Anda di halaman 1dari 7

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana, Volume XXVIII, Nomor 3, 2003 : 27-33 ISSN 0216-1877

METABOLIT SEKUNDER DARI SPONS


SEBAGAI BAHAN OBAT-OBATAN

Oleh

Tutik Murniasih 1)

ABSTRACT

SECONDARY METABOLITES PRODUCED BY SPONGES FOR


PHARMACEU-TICALS. Secondary metabolites produced by sponges are not
only used for self-defense, but also have a width variety of function for
pharmaceuticals. Isolation of bioactive compounds derived from sponges with
chromatographic is the most accurate method to obtain a new role of bioactive
chemical structure. Investigations of bioactive compound from sponges' secondary
metabolites have successes to produce antimicrobial, anticancer, antiviral,
antiepileptic, and gastric antacid lead compounds.

PENDAHULUAN Hasil metabolisme sekunder ini mempunyai


keaktifan sebagai antimikroba, antivirus,
Penelitian bahan bioaktif dari organisme antikanker yang sangat berguna sebagai bahan
laut beberapa tahun terakhir sangat gencar baku obat.
dilakukan, baik didalam maupun diluar negeri. Metabolit sekunder adalah senyawa-
Substansi bioaktif, terutama terdapat pada senyawa hasil biosintetik turunan dari
biota laut yang tidak bertulang belakang metabolit primer yang umumnya diproduksi
(avertebrae) seperti spons, koral dan tunicate. oleh organisme yang berguna untuk
Biota-biota tersebut mengandung senyawa pertahanan diri dari lingkungan maupun dari
aktif yang lebih banyak dibanding algae dan serangan organisme lain. Sedangkan substansi
tumbuhan darat. Diantara biota laut tak yang dihasilkan oleh organisme melalui
bertulang belakang tersebut, spons menduduki metabolisme dasar, digunakan untuk
tempat teratas sebagai sumber substansi aktif pertumbuhan dan perkembangan organisme
(PROKSCH, 1998). Berbagai macam senyawa yang bersangkutan disebut dengan metabolit
telah berhasil diisolasi dari biota ini diantaranya primer. Hasil metabolit sekunder dari spons
adalah alkaloid, terpenoid, acetogenin, merupakan produk alam yang potensial
senyawa nitrogen, halida siklik, peptide siklik sebagai bahan baku obat. Perbedaan kondisi
dan lain-lain. Senyawa-senyawa ini merupakan lingkungan seperti tingginya kekuatan ionik
hasil metabolisme sekunder dari biota spons. pada air laut, intensitas cahaya yang kecil,

