Anda di halaman 1dari 18

TUGAS 2

ETIKA ARSITEKTUR

KELAS B

KURNIA MANIS RUMANINGSIH (3214100002)

MARGIANA BELINDA A (3214100036)

GABYAWAN ARIOSENO (3214100079)

DOSEN: DR. Ing. Ir. BAMBANG SOEMARDIONO

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2017
BAB I
KASUS ETIK DAN SOLUSI YANG PERNAH DIBUAT

1.1 Persoalan Etik Rekayasa

Pencemaran Lingkungan PT Arun, Sertifikat ISO-14001 Minta Dicabut


Selasa, 24 April 2012
http://www.acehtraffic.com/2012/04/pencemaran-lingkungan-pt-arun.html

Lhokseumawe | acehtraffic.com

Selain 542 kepala keluarga masyarakat yang digusur saat didirikan PT Arun
tahun 1974 hingga kini belum mendapat pemukiman baru, disamping itu PT Arun
kembali memberikan sedikit percikan CSR melalui udara [H2S] untuk dihirup
bersama oleh warga sekitar sebagai hadiah ulang tahun perusahaan itu, kenyataan
pencemaran lingkungan selalu dapat terbantahkan walaupun ada warga yang
menjadi korban, maklum mereka banyak uang.

Setelah lembaga swadaya masyarakat peduli lingkungan yang tergabung


dalam Forum Komunikasi Masyarat Sipil [FKMS] Lhokseumawe dan Aceh Utara
pernah mendesak DPRA 27 April 2010 agar segera membentuk pansus untuk
menyelidiki dugaan pencemaran yang dilakukan PT Arun pada 22-23 April 2009
hasilnya LSM harus gigit jari, pasalnya desakan FKMS selama ini untuk
penyelesaian salah alamat, dan warga melalui perangkat desakan diberi uang
meugang beberapa ratus ribu selesai, tak ada gugat menggugat lagi.
Juru Bicara FKMS,
Safwani, dalam konfrensi pers,
Selasa 27 April 2012
menjelaskan, pascaterjadi
kebocoran H2S sekitar
setahun lalu, PT Arun terkesan
mengabaikan tanggung jawab
terhadap para korban dan
masyarakat lingkungan. Buktinya, warga dan FKMS telah berulang kali memanggil
pihak PT Arun untuk membahas masalah itu. Namun, mereka tak pernah datang.

Karena itu, sudah sepantasnya tuntutan masyarakat kawasan PT Arun


ditampung DPRA dengan membentuk pansus. Selain itu, FKMS juga mendesak
DPRA untuk mendorong pemerintah pusat agar melakukan audit lingkungan hidup
terhadap PT Arun, mengingat tingginya resiko yang akan dialami oleh masyarakat
sekitar atas keberadaan perusahaan tersebut.

Setiap kali kejadian yang menimpa masyarakat, Wakil Presiden Direktur PT


Arun, Fuad Bukhari menyatakan pihaknya hanya akan bertanggung jawab bila kasus
tersebut bersumber dari pabrik Arun. Penduduk Blang Panyang yang menjadi
korban gas beracun dari kilang PT Arun meminta pemerintah pusat segera menutup
operasional proyek vital tersebut. Kata mereka, PT Arun tidak ada manfaatnya,
malah membawa malapetaka bagi penduduk selingkungannya. Mereka meminta
agar PT Arun ditutup.

PT. Arun tidak pernah memberikan


penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
di gampong-gampong selingkungan
perusahaan join venture tersebut. PT Arun
juga tidak pernah menyosialisasi terkait
dampak negatif keberadaan perusahaan
itu terhadap lingkungan. Yang paling
menyakitkan, saat terjadi keracunan itu, pihak PT Arun tidak menangani secara
layak para korban. Kantong-kantong kemiskinan itu tampak jelas di luar pagar
komplek perumahan mewah yang dihuni karyawan Arun. Ini sangat tidak adil, warga
lingkungan tidak hanya menjadi penonton, tapi dibiarkan sengsara dengan bau
busuk gas oleh Arun. PT Arun harus peduli enduduk selingkungannya atau biar kami
yang urus PT Arun dan pengurus kini silakan angkat kaki saja dari perusahaan itu.

