Oleh:
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN DEKAN
Anggota:
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "
Penulis menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis sangat berterimakasih atas segala hal yang telah penulis dapatkan selama
terimakasih kepada:
3. Drg. Haris Nasutianto, M.Kes, Sp. RKG(K) selaku dosen penguji serta
5. Keluarga dan kerabat terutama ibu dan bapak, kakak dan gek Dyah tercinta
iv
Kumbara, Diyo, Anang, Rupa W., Gung Surya Angga Triadi, Danan dan
teman-teman angkatan 2010 lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu
persatu yang telah memberikan inspirasi dan semangat kepada penulis dalam
8. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas semua hal
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
Penulis
v
ABSTRAK
Gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga,
tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi yang letaknya tidak normal pada
lengkung rahang. Penegakan diagnosa gigi impaksi memerlukan pemeriksaan
penunjang yaitu rontgen foto. Dental radiografi ini memegang peranan yang
penting dalam menegakkan diagnosis yang secara klinis tidak terlihat,
merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan. Foto-periapikal
teknik tube shift merupakan salah satu foto rontgen gigi intra oral yang sering
digunakan untuk mengidentifikasi impaksi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan posisi impaksi molar ketiga rahang bawah dengan foto rotgen
periapikal teknik tube shift. Pada penelitian ini menggunakan 30 sampel rontgen
foto tube shift. Hasil dari penelitian menunjukan posisi impaksi pada daerah bukal
terjadi sebanyak 22 kasus (73,3%) dan pada daerah lingual terjadi sebanyak
8 kasus (26,7%). Modifikasi foto periapikal dengan menggeser sudut horizontal
cone kearah mesial atau distal sebesar 20 derajat yang disebut dengan teknik tube
shift, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam menentukan posisi impaksi
molar ketiga rahang bawah berada pada daerah bukal atau lingual, yang akan
mempermudah dalam melakukan rencana perawatan selanjutnya.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
ABSTRAK ................................................................................................ vi
A. Impaksi ................................................................................ 5
vii
B. Foto Rontgen Untuk Menegakan Diagnosa ........................ 9
a) Teknik Biseksi.............................................. 17
viii
C. Deflnisi Operasional............................................................ 25
D. Instrument Penelitian........................................................... 26
A. Kesimpulan ....................................................................... 34
B. Saran ................................................................................. 34
LAMPIRAN .............................................................................................. 36
ix
DAFT AR TABEL
Gregory ........................................................................................... 28
Gregory ........................................................................................... 28
Winter.............................................................................................. 29
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga,
tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi yang letaknya tidak normal pada
lengkung rahang (Alamsyah, 2005). Gigi yang paling sering mengalami kasus
impaksi adalah gigi molar ketiga, sehari-hari kita biasanya menyebut gigi
molar ketiga gigi geraham bungsu. Penyebutan ini mungkin disebabkan oleh
karena gigi ini merupakan gigi yang tumbuh terakhir selama hidup. Gigi molar
ketiga juga memiliki makna khusus dalam filosofi Tibet, tumbuhnya gigi
perawatan dalam semua bidang kedokteran gigi dan merupakan faktor utama
1
2
pertumbuhan rahang kecil. Kebiasaan makan makanan yang lebih lunak dapat
sekarang cenderung makin kecil sehingga kasus gigi geraham yang impaksi
erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang
lainnya sudah erupsi. Pada kasus tertentu, gigi impaksi tidak dapat terlihat
secara klinis tetapi dapat menyebabkan gangguan pada daerah rongga mulut
seperti rasa sakit, resorbsi gigi yang berdekatan dan abses (Bianto, 2011).
ekstra oral dan teknik radiografi intra oral (Whaites, 2003). Teknik radiografi
ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan
tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto rontgen ekstra
oral yang paling sering digunakan adalah foto rontgen panoramik, sedangkan
contoh foto rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto posterio
Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar
diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga teknik radiografi intra
1977).
serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada tiga teknik pemotretan yang
Teknik tube shift disebut juga teknik pergeseran tabung, dasar teknik ini
adalah kaidah yang menyebutkan bahwa gigi yang terpendam atau benda
asing yang bergerak searah dengan gerakan konus menunjukan bahwa obyek
menentukan posisi impaksi molar ketiga rahang bawah dengan teknik foto
periapikal teknik tube shift yang akan membantu dalam rencana perawatan.
