Oseana Xxviii (3) 27-33 PDF
Oseana Xxviii (3) 27-33 PDF
id
Oleh
Tutik Murniasih 1)
ABSTRACT
27
rendahnya temperature, tekanan dan struktur isolasi dengan metode pemisahan senyawa
tubuh yang berbeda dengan organisme darat organik. Isolasi metabolit sekunder dari biota
memungkinkan spons menghasilkan metabolit laut ini dilakukan dengan beberapa tahap,
yang mempunyai struktur kimia yang spesifik diantaranya adalah ekstraksi senyawa
dan bervariasi hal ini sangat berpengaruh menggunakan pelarut organik. Sampel
terhadap bioktivitasnya (MOTOMASA, 1998). dihaluskan dan dimaserasi (perendaman pada
Spons (porifera) merupakan biota laut suhu rendah) atau dengan sokletasi (ekstraksi
multi sel yang fungsi jaringan dan organnya suhu tinggi). Pelarut organik yang biasa
sangat sederhana. Habitat spons umumnya digunakan dalam isolasi biota laut adalah yang
adalah menempel pada pasir, batu-batuan dan bersifat polar seperti metanol, etanol dan etil
karang-karang mati. Biota laut ini dikenal asetat. Hal ini sangat berhubungan dengan
dengan "filter feeders", yaitu mencari makanan sifat kepolaran senyawa yang akan diisolasi.
dengan mengisap dan menyaring air melalui Struktur kimia beberapa senyawa aktif yang
sel cambuk dan memompakan air keluar melalui diisolasi dari biota ini mempunyai gugus polar,
oskulum. Partikel-partikel makanan seperti menyebabkan senyawa-senyawa tersebut larut
bakteri, mikroalga dan detritus terbawa oleh dalam pelarut polar. Selain itu, dengan
aliran air ini (AMIR, 1996). Habitat spons yang menggunakan pelarut polar senyawa nonpo-
melekat pada pasir atau bebatuan lar dan polar yang terkandung dalam sample
menyebabkan hewan ini sulit untuk bergerak. akan ikut terlarut.
Untuk mempertahankan diri dari serangan Tahap kedua adalah dengan ekstraksi
predator dan infeksi bakteri pathogen, spons partisi pelarut. Ekstraksi partisi ini dimaksudkan
mengembangkan system "biodefense" yaitu untuk memisahkan senyawa-senyawa non-
dengan menghasilkan zat racun dari dalam polar dengan senyawa polar yang terdapat
tubuhnya, zat ini umumnya dapat dimanfaatkan dalam ekstrak kasar. Ekstraksi partisi dilakukan
sebagai bahan farmasi (MOTOMASA, 1998). dengan mencampurkan dua pelarut yang tidak
Indonesia mempunyai banyak bercampur kedalam corong pisah. Ekstrak kasar
keanekaragaman jenis spons, dan berdasarkan akan terdistribusi kedalam dua pelarut sesuai
ekspedisi Snellius-II terdapat 830 ditemukan dengan kepolarannya.
dari perairan Indonesia Timur (VAN SOEST, Tahap selanjutnya adalah pemisahan
1989). Kekayaan jenis spons yang sangat senyawa organik menggunakan metode
potensial ini belum banyak dimanfaatkan oleh kromatografi. Metode kromatografi adalah
masyarakat Indonesia. Untuk memberi nilai pemisahan berdasarkan distribusi senyawa
tambah terhadap biota tersebut beberapa dalam fase gerak dan fase diam. Metode
penelitian telah dilakukan baik oleh institusi kromatografi yang umum dilakukan dalam
pemerintah maupun perguruan tinggi. Perlunya pemisahan senyawa pada biota laut adalah
penelitian pencarian bahan aktif dari hasil kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis dan
metabolisme sekunder dari biota-biota laut kromatografi cair kinerja tinggi. Kromatografi
selain tersebut di atas adalah untuk kolom dilakukan dengan fase diam antara lain
mendapatkan sumber bahan baku obat-obatan silika gel dan oktadesil silana dengan fase gerak
dari biota laut. bertingkat kepolarannya mulai dari heksana,
etil asetat, kloroform, diklorometan, methanol
ISOLASI SUBSTANSI AKTIF dan air. Tahap pemisahan sekaligus pemurnian
senyawa dilakukan dengan kromatografi cair
Untuk mendapatkan metabolit sekunder kinerja tinggi, kolom yang biasa digunakan
dari biota laut khususnya spons dilakukan untuk isolasi senyawa biota laut diantaranya
28
adalah kolom ODS dan Mightysil RP 18. ini dimanfaatkan dalam farmakologi sebagai
Pemisahan dengan kromatografi cair kinerja obat terhadap penyakit yang umumnya
tinggi akan menghasilkan isolat-isolat senyawa disebabkan oleh mikroorganisme seperti
tunggal untuk kemudian diuji bioaktivitasnya bakteri, yeast dan jamur. Beberapa senyawa
dan diidentifikasi struktur kimianya. antimikroba yang telah diisolasi dari biota
Uji bioaktivitas antimikroba dan spons diantaranya adalah :
antijamur yang dilakukan dilaboratorium a) Aeroplysinin-1 yang diisolasi dari
produk alam laut menggunakan metode difusi spons jenis Aplysina aerophoba.
agar, dengan bioindikator bakteri Staphylococ- Senyawa aeroplysinin-1 dapat
cus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor. menghambat pertumbuhan bakteri
Daya penghambatan ditunjukkan dengan Vibrio micrococcus atau Alteromonas
permukaan bening pada radius kertas cakram sp (TEE YAP ANT et al. 1993).
yang ditetesi sample. Berikut di bawah ini adalah struktur
Identifikasi struktur kimia senyawa aktif kimia dari senyawa aeroplysinin.
dilakukan dengan metode spektroskopi massa MeO
dan NMR. Spektroskopi massa digunakan
untuk menentukan bobot molekul dan massa
fragmentasi ion molekulnya. Pada dekade
terakhir sepektroskopi 2D-NMR inti 13C dan 1H
sangat luas penggunaannya, karena sangat
efektif dalam penentuan struktur kimia senyawa
aktif. Multidimensi NMR inti karbon dan pro-
ton sangat mempermudah penentuan struktur b) Strongylophorines diisolasi dari spons
kimia, karena mampu mendeteksi bentuk Strongylophora durissina yang ditemukan
kerangka karbon berikut atom yang berikatan di Papua New Guinea. Senyawa
dengan inti karbon. meroditerpenoid ini aktif menghambat
bakteri Salmonella typhii dan Micrococ-
cus luteus dengan zone diameter hambat
SUBSTANSI AKTIF YANG DIISOLASI bakteri 7-9 mm pada konsentrasi 100g/disk
DARI SPONS (BALBIN et al. 1998). Berikut di bawah
ini adalah struktur dari senyawa
Strongylophorine 2 dan Stronggyloporine 3.
Penelitian senyawa aktif dari hasil
metabolisme sekunder biota spons telah
menghasilkan beberapa senyawa obat, antara
lain adalah antimikroba, antikanker, anti virus
dan lain-lain. Berikut adalah beberapa senyawa
aktif dari biota spons yang berpotensi sebagai
bahan farmasi.
29
muqubilin ( 1 )
HO2C
30
Br Br Br Br
31
KESIMPULAN
32
33