Dana community devolepment (CD/CSR) yang dikucurkan PT Arun terhadap


warga lingkungan, disinyalir jauh lebih kecil dengan nilai biaya tamasya karyawan
perusahaan tersebut ke luar negeri. Ketidakadilan itu harus segera dihentikan, pihak
Arun jangan lagi membodohi publik dengan pernyataannya yang tidak berdasar.
Berikan perhatian maksimal kepada masyarakat, atau angkat kaki dari Aceh. Namun
sebaiknya ditutup saja PT Arun karena mengaanggu penduduk. Di luar negeri,
pabrik Doly pengolah-suling gas dibangun di tengah laut, tapi PT Arun dibangun di
lingkungan penduduk, betapa bahayanya, Zulkifli alias Doly, Caleg terpilih dari Partai
Aceh sebagai anggota DPRA 2009-2014, yang juga mantan representatif GAM
untuk Kantor AAM Perwakilan Aceh Utara dan Lhokseumawe. Lelaki ini juga punya
jejaring dengan beberapa media luar negeri.

Masyarakat harus mengorganisasikan kritiknya ke PT Arun agar mereka bisa


mendapatkan hak-haknya, terutama hak kesehatan dan kesejahteraan akibat
eksplorasi dan polusi yang telah mereka terima. Semua LSM seputar Lhokseumawe
harus mengorganisasikan tujuan masyarakat agar advokasi berhasil dan tuntutan
masyarakat diterima. Harus dipikirkan bahwa PT Arun-Exxon Mobil adalah korporasi
dunia, yang hanya peduli pada tuntutan yang tepat dan kuat, Teuku Kemal Fasya,
Antropolog Aceh.

Telah lama penduduk selingkungan PT Arun mengeluh tentang bau busuk


dari perusahaan gas itu, namun sebelum peristiwa memalukan pada 22 April, PT
Arun selalu berkilah bahwa bau bocoran gas tidak berbahaya dan Pemko
Lhokseumawe mendukungnya.

Inilah yang membuat sebagian masyarakat


agak benci pada Pemerintah Kota
Lhokseumawe dan PT Arun. Entah sampai
kapan. Hanya niat baik dari pengurus PT
Arun yang bisa menyelesaikan drama yang
telah lama ini, namun apakah niat baik itu masih ada di hati pengurus PT Arun?
Sekali lagi entahlah.

Peristiwa itu terjadi pada Rabu 22 April. Ratusan penduduk Blang Panyang
yang berupa gampong selingkungan perusahaan penyedot gas tersebut hoyong,
mual-mual, muntah. Mereka mabuk setelah terhirup semacam H2S. Anehnya PT
Arun yang elegan dan eksklusif merasa belum kehilangan reputasinya sebagai
perusahaan ramah lingkungan karena penduduk sekitarnya keracunan setelah
menghirup sulvur dari kilang Arun.

Selain di Blang Panyang, di puluhan gampong lain di lingkungan PT Arun pun


sering dihasiahi bau busuk itu, namun selalu ditangkis bahwa itu tidak berbahaya.
Begitulah kisah di gampong-kampong sana. Yang lebih paham soal ini, tentunya
penduduk di lingkungan PT Arun.

Saat itu Humas PT Arun, Roby Sulaiman, saat ditemui di depan rumah sakit
itu sekitar pukul 17.20 WIB, mengatakan begitu mengetahui sejumlah warga Blang
Panyang mengalami muntah-muntah, pihaknya langsung mengirim petugas
kesehatan dan petugas bidang lingkungan ke gampong itu. Penduduk yang pening
dan muntah itu diangkut ke rumah sakit untuk diobservasi.

Ditanya terkait kasus serupa yang sudah sering terjadi, saat itu Roby
Sulaiman menyatakan perlu pendalaman secara teknis untuk mengetahui
penyebabnya. Terkait early warning system bagi warga lingkungan khususnya
Gampong Blang Panyang, Roby mengatakan kurang mengetahui hal itu. Terkait
antisipasi ke depan, kata dia, pihaknya harus mengetahui dahulu penyebab kejadian
tersebut.