4
B. Rumusan Masalah
dapat peneliti ajukan dalam skripsi ini adalah bagaimana menentukan posisi
impaksi molar ketiga rahang bawah dengan foto periapikal teknik tube shift
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi impaksi molar
ketiga rahang bawah dengan foto periapikal teknik tube shift pada RSGM
D. Manfaat Penelitian
peranan foto periapikal teknik tube shift dalam melihat posisi impaksi pada
molar ketiga rahang bawah pada RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar.
dalam melihat posisi impaksi molar ketiga rahang bawah pada mahasiswa
TINJAUAN PUSTAKA
A. lmpaksi
Gigi ampaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang
sekitar, jaringan patologis dan gigi yang posisinya tidak sesuai dengan lengkung
Gigi permanen manusia yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi
molar ketiga bawah, lalu gigi molar ketiga atas selanjutnya gigi caninus atas.
Archer menulis bahwa frekwensi impaksi gigi molar ketiga atas yang terbanyak
indonesia, impaksi gigi molar ketiga bawah frekwensinya lebih banyak daripada
ketiga bawah, gigi molar ketiga atas, gigi caninus atas, gigi premolar bawah, gigi
caninus bawah, gigi premolar atas, gigi incisivus atas atau bawah (Sitanggung,
1975).
a. Penyebab lokal:
4) Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang atau
5
6
b. Penyebab sistemik :
1) Herediter
Misalnya, perkawinan campuran dari satu ras yang mempunyai gen dominan,
gigi besar dan ras lainnya dominan pada rahang yang kecil atau sempit.
3) Penyebab postnatal
endokrin, malnutrisi.
1) Cleidoncranial disostosis
terlambatnya exfoliasi gigi sulung, gigi permanen tidak erupsi dan terdapat
2) Oxycephali
Suatu keadaan dimana terlihat kepala yang meruncing seperti kerucut. Pada
3) Progeria
4) Achondoplasia
dwarfism (kerdil).
5) Cleft palate
Fisura pada langit-langit yang kongenital, disebabkan adanya defect atau cacat
maloklusi, sebab gigi molar ketiga adalah gigi terakhir bererupsi dan tidak
utamanya bila operkulum di atas mahkota gigi selalu terkena trauma dan
mahkota gigi molar ketiga bawah antara ramus mandibula dan permukaan
2) Klas II : Ruangan antara permukaan distal gigi molar kedua bawah dan
ramus mandibula lebih kecil dari ukuran mesiodistal mahkota gigi molar
ketiga bawah.
3) Klas III: Semua gigi molar ketiga bawah terletak dalam ramus mandibula.
b. Berdasarkan hubungan dengan dalamnya posisi gigi molar ketiga dalam tulang
rahang.
1) Posisi A : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di atas atau pada
2) Posisi B : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis
oklusal, tetapi masih di atas garis servikal dari gigi molar kedua.
3) Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis
Berdasarkan posisi dari axis memanjang gigi impaksi molar ketiga bawah
Ketujuh posisi impaksi molar ketiga bawah ini dapat terjadi bersamaan
d. Impaksi Vertikal: Posisi gigi molar ketiga bawah kurang lebih vertikal tetapi
mandibula.
e. Impaksi mesioangular : Impaksi ini lebih sering terjadi. Gigi molar ketiga
bawah membuat sudut dengan mahkota gigi molar kedua dimana inklinasinya
ke anterior.