27

Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

rendahnya temperature, tekanan dan struktur isolasi dengan metode pemisahan senyawa
tubuh yang berbeda dengan organisme darat organik. Isolasi metabolit sekunder dari biota
memungkinkan spons menghasilkan metabolit laut ini dilakukan dengan beberapa tahap,
yang mempunyai struktur kimia yang spesifik diantaranya adalah ekstraksi senyawa
dan bervariasi hal ini sangat berpengaruh menggunakan pelarut organik. Sampel
terhadap bioktivitasnya (MOTOMASA, 1998). dihaluskan dan dimaserasi (perendaman pada
Spons (porifera) merupakan biota laut suhu rendah) atau dengan sokletasi (ekstraksi
multi sel yang fungsi jaringan dan organnya suhu tinggi). Pelarut organik yang biasa
sangat sederhana. Habitat spons umumnya digunakan dalam isolasi biota laut adalah yang
adalah menempel pada pasir, batu-batuan dan bersifat polar seperti metanol, etanol dan etil
karang-karang mati. Biota laut ini dikenal asetat. Hal ini sangat berhubungan dengan
dengan "filter feeders", yaitu mencari makanan sifat kepolaran senyawa yang akan diisolasi.
dengan mengisap dan menyaring air melalui Struktur kimia beberapa senyawa aktif yang
sel cambuk dan memompakan air keluar melalui diisolasi dari biota ini mempunyai gugus polar,
oskulum. Partikel-partikel makanan seperti menyebabkan senyawa-senyawa tersebut larut
bakteri, mikroalga dan detritus terbawa oleh dalam pelarut polar. Selain itu, dengan
aliran air ini (AMIR, 1996). Habitat spons yang menggunakan pelarut polar senyawa nonpo-
melekat pada pasir atau bebatuan lar dan polar yang terkandung dalam sample
menyebabkan hewan ini sulit untuk bergerak. akan ikut terlarut.
Untuk mempertahankan diri dari serangan Tahap kedua adalah dengan ekstraksi
predator dan infeksi bakteri pathogen, spons partisi pelarut. Ekstraksi partisi ini dimaksudkan
mengembangkan system "biodefense" yaitu untuk memisahkan senyawa-senyawa non-
dengan menghasilkan zat racun dari dalam polar dengan senyawa polar yang terdapat
tubuhnya, zat ini umumnya dapat dimanfaatkan dalam ekstrak kasar. Ekstraksi partisi dilakukan
sebagai bahan farmasi (MOTOMASA, 1998). dengan mencampurkan dua pelarut yang tidak
Indonesia mempunyai banyak bercampur kedalam corong pisah. Ekstrak kasar
keanekaragaman jenis spons, dan berdasarkan akan terdistribusi kedalam dua pelarut sesuai
ekspedisi Snellius-II terdapat 830 ditemukan dengan kepolarannya.
dari perairan Indonesia Timur (VAN SOEST, Tahap selanjutnya adalah pemisahan
1989). Kekayaan jenis spons yang sangat senyawa organik menggunakan metode
potensial ini belum banyak dimanfaatkan oleh kromatografi. Metode kromatografi adalah
masyarakat Indonesia. Untuk memberi nilai pemisahan berdasarkan distribusi senyawa
tambah terhadap biota tersebut beberapa dalam fase gerak dan fase diam. Metode
penelitian telah dilakukan baik oleh institusi kromatografi yang umum dilakukan dalam
pemerintah maupun perguruan tinggi. Perlunya pemisahan senyawa pada biota laut adalah
penelitian pencarian bahan aktif dari hasil kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis dan
metabolisme sekunder dari biota-biota laut kromatografi cair kinerja tinggi. Kromatografi
selain tersebut di atas adalah untuk kolom dilakukan dengan fase diam antara lain
mendapatkan sumber bahan baku obat-obatan silika gel dan oktadesil silana dengan fase gerak
dari biota laut. bertingkat kepolarannya mulai dari heksana,
etil asetat, kloroform, diklorometan, methanol
ISOLASI SUBSTANSI AKTIF dan air. Tahap pemisahan sekaligus pemurnian
senyawa dilakukan dengan kromatografi cair
Untuk mendapatkan metabolit sekunder kinerja tinggi, kolom yang biasa digunakan
dari biota laut khususnya spons dilakukan untuk isolasi senyawa biota laut diantaranya