Walikota Lhokseumawe Munir Usman, saat itu mengatakan pihaknya


membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus tersebut. Tim khusus di bawah
koordinator Bidang Lingkungan Hidup dari Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan
(BLHK) Kota Lhokseumawe terus bekerja untuk mengetahui penyebab warga Blang
Panyang muntah-muntah.

Sementara, Wakil Presiden Direktur PT Arun, Fuad Bukhari menyatakan


pihaknya akan bertanggung jawab bila kasus tersebut bersumber dari pabrik Arun.
Itu terjadi kemarin-kemarin.
Penduduk Blang Panyang yang menjadi korban gas beracun dari kilang PT
Arun meminta pemerintah pusat segera menutup operasional proyek vital tersebut.
Kata mereka, PT Arun tidak ada manfaatnya, malah membawa malapetaka bagi
penduduk selingkungannya. Mereka meminta agar PT Arun ditutup.

PT. Arun tidak pernah memberikan penyuluhan kesehatan kepada


masyarakat di gampong-gampong selingkungan perusahaan join venture tersebut.
PT Arun juga tidak pernah menyosialisasi terkait dampak negatif keberadaan
perusahaan itu terhadap lingkungan. Yang paling menyakitkan, saat terjadi
keracunan itu, pihak PT Arun tidak menangani secara layak para korban.

Menurut masyarakat di sana, tiga ratusan warga Blang Panyang yang mual-
mual dan muntah mendadak hanya dirawat seadanya oleh paramedis RS milik PT
Arun.

Mereka para korban cuma diberikan obat antasit, parasetamol dan


asaminamat. Hanya beberapa orang yang diopname dan dirawat di ruangan, itu pun
setelah terjadi adu mulut.

Koordinator LBH Banda Aceh Pos


Lhokseumawe, Zulfikar SH mengatakan,
pihaknya bersama kalangan NGO lokal di
Lhokseumawe yang peduli terhadap
kemanusiaan mengadvokasi kasus
keracunan tersebut. Saat itu Pemda
memang harus tidak pro-aktif menyidik,
hanya menerima mentah-mentah pernyataan pihak PT Arun yang membela diri.
Begitulah yang terjadi sejak beberapa tahun lalu.

Zulnazri, ahli kimia dari Unimal Lhokseumawe, saat itu menduga bahwa ada
kebocoran gas beracun di kilang Arun sehingga mengakibatkan warga lingkungan
keracunan. Sinyalirnya, kalau bau yang dirasakan warga Blang Panyang seperti bau
kentut, maka itu kemungkinan besar mereka terhirup H2S. Jadi, gas beracun yang
mengikat dengan hemoglobin sehingga sirkulasi darah tidak lancar. Selama ini
diduga pihak Arun tidak mengontrol udara amibient di sekitar kilangnya secara
kontinyu. Kontrol tersebut seharusnya harus dilakukan setiap saat sehingga
tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.
Polres Lhokseumawe saat itu diback-up tim Polda Aceh terus menyelidi kasus
keracunan warga Blang Panyang yang diduga akibat gas beracun dari kilang PT
Arun. Sedangkan Forum Masyarakat Sipil meminta perusahaan penyedot gas alam
cair itu bertanggung jawab atas keracunan tersebut. Sementara para korban
keracunan meminta kilang pengolahan gas PT Arun ditutup. Polisi memang telah
tangani kasus itu dan semoga sampai tuntas. Pihak PT Arun harus diproses sesuai
hukum yang berlaku untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya.

Bukan Kasus Pertama

Safwani, juru bicara Forum Masyarakat Sipil Lhokseumawe saat itu


mengatakan PT Arun harus bertanggung jawab terhadap keracunan penduduk.
Keracunan yang terjadi akibat kelalaian pihak Arun, kelalaian yang telah
menyebabkan kerusakan lingkungan dan korban manusia. Kasus keracunan
tersebut bukan yang pertama terjadi.