f. Impaksi Horisontal : Pada gigi molar ketiga yang impaksi horizontal, garis
posterior gigi molar kedua dimana akar molar ketiga mungkin berhubungan
erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lainnya
erupsi. Pada kasus tertentu, gigi impaksi tidak dapat terlihat secara klinis tetapi
dapat menyebabkan gangguan pada daerah rongga mulut seperti rasa sakit,
10
1. Pengertian radiologi
Pada tahun 1901 ia mendapat hadiah nobel atas penemuan tersebut. Akhir
Desember 1895 dan awal Januari 1896 Dr Otto Walkhoff (dokter gigi) dari
Jerman merupakan orang pertama yang menggunakan sinar x pada foto gigi
tinggi. Proses terjadinya sinar x yaitu terjadi dari tabung gelas hampa udara,
dimana ada pertemuan elektroda positif/ anoda dan elektoda negatif/ katoda
(Margono, 1998).
tubuh manusia yang tak tembus pandang, Hasil dari pengambilan gambar
ekstra oral dan teknik radiografi intra oral (Whaites, 2003). Teknik foto
rontgen ekstra oral, digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan
tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto rontgen ekstra
oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto rontgen
panoramik, sedangkan contoh foto rontgen ekstra oral lainnya adalah foto
intra oral, pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya
radiografi intra oral yaitu, pemeriksaan foto rontgen oklusal, bitewing, dan
Teknik radiografi ekstra digunakan untuk melihat area yang luas pada
rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut, foto
rontgen ekstra oral yang paling sering digunakan adalah foto rontgen
panoramic, sedangkan contoh foto rontgen ekstra oral lainnya adalah foto
lateral, foto anteo posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi
Beberapa foto rontgen yang ekstra oral yang paling umum digunakan yaitu
1) Teknik panoramik
radiografik ini antara lain untuk rencana perawatan ortodonsi, perkiraan lesi-
lesi pada tulang, perkiraan molar ketiga dan lainnya. Tubehead dan film pada
2) Teknik lateral
pada rahang bawah. Teknik ini dibagi menjadi dua berdasarkan obyek yang
Foto rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan
tulang hidung.
5) Teknik cephalometri
6) Proyeksi Water's
keadaan sinus maksilaris. Film ditempatkan di depan pasien dan tegak lurus
dengan midsagital plane. Agar sinus lebih terlihat maka kepala pasien
cassette.
7) Proyeksi Reverse-Towne
Pada teknik ini pasien menghadap film dengan ujung dahi dan ujung
8) Proyeksi submentovertex
plane pasien dan tegak lurus dengan midsagital plane dan coronal plane.
serta akar gigi dan tulang pendukungnya (Margono, 1998). Pemeriksaan gigi
dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut
pasien. Ada tiga jenis pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan
foto rontgen bitewing, oklusal, dan periapikal (White dan Pharoah, 2004).
Raper pada tahun 1925 adalah orang yang pertama kali memperkenalkan
permukaan proksimal gigi dan puncak alveolar yang secara klinis tidak dapat
menggigit sayap dari film yang berfungsi sebagai stabilisasi film dalam
rongga mulut. Dasar teknik bitewing merupakan suatu teknik kesejajaran yang
telah mengalami sedikit modifikasi yakni sudut antara bidang vertikal dengan
Kelebihan dari teknik bitewing adalah satu film dapat di gunakan untuk
memeriksa gigi pada rahang atas dan bawah sekaligus. Letak film dalam
teknik ini tidak berubah oleh gerakan lidah dan teknik ini mudah dilakukan.