28

Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

adalah kolom ODS dan Mightysil RP 18. ini dimanfaatkan dalam farmakologi sebagai
Pemisahan dengan kromatografi cair kinerja obat terhadap penyakit yang umumnya
tinggi akan menghasilkan isolat-isolat senyawa disebabkan oleh mikroorganisme seperti
tunggal untuk kemudian diuji bioaktivitasnya bakteri, yeast dan jamur. Beberapa senyawa
dan diidentifikasi struktur kimianya. antimikroba yang telah diisolasi dari biota
Uji bioaktivitas antimikroba dan spons diantaranya adalah :
antijamur yang dilakukan dilaboratorium a) Aeroplysinin-1 yang diisolasi dari
produk alam laut menggunakan metode difusi spons jenis Aplysina aerophoba.
agar, dengan bioindikator bakteri Staphylococ- Senyawa aeroplysinin-1 dapat
cus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor. menghambat pertumbuhan bakteri
Daya penghambatan ditunjukkan dengan Vibrio micrococcus atau Alteromonas
permukaan bening pada radius kertas cakram sp (TEE YAP ANT et al. 1993).
yang ditetesi sample. Berikut di bawah ini adalah struktur
Identifikasi struktur kimia senyawa aktif kimia dari senyawa aeroplysinin.
dilakukan dengan metode spektroskopi massa MeO
dan NMR. Spektroskopi massa digunakan
untuk menentukan bobot molekul dan massa
fragmentasi ion molekulnya. Pada dekade
terakhir sepektroskopi 2D-NMR inti 13C dan 1H
sangat luas penggunaannya, karena sangat
efektif dalam penentuan struktur kimia senyawa
aktif. Multidimensi NMR inti karbon dan pro-
ton sangat mempermudah penentuan struktur b) Strongylophorines diisolasi dari spons
kimia, karena mampu mendeteksi bentuk Strongylophora durissina yang ditemukan
kerangka karbon berikut atom yang berikatan di Papua New Guinea. Senyawa
dengan inti karbon. meroditerpenoid ini aktif menghambat
bakteri Salmonella typhii dan Micrococ-
cus luteus dengan zone diameter hambat
SUBSTANSI AKTIF YANG DIISOLASI bakteri 7-9 mm pada konsentrasi 100g/disk
DARI SPONS (BALBIN et al. 1998). Berikut di bawah
ini adalah struktur dari senyawa
Strongylophorine 2 dan Stronggyloporine 3.
Penelitian senyawa aktif dari hasil
metabolisme sekunder biota spons telah
menghasilkan beberapa senyawa obat, antara
lain adalah antimikroba, antikanker, anti virus
dan lain-lain. Berikut adalah beberapa senyawa
aktif dari biota spons yang berpotensi sebagai
bahan farmasi.

1. Senyawa Antimikroba c) Chromodorolide A adalah senyawa


diterpene yang mempunyai kerangka
Substansi antimikroba adalah senyawa karbon yang berbeda dengan senyawa
kimia yang dapat menghambat pertumbuhan diterpen sebelumnya. Senyawa ini
mikroorganisme tertentu. Sifat penghambatan mempunyai aktivitas antimikroba dan
sitotoksik. Chromodorolide tidak disintesa
dalam tubuh spons, melainkan berasal dari

29

Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

nudibranch (Chromodoris sp) yang f) Oroidin adalah senyawa antibiotik


dimakannya (CAPON & MACLEOD, 1987). sikloheksadiena yang mempunyai fungsi
Berikut dibawah ini adalah struktur dari antiseptik seperti iodine tincture. Gambar
Chromodorolide A. struktur kimia dari senyawa ini adalah
sebagai berikut:

g) Aaptamine dan Demethylaaptamine adalah


senyawa alkaloid yang mempunyai
keaktifan menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus
d) Muqubilin, adalah senyawa peroksida siklik subtilis dan Vibrio eltor. (RACHMANIAR
norsesterpen yang diisolasi dari spons et al. 2001). Struktur kimia dari senyawa
Prianos sp. Organisme tersebut diambil dari aaptamine dapat dilihat pada gambar di
Teluk Eilat. Senyawa ini mempunyai bawah ini.
aktivitas sebagai antibiotik (ALBERICCI et al.
1979). Struktur kimia senyawa muqubilin
adalah sebagai berikut:

muqubilin ( 1 )

e) Sigmosceptrellin-A adalah senyawa


antimikroba peroksida siklik norsesterpen, h) Senyawa N-Amidino-4-bromo-pyrole-2-
yang tidak berbentuk kristal, penentuan carboxamide senyawa antibiotik yang
strereokimia dari senyawa ini tidak dapat diisolasi dari spons jenis Agelas sp.
dilakukan dengan sinar x. Senyawa ini (INANAGA et al. 1974). Berikut dibawah
diisolasi dari spons jenis Sigmosceptrella ini adalah gambar struktur kimia dari
laevis yang berasal dari pantai utara Papua senyawa tersebut di atas.
New Guinea. (ALBERICCI et al. 1979).
Berikut dibawah ini adalah struktur kimia dari
Sigmosceptrellin-A.