Kejadian yang sama akan terulang lagi, keberadaan kilang pengolahan gas
Arun yang berdekatan dengan pemukiman warga juga berpotensi menimbulkan
bencana industri karena kegagalan teknologi. Terkait hal itu, Forum Masyarakat Sipil
yang merupakan gabungan LSM Sahara, LPL-Ha, Bytra, Limid, LBH Pos
Lhokseumawe, Jingki, Sepakat, Tani Bahari, PB-HAM Aceh Utara, JKMA Pase, dan
MaTA Aceh, menyatakan PT Arun harus menyediakan jaminan kesehatan jangka
panjang bagi warga yang beresiko mengalami gangguan kesehatan; Arun harus
membuat sistem peringatan dini untuk mempersiapkan masyarakat atas berbagai
resiko yang terjadi.

PT Arun harus menyediakan berbagai fasilitas bagi warga lingkungan seperti


masker untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang dikhawatirkan akan terjadi
lagi. Motto 'utamakan keselamatan' tidak hanya penting bagi karyawan dan pekerja,
tapi masyarakat sekitar juga harus diperhatikan keselamatannya; sesuai UU
perseroan terbatas, Arun berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.

Dana tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility/CSR yang


dikelola Arun harus seluruhnya digunakan untuk kepentingan masyarakat yang
mengalami dampak negatif keberadaan perusahaan itu dan dikelola secara
transparan. Dana tersebut tidak boleh lagi dialokasikan untuk kepentingan pejabat
daerah atau pihak-pihak lain, juga tidak boleh untuk membiayai penelitian keracunan
tersebut. PT Arun wajib mengkaji kembali Amdal," kata Safwani.

Alat Pembakaran Gas H2S Arun Tak Berfungsi

Hasil penelitian Badan


Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah (Bapedalda) Aceh menyebutkan
lepasnya gas berbahaya H2S di PT
Arun, Lhokseumawe, ke udara karena
tidak berfungsinya alat pembakaran gas
H2S selama delapan menit.

"Hasil temuan sementara ditemukan gas H2S terdapat dalam gas alam
sebanyak 1,3 persen. Jika H2S itu bereaksi dengan udara, maka akan terbentuk
S02 (Sulfur Dioksida) yang sangat berbahaya bagi manusia," kata Kepala
Bapedalda Aceh Husaini Syamaun, Rabu 29 April 2009. Menurutnya saat proses
pembakaran yang terjadi tanggal 22 April 2009 lalu, pada pukul 08.20 WIB, api
Incinerator di unit 29 mati, sehingga proses pembakaran tidak dapat berlangsung.

Sebelum dibakar di api Incinerator unit 29, H2S dapat diubah menjadi
pendataan direaksikan dengan Malton Sulfur, namun tidak semua H2S mampu
diubah menjadi Sulfur padatan, sehingga masih ada H2S yang tersisa dan perlu
dibakar dalam unit 29. "Nah pembakaran di api Incinerator unit 29 ini tidak dapat
berlangsung, akibat mati," kata Husaini.

Sesuai dengan prosedur, kata Husaini, maka gas H2S dialirkan ke menara
pembakaran Plestrek (menara yang mengeluarkan api yang dapat dilihat), tetapi
ketika gas H2S dimasukkan dalam plestrek hanya sebagian gas H2S yang dapat
terbakar, sebagian lagi lepas ke udara.

Gas H2S yang lepas ke udara inilah yang menyebabkan bau dan sangat
berbahaya bagi manusia yang tercium bau itu. Sebab sesuai dengan peraturan
pemerintah, Sulfur Dioksida yang aman dikandung dalam udara bebas hanya
sebesar 1000 ppm/m3.
Kata Husaini, sesuai dengan dokumen Amdal PT Arun diperbolehkan untuk
melarikan gas H2S ke Plestrek maksimal tiga jam, bila lebih akan berbahaya. Tetapi
kejadian pada saat itu hanya berlangsung selama delapan menit.

Selama delapan menit itu, apakah PT Arun melepaskan gas H2S terlalu
banyak ke udara, sangat sulit kita deteksi karena peristiwanya telah berlalu. Gas
berbahaya bagi kesehatan manusia itu yang terlepas ke udara kemungkinan terlalu
banyak bisa saja.

