % dan 47%. Berbagi
metode kultur lingkungan yaitu teknik swabbing, elektrotatik, dan CCFT yang
telah dilakukan isosali pada Clostridium difficile. Keragaman dalam metode yang
telah di lakukan bisa membatu untuk memperjelaskan variasi dalam deteksi oleh
sebab itu terdapat metode standard untuk memperkirakan pencemaran lingkungan
oleh Clostridium difficile . Prevalensi Clostridium difficile di Belgia sampel yang
positif 2,3% -4,7%. Tingkat pemulihan sangat rendah dalam pemulihannya
dikarenakan terdapt efek hambatan Clostridium difficile ketika dilakukan
penelitian 85 c dengan efek sub-letal.
Proses analisa data :
Pada setiap hari jumat, sampel di identifikasi dan di lakukan laboratorium untuk
di analisa pada tanggal pembelian makanan, kuantitas, dan bahan-bahan untuk
sampel yang akan di lakukan dokumentasi.
Pada hari pertama di lakukan pengambilan sampel yaitu pengumpulan sampel dari
pembersihan permukaan lantai dari kamar yang di pilih acak. Pada hari ke dua di
lakukan pengambilan sampel di kamar klien yang sebelumnya telah di lakukan
pengambilan sempel dan juga telah teridentifikasi bakteri Clostridium difficile.
Sampel pertama di kumpulkan menggunakan kapas yang dibasahi air dengan
pepton buffered dengan sistein 0,5%. Total luas permukaan lantai sekitar 100 cm2
yang di ambil untuk setiap sempel. Sampel di letakkan di tempat yang steril,
dengan di lakukan peninggian suhu kamar selama maksimal 5 jam dan tabung di
berika lebel dengan ukuran 10ml.
Di lakukan analisa pada sampel dengan dilakukan penambahan cycloserine
cefoxitin fruktosa taurocholate (CCFT) 150 ml. Semua sampel di letakkan pada
suatu tempat yaitu stomacher dengan waktu 3 menit (Interscience, Saint-Nom-La
Brechete, France). Analisa sampel di inkubasi selama 3 hari pada sampel
makanan dan kemudian 10 hari dilakukan pengsuhu 37 c pada workstation
anaerobik (Led Techno, Heusden-Zolder, Belgia). Selanjutnya sampel di letakkan
pada wadah CCFT yang akan di lakukan inkubasi anaerob selama 48 jam pada
koloni Clostridium difficile.
Hasil :
Pada penelitian ini menduga adanya teridentifikasi oleh bakteri Clostridium
difficile dengan aglutinassi rapid Kit DR 1107A ( oxoid) dan Clostridium
difficilePCR. Selain itu penelitian ini menggunkana MRC-5 sel. Bakteri ini di
lakukan tes pada Gen typeC (Diff HainLifescience, Nehren, Jerman) dengan
tujuan untuk mendeteksi pada gen toksik semua gen toksin (tcdA, tcdB, cdtA dan
cdtB), gen regulator TDB di lakukan eliminasi (18 bp dan 39 bp eliminasi tunggal
pada posisi 117), dan gyrA mutasi.
Penelitian diidentifakasi PCR ribotye 078 dengan melakukan pada 246 permukaan
lantai panti jompo dan sampel makanan. Bakteri ini di lakukan pengisolasian satu
kali pada sampel makanan yang terdiri sosi babi, saus,dan salad, makanan ini
yang terdapat pada dapur panti jompo. Bateri ini memiliki racun yang ditemukan
dilakukan pengujian toksisitas sehingga hasilnya terdapat gen A,B,binner toksin ,
39 bp , gen ini yang menyebabkan penyakit pada manusia.
Menunjukan tingkat kontaminasi dalam makan yang telah dilakukan penelitian
yaitu daging, sayuran, dengan prevalensi antarab 0,9 dan 20%. penelitian ini
dilakukan selama 70 hari dari 188 sampel (70,7 %) yang dianalisis dari semua
yang dimasak yaitu selada, tomat, atau daging mentah. Bahteri ini terdapat pada
salad wortel, sosis babi, saus. Selain itu dapat terjadi karena memakan makanan
yang bersamaan.
Penelitian ini menunjukan bahwa makan adalah sumber yang tidak mungkin
teridentifikasi Clostridium difficile di panti jompo yang telah di evaluasi ternyata
membuktikan dapat teridentikasi oleh bakteri bakteri Clostridium difficile di panti
jompo di teridentifikasi PCR-riboytpe 078 dan permukaan lantai yang positif
terdeteksi bakteri Clostridium difficile. Sejumlah sampel yang besar di lakukan
pada berbagai jenis tempat permukaan yang terkontaminasi. Pengambilan sampel
dilakukan 2 hari yang berbeda yang dengan jangka waktu interval 70 hari.