Tambalan yang cukup dalam dan adanya pulp caping pada gigi yang tidak
dapat terdeteksi dengan foto periapikal standar, dengan teknik bitewing dapat
tidak terlihat, dan selain itu tidak dapat melihat keadaan tulang alveolar dan
Film oklusal adalah semua film yang diletakan pada bagian oklusal dalam
rongga mulut. Biasanya film yang dipergunakan ukurannya 5,7 x 7,6 cm.
standar, dan apabila ingin memperoleh gambaran yang luas dari daerah rahang
yang ingin dilihat maka dapat digunakan dua film periapikal yang digabung
16
menjadi satu. Dalam teknik oklusal dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu, true occlusal yang disebut juga cross section view/right angle view, dan
untuk mengetahui benda asing di dalam tulang rahang dan batu di dalam
saluran glandula saliva, mengetahui tempat yang tepat dari akar gigi, gigi
supernumerary gigi impaksi. Melihat batas tengah, depan, dan pinggir dari
untuk memeriksa bagian medial dan lateral bagian yang terkena kista,
Memeriksa pasien trismus dimana penderita tidak dapat membuka mulut atau
dapat membuka mulut yang tidak terlalu besar, sehingga tidak dapat dibuat
serta akar gigi dan tulang pendukungnya (Margono, 1998). Perlu diperhatikan
melepas alat-alat di daerah yang akan diperiksa, misalnya alat orthodonsi, gigi
tiruan lepasan atau kaca mata. Posisi kepala penderita diatur sedemikian rupa,
untuk rahang atas "garis hidung telinga" sejajar lantai, dengan demikian pada
waktu pasien membuka mulut, bidang oklusi rahang atas sejajar lantai,
sedangkan untuk rahang bawah "garis ujung bibir telinga" sejajar lantai,
17
dengan dernikian pada waktu pesien membuka mulut, bidang oklusi sejajar
lantai. Instruksikan pada pasien untuk menahan film dengan ibu jari tanpa
anterior atas biasanya ditahan dengan ibu jari, regio anterior bawah, posterior
kiri atas dan bawah ditahan dengan telunjuk kanan, regio posterior kanan atas
periapikal yaitu teknik biseksi, parallel, tube shift (buccal object rule).
a) Teknik Biseksi
Teknik foto periapikal biseksi sering juga disebut metode garis bagi. Pada
teknik ini posisi film tidak sejajar dengan sumbu panjang bidang film, dan
konus yang dipakai adalah konus pendek. Dasar teori teknik pemotretan
(Margono, 1998).
Pertama kita harus menerangkan kepada penderita tentang cara kerja pada
radiogramnya misalnya, gigi palsu, pelat ortho dan kaca mata. Terakhir
18
perhatikan kepala penderita dan letakan kepala penderita pada tempat yang
benar di sandaran kepala dari kursi dental dan instruksikan agar tidak
pertengahan film untuk gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah. Film harus
memastikan seluruh gigi tercakup di dalam film. Perlu diperhatikan juga sisi
yang menghadap tabung sinar-x adalah sisi yang menghadap gigi dengan
menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan ibu jari atau telunjuk
gigi dengan sudut vertikal dan horizontal yang tepat. Lakukan penyinaran
Untuk gigi depan seperti gigi insisivus sampai kaninus atas ataupun
panjang film di letakkan secara horizontal untuk gigi belakang. Gigi yang
akan dibuat foto rontgennya harus berada di tengah-tengah film dan jarak
Fiksasi film pada gigi kaninus terutama kaninus atas film dipasang
sedemikian sehingga sumbu gigi berada diagonal dari film, sedangkan untuk
gigi molar ketiga atas ataupun bawah film dipasang sedemikian sehingga
pinggir depan film diletakkan pada setengah mesio-distal dari gigi molar satu.
Fiksasi film harus berada di bagian gigi untuk mencegah agar film tidak
b) Teknik Parallel
Teknik parallel disebut juga teknik kesejajaran atau teknik konus panjang,
karena pada teknik pembuatannya digunakan konus panjang. Pada teknik ini
posisi film di dalam mulut penderita terhadap sumbu panjang gigi adalah
sejajar dan arah sinar tegak lurus pada bidang film, jadi tegak lurus juga
(a) Untuk pemeriksaan gigi insisivus dan kaninus rahang atas dan bawah
sinar-x.
20
(b) Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horizontal sejajar
dengan lantai.
film dan gigi pada posisi paralel, juga megurangi rasa tidak
stabil.
posisinya.