Managemen PT. Arun segera bermusyawarah dengan masyarakat lingkungan


untuk membahas solusi antisipasi ancaman pencemaran udara dan darat yang
berpotensi terus bermunculan akibat operasional pengolahan gas alam cair.

Kata Zulkifli alias Doly, politisi Partai Aceh, Sabtu 2 Mai 2009, sebelum korban
di pihak masyarakat lingkungan terus berjatuhan akibat pencemaran lingkungan, PT.
Arun harus segera memanggil aparat gampong, Tuha Peut, dan elemen lainnya,
untuk membahas solusi antisipasi ke depan. PT Arun harus lebih punya nurani dan
rasa kemanusiaan terkait kondisi tersebut.

Doly yang menetap di Gampong Paloh Dayah Kecamatan Muara Satu, salah
satu gampong lingkungan kilang Arun yang sering dibikin pusing dan mual dengan
H2S PT Arun, menyebutkan paskainsiden keracunan warga Blang Panyang hingga
kini masyarakat setempat masih dibalut trauma yang amat mendalam.

"Kehidupan warga Blang Panyang dan Gampong lingkungan lainnya sudah


tidak menentu, mereka merasakan was-was dengan ancaman pencemaran udara.
Pihak Arun harus bertanggung jawab terkait hal ini," kata Doly yang dipastikan
berhasil meraih kursi DPRA dari Partai Aceh.

Apabila manajemen Arun tidak merespon keluhan warga lingkungan, lanjut


Doly, perusahaan tersebut diminta segera angkat kaki dari lokasi itu. Karena, kata
dia, masyarakat lingkungan sudah amat menderita dengan keberadaan Arun.

"Kuala Mamplam Gampong Ujong Blang dangkal, tanaman palawija warga


Paloh dayah dan Paloh Punti terkena penyakit aneh, warga Blang Panyang
keracunan, itu semua dampak dari gas beracun Arun. Dan, ancaman gas beracun
merkuri, yang menurut para ahli juga berada di sekitar kilang Arun. Padahal,
sebelum kehadiran perusahaan itu, tidak ada dampak buruk yang demikian terhadap
warga," kata Doly.

Kata Doly, Salah satu agenda yang akan diprioritaskan anggota DPRA dari
Partai Aceh nantinya membahas persoalan yang terjadi di lingkungan PT. Arun.
Karena selama ini perhatian perusahaan tersebut kepada lingkungan amat minim.
Entah di mana rasa persaudaraan dan nurani kemanusiaan pengurus PT Arun.

Terus jaga lingkungan

Secara terpisah Presiden Direktur


PT Arun, Fauzi Husen mengatakan
pihaknya terus berupaya meningkatkan
ketaatan perusahaan dalam
menyelamatakn lingkungan. Sejak tahun
1978 mulai beroperasi di Aceh,
Alhamdulillah perusahaan yang
bermarkas di Blang Lancang Lhokseumawe, berhasil melakukan penyelamatan
lingkungan, katanya pada penyerahan Sertifikat ISO-14001 di Gedung Multi Guna
PT Arun Batuphat, kemarin.

Atas keberhasilan itu, tambahnya, perusahaan itu telah menerima 15 pedang


penghormatan standar Internasional dan yang paling terakhir adalah menerima ISO-
14001. Pengharagaan ini didapat setelah bertahun-tahun berhasil mempertahankan
penyelamatan lingkungan. Semua itu atas kerjakeras, kejelian, ketulusan kerja,
berkat bantuan masyarakat lingkungan juga dan kedisiplinan dalam melaksanakan
tugas, ujar Fauzi. Ia berharap staf dan karyawan PT Arun mempertahankan
penghargaan tersebut.