Langkah-langkah pengendalian merupakan hasil dari penelitian yang menunjukan
bahwa pengendalian yang efektif dengan melakukan pembersihan pada tempat
yang di teleti yang berfungsi untuk mengendalikan penyebaran pada Clostridium
difficile di pantijompo. Pengendalian ini membuktikan bahwa jumlah spora
sangat rendah dan tidak mudah terdeteksi pada tempat permukaan di lingkungan
panti jompo.
Tabel
ditemukan suatu kasus atau terdiagnosa Clostridium difficile ( CDI) pada
pelayanan medis panti jompo antara minggu ke 11 dan 14 selain itu kasus
tambahan terdeteksi pada 9 hari studi di mulai. Hasil awal menunjukan bahwa 7
dari 23 pasien positif pada bakteri Clostridium difficile, 57,1% atau 4 dari 7
menderita diare pada kurun waktu tertentu dan juga dilakukan pengumpulan
sampel.

Ruang yang Lantai Resindent Sampling Analisis feses


teridentifikasi kondisi sebelum atau resident
kesehatan setelah untuk
ruangan Clostridium
pembersihan difficile
rutin dan
sebelum
pembersihan
O 1 Semi- Sampling Negatif
independen sebelum di
penempatan bersihkan
A 1 pasien Sampling Negative
independen setelah di
bersihkan
B 1 Pasien Sampling Negative
dependent setelah di
bersihkan
C 2 Dependent Sampling Negative
pasien sebelum di
bersihkan
D 2 Independent Sampling Positif
penempatan setelah di
bersihkan
E 2 Dependent Sampling Positif
pasien sebelum di
bersihkan
F 3 Independent Sampling Positif (c)
penempatan sebelum di
bersihkan

G 3 Penempatn Sampling Positif (b)


independent sebelum di
bersihkan

a. resident positif Clostridium difficile untuk satu minggu sebelum dan pada
saat penelitian sampling
b. resident positif Clostridium difficile untuk satu minggu sebelum
penelitian acak atau sampling
c. resident positif Clostridium difficile untuk da minggu sebelum penelitian
acak atau sampling.
Analisis dengan jurnal pemanding atau penguat
Jika di jurnal sebelumnya lebih di fokuskan kepada kebersihan ruangan
tempat pasien tinggal, faktor kebersihan tempat tinggal memang mempengaruhi
infeksi oleh Clostridium difficile tetapi di jurnal pembanding lebih di tekankan
pada pasien dengan usia lanjut yang memiliki imunokompeten, yang terkena virus
CMV dan Clostridium difficile di panti jompo. Bagi usia lanjut memang lebih
berisiko terkena Clostridium difficile, tetapi bukan hanya masalah usia dan
kebersihan tempat tinggal saja yang menjadi penyebab Clostridium difficile.
Masalah imunosupresi juga menjadi faktor risiko terkena Clostridium difficile dan
cytomegalovirus colitis coinfection (CMV ), pasien yang imunokompeten juga
akan berisiko terkena penyakit ini terutama mereka yang memiliki usia lanjut. C.
difficile-CMV dilaporkan pertama kali pada tahun 1992, jarang terjadi pada
pasien imunokompeten tetapi saat itu terjadi pada pasien imunokompeten dengan
usia lanjut. Seorang pria berusia 90 tahun yang mengalami stoke 10 tahun yang
lalu tinggal di sebuah panti jompo dengan status terbengkalai kronis. Ia awalnya
menderita pneumonia dengan gagal nafas dan di rawat di unit perawatan intersif,
setelah ia dirawat dengan diberikan obat antibiotic selama dua minggu, namun dia
berdarah dan sistem pencernaan yang buruk semakin berkembang dan
menunjukkan adanya penurunan penebalan dinding usus. Hasilnya immunoassay
enzim positif terhadap tinja C. difficile toxin. Setelah selama delapan hari
diberikan metronidazol oral 500mg tiga kali sehari hanya sedikit menggurangi
diare pasien. Selanjutnya dilakukan sigmoidoskopi pada usus desenden distal
disana banyak ulkus yang mengalami inflamasi dan juga ditemukan adanya tanda
patologis imunohistokimia CMV dengan inklusi intranuklear khas. Setiap dua
belas jam diberikan konsiklovir intravena 5mg/kg dan memberikan pengobatan
untuk pseudomembran colitis karena diare refrakter. Gejala penceranaan yang
timbul dan diare secara bertaham membaik pada minggu pertama pengobatan dan
pada minggu kedua pasien lebih membaik tetapi timbul gejala baru dalam
pernafasannya yang timbul akibat terkena infeksi CMV.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya faktor risiko C.