Keuntungan dari teknik ini adalah gambar yang dihasilkan jauh lebih
untuk pembuatan rontgen gigi molar atas, maka tidak akan terjadi super
impose dengan tulang sigomatikus dan dasar dari sinus maksilaris (Margono,
1998)
21
Kerugian dari teknik ini adalah susah meletakan alat yang cukup besar
ukurannya, terutama pada anak- anak dengan ukuran mulut yang kecil dan
Sebelum cara ini ditemukan oleh Clark (1910), cara yang lazim dipakai
adalah menyebutkan bahwa obyek yang lebih dekat dengan film akan
menghasilkan gambar yang lebih jelas. Akan tetapi cara ini banyak
biasa disebut sebagai teknik pergeseran tabung (teknik tube shift). Dasar
teknik adalah kaidah yang menyebutkan bahwa gigi yang terpendam atau
benda asing yang bergerak searah dengan gerakan konus menunjukan bahwa
gerakan konus maka obyek berada di labial atau bukal (Margono, 1998).
Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 2.1 foto pertama dilakukan
dengan foto periapikal standar, dalam radiogram terlihat bahwa huruf A dan
lingual dan huruf B berada dibagian bukal, ternyata bila dicocokan dengan
Terlihat obyek A lebih dekat ke arah distal, sedangkan semua bayangan obyek
Teknik Tube Shift / buccal object rule disebut metode dark rule's
periapikal standar dan yang kedua mengubah arah sinar x dalam arah
vertikal / horizontal.
bukal, dan bila ternyata objek tidak bergerak maka objek terletak pada bidang
distoangular, posisi inverted dan posisi unusual. Oleh karena itu penulis
ketiga rahang bawah dengan teknik foto periapikal teknik tube shift yang
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
pertama dan kedua impaksi molar ketiga rahang bawah yang diambil dengan
Identifikasi variabel.
B. Sampel
diambil dari hasil foto rontgen mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Unmas yang
mengikuti kepanitraan klinik rontgen periode genap bulan Oktober tahun 2013.
C. Definisi operasional
1. Teknik rontgen periapikal biseksi merupakan teknik radiografi intra oral yang
mencangkup gigi geligi dan jaringan sekitar sampai dengan daerah periapikal.
25
26
Teknik ini menggunakan film standar ukuran 3x4 digunakan untuk melihat
keseluruhan mahkota serta akar gigi dan jaringan pendukungnya. Teknik ini
dilakukan dengan cone atau arah sinar x tegak lurus dengan garis bagi sudut
2. Teknik tube shift juga biasa disebut sebagai teknik pergeseran tabung. Dasar
teknik adalah kaidah yang menyebutkan bahwa gigi yang terpendam atau
benda asing yang bergerak searah dengan gerakan arah konus menunjukan
bahwa obyek berada dibagian lingual dan apabila obyek bergerak berlawanan
dengan gerakan konus maka obyek berada di labial atau bukal (SLOB).
Teknik ini dilakukan dengan pengambilan gambar sebanyak dua kali, foto
rontgen pertama dengan periapikal biasa dan foto rontgen kedua dengan
teknik tube shift, kemudian hasil foto rontgen pertama dibandingkan dengan
(Margono, 1998).
3. Impaksi gigi molar ketiga rahang bawah dilihat dari hasil foto rontgen
periapikal adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang
sekitarnya atau jaringan patologis, gigi yang letaknya tidak normal pada
D. Instrumen penelitian
foto rontgen periapikal teknik tube shift untuk melihat impaksi molar ketiga
2. Film periapikal (intra oral x-ray film) merk AGFA HERAEUS E-Speed
5. Viewer
6. Hand scone
7. Masker
8. Air
9. Dryer
E. Pengumpulan data
2. Menyiapkan hasil foto periapikal teknik tube shift yang telah dilakukan oleh
30 sampel.
28
3. Selanjutnya membaca hasil foto periapikal teknik tube shift dan menentukan
posisi impaksi molar ketiga rahang bawah berada di daerah bukal atau lingual.
