Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah selain Alhamdulillah rabilalamin karena atas berkah dan

hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.Walaupun dalam

penyusunan makalah ini, penulis mendapat cukup banyak kesulitan, tetapi berkat

bantuan semua pihak dan izin Allah swt, akhirnya terselesaikan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan laporan selanjutnya. Akhirnya

kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palu, Mei 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

BAB II ISI ..................................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 10

3.2 Saran .................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat

keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses

pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual

tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan

pertimbangan yang matang. Berbagai cara telah dilakukan oleh pebisnis dan

wirausahawan untuk dapat menaikkan rating penjualan atas produk mereka, ada sebagian

yang berhasil menarik simpati para konsumen. Namun tidak sedikit pula dari mereka

yang akhirnya menemukan kegagalan dalam perencanaan strategi marketing mereka dan

terpuruk akibat sedikitnya minat konsumen terhadap produk mereka. Setiap perusahaan

pasti menginginkan laba yang besar dalam usaha produksinya. Untuk mencapai hal

tersebut, tentu pemahaman akan biaya produksi sangat diperlukan, karena biaya produksi

merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan ketika perusahaan hendak

menghasilkan suatu produk. Pemahaman tentang teori produksi sangat penting bagi

suatu perusahaan, karena dengan itu perusahaan dapat memperhitungkan biaya-biaya

apa saja yang memang diperlukan untuk menghasilkan suatu barang. Biaya produksi

adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang untuk

menghasilkan suatu barang atau jasa. Menetapkan biaya produksi berdasarkan

1
pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena terkadang ada hal yang sulit

diidentifikasikan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana menganalisis perilaku atau kebutuhan konsumen, teori permintaan dan factor

produksi dan biaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan bisnis?

1.3 Tujuan Masalah

Dapat menganalisis perilaku atau kebutuhan konsumen, teori permintaan dan factor

produksi dan biaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan bisnis.

2
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan kegiatan manusia hanya dalam lingkup yang terbatas.

Perilaku konsumen akan selalu berubah-ubah sesuai dengan pengaruh sosial budaya

yang semakin meluas, latar belakang sosial yang semakin meningkat, sehingga berusaha

mencari motivasi dalam diri konsumen.

Seperti yang dikutip oleh Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, menurut Schiffman

dan Kanuk, perilaku konsumen didefinisikan sebagai proses yang dilalui seseorang

dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi

produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Jadi dapat

dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat

keputusan (decision units), baik individu, kelompok ataupun organisasi, membuat

keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk atau jasa

dan mengkonsumsinya.

Perilaku konsumen, dapat dilihat dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahap perolehan (acquisition): mencari (searching) dan membeli (purchasing)

3
2. Tahap Konsumsi (consumption): menggunakan (using) dan mengevaluasi

(evaluating)

3. Tahap tindakan pasca beli (disposition): apa yang dilakukan oleh konsumen

setelah produk/ jasa itu digunakan atau dikonsumsi.

Ada tiga pendekatan untuk menganalisis penentuan pilihan konsumen:

1. Pendekatan utilitas (utility approach): hubungan antara nilai guna (value in use) dan

nilai tukar (value in exchange).

Kepuasan konsumen yang diperoleh dari pengkonsumsian barang-barang dan jasa sering

disebut utilitas. Istilah utilitas ini berhubungan dengan nama seorang filosof Inggris yang

bernama Jeremy Bentham (1748-1832). Namun demikian, tidak ada seorang ekonom

pun pada masa itu yang bisa memahami hubungan antara nilai suatu barang dengan

kepuasan yang diperoleh dari pengkonsumsian barang tersebut.

Asumsi-asumsi Pendekatan Utilitas

Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi dari

kuantitas berbagai barang yang dikonsumsinya:

Utilitas = U (barang X, barang Y, barang Z ..)

Konsumen akan memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk kepada kendala

anggarannya.

Utilitas dapat diukur secara kardinal.

4
Marginal Utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi akan

menurun. MU adalah perubahan Total Utility (TU) yang disebabkan oleh

tambahan satu unit barang yang dikonsumsi, ceteris paribus.