HO2C

30

Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

b) Avarol dan avaron adalah senyawa yang


mempunyai keaktifan menghambat virus
i) Senyawa 3,5-Dibromo-4-
hydroxyphenyl-acetamide dan 4- HIV. Senyawa ini dapat menghambat
Acetamido-2,6-dibromo-4-hydroxy- replikasi virus-HIV dan melindungi T-
cyclohexadienon. Kedua senyawa ini lymphoocytes dari infeksi virus (SARIN et
mempunyai aktivitas sebagai antibiotik al. 1987). Berikut di bawah ini adalah
diisolasi dari spons Verongia archeri struktur kimia senyawa avarol (1) dan
dan Verongia cauliformis avaron (2).
(BOTTICELLI, 1960). Berikut
dibawah ini adalah gambar struktur
kimia dari kedua senyawa tersebut di
atas.

Br Br Br Br

c) Adociaquinon B diisolasi dari spons


Xestospongia sp., Senyawa ini aktif dalam
menghambat pertumbuhan sel tumor
manusia (Human Colon Tumor)
(SWERSEY, 1988). Berikut di bawah ini
2. Senyawa Antikanker adalah gambar struktur kimia dari senyawa
Beberapa senyawa yang berhasil tersebut di atas.
diisolasi dari biota spons telah terbukti
menghambat pertumbuhan sel kanker, berikut
adalah senyawa-senyawa antikanker yang
ditemukan:

a) Spongouridin dan spongothymidine,


adalah senyawa yang disintesa dari spons
Cryptotetis crypta yang mempunyai
keaktifan sitotoksik terhadap sel karsinoma
pada manusia. Senyawa ini merupakan d) Bistratamide D diisolasi dari senyawa
sebuah nukleosida yang berbeda dari Lissoclinum bistratum. Senyawa ini aktif
biasanya dan dapat berfungsi sebagai menghambat sel tumor HCT (Human Colon
terapi terhadap nukleosida virustatik Ara- Tumor) (CONCEPCION et al. 1995).
A. Kedua senyawa ini merupakan zat aktif Berikut di bawah ini adalah gambar
terhadap virus harpes simplex. (BERGMAN struktur kimia dari senyawa tersebut.
& FEENY. 1951). Dibawah ini adalah gambar
struktur kimia dari kedua senyawa tersebut
diatas

31

Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

e) Makaluvamine N d) Metionin, senyawa ini mempunyai keaktifan


Senyawa ini diisolasi dari Zyzzyafiiliginosa sebagai lipotropic agent (BERGMANN &
dikumpulkan dari Filipina, mempunyai STEMPIEN, 1957)
keaktifan menghambat aktifitas katalitik
topoisomerase II. (FOSTER et al 1992).
Berikut di bawah ini adalah struktur kimia
dari senyawa makaluvamine N.

KESIMPULAN

Hasil metabolit sekunder dari beberapa


spons terbukti mengandung senyawa-
Selain senyawa-senyawa yang senyawa aktif sebagai "lead compound" dalam
mempunyai keaktifan sebagai antimikroba dan pengembangan obat antibiotik, antikanker
antikanker, beberapa senyawa dari spons dapat antivirus dan Iain-lain. Hal ini membuktikan
digunakan juga sebagai "lead compound" obat bahwa spons sangat potensial dalam
antasida, antiepileptic, lipotropik dan pengembangan industri farmasi, mengingat
hypotensif. Adapun gambar struktur kimia dari senyawa-senyawa aktif yang dihasilkan
senyawa tersebut adalah : mempunyai perbedaan dengan senyawa yang
dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan darat yang
a) Glisin diisolasi dari spons Zoanthids, selama ini merupakan sumber utama bahan
senyawa ini mempunyai keaktifan sebagai obat-obatan.
antasida. (CORMIER et al. 1973) Salah satu masalah yang dihadapi dalam
pengembangan obat dari biota laut ini adalah
terbatasnya bahan baku yang tersedia di alam,
karena itu sangat perlu sekali untuk dilakukan
penelitian bioteknologi untuk budidaya spons.
b) Asam Glutamat, senyawa ini mempunyai
keaktifan sebagai antiepileptic (CORMIER
et al. 1973)
DAFTAR PUSTAKA