F. Analisis data
Untuk menganalisa peranan foto periapikal teknik tube shift dalam melihat
gigi impaksi molar ketiga rahang bawah digunakan analisis data deskritif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Hasil penelitian dari semua sampel dalam menentukan kelas
Impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Pell dan Gregory
Kelas N %
Kelas 1 3 10.0%
Kelas 2 12 40.0 %
Kelas 3 15 50.0 %
Total 30 100.0 %
klasifikasi kelas pada tabel 4.1 menunjukan kelas 1 terjadi sebanyak 3 kasus
Tabel 4.2 Hasil penelitian dari semua sampel dalam menentukan posisi
Impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Pell dan Gregory
Posisi N %
Mesioangular 10 33.3 %
Horizontal 16 53.3 %
Vertikal 2 6.7 %
Distoangular 2 6.7 %
Total 30 100.0 %
29
30
Tabel 4.3 Hasil penelitian dari semua sampel dalam menentukan posisi
Impaksi molar ketiga rahang bawah menurut George Winter.
Posisi N %
A 8 26,7%
B 6 20,0%
C 1 3,3%
Total 15 50,0%
Tidak termasuk 50,0%
posisi A,B,C
15
Total 30 100,0%
Tabel 4.4 Hasil penelitian dari semua sampel dalam menentukan posisi
Impaksi molar ketiga rahang bawah dengan foto periapikal teknik tube shift.
Posisi N %
Bukal 22 73.3%
Lingual 8 26.7%
Total 30 100.0%
menentukan posisi impaksi molar ke tiga rahang bawah pada tabel 4.4
31
PEMBAHASAN
Gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga,
tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi yang letaknya tidak normal pada
lengkung rahang (Alamsyah, 2005). Gigi yang paling sering mengalami kasus
impaksi adalah gigi molar ketiga, sehari-hari kita biasanya menyebut gigi molar
ketiga gigi geraham bungsu. Penyebutan ini mungkin disebabkan oleh karena gigi
ini merupakan gigi yang tumbuh terakhir selama hidup (Tetsch dkk. 1992 cit.
Soelistiono 2008).
erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lainnya
sudah erupsi. Pada kasus tertentu, gigi impaksi tidak dapat terlihat secara klinis
tetapi dapat menyebabkan gangguan pada daerah rongga mulut seperti rasa sakit,
32
33
Teknik Tube shift / buccal object rule disebut metode clark dapat
dipergunakan untuk menentukan posisi impaksi molar ketiga rahang bawah. Dasar
teknik ini adalah kaidah yang menyebutkan bahwa gigi yang terpendam atau
benda asing yang bergerak searah dengan gerakan konus menunjukan bahwa
obyek berada di lingual, dan apabila obyek bergerak berlawanan dengan arah
yaitu dengan membandingkan hasil foto rontgen pertama dan kedua dari impaksi
molar ketiga rahang bawah yang diambil dengan teknik periapikal standar
sampel penelitian sebanyak 30 sampel dari hasil foto tube shift yang telah
dilakukan.
Pada penelitian ini dilihat dari klasifikasi kelas dan posisi menurut Pell
dan Gregory diperoleh hasil kelas 1 terjadi sebanyak 3 kasus (10,0%), kelas
pengambilan gambar sebanyak dua kali, foto pertama dilakukan dengan foto
34
periapikal standar dan yang kedua dilakukan dengan teknik tube shift yaitu dengan
cara menggeser konus 20 derajat ke arah horizontal (mesial atau distal), dalam
radiogram akan terlihat jika obyek bergerak kearah distal maka maka posisi
impaksi molar ketiga rahang bawah berada di lingual dan jika obyek bergerak
kearah mesial maka posisi impaksi molar ketiga rahang bawah berada di bukal.
Penentuan posisi impaksi molar ketiga rahang bawah berada pada daerah
bukal dan lingual hanya bisa dilakukan dengan mengunakan teknik tube shift.