2. Pendekatan kurva indiferens (indifference curve)

Pendekatan kurva indeferens (ordinal utility) menggunakan pengukuran ordinal dalam

menganalisis pilihan konsumen dan menurunkan fungsi permintaan. Pendekatan ordinal

mengasumsikan bahwa konsumen mampu membuat urutan-urutan kombinasi barang

yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan yang akan diperolehnya tanpa harus

menyebutkan secara absolut. Pendekatan ordinal digunakan dengan menggunakan

analisis kurva indiferensi. Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai

titiktitik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama.

3. Pendekatan Atribut (attribute Apparoach)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Kelvin Lancaster pada tahun 1966. Teori-

teori sebelumnya menggunakan asumsi bahwa yang diperhatikan oleh konsumen adalah

produknya, maka pendekatan atribut ini didasarkan pada asumsi bahwa perhatian

konsumen bukan terhadap produk secara fisik, melainkan lebih ditujukan kepada atribut

produk yang bersangkutan. Pendekatan ini menggunakan analisis utilitas yang

digabungkan dengan analisis kurva indiferens. Yang dimaksud dengan atribut suatu

barang adalah semua jasa yang dihasilkan dari penggunaan dan atau pemilikan barang

5
tersebut. Atribut sebuah mobil antara lain meliputi jasa pengangkutan, prestise, privacy,

keamanan, kenyamanan, dan sebagainya.

Dalam pendekatan atribut diasumsikan bahwa rumah tangga yang telah membagi-bagi

anggaran untuk tiap kelompok kebutuhan. Misalnya untuk sandang, pangan, perumahan,

kesehatan dan sebagainya. Persoalan selanjutnya ialah bagaimana jumlah anggaran

untuk makan didistribusikan di antara berbagai pilihan makanan, bagaimana jumlah

anggaran untuk sandang dialokasikan, berapa banyak yang digunakan untuk membeli

baju, sepatu, dan sebagainya.

Konsumen mendapatkan kepuasan dari pengkonsumsian atribut. Namun demikian,

konsumen harus membeli produk untuk memperoleh atribut tersebut. Jadi produk itu

merupakan alat untuk menyampaikan atribut dalam proses konsumsi. Setiap barang

memberikan satu atribut atau lebih dalam suatu perbandingan tertentu.

2.2 Teori Permintaan

Keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang diperlukan atau

diinginkan. Namun dalam praktik, pengertian permintaan seperti ini menunjukkan

adanya permintaan atas sejumlah barang dan jasa yang diikuti dengan kemampuan

membeli (purchasing power). Karena bila keinginan (wants) diikuti dengan kekuatan

untuk melakukan pembelian (purchasing power), maka keinginan (wants) akan berubah

menjadi permintaan, jadi:

DEMAND = WANTS + PURCHASING POWER


6
Permintaan (demand) sebagai suatu konsep mengandung pengertian bahwa permintaan

berlaku terhadap tiga variabel ang saling mempengaruhi, yaitu: kualitas produk barang

atau jasa (product quality), harga (price), manfaat produk barang atau jasa tersebut

(product benefit) yang sangat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian

kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi, hukum permintaan mengatakan bahwa terjadi

pengaruh timbal balik antara barang yang diminta dengan harga, jika faktor lain tidak

mengalami perubahan (cetris paribus) Dalam hal ini, hukum permintaan mengatakan:

Bila harga suatu barang dan jasa naik, sedangkan harga barang-barang dan jasa lainnya

tetap sama, maka konsumen cenderung melakukan subtitusi, menggantikan barang atau

jasa yang harganya naik dengan brang yang lain (yang mempunyai fungsi sama) yang

harganya relatif lebih murah.

2.3 Teori Produksi dan Biaya

Teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara kuantitas produk dan

faktor-faktor produksi yang digunakan.

Sukanto dan Indriyo (2002), menyebutkan faktor-faktor yang membatasi luas

produksi tersebut, yaitu:

1) Faktor kapasitas mesin.