AMIR, I. dan A. BUDIYANTO 1996. Mengenal


Spons Laut (Demospongiae) Secara Umum.
Oseana, XXI (2) : 15-31
c) N,N-Dimethylhistamine, diisolasi dari
spons Geodia gigas dan Ianthella sp. ALBERICI, M., M. COLLART-LEMPEREUR,
Senyawa ini mempunyai keaktifan J. C. BRAEKMAN, D. DALOZE, B.
sebagai hipotensif (CORMIERS et al. TURSCH, J.P. DECLERCQ, G. GERMAN
1973). and M. VAN MEERSSCHE 1979 in
Marine Norterpene Cyclic: a
Stereochemical Paper Chase. Tet. Letts.
2687-2690.

32

Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

BALBIN, M. 1998. A New Meroditerpenoid MOTOMASA, K. 1998 Search for Biologically


Dimer from an Undiscribed Philippine Marine Active Substances from Marine Sponges.
Sponge of the Genus Strongylophora. Jurnal In: Prosiding Seminar Bioteknologi I (R. R.
Natural Product 61: 948-962. eds.), Puslit Oseanologi LIPI, Jakarta.
BERGMANN, W. and R.J.FEENY1951. Con- PROKSCH, P. 1998 Pharmacologically Active
tribution to the Study of Marine Sponges. The Natural Product from Marine Invertebrates and
Nucleosides of Sponges. J. Org. Chem. Associated Microorganisms. Prosiding
16:981-987. Seminar Bioteknologi I, Ed. Rachmaniar
BERGMANN, W. and T.E.STEMPIEN Jr. 1957. dkk., Puslit Oseanologi LIPI, Jakarta.
Contributions to the Study of Marine Products RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A.
XLIII. The Nucleosides of Sponges V. The
RASYID, F. UNTARI, 2001 Substansi
Synthesis of Spongosine. J. Org. Chem. 16:
Bioaktif dari Spons Sebagai Lead Com-
22,1575.
pound" Antimikroba. Laporan Penelitian
BOTTICELLI, C, F. HISAW Jr. and H. WOTIZ Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta.
1960. Estrogens and Progesterone in
The Sea Urchin Strongylocentrotus SARIN, P.S., D. SUN , A. THORNTON, and
franciscanus and Pecten hericius. Proc. W.E.G. MULLER 1987 Inhibition of Repli-
Soc. Exp. Biol. Med, 106, 887. cation of The Etiologic Agent of Acquired
Immune Deficiency Syndrome (human T-
CAPON, J. and K. MACLEOD 1987 in Studies in
Natural Products Chemistry: Structure and lymphotropic retrovirus/lymphaedenopathy-
Chemistry. J. Nat. Product 50: 225-229. associated virus) by Avarol and Avarone." J.
Nat. Cancer Inst. 78: 663-666.
CONCEPTION, G.P. 1995 in Bioinformatics and
Biotechnology. GeneSeas Asia inc., Manila SWERSEY, J.C., 1988 in Biomedical Importance of
Philippines. Marine Organisms D.G. Fautin, Ed., California
Academy of Sciences, San Francisco.
FOSTER, M.P., G. P. CONCEPCION, G.B.
CARAAN, CM. IRELAND, 1992 Study of TEEYAPANT, R. and P. PROKSCH 1993.
Sponges and Ascidians J.Org. Chem. 57: Biotransformation of Brominated Com-
6672-6675. pounds in The Marine Sponge Verongia
INANAGA, J., T. IKE, A. NAKANO, N. aerophoba Evidence for an Induced Chemical
OKUKADO and M. YAMAGUCHI 1973 Defence. Naturwissen-schafien 80, 369-370.
Total Synthesis of Natural Acetylenic Ana-
VAN SOEST, R. W. 1989 The Indonesian
logues of Isorenieratene. Bull. Chem. Soc.
Sponge Fauna : A Status Report. Institute of
Japan, 46, 2920.
Taxonomic Zoology, University of
LIBES, M. 1992. An Introduction to Marine Amsterdam.
Biogeochemistry. John Wiley & Sons, New
York.

33

Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003

Anda mungkin juga menyukai