Hasil dari pengambilan foto periapikal dengan teknik tube shift yang saya peroleh
dalam menentukan posisi impaksi molar ke tiga rahang bawah dari 30 sampel
adalah posisi impaksi yang terjadi pada daerah bukal sebanyak 22 kasus (73,3%)
dan yang terjadi pada daerah lingual sebanyak 8 kasus (26,7%). Frekwensi
impaksi lebih sering terjadi pada daerah bukal dari pada lingual.
Jadi dengan menggunakan foto periapikal teknik tube shift, peneliti dapat
mengetahui dari 30 sampel yang diteliti posisi impaksi molar ketiga rahang bawah
dengan jumlah impaksi terbanyak berada pada daerah bukal dibandingkan daerah
A. Kesimpulan
kesimpulan bahwa dengan teknik tube shift, jumlah terbanyak impaksi gigi
molar ketiga rahang bawah berada pada daerah bukal dibandingkan lingual.
B. Saran
berada pada daerah bukal atau lingual yang tidak dapat dilihat secara
klinis.
35
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, RM. 2005, Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi terhadap
kualitas hidup mahasiswa universitas sumatera barat, Dentica Dental
Journal.
Bianto, SW. 2011, Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah, Surabaya Balaji,
SM. 2009, Oral and maxillofacial surgery, Elsevier, India.
Boel, T. 2009, Dental Radiologi: Prinsip dan Teknik, USU Press, Medan
Ghom,A. G. 2008, Textboof of Oral Radiology, Elsevier, India.
Harty, F.J. 2009, Dental Radiologi : Prinsip dan Teknik, USU Pres, Medan.
Pederson GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut 2nd cd. Alih Bahasa: Purwanto
Basoeseno. Jakarta: EGC; 1996.
Sitanggung, R.D, 1975. Impaksi molar ketiga mandibula dan cara perawatannya,
Majalah PDGI.
White, S.C, dan Pharoah, MJ. 2004, Oral Radiology : Principle and
Interpretation, Ed. Ke-5, Mosby Co, Philadelphia.
36
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Menentukan posisi impaksi menurut Pell & Gregory dan George
Winter
37
Lampiran : Menentukan posisi impaksi dengan teknik tube shift
DENGAN OBYEK
RO I RO II HASIL FOTO
SAMPEL PENGESERAN BERGERAK
GIGI GIGI TUBE SHIFT
CONE 20 KEARAH
1 38 38 Distal Mesial Bukal
2 48 48 Mesial Distal Bukal
3 48 48 Mesial Distal Bukal
4 38 38 Mesial Mesial Lingual
5 38 38 Mesial Distal Bukal
6 48 48 Distal Mesial Bukal
7 38 38 Distal Mesial Bukal
8 48 48 Mesial Distal Bukal
9 48 48 Distal Mesial Bukal
10 48 48 Mesial Distal Bukal
11 48 48 Distal Mesial Bukal
12 48 48 Distal Mesial Bukal
13 48 48 Distal Mesial Bukal
14 48 48 Distal Mesial Bukal
15 48 48 Mesial Distal Bukal
16 38 38 Mesial Mesial Lingual
17 38 38 Mesial Mesial Lingual
18 38 38 Distal Mesial Bukal
19 38 38 Distal Mesial Bukal
20 38 38 Mesial Mesial Lingual
21 38 38 Distal Mesial Bukal
22 38 38 Distal Mesial Bukal
23 38 38 Distal Mesial Bukal
24 38 38 Mesial Mesial Lingual
25 48 48 Distal Mesial Bukal
26 38 38 Distal Distal Lingual
27 48 48 Mesial Mesial Lingual
28 38 38 Mesial Mesial Lingual
29 38 38 Distal Mesial Bukal
30 48 48 Distal Mesial Bukal
38
Lampiran 3 : Viewer
Lampiran 5 : Hasil foto periapikal teknik tube shift obyek berada di lingual
Lampiran 7 : Hasil foto periapikal teknik tube shift obyek berada di bukal
39