Kapasitas mesin merupakan batasan dalam memproduksi suatu barang. Suatu perubahan

tidak akan memproduksi barang dengan jumlah yang melebihi kemampuan mesin-
7
mesin yang dimilikinya meskipun permintaan yang masuk pada perusahaan tersebut

sangat besar. Misalnya, bahan dasar yang tersedia besar sekali, pasti tidaklah mungkin

permintaan dapat direalisasikan seluruhnya. Setiap satuan barang memerlukan waktu

mengerjakan mesin-mesin (jam mesin) secara sendiri.

2) Faktor bahan dasar.

Jumlah bahan dasar yang tersedia juga menjadi alasan dalam penentuan luas produksi.

Produksi tidak dapat dilaksanakan melebihi jumlah bahan dasar yang tersedia. Setiap

produk memerlukan sejumlah bahan dasar tertentu dan berbeda dengan keperluan untuk

satuan produk lain.

3) Faktor uang yang tersedia.

Uang yang dimiliki oleh perusahaan untuk keperluan produksi merupakan sumber

pembiayaan perusahaan. Uang yang tersedia membatasi kemampuan perusahaan untuk

berproduksi. Sumber pembiayaan dapat ditambah dengan pinjaman dari bank.

Uang sendiri bersama pinjaman tersedia merupakan batasan dalam penentuan produksi.

4) Faktor permintaan.

Untuk menentukan besar permintaan barang-barang diperlukan ramalan atau

forecasting, terutama ramalan penjualan. Ramalan ini menentukan berapa banyak

masing-masing jenis barang dapat terjual pada tingkat harga tertentu.

8
Biaya Produksi

Biaya produksi dalam pengertian ekonomi ialah semua beban yang harus ditanggung

untuk menghasilkan suatu produk yang hendak dijual. Perusahaan harus membayar

semua faktor produksi yang hendak dibawa ke pasar. Pada prinsipnya, terdapat tiga

konsep biaya yang penting dan erat hubungannya dengan produksi, yaitu: biaya total

(total cost), biaya rata-rata (average total cost), dan biaya marjinal (marginal cost).

Biaya total adalah jumlah seluruh biaya yang diperlukan untuk sejumlah output tertentu.

Biaya total ini dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap total dan biaya total variabel

(Anonimous, 2014).

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk

memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk

menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Untuk

menghasilkan barang atau jasa diperlukan faktor-faktor produksi seperti bahan baku,

tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha. Semua faktor-faktor produksi yang dipakai

merupakan pengorbanan dari proses produksi dan juga berfungsi sebagai ukuran untuk

menentukan harga pokok barang. Input yang digunakan untuk memproduksi output

tersebut sering disebut biaya oportunis. Biaya oportunis sendiri merupakan biaya suatu

faktor produksi yang memiliki nilai maksimum yang menghasilkan output dalam suatu

penggunaan alternatif.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini antara lain adalah:

1. Biaya Produksi merupakan semua beban yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk

dapat menghasilkan suatu barang / produksi.

2. Pada prinsipnya terdapat tiga konsep biaya yang penting dan erat hubungannya dengan

produksi yaitu: biaya total, biaya rata-rata, dan biaya marjinal.

3.2 Saran

Produsen atau pemasar harus dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumennya, apa

seleranya dan bagaimana ia mengambil keputusan dalam pembelian. Misalnya

menentukan kapan saat yang tepat memberikan diskon dan perilaku konsumen dapat

membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Dengan memahami sikap

konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih

cepat dan efektif. Dan juga dapat memberikan gambaran kepada pemasar dalam

pembuatan produk, penyesuaian harga produk, mutu produk, kemasan dan sebagainya

agar dalam penjualan produknya tidak menimbulkan kekecewaan pada pemasar tersebut

dan konsumennya.
10
DAFTAR PUSTAKA

Aicholas, Walter. 1995. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta Barat: Bima Pusara Aksara

Anonimous. 2014. Panduan Praktikum Pengantar Ilmu Ekonomi. Lampung: Universitas

Lampung

Holifah. 2013. Teori Biaya Produksi. Holifah21.blogspot.com. diakses pada: 1 Juni

2014 pukul 15.00

Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Surabaya: PT Rajagrafindo

Persada.

11

Anda mungkin juga menyukai