Penghargan ISO-14001 tersebut diserahkan oleh Country Manager PT


Lyoids Register Quality Assurance, Irfan Fahmi, yang disaksikan ratusan staf PT
Arun dan pejabat Bidang lingkungan baik dari Aceh maupun dari Jakarta.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh menganggap PT Arun tidak pantas


mendapatkan penghargaan ISO 14001 sebagai perusahaan dengan manajemen
lingkungan terbaik. PT Arun masih melakukan pencemaran yang merusak
lingkungan sekitar dan membahayakan kesehatan masyarakat. Walhi Aceh juga
sepakat dengan tuntutan Forum Komunikasi Masyarakat Sipil (FKMS) yang
mendesak DPR Aceh membentuk Pansus untuk untuk menyelidiki dugaan
pencemaran lingkungan.

Jangankan ganti rugi, diminta datang menghadiri pertemuan dengan


masyarakat saja, mereka tidak datang, ujar Direktur Eksekutif Walhi Aceh, T.M.
Zulfikar. Bahkan sampai hari ini PT Arun tidak bersedia memenuhi tuntutan ganti rugi
masyarakat sekitar Arun.

Pemerintah Indonesia dan Aceh juga diminta untuk serius menyikapi


persoalan PT Arun ini karena sudah terjadi bukan hanya sekali tetapi berulang kali.

PT Arun seperti diketahui, hari Senin 26 April 2010 menerima penghargaan


ISO-14001 yang dikeluarkan oleh International for Standar Organization.
Penghargaan ini berarti PT Arun dianggap telah mencegah pencemaran lingkungan
yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan.

Mana buktinya Arun telah mencegah pencemaran lingkungan, kebocoran gas


H2S tahun lalu malah merupakan bukti bahwa mereka tidak dapat mencegah
pencemaran lingkungan, kecam T.M Zulfikar.

Kebocoran gas H2S terjadi pada Rabu dini hari tanggal 22 April tahun 2009
lalu. Dalam kejadian ini ratusan masyarakat dari desa sekitar pabrik yaitu Desa
Blang Panyang, Mukim Paloh Timu, Kota Lhokseumawe keracunan gas yang bisa
menyebabkan kematian tersebut. Ratusan warga yang terkulai lemas dan muntah-
muntah.

Namun celakanya, tuntutan ganti rugi dari masyarakat kepada Arun tidak
pernah dihiraukan. Perusahaan penghasil gas alam terbesar tersebut hanya
memberikan obat pereda sakit seperti Antasida Doen Suspensi, Spasmal
Metamizole sodium serta Papaverine hydrochloride, yang menurut masyarakat sama
sekali tidak manjur.

Walhi menganggap PT Arun sebagai perusahaan raksasa wajib memberikan


tuntutan masyarakat, bukan sekedar pengobatan sederhana. Jangan merasa telah
mengobati kemudian kewajiban terhadap masyarakat selesai, kata T.M Zulfikar.
Persoalan lingkungan bukanlah sekedar merawat pabrik dan menjalankan
berbagai prosedur baku. Lebih dari itu, lingkungan adalah alam dan manusia yang
berada di sekitar pabrik (lingkungan sosial), bukan hanya lingkungan fisik dan
biologis semata. Jika pabrik tidak dapat mengelola lingkungan dengan baik maka
perusahaan tersebut sama sekali tidak layak mendapat ISO apapun.

Sepertinya pemberian ISO cuma untuk menciptakan opini publik baru bahwa
PT Arun peduli lingkungan. Padahal tuntutan masyarakat sama sekali belum mereka
penuhi, kata T.M. Zulfikar.

Teknik mengalihkan isu atau menciptakan opini baru memang sering


digunakan oleh perusahaan multinasional perusak lingkungan. Dengan dana besar
yang mereka miliki mereka bisa menjalankan public relation yang baik.

Pencemaran yang dilakukan PT Arun sudah berjalan rutin, masyarakat


sepanjang tahun mencium bau busuk dari H2S. Jadi berhentilah berbohong dan
penuhi tuntutan masyarakat, tukas TM. Zulfikar.

Di kawasan pabrik PT Arun ada tiga arah angin dalam setiap harinya. Pada
pagi hari, angin bertiup ke arah Desa Blang Mangat, siang hingga sore angin bertiup
ke arah Desa Banda Masen, baru pada malam hari angin bertiup ke arah laut.

