Anda di halaman 1dari 4

Efek Kekurangan dan Kelebihan Asupan Garam

Tak hanya kelebihan, kekurangan asupan garam juga bisa memicu sejumlah gangguan kesehatan

Jum'at, 27 Agustus 2010, 13:12 WIB

Petti Lubis, Lutfi Dwi Puji Astuti

Garam di Makanan (inmagine.com)

VIVAnews - Anjuran untuk mengurangi asupan


garam mulai didengung-dengungkan para pakar
kesehatan. Pasalnya, jika tubuh kelebihan garam
akan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah,
yang merupakan sumber penyakit seperti diabetes,
stroke, jantung.

Tapi, perlu Anda tahu juga, membatasi konsumsi


garam tidak berarti Anda sama sekali tidak
mengonsumsi salah satu bumbu penyedap rasa ini. Kekurangan asupan garam juga bisa memicu
sejumlah gangguan kesehatan.

Menurut ahli kesehatan, Zeenia F Baria, ada banyak kesalahpahaman dalam hal asupan garam.
Kelebihan dan kekurangan garam ternyata sama bahayanya, seperti dikutip dari laman Times of India.

Menurut ahli jantung, Dr Vijay Surase, saat ini garam dianggap sebagai 'biang keladi' kegemukan. Tak
mengherankan jika makin banyak orang yang menyadari bahaya asupan garam berlebih. Masalahnya,
tidak sedikit orang juga yang secara ekstrem tidak mengonsumsi garam sama sekali. Dan menurut Dr
Surase, pemikiran makan tanpa garam adalah salah kaprah.

Lantas, seberapa pentingkah pembatasan garam?

"Garam, umumnya terdiri dari natrium dan klorin (natrium klorida). Anggapan garam dapat
membahayakan kesehatan memang tidak salah, dan kandungan natrium klorida bisa didapatkan dari
makanan lain. Namun, penelitian menunjukkan, sekitar 80 persen dari populasi manusia akan
mendapatkan manfaat dari garam secara optimal dari garam alami. Jika tubuh kekurangan garam,
kondisi ini bisa menyebabkan kantuk, depresi, kejang bahkan koma. Bahkan penderita hipertensi
diperbolehkan mengonsumsi garam, asalkan tidak berlebihan, kata Dr Surase.

Hal senada juga disampaikan kardiolog, Dr Shantanu Deshpande, yang mengungkapkan garam sangat
penting untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh kita.

"Porsi normal garam sebesar 2.300 mg (sekitar 1 sendok teh garam). Namun, masih banyak orang juga
mengonsumsi garam lebih dari porsi itu. Biasanya, konsumsi garam berlebihan diekskresikan dalam urin.
Tapi, hampir 50 persen dari individu, ginjalnya tidak dapat menangani kelebihan natrium dari garam.
Kondisi inilah yang bisa mengakibatkan peningkatan tekanan darah, yang sering terjadi pada manula
atau penderita diabetes."

Karena itu, mulailah mengonsumsi garam dalam porsi ideal, agar tubuh kebal dari penyakit.

Brokoli Ampuh Cegah Radang Saluran Pencernaan


Sayuran cegah bakteri menempel di dinding usus, sehingga kurangi perkembangan gangguan ini

Jum'at, 27 Agustus 2010, 08:02 WIB

Petti Lubis, Mutia Nugraheni

Brokoli (Corbis)

VIVAnews - Radang saluran pencernaan bisa


menimpa siapa saja. Gejala ini biasanya ditandai
dengan perut terasa panas sesudah makan atau
muncul bercak darah ketika buang air besar.

Usus akan terasa sakit karena terjadi peradangan


dan biasanya disertai gejala diare, muntah dan
menurunnya berat badan. Untuk mengatasi hal itu, para ilmuwan telah menemukan beberapa jenis
serat larut yang dapat membantu mencegah bakteri menempel pada dinding usus, sehingga mengurangi
perkembangan penyakit ini.

Mereka menemukan serat larut dari pisang jenis plantain dan brokoli yang disebut sebagai makanan
super. Kedua makanan tersebut memiliki kemampuan untuk melawan sel kanker dan mencegah nyeri
arteri. Profesor Jonathan Rhodes, ahli gastrologi dari Liverpool University, Inggris mempublikasikan
temuannya dalam The British Medical Journal.

Rhodes dan timnya mengatahui dengan melakukan percobaan tertentu. Ia menambahkan tipe dari
bakteri E coli pada usus untuk dikembangbiakkan dengan sel microfold. Lalu, diuji dengan serat larut
dari buah-buahan serta sayuran berbeda.

"Serat larut mungkin memiliki efek menguntungkan dengan menghalangi adhesi dari lapisan bakteri
usus yang berpotensi membahayakan," kata profesor Rhodes, seperti dikutip dari Telegraph.co.uk.

Sebuah studi klinis sedang dalam proses untuk meneliti efeknya secara lebih detail pada manusia.
Profesor Rhodes berpikir untuk melihat efeknya secara langsung mungkin harus makan pisang ukuran
besar setidaknya setiap hari.

Benarkah Minum Kopi di Pagi Hari Buat Mulas


Minum kopi hangat di pagi hari katanya dapat membuat perut berkontraksi dan mulas.

Jum'at, 20 Agustus 2010, 15:24 WIB

Pipiet Tri Noorastuti, Lutfi Dwi Puji Astuti

Secangkir kopi (inmagine)

VIVAnews - Minum kopi hangat di pagi hari katanya


dapat membuat perut berkontraksi. Itulah
mengapa ada yang bilang minuman 'menagih' itu
bisa mempercepat hasrat buang air besar.
Benarkah mitos itu?
Sebuah penelitian di Eropa mengungkap bahwa espresso, french roast, dan jenis kopi hitam lainnya
mengandung zat kimia yang dapat meningkatkan produksi asam di perut.

Para peneliti memelajari sifat iritasi kopi terhadap organ perut. Mereka mencoba memahami budaya sel
perut manusia saat menerima jenis kopi yang berbeda, dan intensitasnya. Mulai dari asupan kopi hitam,
kopi berkadar kafein ringan, tanpa kafein, hingga kopi berlabel ramah perut.

Dari sejumlah percobaan, mereka berhasil mengidentifikasi beberapa zat yang memicu perubahan kimia
di organ pencernaan. Zat yang antara lain meliputi kafein, dan catechols itu berhubungan dengan
peningkatan produksi asam.

Zat-zat yang terdeteksi adalah molekul komponen kopi yang merangsang mekanisme sekresi asam
lambung dalam sel perut manusia. "Ini adalah campuran senyawa yang tampaknya menyebabkan efek
iritasi kopi," kata Dr Veronika Somoza dari University of Vienna di Austria. "Tapi, kebanyakan memang
menguap bersama uap air atau pelarut saat pengolahan biji kopi."

Namun, dari zat-zat 'jahat' itu, peneliti tiba-tiba menemukan bahwa salah satu komponen kopi, N-
methylpyridium (NMP), bisa mencegah terjadinya iritasi di dalam sel perut. Zat itu dihasilkan saat proses
pemanggangan biji kopi.

"Kopi panggang yang lebih gelap lebih ramah di perut. Sekarang, ada harapan untuk memulai pagi
dengan secangkir kopi hangat, Dr Thomas Hofmann dari Technische Universitat Munchen di Jerman,
menambahkan. "Sebagai pecinta kopi, kami sangat senang adanya penelitian ini." (pet)

Anda mungkin juga menyukai