difficile dan colitis CMV, termasuk pada kekebalan, usia lanjut, kondisi kesehatan
yang kritis, inflamasi usus, pascaoperasi dan keparahan daam suatu penyakit yang
tinggi bisa menimbulkan terjadinya C. difficile dan kolitis CMV. Gejala yang
sering muncul seperti diare, diare berdarah, demam dan sakit perut. C. Difficile
biasanya mudah untuk diobati tetapi jika ini sudah mewabah dan menjadi resisten
terhadap obat maka akan menyebabkan komplikasi yang parah. Biasanya
diagnosis colitis CMV tertunda atau diketahui belakangan setelah pasien
didiagnosi mengalami C. Difficile dan penundaan pengobatan terhadap
pengobatan pathogen CMV dapat menyababkan kematian karena penyebaran
penyakit menjadi lebih cepat. Pasien yang imunokompeten terhadap infeksi CMV
biasanya cenderung dibiarkan dan mereka dianggap masih memiliki kekebalan
tubuh yang baik. Tetapi mereka yang memiliki imunokompeten dan terkena CMV
bisa mengalami kegagalan organ yang disebabkan oleh beberapa pathogen yang
resisten. Jadi diagnosis dini terhadap infeksi CMV bisa mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi nosokomial yang mematikan.
Lamanya tinggal di rumah sakit atau panti jompo lebih tinggi terkena
komplikasi infeksi CMV yang mengancam pasien imunokompeten. Penelitian
sebelumnya meningkatnya sitokin cascade berpotensi mengakibatkan
meningkatkan kembali infeksi CMV pada pasien radang usus, CMV lebih
cenderung berkembang setelah pasien didiagnosa terkena C. Difficile dalam
penelitian jurnal ini. Jadi kewaspadaan terhadap kemungkinannya koinfeksi
CMV pada pasien lanjut usia dan memiliki gejala rekunen pada C. Difficile,
endoskopi awal akan lebih membantu untuk membedakan penyakit dan tingkat
keperahanya dan pengobatan yang dilakukan secara antiviral setelah didiagnosis
akan sangat membantu.
(Chen, Lu, Lee, Wang, & Lee, 2015)
Konsep mikrobiologi yang terdapat Implikasi keperawatan
pada jurnal
Clostridium difficile adalah sebuah Hasil analisis jurnal ini dapat di
bakteri berbentuk basil spora-anaerob implikasikan dalam bidang ilmu
dengan panjang 3,5m yang memiliki keperawatan khususnya di bidang
gram positif hidup secara berkoloni. keperawatan mikrobiologi yang
Sporulasi paling terlihat setelah berfokus pada studi mikrobakteri seperti
mencapai taham stasioner atau fase bakteri Clostridium difficile, serta dapat
penurunan setelah >72 jam. meningkatkan pengetahuan perawat
Morfologi colonial sangat bervariasi, mengenai kerentanan pada usia lanjut.
sekitar 24-28 jam pada media darah, Jurnal ini dapat digunakan sebagai
koloni berdiameter 3-5mm dengan landasan oleh tenaga kesehatan sebagai
eritri tidak beraturan, lobasi atau upaya promotif, preventif, kuratif dan
rhizoidal, abubu, tidak berwarna, rehabilitatif
hematuria, meski ada beberapa yang Promotif :
1. Upaya meningkatkan
memiliki warna kehijauan karena pengetahuan masyarakat tentang
jenis alfa-homeolisis pada pembuluh masalah yang disebabkan oleh
bakteri Clostridium difficile
darah. Setelah inkubasi selama 48-72 melalui edukasi sehingga
jam koloni dapat mengembang secara masyarakat dapat mengerti
pertolongan pertama yang akan
cepat dan berubah warna menjadi di lakukakan apabila gejala
abu-abu atau keputihan. Koloni kecil infeksi bakteri terjadi.
2. Mengedukasi masyarakat
umumnya merupakan koloni yang bagaimana dan dimana harus
terbentuk dari spora diinokulasi yang berobat jika terjadi gejala, serta
meningkatkan peran aktif
kemudian berkembang menjadi besar. masyarakat terhadap masalah di
(J.S brazier dalam K. Aktories 2013) lingkunganya.
3. Meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya
Clostridium difficile adalah bakteri pola hidup bersih dan sehat.
Preventif
anerob dengan bentuk spora yang 1. Upaya ini dilakukan agar dapat
menyebabkan timbulnya penyakit mencegah terjadinya masalah
klinis yang dapat terjadi akibat
radang usus nosocomial dan bakteri Clostridium difficile
dengan melakukan:
antibiorik yang menyebabkan a. Pengujian pada sample-
sample makanan dan lokasi
munculnya diare.
pertumbuhan bakteri
Faktor resiko utama pada Clostridium Clostridium difficile.
b. Penggunaan standar prosedur
difficile ( CDI) :
seperti pola hidup bersih dan
1. Usia pasien diatas 65 tahun. sehat serta penggunaan alat
pelindung diri untuk
2. Perubahan genetic mikroba
mencegah kontaminasi
3. Rawat inap sebelumnya bakteri.
c. Deteksi dini penyebaran dan
terinfeksi Clostridium difficile
faktor resiko kontaminasi
4. Rumah Sakit rentan terdapat bakteri Clostridium difficile.
Kuratif
Clostridium difficile
1. Upaya ini dilakuakan untuk
5. Lingkungan contoh memberikan perawatan dan
pengobatan pada penderita yang
permukaan lantai yang
telah terinfeksi oleh bakteri
terkontaminasi di kamar Clostridium difficile.
2. Pengontrolan terhadap
pasien
penyebaran bakteri Clostridium
6. Makanan yang sangat rentan difficile.
Rehabititatif
terhadap transmisi nosokomial
1. Upaya pemulihan bagi penderita
pada bakteri CDI infeksi bakteri Clostridium
difficile, baik dalam segi
biologis, psikologis dan sosial.
2. Upaya pemantuan kekambuhan
yang dapat terjadi pada
masyarakat yang memiliki
riwayat penyakit.
Penutup
1. Kesimpulan
Bakteri Clostridium difficile adalah bakteri anaerob, berbentuk spora yang
menyebabkan timbulnya penyakit radang usus nosokomial dan antibiorik
seperti diare, hasil penelitian pada jurnal menemukan bahwa lingkungan
rumah panti jompo dan makanan rentan terkontaminasi oleh bakteri
Clostridium difficile kebersihan dan perawatan lingkungan sangat
berpengaruh pada vektor infeksi bakteri ini, seperti pada sempel makanan dari
dua dapur yang berbeda, dengan prosedur kebersihan yang berbeda, diuji
selama periode empat bulan, dilaporkan bahwa tingkat bakteri Clostridium
difficile rendah pada makanan siap saji, namun ditemukan kontaminasi pada
daging, sayuran dengan prevalensi antara 0,9-20%, bakteri ini juga terdapat
pada salad, wortel, sosis babi, saus dan makanan yang dimasak secara
bersama. Terdapat beberapa faktor resiko infeksi Clostridium difficile seperti
usia pasien diatas 65 tahun, perubahan genetik mikroba, rawat inap
sebelumnya terinfeksi Clostridium difficile, dan rumah sakit yang rentan
terdapat Clostridium difficile bergantung pada prosedur untuk pembersihan
rutin dan desinfeksi, serta lingkungan yang terkontaminasi.
2. Saran
Penjelasan mengenai bakteri diatas menunjukkan masih dibutuhkannya
profesinalitas seorang perawat dalam upaya pencegahan, pengobatan dan
promosi kesehatan pada bahaya bakteri Clostridium difficile khususnya yang
terjadi pada usia lanjut agar dapat meningkatkan dan menjaga taraf kesehatan
masyarakat.
Daftar Pustaka
Aktories,K and Wilkins, T.C. 2013. Clostridium Difficile. Serial online
https://books.google.co.id/books?id=54V9CAAAQBAJ&printsec=frontcover
#v=onepage&q&f=false. Diakses pada 16 Juli 2017
Chen, P., Lu, I., Lee, B., Wang, C., & Lee, C. (2015). Age can be a Problem:
Clostridium dif fi cile and Cytomegalovirus Colitis Coinfection in an
Immunocompetent 90-year-old Patient *, 9, 130132.
http://doi.org/10.1016/j.ijge.2015.05.001
Rodriguez, C., Korsak, N., Taminiau, B., Avesani, V., Broeck, J. Van, & Brach,
P. (2015). Anaerobe Clostridium dif fi cile from food and surface samples in
a Belgian nursing home: An unlikely source of contamination, 32, 8789.
http://doi.org/10.1016/j.anaerobe.2015.01.001

Anda mungkin juga menyukai