Karena itu, jika ada pencemaran udara yang diduga berasal dari PT Arun,
maka warga yang kena imbasnya, antara lain, Blang Mangat, Ujong Blang, Ulee
Jalan, Banda Masen, Hagu Barat Laut, dan Hagu Teungoh. Dokumen Amdal yang
dimiliki PT Arun harus ditinjau kembali, agar mereka bisa merancang usaha
pengelolaan lingkungan yang lebih baik. pue serifikat ISO dan puluhan nobel
pedang, Untuk membunuh warga? Suruh kembalikan aja sertifikat itu, hana male
desak pegiat LSM dalam diskusi di JKMA, Selasa 24 April 2012, sore.

Pada berita diatas, dapat diketahui bahwa PT. Arun telah mencemari
lingkungan dan kawasan pemukiman warga dengan limbah berbau dan berbahaya
yang berasal dari gas H2S yang. PT. Arun mengatakan bahwa gas tersebut tidaklah
berbahaya, tetapi kemudian warga yang tinggal di pemukiman dekat dengan kilang
PT. Arun mengalami masalah kesehatan seperti mual dan muntah.

Setelah diselidiki Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah


(Bapedalda) Aceh, gas H2S dapat lepas ke udara akibat tidak berfungsinya alat
pembakaran gas H2S selama delapan menit. Yangmana jika H2S itu bereaksi
dengan udara, maka akan terbentuk SO2 (Sulfur Dioksida) yang sangat berbahaya
bagi manusia.

Kebocoran gas H2S di udara bebas ini diduga karena pihak Arun tidak
mengontrol udara amibient di sekitar kilangnya secara kontinyu. Kontrol tersebut
seharusnya harus dilakukan setiap saat sehingga tidak menimbulkan dampak buruk
bagi lingkungan.

Kasus ini bukan yang pertama kali terjadi. Keberadaan kilang pengolahan gas
Arun yang berdekatan dengan pemukiman warga ini berpotensi kembali bocor dan
menimbulkan bencana industri karena kegagalan teknologi. Oleh karena itu,
masyarakat menuntut PT Arun untuk menyediakan jaminan kesehatan jangka
panjang bagi warga yang beresiko mengalami gangguan kesehatan serta membuat
sistem peringatan dini untuk mempersiapkan masyarakat atas berbagai resiko yang
terjadi.

1.2 Solusi yang Pernah Dibuat


BAB II

KAJIAN BERDASARKAN KAIDAH ETIKA

Utilitarianisme

Teori utilitarianisme memahami bahwa tindakan yang paling etis adalah ketika
tindakan yang diambil tersebut menghasilkan manfaat yang lebih banyak bagi
mayoritas orang-orang yang terlibat.

Pada kasus ini, PT Arun melanggar teori Utilitarianisme karena perusahaan


tersebut tidak memberikan kenyamanan dan kesejahteraan kepada masyarakat.
Sebaliknya, perusahaan ini malah memberikan dampak buruk kepada lingkungan
masyarakat karena membuang limbah yang mencemari lingkungan.

Egoisme

Teori egoisme rasional menempatkan bahwa tindakan yang diambil dianggap


rasional jika dan hanya jika tindakan tersebut dapat memaksimalkan kepentingan diri
sendiri.

Dikaitkan dengan kasus yang terjadi pada PT Arun, PT Arun merupakan pihak
yang egois karena tidak menghiraukan aspirasi dari warga sekitar dan cenderung
ingin meningkatkan dirinya sendiri.

Hedonisme

Teori ini menekankan pada kebebasan tiap individu untuk melakukan segala
hal sesuai keinginannya namun tidak mengganggu orang lain.

PT Arun melanggar kaidah Etika Hedonisme karena dalam pelaksanaan


produksi industry gas tersebut mengganggu keamanan dan kenyamanan
lingkungan di sekitarnya.
Rights Ethics

Etika ini harus menghormati Hak Asasi Manusia. Menekan kan harga diri
orang lain. Berbuat baik karena itu hak orang lain.

PT Arun melanggar etika hak asasi karena tidak memberikan kebebasan


pada warga sekitar untuk melakukan kegiatan sebagaimana hak manusia pada
umumnya yaitu menghirup udara segar dan memiliki lingkungan yang sehat.

Duty Ethics

Prinsip atau moral yang berlaku untuk perbuatan kita dalam kehidupan
sehari-hari dan tentukan prioritas mana yang baik dan buruk kelakuan kita.
Seseorang harus menghormati orang karena merasa berkewajiban melakukan
kebaikan.

PT Arun melanggar etika kewajiban karena merasa PT Arun telah


membiarkan begitu saja dampak dari pabrik yang menimbulkan pencemaran
lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat sekitar yang dekat dengan
pabrik tersebut. Disitulah sikap kurang menghormati kepada orang lain karena
kurang memperhatikan kebaikan sekitarnya terutama masyarakat yang tinggal
disekitarnya.

Virtue Ethics

Yang terpenting adalah karakter yang dimiliki oleh pelaku yang baik. Karakter
lebih penting dari tindakan dan akibat yang ditimbulkan. Menilai suatu perbuatan
sebagai buruk (tidak boleh dilakukan) atau baik (boleh dilakukan) berdasarkan
contoh yang diperlihatkan oleh agen moral (manusia) yang dianggap memiliki
moralitas yang tinggi.

PT Arun melanggar etika moral karena PT Arun tidak hanya sekali membuat
kesalahan yang disebabkan oleh pabriknya. Disini dapat diambil kesimpulan moral
yang dimiliki oleh PT Arun ini tidak baik karena bila kejadian sekali terjadi maka
kedepannya seharusnya dicegah untuk tidak terjadi tetapi kenyataannya masalah
yang ditimbulkan terulang kembali.

Self Realization Ethics

Etika realisasi diri ini menerangkan bahwa sebenarnya mau menjadi orang
yang seperti apa kita ini?

PT Arun seharusnya memperhatikan etika ini karena mau jadi apa


sebenarnya PT Arun ini yang telah mengabaikan tuntutan masyarakat karena itulah
PT Arun ini sudah dapat persepsi buruk bagi masyarakat sekitarnya yang terkena
imbas dari PT Arun tersebut.
BAB III

USULAN PENYELESAIAN ETIS TERHADAP KASUS

3.1 Pihak Perusahaan /PT. Arun

Perusahaan memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat dan


mensosialisasikan dampak negative dari limbah pabrik

Perusahaan lebih mengutamakan hak warga sekitar mengenai kesehatan dan


kesejahteraan hidupnya

Perusahaan menyediakan jaminan kesehatan untuk jangka panjang kepada


warga sekitar yang beresiko mengalami gangguan kesehatan

Membuat sistem peringatan dini untuk mempersiapkan masyarakat akan


berbagai resiko yang akan terjadi.

PT Arun menyediakan berbagai fasilitas bagi warga seperti masker untuk


menghindari kekhawatiran yang mungkin muncul.

Perusahaan melakukan pengawasan akan alat-alat produksi dan menjaga


stabilitasnya serta memprediksi probabilitas akan kerusakan alat-alat produksi
yang berakibat fatal tersebut.

Perusahaan lebih merespon keluhan dari warga lingkungan dan lebih


bersahabat dengan warga maupun lingkungan. Agar terjalin rasa
persaudaraan antara masyarakat dan perusahaan sehingga tidak saling
merugikan satu sama dan bersama sama memperhatikan lingkungan
sekitar.

Perusahaan memberikan ganti rugi perusahaan terhadap warga sekitar yang


terkena dampak pencemaran

3.2 Pihak Pemerintah

Memperkuat pengawasan dari Pemerintah Kota

Pemda lebih pro aktif menyelidiki kasus yang ada pada PT Arun tersebut.
Meningkatkan penegakan hukum sehingga dapat dituntaskan hingga ke
akarnya dan PT Arun harus mempertanggungjawabkan kesalahan yang
diperbuatnya.

Membuat tim khusus yang menangani permasalahan tersebut untuk


meminialisir kejadian serupa.

Anda mungkin juga menyukai